0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
375 tayangan12 halaman

(Makalah Uas) Ni Luh Gede Yastini 1917051048

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

MAKALAH AGAMA HINDU

GENERASI MUDA HINDU SEBAGAI JEMBATAN EMAS DALAM


MEMBANGUN DHARMANING AGAMA NUSANTARA DI ERA
GLOBALISASI

OLEH :

NAMA: NI LUH GEDE YASTINI


NIM: 1917051048
ROMBEL: 3

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Agama Hindu ini tepat
pada waktunya dan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapat dukungan,
bimbingan, dan bantuan, serta semangat dari banyak pihak. Untuk itulah dengan
penuh rasa hormat kami ucapkan terimakasih kepada.
1. I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si. selaku dosen Pengampu Mata Kuliah
Agama Hindu
2. Teman-Teman yang telah mendukung saya selama pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, maka kritik dan
saran demi perbaikan dari makalah ini senantiasa penulis harap dan nantikan. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tabanan, 27 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
PRAKATA .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Makna Agama Hindu Dalam Kehidupan Umat Beragama .......................... 3
2.2 Eksistensi Agama Hindu di Generasi Muda Nusantara ................................ 4
2.3. Peran generasi muda dalam menerapkan Dharmaning Agama dalam
kehidupan ......................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 8
3.1 Simpulan .................................................................................................... 8
3.2 Saran .......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi muda Hindu merupakan kelompok angkatan usia produktif, terpelajar,
dan terdidik sebagai jembatan emas dalam mempertahankan kesadaran masyarakat
dan memperkuat kokoh keberadaan Agama Hindu di dunia. Kebangkitan generasi
muda Hindu Nusantara Nampak nyata sejak tahun 1970, dimana peradaban,
pengakuan, serta kebangkitan sejalan dengan tumbuhnya kesadaran umum bahwa
Agama adalah sesuatu yang penting. Umat Hindu di Nusantara tidak “malu-malu”
dalam mengakui dirinya Hindu, dimana sejak pemerintah dengan resmi mengakui
bahwa Agama Hindu sebagai Hindu Dharma, menetapkan Tahun Baru Saka
(Nyepi) sebagai hari libur Nasional.
Namun sejalan dengan dinamika perkembangan lingkungan atau yang disebut
dengan arus globalisasi, baik dalam lingkup mikro hingga makro menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi eksistensi Agama. Arus globalisasi yang membawa
keluasan informasi, fleksibilitas tidak jarang akan membawa dampak bagi sebagian
hingga seluruh aspek kehidupan. Dengan adanya globalisasi akan menimbulkan
semakin tingginya intensitas pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal dan global.
Sistem budaya lokal yang selama ini menjadi acuan masyarakat tidak jarang
mengalami perubahan karena pengaruh nilai-nilai budaya global, terutama dengan
adanya kemajuan teknologi dan informasi yang mempercepat perubahan tersebut.
Selain itu, proses globalisasi telah merambah kehidupan agama yang serba sakral
menjadi sekuler, yang dapat menimbulkan kekhawatiran psikologis dan krisis
identitas bagi umat beragama. Nilai-nilai yang selama ini ditanamkan telah
mengalami keresahan yang akibat munculnya berbagai konflik intern dan antar
umat beragama.
Kini yang seharusnya globalisasi menjadi konduktor antara generasi muda pada
agama malah menjadi pemudar bahkan pengalihan pemikiran. Makna agama dalam
pandangan generasi muda saat ini, “sementara” yang masih dianggap sebagai
suplemen yang hanya dibutuhkan sewaktu-waktu, baru kemudian diikutsertakan
dalam pemecahan masalah yang dialami. Dalam kehidupan serba canggih ini, peran
agama belum tampak sebagai motor penggerak yang mendominasi segala aktivitas

1
kehidupan dalam rangka mencapai tujuan hidup. Fenomena-fenomena tesebut
dapat menggambarkan seberapa besarnya problematika keagamaan yang ada pada
kalangan generasi muda.
Melihat dari berbagai permasalahan yang muncul dari generasi muda itu sendiri,
seyogyanya yang dapat memperkuat, mengobati serta melakukan kebijakan yaitu
dari generasi muda sendiri. Generasi muda sebagai generasi emas harus mempunyai
tekad dalam memperjuangkan motif-motif keagamaan yaitu, Geoneologis,
Psikologis, Filosofis, dan Theologis melalui Dharmaning Agama di Nusantara.
Oleh sebab itu, disusunlah makalah yang berjudul Generasi Muda Hindu Sebagai
Jembatan Emas dalam Membangun Dharmaning Agama Nusantara di Era
Globalisasi. Sehingga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat sebagai
acuan bagi generasi muda Hindu Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, Adapun rumusan masalahnya sebagai
berikut.
1. Apa makna Agama dalam kehidupan umat beragama?
2. Bagaimana eksistensi Agama Hindu di kalangan generasi muda Nusantara?
3. Bagaimana peran generasi muda dalam menerapkan Dharmaning Agama dalam
kehidupan?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatasm Adapun tujuannya sebagai berikut.
1. Mengetahui makna Agama dalam kehidupan umat beragama.
2. Mengetahui eksistensi Agama Hindu di Kalangan Generasi Muda Nusantara.
3. Mengetahui peran generasi muda dalam menerapkan Dharmaning Agama dalam
kehidupan.

1.4 Manfaat
Dari tujuan diatas, Adapun manfaatnya sebagai berikut.
1. Memahami makna Agama dalam kehidupan umat beragama
2. Memahami pentingnya eksistensi Agama Hindu di kalangan Generasi Muda
Nusantara
3. Memahami peran generasi muda dalam menerapkan Dharmaning Agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Agama Hindu Dalam Kehidupan Umat Beragama


Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam banyak hal,
baik mengenai sesuatu yang tampak maupun yang gaib, dan juga keterbatasan
dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada dirinya dan orang lain. Oleh karena
keterbatasan itulah maka manusia memerlukan agama untuk membantu dan
memberikan pencerahan spiritual kepada dirinya. Manusia membutuhkan agama
tidak sekedar untuk kebaikan di hadapan Tuhan dan orang lain saja, melainkan juga
untuk membantu diri dalam menghadapi berbagai macam problemaika yang
terkadang tidak dapat dipahami. Seperti yan dijelaskan oleh antropolog bahwa
agama merupakan respons terhadap kebutuhan untuk mengatasi kegagalan yang
timbul akibat ketidakmampuan manusia untuk memahami kejadian-kejadian atau
peristiwa yang yang rupa-rupanya tidak dapat diketahui dengan tepat (Asir.2012).
selain daripada itu agama juga memberi isyarat kepada umat manusia dan alam
bahwa ada zat yang lebih unggul, zat Yang Maha Segala-galanya, yang disitu
manusia perlu bersandar kepada Dia melalui medium Agama.
Hal ini juga sejalan bahwa kualitas kepaduan dan keharmonisan sebuah
masyarakat akan memancarkan kualitas keagamaan. Semakin harmonis sebuah
masyarakat, maka semakin meningkatkan kualitas keagamaanya. Korelasinya
adalah, semakin tinggi kualitas keagamaan dalam kehidupan maka kian
mencerminkan terwujudnya keharmonisan di masyarakat. Meskipun masih saja
ditemukam perselisihan inter umat maupun antar umat beragama, namun pada
dasarnya semua agama mengajarkan mengenai kedamaian serta sikap kasih pada
sesame manusia. Perselisihan antar umat beragama bukanlah perintah dari agama
tersebut karena, setiap agama mengajarkan persatuan di antara pemeluknya. Dalam
hal ini, penting untuk digarisbawahi bahwa perselisihan berbeda dengan perbedaan
pendapat. Perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang wajar terjadi dalam
masyarakat yang multikulturalisme.

Siapapun yang tak mengakui adanya Tuhan dan mengabaikan peran


pentingnya agama dalam kehidupan manusia, pendapatnya takkan dapat menjadi

3
pendapat mayoritas, tidak mendapatkan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Serta ia akan gelisah, hampa seakan ada yang hilang dari jiwanya.(Munawwir,
2015). Meskipun di Indonesia sendiri telah ditetapkan Undang-Undang kebebasan
dalam memeluk agama.

Adapun fungsi Agama dalam kehidupan yaitu, sebagai pembimbing dalam


hidup, pengendali utama kehidupan mansuia, sebagai penolong dalam kesukaran,
dimana orang yang kurang yakin akan agamanya akan menghadapi cobaan atau
kesulitan dalam hidup dengan pesimis bahkan cenderung menyesali hidup dengan
berlebihan dan menyalahkan semua orang, penentram batin dimana jika orang yang
tidak percaya akan kebesaran Tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti
akan selalu merasa gelisah, sebagai pengendali moral dimana setiap manusia yang
beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya.

2.2 Eksistensi Agama Hindu di Generasi Muda Nusantara


Generasi muda adalah konsep-konsep yang sering diberati oleh nilai-nilai. Hal
ini terutama disebabkan karena hal ini bukan semata-mata istilah tetapi lebih
merupakan pengertian ideologis atau kulturil. “Pemuda harapan bangsa”, “pemuda
pemilik masa depan” atau “pemuda harus dibina” dan sebagiannya,
memperlihatkan betapa saratnya nilai yang telah terlekat pada kata “pemuda”
tersebut. Generasi muda sebagai aset masa depan bangsa yang akan melanjutkan
estafet kepemimpinan dan pembangunan bangsa, dituntut untuk menguasasi modal
hidup antara lain ilmu pengetahuan, dan tak kalah penting adalah ilmu agama yang
dalam hal ini harus memiliki moral yang baik dan luhur. Agama pada masa remaja
sangat dipengaruhi oleh perkembangan jasmani dan rohaninya. Maksudnya
penghayatan remaja terhadap agama dan tindak keagamaan yang tampak pada
remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut (Jalaluddin,1996)

Saat ini makna agama dalam pandangan generasi muda, “sementara” ini
masih dianggap sebagai suplemen yang hanya sewaktu-waktu dibutuhkan, baru
kemudian diikutsertakan untuk memecahkan segala persoalan yang dialami. Dalam
banyak hal, peran agama belum tampak mendominasi terlebih sebagai motor
penggerak segala aktivitas berkehidupan dalam rangka mencapai tujuan hidup.
Meskipun sangat disadari bahwa, masa muda adalah dunia yang penuh gejolak,

4
penuh ego-emosional, termasuk tantangan situasi konkrit. Semua ini terkadang
mengakumulasi dalam sebuah “perjudian”, sebab sedikit saja salah memainkan
ritme kehidupan ini maka akan berakibat fatal, dan tidak jarang terperosok dalam
konflik sosial. Fenomena seperti ini menjadi gambaran betapa besar problematika
keagamaan di kalangan generasi muda. Generasi muda Hindu dimanapun berada
pastilah generasi yang masih lekat dengan budaya dan adab ke-Hindu-annya
terlebih di kota-kota besar dimana tantangan agama-agama lain memberi spirit
tersendiri untuk lebih memahami apa dan bagaimana agama itu. Namun tidak
sedikit yang terbuai oleh maya kehidupan ini. Persoalannya adalah mengapa fungsi
agama belum menyentuh aspek sosial dan aspek alamiah kehidupan generasi muda
Hindu. Ketidakmampuan generasi muda dalam merangkai motif keagamaan yang
bersifat gebeologis, psikologis, filosofis dan theologis tampaknya akan menjadi
benang merah gagalnya usaha pembangunan paradigma religius di Kalanga
generasi muda dalam membaca realitas kehidupan ini.(Segara,2002).

Kondisi umat hindu, baik di Jawa maupun di Bali, khususnya bagi geneasi
mudanya, mengalami krisis panutan. Sudah banyak tradisi keagamaan Hindu yang
sudah bergeser dari konsep dasarnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Umat
Hindu tidak mendapat pembinaan agama yang bersistem dan kontinyu. Pembinaan
yang diberikan selama ini terlalu tradisional dan hanya pada ritual semata
(Wiana,2002). Masalah ritual keagamaan merupakan problem dan tantangan bagi
generasi muda Hindu pada masa depan. Pelaksanaan kehidupan beragama yang
lebih banyak dalam bentuk ritual atau upacara-upacara yang murni dan kompleks
tanpa diimbangi dengan pemahaman agama dari kitab-kitab suci dan
pengalamannya pada masyarakat, maka akan menjadi ketimpangan.

2.3. Peran generasi muda dalam menerapkan Dharmaning Agama dalam


kehidupan
Pemuda sebagai ujung tombak ajegnya Dharma harus mampu membekali
diri dengan keyakinan dan pengetahuan yang kuat tentang ajaran Dharma. Pemuda
Hindu saat ini belum banyak yang berkeinginan kuat untuk mengajegkan Dharma
untuk dirinya sendiri ataupun untuk pemuda lain seusia mereka. Hal ini terlihat
bagaimana keberadaan organisasi kepemudaan Hindu yang ada saat ini belum
mampu mengelaborasi keberadaan pemuda Hindu yang ada di setiap daerah.

5
Sebagai pemuda Hindu, seharusnya memiliki keingan untuk bersama-sama
membangun Hindu dan mengajegkan ajaran Dharma ini. Untuk menjadi generasi
yang kuat harus mampu menjadi pribadi yang tekun dalam melaksanakan bhakti.
Pemuda Hindu harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari pemuda dan
berkompetisi dalam ranah apapun. Untuk menjadi seorang pemuda Hindu yang
tangguh harus menjadi decision maker (pengambil keputusan), yang dimana harus
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan orang-orang
disekitarnya.

Potensii generasi muda Hindu hendaknya digali, dikuatkan, dan


dikembangkan dengan menyampaikan bahwa Hindu sedang berkembang menjadi
Agama Universal yang sesungguhnya. Penggali “Kesadaran Hindu” akan sangat
efektif bila dilakukan oleh para intelektual dan penulis, dimana mereka hendaknya
menjelaskan bahwa:

1. Agama Hindu melaayani keperluan spiritual setiap manusia, karena aspek-


aspeknya yang terdapat dalam Veda sangat luas dan dalam, antara lain Veda
yang mengandung pengetahuan isoterik dari inti kesadaran, yoga, dan disiplin
meditasi.
2. Agama Hindu memiliki kasih yang tulis, toleransi, dan apresiasi yang murni
terhadap agama-agama yang lain.
3. Agama Hindu tidak dogmatis dan terbuka untuk diuji kebenarannya tentang
unsur-unsur srada (keyakinan) yang dimilikinya.
4. Agama Hindu percaya pada sebuah dunia yang adil karena setiap manusia
dibimbing oleh hukum karma menuju kepada kesucian roh yang pada gilirannya
akan mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan roh dengan Tuhan atau Moksha,
sehingga bebas dari kelahiran Kembali (Samshara). Pemeluk Hindu puas dengan
pengetahuan tentang asal suci dari roh, jalan yang ditempuh melalui kehidupan
dari satu masa ke masa lainnya.
5. Agama Hindu memiliki Gudang ilmu pengetahuan yang tidak habis digali oleh
mansuia guna meningkatkan kualitas kehidupannya.
6. Generasi muda Hindu perlu diingatkan bahwa mereka yang masuk menjadi
pemeluk Hindu, dan bertahan dalam Hindu adalah pemikir yang rasional dan
moderat, maka sebaliknya mereka yang berpindah ke agama lain atau tidak

6
mendalami ke-Hindu-annya adalah orang yang tersesat menuju pada
kemunduran spiritual (Paduarsana, 2013).
Dengan adanya kemajuan IPTEK akan bermakna bila IMTAK (iman dan takwa)
menjadi dasar munculnya manusia Hindu yang ekonom yang religius, teknologi
dan teknokrat yang religius, dokter yang religius atau jenderal yang religius.
Tantangan keberagaman tidak saja berasal dari faktor internal, tetapi juga faktor
eksternal. Langkah strategis pembinaan generasi muda Hindu Kembali berpulang
kepada pribadi masing-masing dan pihak yang berkompeten seperti Lembaga adat
dan Lembaga keagamaan. Posisi Hindu yang minoritas semestinya juga menjadi
sugesti aktif untuk tetap mengibarkan Dharmaning Agama yaitu kewajiban umat
Hindu untuk menegakkan ajaran agama dan mengamalkannya, dan Dharmaning
Negara yaitu kewajiban umat Hindu untuk ikut andil dalam mengisi pembangunan
nasional. Pemuda sebagai jembatan emas sangat berperan penting dalam
menegakkan Dharmaning Agama, mengingat bahwa dengan memanfaatkan IPTEK
serta kemajuan teknologi saat ini pengembangan Dharma dapat dijangkau secara
luas dan dimana seaja (Segara.2002) Tidak hanya itu, pemuda sebagai motor
penggerak dapat membetnuk kelompok ataupun paguyuban dalam
mempertahankan dan memperkuat ajaran Agama Hindu bagi generasi berikutnya.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Generasi muda Hindu merupakan kelompok angkatan usia produktif, terpelajar,
dan terdidik sebagai jembatan emas dalam mempertahankan kesadaran masyarakat
dan memperkuat kokoh keberadaan Agama Hindu di dunia. Sebagai jembatan
emas, pemuda Hindu memiliki kewajiban dalam menegakkan Dharmaning Agama
di Nusantara dengan memperkenalkan, memperkuat serta mengamalkan Agama
Hindu. Yang dimana melalui paguyuban serta memanfatkan teknologi informasi
yang ada saat ini.

3.2 Saran
Untuk penyempurnaan makalah ini, besar harapan saya adanya saran dari
semua pihak yang membaca makalah ini terhadap kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini

8
DAFTAR PUSTAKA

Asir,Ahmad. 2012. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan Umat Manusia.


Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan.
Jalaluddin.1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komapasiana. 2015. Pemuda Hindu dalam Mengajegkan Dharma diakses di
https://www.kompasiana.com/peradah/552fb2986ea834461c8b457c/pemuda-
hindu-dalam-mengajegkan-dharma pada 27 Juni 2020
Munawwir, Syamsyul Arif. 2015. Makna Agama dan Keberagaman bagi Manusia.
Kompasiana diakses di https://www.kompasiana.com/syamsu-
l/552f9acd6ea8346f788b458c/makna-agama-dan-keberagamaan-bagi-
manusia pada 25 Juni 2020
Paduarsana. 2013. Peranan Generasi Muda Hindu untuk Ajeg Hindu. Diakses di
https://paduarsana.com/2013/05/28/peranan-generasi-muda-hindu-untuk-
ajeg-hindu/ pada 26 Juni 2020
Segara, Nyoman Yoga. 2002. Problematika Keagamaan Generasi Muda. Parisada
Hindu Dharma Indonesia Pusat diakses di
https://phdi.or.id/artikel/problematika-keagamaan-generasi-muda pada 26 Juni
2020
Wiana, Ketut. 2002. Penerapan Ajaran Weda di Bali. No.35, Juni 2002, hlm.

Anda mungkin juga menyukai