EBP Asma
EBP Asma
EBP Asma
DISUSUN OLEH :
NIM : G1B220029
PEMBIMBING AKADEMIK :
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Asma
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada
percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologis.12
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara menuju paru-paru mengalami
peradangan sehingga lebih sensitif terhadap faktor pemicu yang menyebabkan
jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan menimbulkan kesulitan
dalam bernafas sehingga bunyi nafas terdengar seperti mengi. Inflamasi ini akan
berkembang menjadi episode gejala asma yang berulang seperti batuk, sesak
nafas, mengi, dan rasa sesak didada yang sering memburuk pada saat malam atau
pagi hari. Gejala-gejala ini biasanya berhubungan dengan adanya obstruksi
saluran nafas dalam paru-paru yang luas dan dapat membaik secara spontan
maupun dengan pengobatan.13, 14
Asma dapat didefinisikan sebagai peningkatan responsitivitas bronkus
terhadap berbagai stimulus yang menandakan adanya penyempitan jalan nafas
yang meluas dengan tingkat keparahannya yang berubah secara spontan. Ciri khas
utama asma adalah sebagai berikut15 :
1. Penyempitan jalan nafas dan aliran udara yang terganggu, umumnya
reversibel secara spontan atau setelah pengobatan.
2. Peningkatan sensitivitas terhadap stimulus yang menyebabkan
bronkokonstriksi (hiper-responsivitas).
3. Peningkatan jumlah sel inflamasi (eosinofil, sel mast, neutrofil, limfosit
T) dalam bronkus.
2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut
Sampai saat ini penyebab timbulnya asma masih belum diketahui secara
pasti. Secara umum faktor resiko asma dapat di bagi menjadi 2, yaitu faktor
pejamu dan lingkungan. Faktor pejamu meliputi riwayat keluarga, riwayat
penyakit atopi pada ibu, hiperaktivitas bronkus, jenis kelamin, ras/ etnik. Dan
untuk faktor lingkungan meliputi Alergen, perubahan cuaca dan polusi, infeksi
saluran pernafasan, psikis, dan aktivitas fisik (olahraga). Alergen adalah substansi
yang dapat menyebabkan terjadinya hiperaktivitas pada saluran nafas. Faktor ini
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekambuhan asma pada anak. Terpapar
alergen dalam waktu lama dapat menimbulkan gejala yang menetap. Alergen
dapat masuk melalui saluran pernafasan langsung (inhale) contohnya : debu
rumah, bulu binatang, spora jamur, serbuk sari. Dan alergen yang masuk melalui
mulut (ingestan) contohnya makanan dan obat-obatan. Perubahan cuaca yang
mendadak dingin merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya asma.21,18
Penderita asma sangat rentan terkena udara yang berdebu, asap rokok,
asap pabrik, dan asap pembakaran. Infeksi virus merupakan salah satu faktor
pemicu asma pada semua umur. Salah satu virus yang paling sering menyebabkan
asma adalah Virus influenza. Faktor Psikis seperti kegembiraan, kesedihan, dan
stress dapat memicu serangan asma. Faktor psikis hanya menjadi faktor pemicu
terjadinya kekambuhan asma bukan faktor penyebab asma. Aktivitas fisik
(Olahraga) merupakan pemicu yang paling sering terjadi pada anak-anak. Lari
cepat dan bersepeda adalah olahraga yang paling mudah menimbulkan terjadinya
serangan asma yang akan terjadi setelah aktivitas.21
3.1 Topik
Topik yang diambil pada penyusunan evidence base practice ini adalah
“efektifitas senam asma bagi penderita asma”
b. Jurnal 2
1) Judul
“Pengaruh senam asma terstruktur terhadap jarak relapse
(kekambuhan) pasien asma”
2) Penulis
Budi Antoro, Yuli Lestari
3) Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam
asma terstruktur terhadap jarak kekambuhan pada pasien asma di
perkumpulan senam asma RSUD Hi, Dr. Abdul Moeloek.
4) Isi Jurnal
Penelitian ini merupakan pendekatan quasi experiment dengan
bentuk pre test and post test with control group design. Populasi
penelitian ini adalah semua pasien asma yang mengikuti senam
asma di rumah sakit umum Abdul Moloek berjumpal 42 orang.
Jumlah subyek yang diambil adalah total sample yang terpilih
berdasarkan kriteria inklusi, dengan mengambil jumlah minimal
sampel yang dianggap memenuhi syarat untuk penelitian
eksperimen, perhitungan proporsi sampel berdasarkan hasil
perhitungan menurut menggunakan rumus slovin yaitu menjadi 34
pasien. Alat pengumpul data menggunakan lemabar observasi.
Analisa data menggunakan uji t-dependent untuk menguji data
numerik tidak berpasangan.
Berdasarkan hasil distribusi responden menurut jenis kelamin,
persentase terbesar dengan jenis kelamin perempuan yaitu
berjumlah 23 orang (67,6%). Sedangkan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 11 orang (32,4%).
Rerata jarak ekambuhan pada kelompok intervensi pada
pengukuran sebelum senam asma 2.24 kali/6 minggu dengan
standar deviasi 2.251, sesudah senam asma 1.693 kali/ 6 minggu
dengan standar deviasi 1.693. terlihat nilai mean perbedaan antara
sebelum dan sesudah 0.59 kali. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara jarak kekambuhan sebelum dan
sesudah melakukan senam asma. Sedangkan hasil analisis pada
kelompok control didapat rerata jarak kekamnuhan didapat
pengukuran sebelum senam asma 1.47 kali/6 minggu dengan
standar deviasi 1.586, sesudah senam asma 1.12 kali/6 minggu
dengan standar deviasi 1.317. terlihat selisih nilai berbedaan antara
pengukuran sebelum dan sesuadah senam adalah 0.35, maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jarak
kekambuhan sebelum dan susadah melakukan senam asma.
Sosialisasi serta aplikasi senam asma terstruktur dapat menjadi
salah satu terapi dalam asuhan keperawatan asma.
c. Jurnal 3
1) Judul
“peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru melalui
senam asma pada pasien asma”
2) Penulis
Camalia S Sahat, Dewi Irawaty, Susanto Priyo Hastono
3) Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh senam asma
terhdap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru.
4) Isi Jurnal
Metode Penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan
desain control group pretest-posttest. Kelompok intervensi
merupakan pasien asma yang melakukan senam 3x seminggu,
yaitu hari rabu, jumat, dan minggu selama 8 minggu. Sedangkan
kelompok control merupakan pasien asma yang tidak melakukan
senam asma. Pengambilan sampel digunakan total sampel dengan
purposive sampling. Sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini
adalah 20 responden kelompok intervensi dan 20 responden
kelompok control. Penelitian dilakukan di klub asma rumah sakit
sakit. Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap
pertama dilakukan sebelum senam asma, yaitu mengkaji
karakteristik responden, melalui kekuatan otot pernapasan dan
fungsi paru, lalu mencatat data. Tahap kedua pengumpulan data
setelah 8 minggu senam asma dengan menilai kekuatan otot
pernapasan dan fungsi paru.
Distribusi responden menurut jeis kelamin pada kelompok
intervensi dan control yaitu Sebagian besar jenis kelaminnya
perempuan yaitu 30 orang (60%) dari 50 responden dan laki-laki
berjumlah 20 orang (40%).
Rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan setelah senam asma
pada kelompok intervensi adalah sebesar 956ml(SD:223,76) dan
kelompok control sebesar 648 (SD:104,56).hasil uji statistic
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kekuatan otot
pernapasan setelah senam asma antara kelopok intervensi dengan
kelompok control. Rata-rata nilai fungsi paru setelah senam asma
pada kelompok intervensi adalah sebesar 80,22% dan kelompok
control sebesar 68,84%. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata fungsi paru setelah senam asma antara
kelompok intervensi dengan kelompok control.
d. Jurnal 4
1) Judul
“Korelasi lama senam asma dengan faal paru pada pasien asma
yang mengikuti senam asma”
2) Penulis
Eka Bebasari, Miftah Azrin
3) Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara lama
mengikuti senam asma dengan nilai faal paru pasien asma
4) Isi Jurnal
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien asma yang
mengikuti senam asma di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Riau dan Puskesmas Rumbai. Sampel penelitian adalah seluruh
pasien asma yang mengikuti senam asma di rumah sakit
Pendidikan Universitas Riau dan Puskesmas Rumbai yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara totral sampling.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah spirometer bermerk schiller spirovit sp-1 buatan
Switzerland serta kuisioner berupa daftar pertanyaan yang diisi
peneliti melalui wawancara dengan responden.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil telusur dan telaah evidence based practice (EBP) terkait
aktivitas senam asma efektif dilakukan pada seseorang dengan penyakit asma.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat dan tenaga medis untuk
menggunakan intervensi terapi senam asma sebagai terapi asuhan keperawatan
asma. Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan kontraindikasi pada
pemberian senam asma.
4.3 Implikasi Keperawatan
a. Keperawatan
Penelitian ini menunjukkan senam asma efektif dilakukan pada seseorang
dengan penyakit asma. Penelitian ini penting untuk menambah
pertimbangan intervensi bagi perawat dalam menangani klien dengan
asma.
b. Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan dan pembelajaran bagi institusi pendidikan
tentang senam asma yang efektif terhadap penderita asma.
c. Rumah Sakit
Sebagai arahan untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan mutu
pelayanan dalam penatalaksanaan senam asma pada penderita asma.
d. Pembaca
Hasil literatur review ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan
masukan dalam pengembangan ilmu dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
1. National Health Lung and Blood Institute. Global initiatif for asthma. Global
strategy for asthma management and Prevention; 2017.
2. World Health Organization (WHO). Asthma 2016. Diakses 24 Januari 2020.
Tersedia dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets.html
3. National Center Health Statistic. Asthma. 2016. Diakses tanggal 24 Januari
2020. Tersedia dari: http://www.cdc.gov/nchs/fastats/asthma .htm
4. Kemenkes RI, 2018, Hasil Utama RISKESDAS 2018. Kemenkes RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
5. Rahajoe, N., dkk. Pedoman Nasional Asma Anak. 2nd ed. Jakarta: PP Ikatan
Dokter Anak Indonesia; 2015
6. Bull, E, Price D. Simple Guide Asma. Jakarta: Erlangga; 2007
7. Chomari, N. Panduan terlengkap tumbuh kemang anak usia 0-5 tahun.
Banyuanyar Surakarta: Cinta; 2015
8. Mutia, C. Hubungan Pengetahuan Orangtua Dengan Frekuensi Kekambuhan
Asma Pada Anak Usia 6-12 Tahun. 2018. Diakses pada tanggal 27 Januari
2020
9. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010
10. Koley G, Koley KC. Knowledge of Asthma in Mothers of Children
Suffering from Wheezing Disorder. INTERNATIONAL JOURNAL OF
SCIENTIFIC STUDY. 2017 Feb 1;4(11):194-9.
11. Wati, M. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orangtua Tentang Asma
Dengan Frekuensi Kekambuhan Penyakit Asma Pada Anak Usia 6-12 Tahun
Di RSUD Penembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2015. Diakses pada
tanggal 27 Januari 2020
12. Somantri, I., Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. 2nd ed. Jakarta: Salemba Medika; 2012
13. Ayers., J. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Asma. Jakarta: Dian
Rakyat; 2003
14. Ward J, Ward J, Leach RM, Wiener CM. At a Glance Sistem Respirasi.
2nd ed. Jakarta: Erlangga; 2007
15. Sumadiono. Pediatrick Allergy. Jakarta: Medya Crea; 2008
16. Varnell, MC. Asma: Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta: EGC; 2013
17. Fadhli, A. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek;
2010
18. Muttaqin, A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba; 2012
19. Smeltzer, SC, Bare, BG. Keperawatan Medikal-Bedah. Vol 12. Jakarta:
EGC; 2014
20. Pudiastuti, RS. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta: PT Indeks; 2011.
21. Widjaja, A, ett. Asma: Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2004
22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009