Makalah Bahasa Dan Sastra
Makalah Bahasa Dan Sastra
Makalah Bahasa Dan Sastra
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KETUA NIM
YELI TATIANA 835032506
ANGGOTA
1. KURNIA RAHMADIAN 835044027
2. MEISI IRDAYANTI 835032158
UNIVERSITAS TERBUKA
PALEMBANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
2.2 Perkamusan...............................................................................7
3.1 Kesimpulan...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema berarti tanda atau
lambang (sign). Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang
meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi–sintaksis) dan semantik.
(Djajasudarma 1993). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia semantik
berarti: 1. ilmu tentang makna kata dan kalimat; 2. bagian struktur bahasa
yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna wicara.
b. Ragam Makna
Ada banyak ragam/jenis makna yang dikemukakan oleh para ahli
linguistik. Misalnya, Leech (2003), menggunakan istilah tipe makna,
membagi makna, menjadi tujuh tipe, yaitu makna konseptual , konotatif,
stilistik, afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik. Djajasudarma (1999)
mengutip dari beberapa ahli, antara lain Bloomfield, Palmer, Verhaar,
Kridalaksana, dan Ulman membagi membagi makna menjadi 12 jenis, yaitu
makna sempit, luas, kognitif, konotatif dan emotif, referensial, konstruksi,
leksikal dan gramatikal, idesional, proposisi, pusat, piktorial dan idiomatik.
Materi ini akan menguraikan empat ragam makna berdasarkan
dikotomi makna yaitu makna leksikal dan makna gramatikal, makna
denotatif dan makna konotatif, makna konseptual x makna asosiatif dan
makna kata umum dan makna kata khusus (Chaer dan Muliastuti, 2003)
2
- Makna Leksikal
a. Nena makan biskuit Rika.
b. Bunga mawar itu sudah layu.
- Makna Gramatikal
1. Adik berlari setelah mencubit tangan temannya.
2. Rumah di desa halamannya luas-luas.
3. Mata kita silau apabila menatap langsung matahari.
3
Perbedaan makna konseptual dengan makna asosiatif didasarkan pada
ada atau tidaknya hubungan sosial makna sebuah kata dengan makna kata
lain. Makna ini juga berhubungan dengan nilai rasa. Makna asosiatif
termasuk makna konotatif.
c. Relasi Makna
Relasi makna atau hubungan makna adalah kemaknaan antara sebuah
kata, frase, klausa atau kalimat dengan kata, frase, klausa atau kalimat
lainnya. Hubungan tersebut berbentuk sinonim, antonim, homonim,
homofon, homograf, polisemi dan hiponim.
4
Pengertian kesamaan makna tersebut tidak harus sama secara utuh. Sebuah
kata yang digunakan dalam kalimat tersebut belum tentu cocok digunakan
dalam kalimat lain. Misalnya, kata mati dan tewas.
1. Ayam piaraannya mati semua.
2. Keluarganya tewas dalam musibah tanah longsor.
b. Antonim
Kata antonim yang lazim disebut lawan kata berasal dari bahasa
Yunani Kuno onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’ .
Secara harfiah berarti ‘nama lain untuk benda lain’. Menurut Verhaar,
antonim adalah ungkpan (biasanya berupa kata, tetapi ada juga berupa frase
atau kalimat) yang dianggap bermakna, kebalikan dari ungkapan lain.
Antonim juga disebut dengan istilah oposisi makna. Ada beberapa oposisi
makna yaitu : oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi
hierarki dan oposisi majemuk.
1) Oposisi Mutlak
Kata-kata yang beroposisi mutlak adalah kata-kata yang memiliki
pertentangan secara mutlak . Contoh :
Laki-laki dengan perempuan
2) Oposisi Kutub
Kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang pertentangannya
agak tidak mutlak. Contoh :
Pandai dengan bodoh
3) Oposisi Hubungan
Kata kata yang beroposisi berhubungan adalah kata-kata yang
pertentangannya saling berhubungan. Maksudnya, kehadiran satu kata
5
mengakibatkan munculnya kata lain yang mempunyai hubungan.
Contoh : dosen dengan mahasiswa
4) Oposisi Hierarki
Kata-kata yang beroposisi hierarki adalah kata kata yang berupa satuan
ukuran (panjang, berat, isi), nama satuan hitungan, penanggalan, nama
jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh : gram dengan kuintal
5) Oposisi Majemuk
Kata-kata yang beroposisi majemuk adalah kata-kata yang tidak hanya
beroposisi dengan satu kata, tetapi dengan dua buah kata atau lebih.
Contoh : jelek dengan baik, bagus, cantik, manis.
Homofon adalah kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan dan
maknanya.
Contoh : Masa dan massa
Sanksi dan sangsi
Homograf adalah kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan maknanya
berbeda.
Contoh: Mobil sedan pak bupati berwarna merah
Anak laki-laki kecil itu menangis sedu-sedu
6
Menurut Pateda, terjadinya polisemi karena beberapa faktor :
1) Faktor gramatikal.
2) Faktor leksikal, dapat bersumber dari :
a. Sebuah kata mengalami perubahan pemakaian dalam Bahasa yang
mengakibatkan munculnya makna baru.
b. Digunakan pada lingkungan yang berbeda.
c. Karena metafora
3) Faktor pengaruh Bahasa asing.
4) Faktor pemakai Bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata.
5) Faktor Bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan,
baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.
3. Hiponim
Kata hiponim bersal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang berarti
‘nama’ dan hypo yang berarti ‘di bawah’. Dalam kamus liguistik hiponim
berarti hubungan antar makna anggota taksonomi, misalnya anjing,kucing,
dan kambing merupakan hiponim dari hewan. Secara semantis hiponim
dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna ungkapan lain.
Sebuah hiponim dapat menjadi superordinat dari hiponim di
bawahnya. Sebuah kata akan merupakan hiponim atau superordinat
bergantung pada tingkatan hubungan kata tersebut, bersifat lebih umum atau
khusus. Apabila kata tersebut sifatnya umum, kata tersebut termasuk
superordinat, tetapi apabila bersifat lebih khusus, termasuk hiponim.
2.2 Perkamusan
a. Pengertian Kamus
Kata kamus dipinjam dari bahasa Arab qamus, yaitu berasal dari
bahasa Yunani okeanos yang berarti “lautan”. Seperti halnya sifat lautan
yang dalam dan luasnya tak hingga, kamus merupakan wadah untuk mereka
kosa kata yang jumlahnya semakin tak terbatas.
7
Arti kata kamus dalam, KBBI berarti (1) buku acuan yang memuat
kata atau ungkapan yang biasanya, disusun menurut abjad berikut
keterangan tentang maknanya, pemakaiannya atau terjemahannya; (2) buku
yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad
beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. Selain itu kamus juga
diartikan sebagai buku yang berisi daftar kosa kata suatu bahasa secara
lengkap, tersusun secara alfabetis dan diberi penjelasan serta contoh
pemakaiannya bila perlu (Badudu-Zain 1994). Menurut Keraf (1986) kamus
merupakan buku referensi yang memuat daftar kosa kata yang terdapat
dalam sebuah bahasa yang tersusun secara alfabetis, disertai keterangan cara
menggunakan kata tersebut. Kamus dalam Bahasa Inggris adalah lexicon
yang bersinonim dengan dictionary.
b. Manfaat Kamus
Diantaranya manfaat kamus adalah menentukan benar atau tidaknya
bentuk tulisan atau makna suatu kata. Melalui kamus pula kita dapat
mempelajari bentuk, jenis dan kekerabatan kata-kata. Untuk mencari konsep
makna yang tepat pun kita menggunakan kamus, juga berfungsi sebagai alat
perekam data yang sengat ampuh.
c. Jenis Kamus
Ada tiga jenis kamus yaitu kamus ekabahasa, kamus dwibahasa dan
kamus multibahasa.
Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat suatu bahasa yang
disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya
dalam bahasa yang sama. Misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
disusun oleh Pusat Bahasa, Kamus Inggris-Inggris. Kamus dwibahasa
adalah kamus yang memuat kata atau gabungan kata suatu bahasa yang
disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya
dalam bahasa lain, yang menjadi bahasa sasaran misalnya, Kamus Inggris-
Indonesia, Kamus Indonesia-Inggris. Kamus multibahasa adalah kamus
8
yang memuat daftar kata dengan padanannya lebih dari dua bahasa yang
berbeda misalnya Kamus Arab-Indonesia-Inggris.
Selain itu ada beberapa jenis kamus yang lain, diantaranya kamus
Bahasa Indonesia kontemporer, kamus popular, kamus akronim, inisialisme
dan singkatan, kamus kata-kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia,
kamus istilah, kamus anak-anak, dan masih banyak lagi.
d.Menggunakan Kamus
Kamus sebagai salah satu jenis referensi banyak gunakan oleh hampir
semua kalangan. Untuk memahami cara menggunakaan kamus terlebih
dahulu perlu mengetahui susunan kamus. Kamus yang baik pada dasarnya
tersusun atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan perlengkapan.
Sistematika tersebut tidak dicantumkan secara eksplisit seperti dalam
sistematika karya ilmiah. Berikut merupakan keterangan susunan kamus
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
1) Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian awal suatu kamus. Bagian ini
memuat keterangan mengenai petunjuk pemakaian kamus.
2) Bagian Isi
Bagian isi kamus merupakan bagian terpenting/inti sebuah kamus,
dengan tanpa mengabaikan arti bagian lainnya.
3) Bagian Pelengkap
Bagian pelengkap berisi tentang kata dan ungkapan bahasa daerah, kata
dan ungkapan bahasa asing, singkatan dan akronim, aksara daerah,
aksara asing, nama negara, ibu kota dan bahasa, nama mata uang,
sukatan dan timbangan, nama daerah tingkat I dan tingkat II di
Indonesia, data jumlah penduduk, bintang dan tanda kehormatan,
lambang komunikasi, lambang matematika dan lambang unsur kimia.
9
Lema dan sublema ditulis dalam huruf tebal
1) Kata dasar
2) Peribahasa
3) Gabungan kata
4) Kata Ulang dan Bentuk Ulang
b. Label-label dalam lema
1) Label ragam Bahasa
2) Label Kelas Kata
3) Label penggunaan Bahasa
b. Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari sumber data (buku, majalah, surat kabar)
dikumpulkan secara bersistem dengan cara memindahkannya ke dalam kartu
berukuran 15 cm x 10 cm. Pengetahuan dasar yang perlu dikuasai dalam
mengumpulkan data adalah dasar-dasar morfologi.
c. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul. Kelompok entri
hasil pemilihan (2 butir) diperiksa ulang dan di seleksi, untuk menentukan
10
data mana yang dimanfaatkan dan mana yang tidak dimanfaatkan. Data
yang tidak dimanfaatkan dikeluarkan . Tahap-tahap pengolahan data :
1) Pemeriksaan ulang urutan abjad
2) Penyeleksian data
3) Klasifikasi data
4) Pemberian definisi
5) Penyutingan hasil pemberian definisi
e. Penyusunan kartotek
Kartu-kartu induk kamus disusun secara alfabetis dengan urutan
susunan entri yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan
penyusunan kamus. Kartu-kartu itulah yang disebut kartotek. Kartotek
menjadi dasar pengetikan naskah kamus.
f. Pengetikan naskah
Tahap pengetikan naskah dilakukan berdasarkan kartotek yang telah
disusun
g. Koreksi naskah
Naskah kamus yang sudah selesai diketik kadang-kadang masih ada
kesalahan. Oleh karena itu, harus mengoreksinya setelah diketik agar naskah
kamus yang siap cetak benar-benar bersih dari kesalahan ketik.
h. Cetak coba
Setelah naskah kamus benar-benar bersih dari kesalahan, siap
diserahkan ke percetakan untuk cetak coba.
11
Hasil cetak coba dikoreksi sekali lagi supaya hasil reproduksi kamus
betul-betul sempurna.
j. Reproduksi
Bila hasil koreksi cetak coba sudah selesai, sampai tahap terakhir,
yaitu reproduksi kamus.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kretivitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang
dalam menulis gagasan atau ungkapan. Pemilihan kata juga harus sesuai
dengan kondisi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pembentukan kata
atau istilah dapat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu. Penguasaan dalam pengolahan kata juga
merupakan hal yang penting dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat
dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan
baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15
16
17