Makalah Analisis Wacana Kel. 8
Makalah Analisis Wacana Kel. 8
Makalah Analisis Wacana Kel. 8
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pengembangan Analisis Wacana
Disusun oleh:
(Kelompok 8)
1. Linda Wahyuni (1908110011)
2. Sylpia ayuningrum (1908110023)
3. Vivi Luthfiahtus S (1908110036)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat,
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Muha
mmad Yazidululum, M.Pd. selaku dosem mata kuliah Analisis Wacana. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ”Analisis Tekstual, Kontekstual,Dan
Intertekstual, Serta Penerapannya” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Pengertian Analisis Wacana Tekstual ..................................................... 3
B. Pengertian Kontekstual.............................................................................. 6
C. Pengertian Intertekstual ............................................................................ 9
D.Penerapan Pendekatan Hubungan Intertekstual Dalam Puisi dan Prosa . … 10
E. Penerapan kontekstual ……………………………………………….. 18
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 15
Kesimpulan..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang perilaku manusia yang tergambar dalam wacana lisan maupun
wacana tulis sangatlah menarik untuk diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan
pendekatan analisis wacana. Analisis wacana adalah kajian atas penggunaan bahasa
yang dilakukan manusia (Brown dan Yule, 1996: 1). Analisis wacana digunakan
untuk mengetahui aspek tekstual dan kontekstual bahasa sebagai sarana komunikasi,
baik berupa bahasa lisan, yaitu komunikasi yang berupa bahasa lisan maupun
percakapan dan sarana komunikasi yang berupa bahasa tulis (Sumarlam, dkk., 2003:
1).
Salah satu jenis penelitian mengenai wacana adalah dengan mengkaji wacana
tersebut dari segi tekstual dan kontekstualnya (Wijana dan Rohmadi, 2011). Penelitian
penggunaan bahasa yang terfokus pada naskah secara tekstual dan kontekstual akan
menghasilkan pemahaman makna yang lebih dalam. Hasil penelitian Andriyani
(2013) membuktikan bahwa analisis wacana secara tekstual dan kontekstual dapat
memudahkan pembaca atau pendengar dalam memahami sebuah wacana secara utuh
dan menyeluruh. Penelitiannya tentang novel Traju Mas karya Imam Sadjono
membantu pembacanya memahami konteks pembicaraan antara pelaku dan tokoh-
tokoh yang ada di dalam novel itu.
Analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan
aspek leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan,
penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual terdiri
atas enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan
ekuivalensi.
Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang situasi dan kondisi saat
terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau kelompok 3 orang.
Situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis melalui analisis
wacana kontekstual.
Dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual maupun kontestual, terdapat
banyak kajian mengenai wacana dalam bentuk teks sastra. Penelitian mengenai
wacana dalam bentuk sastra sudah banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam
teks sastra mengandung banyak nilai atau makna di dalamnya. Selain itu, sastra juga
iv
dijadikan sebagai bagian dari proses pembelajaran pada jenjang pendidikan
menengah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tekstual?
2. Apa pengertian kontekstual?
3. Apa pengertian intertekstual?
4. Apa penerapan tekstual, kontekstual, dan intertekstual?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian tekstual, kontekstual, dan intertekstual.
2. Mengetahui penerapan antara tekstual, dan kontekstual.
3. Memahami apa arti dari analisis wacana kontekstual, kontekstual, dan tekstual.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis wacana tekstual terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan aspek
leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan,
dan perangkaian. Adapun aspek leksikal dalam analisis tekstual terdiri atas enam jenis, yaitu
repetisi, sinonimi, antonimi, kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi.
Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang situasi dan kondisi saat terjadinya
peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau kelompok 3 orang. Situasi dan kondisi
yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis melalui analisis wacana kontekstual.
Dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual maupun kontestual, terdapat banyak kajian
mengenai wacana dalam bentuk teks sastra. Penelitian mengenai wacana dalam bentuk sastra
sudah banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dalam teks sastra mengandung banyak
nilai atau makna di dalamnya.
Selain itu, sastra juga dijadikan sebagai bagian dari proses pembelajaran pada jenjang
pendidikan menengah. Salah satu pembelajaran sastra yang diajarkan kan dalam jenjeng
pendidikan menengah adalah drama. Melalui proses pembelajaran drama, siswa diharapkan
dapat menghargai, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra guna memperluas wawasan
kehidupan. Berdasarkan bentuknya, drama merupakan salah satu ragam teks sastra di
samping puisi dan prosa fiksi.
Sebagai bagian dalam pembelajaran sastra di sekolah, drama yang dijadikan bahan
pembelajaran haruslah sesuai atau relevan dengan tujuan kurikulum yang ditetapkan. Bahan
ajar yang relevan adalah bahan ajar yang memiliki cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik (Depdiknas, 2006:14–15).
https://media.neliti.com/media/publications/53421-ID-analisis-wacana-tekstual-dan-
kontekstual.pdf). Berikut penjelasan tentang aspek-aspek gramatikal dalam analisis tekstual:
Pengacuan
vi
Terdapat tiga jenis pengacuan dalam wacana naskah drama Matahari di Sebuah
Jalan Kecil, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan
komparatif.
a. Pengacuan persona
Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 191 data
pengacuan persona. Pengacuan persona itu terbagi menjadi tiga, yaitu
pengacuan persona pertama (persona I), kedua (persona II), dan ketiga
(persona III), baik tunggal maupun jamak. Hasil temuan data pengacuan
persona sebagai berikut.
(1) Si Peci : “Baiklah, Mbok, saya membawakan bajunya ke dalam. Kalau ada
apa-apa panggillah saya. (menerima baju)”
(2) Si Kurus : “Setiap orang yang punya sepatu yang rusak dan buruk seperti
sepatumu pasti kenal padanya. Dia tukang sepatu.”
(3) Narasi : “DUA ORANG ANAK MASUK, MEREKA MENONTON.”
Pada kutipan (3) terdapat pengacuan persona ketiga jamak. Hal itu
dapat dilihat dengan adanya penggunaan kata mereka yang mengacu pada dua
orang anak yang masuk hendak menonton kejadian di warung pecel tempat
simbok berjualan pecel.
b. Pengacuan demonstratif
Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 139 data
pengacuan demonstratif. Keempat macam demonstratif, baik demonstratif
waktu maupun tempat memiliki ciri khas tersendiri. Pada naskah Matahari di
Sebuah Jalan Kecil ditemukan 69 data pengacuan demonstratif waktu dan 70
data pengacuan demonstratif tempat.
vii
(4) Si Tua : “Tempe lima rupiah sekarang.”
(5) Simbok : “Tapi sebentar lagi saya mau pergi dari sini.”
c. Pengacuan komparatif
Pengacuan komparatif dapat ditandai dengan penggunaan kata seperti, bagai,
bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan
persis sama dengan. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil
ditemukan data pengacuan komparatif sebanyak 8 data.
(6) Penjaga Malam : “Dia licik seperti belut. (Menggeliat lalu pergi)”
(7) Si Kurus : “Semua orang bagai dihajar mencuri dan menipu.”
Penyulihan
Penyulihan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) substitusi nominal, (2)
substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal. Dalam naskah
Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 5 data penyulihan (substitution), yaitu
substitusi nominal, 3 data substitusi verbal, dan substitusi klausal. Substitusi nominal
yang ditemukan adalah kutipan yang disampaikan oleh tokoh si kurus, “Enak?”,
“Sedap?”. Pada kutipan di atas tejadi penggantian nominal enak menjadi sedap.
Kutipan tersebut dituturkan oleh tokoh si kurus kepada si tua sebagai mitra tuturnya.
Pelesapan
Di dalam analisis wacana, unsur yang dilesapkan ditandai dengan konstituen
nol atau zero (dengan lambang Ø) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut.
Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan 4 data yang
merupakan pelesapan.
Perangkaian
Perangkaian atau konjungsi merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang
ditandai dengan adanya hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain
dalam sebuah wacana. Unsur yang dirangkai dapat berupa satuan lingual kata, frasa,
klausa, maupun kalimat.. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil dapat
ditemukan 129 data perangkaian. Perangkaian dalam naskah drama tersebut ditandai
dengan penggunaan kata tapi, dan, atau, sebab, setelah, lalu, kalaupun, dan kecuali.
viii
Selanjutnya aspek leksikal:
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual berupa bunyi, suku kata, kata, atau bagian
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai. Dalam naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan repetisi 71
sebanyak data.
Sinonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau
ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Dalam naskah
drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan data sinonimi sebanyak tiga belas
data.
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain atau
satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang
lain. Dalam naskah Matahari di Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya lima data
antonimi.
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata
yang cenderung digunakan secara berdampingan. Dalam naskah drama Matahari di
Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya sembilan data kolokasi.
Hiponimi dapat diartikan sebagai suatu bahasa (kata, frasa, atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Unsur
atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau satuan lingual yang
berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat.
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan
satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam naskah drama Matahari di
Sebuah Jalan Kecil ditemukan adanya sembilan data ekuivalensi.
B. Pengertian Kontekstual
ix
b. Guru menampilkan gambar rangka manusia untuk menunjukkan bagian-bagian
rangka manusia.
c. Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses
pertumbuhan biji.
d. Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita.
e. Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk
menjelaskan struktur tanah.
Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan
sistematis.
b) Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami
dengan menerapkan.
c) Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
d) Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di
sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.
a. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Agar implementasi model pembelajaran kontekstual berhasil,
Bapak/Ibu harus memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi di kelas yang
diampu. Lantas, bagaimana strateginya? Melalui pemecahan masalah, artinya
Bapak/Ibu memberikan studi kasus yang biasa mereka temui di kehidupan
sehari-hari. Lalu, peserta didik diminta untuk mencari solusi atas studi kasus
yang Bapak/Ibu berikan dari berbagai sumber yang bisa diakses.
x
Mengajak peserta didik di tempat yang dekat dengan pemahaman
materi, misalnya lingkungan sekitar sekolah, perpustakaan, museum, dan
sebagainya. Hal itu karena suasana belajar baru bisa memunculkan
pengalaman baru yang menyenangkan dan mudah diingat. Menjadikan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat dan mandiri, sehingga guru hanya
berperan untuk mengarahkan dan mengontrol jalannya pembelajaran.
Membangun komunikasi efektif yang bisa diterima oleh semua peserta
didik di kelas dengan berbagai karakter, sosial, budaya, suku, dan sebagainya.
Komunikasi yang dijalin oleh guru pada peserta didiknya akan memengaruhi
tingkat ketertarikan pada materi yang diajarkan. Memberikan penilaian yang
otentik pada peserta didik. Penilaian tersebut bisa membantu guru dalam
memetakan tingkat kemampuan dan motivasi peserta didik selama
pembelajaran.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu
bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar
mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur
tersebut.
Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya
dengan kehidupan sehari-hari.
Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk
bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.
Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk
bereksplorasi.
c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran
kontekstual harus memuat tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut.
1) Prinsip ketergantungan
Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya,
setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta
didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan
seterusnya. Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-
xi
hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar,
media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.
2) Prinsip diferensiasi
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan.
Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu,
pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.
3) Prinsip organisasi diri
Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik
agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.
C. Pengertian Intertekstual
Intertekstual merupakan kajian tentang hubungan suatu teks dengan teks yang lain
karena tidak ada teks karya sastra yang begitu saja lahir, melainkan sebelumnya sudah ada
karya sastra lainnya. Nurgiyantoro (2000:50) menyatakan dengan lebih khusus bahwa kajian
intertekstual merupakan usaha untuk menemukan aspek–aspek tertentu yang telah ada pada
karya sastra sebelumnya pada karya sastra yang muncul kemudian.
Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya sastra ditulis, ia
tidak lahir dari kekosongan budaya (Riffatere dikutip Nurgiyantoro, 2000:50). Unsur budaya,
termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat dalam wujudnya yang khusus berupa
teks–teks kesastraan yang ditulis sebelumnya. Kajian ini menekankan bahwa suatu teks pada
hakikatnya terdapat teks lain di dalamnya.
Prinsip intertekstual ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca harus dengan latar
belakang teks–teks lain: tidak ada sebuah teks pun yang sungguh–sungguh mandiri (Ratih,
2003:126). Lebih lanjut, Ratna (2004:175) juga mengatakan bahwa tidak ada orisinalitas
yang sungguh–sungguh dalam konsep interteks. Sependapat dengan kedua pendapat tersebut,
Handayani (2006:10) menyatakan bahwa setiap teks sastra yang dibaca pasti memiliki latar
belakang teks–teks lainnya.
xii
sebuah karya sastra baru mendapatkan maknanya yang hakiki dalam kontrasnya dengan
karya sebelumnya.
Pengertian paham, atau prinsip intertekstualitas berasal dari Perancis dan bersumber
pada aliran strukturalisme Perancis yang dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Perancis, Jaques
Derrida dan dikembangkan oleh Julia Kristeva (Ratih, 2003:125). Prinsip intertekstualitas
dalam kritik sastra di dunia Barat sudah mulai dikenal tahun enam puluhan. Di Indonesia,
prinsip ini baru diterapkan pada karya sastra Indonesia pada tahun delapan puluhan
dipelopori Teeuw dalam artikel Majalah Basis tahun 1980 No. 301. yang ditulis kembali
dalam buku Membaca dan Menilai Sastra yang terbit tiga tahun setelah itu.
Berikut ini disajikan contoh hubungan intertekstualitas puisi ”Kusangka” Karya Amir
Hamzah dengan puisi”Penerimaan’ ‘ Karya Chairil Anwar.
Amir Hamzah:
KUSANGKA
Kupohonkan cempaka
Pandai tergelak…..
xiii
Mimpiku seroja terapung di paya
(Pradopo, 2002:232-233)
Chairil Anwar:
PENERIMAAN
xiv
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Berdasarkan keenam bait itu dapat disimpulkan bahwa penyair (si aku) mencintai
gadis yang disangka murni, tetapi ternyata sudah tidak suci lagi karena sudah dijamah oleh
pemuda-pemuda lain. Hal ini tampak pada bait /rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi
kumbang berpuluh kali / kulihat kumbang keliling berlagu / kelopakmu terbuka menerima
cembu.
Chairil Anwar dalam menanggapi gadis (wanita) yang sudah tidak murni lagi, sangat
berlawanan dengan sikap Amir Hamzah. Ia tidak berpandangan realistis. Si ‘aku’ mau
menerima kembali wanitanya (kekasihnya, isterinya) yang barangkali telah menyeleweng,
meninggalkan si aku’ atau telah berpacaran dengan laki-laki lain, asal si wanita kembali
kepada si aku hanya untuk si ‘aku’ secara mutlak. Chairil Anwar mengekpresikan
gagasannya secara padat. Untuk memberikan tekanan pentingnya inti persoalan, bait pertama
diulang dengan bait kelima, tetapi dengan variasi yang menyatakan kemutlakan individualitas
si ‘aku’. Dengan cara seperti itu, secara keseluruhan ekspresi menjadi padat dan tidak
berlebih-lebihan.
Dalam penggunaan bahasa Chairil Anwar juga masih sedikit romantik. Hal ini
mengingatkan gaya sajak yang menjadi hipogramnya. Ia membandingkan wanita dengan
bunga (kembang). Wanita yang sudah tidak murni itu diumpamakan oleh Chairil Anwar
sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi / bak kembang sari sudah terbagi / yang dekat
persamaannya dengan Amir Hamzah: / rupanya teratai patah kelopak / dihinggapi kumbang
berpuluh kali/. Dengan demikian dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Chairil Anwar
mempergunakan bahasa sehari-hari dengan gaya ekspresi yang padat. Hal ini sesuai dengan
sikapnya yang realistis (Pradopo, 2002: 232-235).
xv
Sedangkan pada prosa dapat dicontohkan pada hubungan intertekstual pada novel
Layla Majnun dan Novel Romeo and Juliet.
KABILLAH bani Amir hidup di lembah HIjaz, Arabia diantara Makkah al-
Mukarromah dan Madinah al-Munawwarah.Pimpinan kabillah itu adalah lelaki yang sudah
uzur bernama Syed Omri. Walau sudah tua namun kekuasaan Syed Omri begitu disegani
laksana kekuasaan seorang raja. Demikian besar pengaruh kewibawaan Syed Omri hingga
namanya tersohor bukan hanya di negerinya sendiri tapi sampai ke negeri-negeri lain.Harta
kekayaannypun melimpah ruah bak kekayaan nabi Sulaiman. Syed Omri memilki seorang
putra bernama Qays yang memiliki wajah tampan dan suaranya merdu bagai bulu peindu.
Suatu hari Syaid Syaid Omri menitipkan putra kesayangannya kepada seorang guru
yang bijaksana dan penyabar yang pada saat itu merupakan guru terbaik diseluruh jazirah
Arab. Maka tak heran jika para bangsawan menitipkan anak-anaknya di sekolah itu. Diantara
anak-anak dari berbagai Kabillah, terlihat seorang gadis cantik berusia belasan tahun.
Wajahnya anggun mempesona, lembut sikapnya, dan penampilannya sangatbersahaja. Gadis
yang menjadi buah bibir itu bernama Layla. Qays sendiri sejak pertama kali melihat pancaran
cahaya keindahan itu, jiwanya langsung bergetar. Ia seperti merasakan bumi berguncang
dengan hebat., hingga merobohkan sendi-sendi keinginannya untuk menuntut ilmu.
Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. Gejolak gairah cinta dalam
jiwa membuatnya kehilangan akal sehat, hingga lupa belajar dan lupa makan. Qays tidaklah
menggantang asap, bertepuk sebelah tangan. Layla sudah tertarik padaQays sejak pertama
kali berjumpa. Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays. Baginya Qays
seperti gelas minuman, semakin dipandang semakin haus. Cinta sudah mengakar dalam hati
keduanya, tetapi mereka tidak ingin orang lain mengetahui hubungan itu. Dari waktu ke
waktu cinta tumbuh subur dan berbunga harum didalam taman hati Qays dan Layla. Saatyang
lain berpikir dan berusaha keras agar menjadi orang hebat, dua kekasih itu hanya berpikir
tentang cinta. Bagi mereka pengetahuan tidak lagi menarik untuk dibanggakan. Keduanya
tidak menyadari jika kisah asamara mereka mulai menjadi nahan gunjingan. Angin
berhembus membawa kisah asmara pada keluarga sigadis. Kabar iru bagai arang hitam yang
membuat bani Qhatibah tersinggung, harga dirimereka ternoda. Hanya ada satu cara untuk
menghilangkan rasa maluyaitu mengurung Layla didalam rumah, tidak boleh ke eolah atau
bertemu teman-temannya. Setelah Qays menyadari bahwaLayla dipingit orang tuanya,
xvi
muncul rasa penyesalan karena tidak mampu menyimpan rapatrahasiamereka. Qaysmenjadi
gelisah, tak sekejappun ia sanggup memejamkan mata. Ia pun berlari mendekati rumah Layla
dengan mengendap-ngendap. Bila sudah mendekati rumah Layla, ia mencium dinding rumah
Layla derai air mata membasahi pipi. Baginya meskipun tidak bertemu engan Layla maka
mencium dinding rumahnya punsudah cukup untuk merasakan kebahagiaan. Seolah-olah
dinding adalah tubuh Layla.
Dia terus menyebut nama gadis yang telah memnjarakan hatinya, namun teriakannya
hanya menggema di cakrawala. Rupanya ulah Qays yang selalumenyebut nama Layla
dianggap telah mencemarkan nama gadis itudan keluarganya. Bagaimana tidak hancur hati
orang tuanya jika anak gadis yag menjadipermata seluruh kabillah disebut oleh orang gila dan
menjadi tertawan masyarakat. Akhirnya karena tidak tahan dipermalukan, keluarga Layla
sepakat untuk pindah ke lembah Nedj. Disana keluarga Layla merasakan ketentraman. Beda
dengan Layla tetap tidak merasakan ketentraman, justru semakin tersiksa. Hasrat nyala dalam
hati agar dapat berjumpa dengan pujaan hati dambaan kalbu.
Getar perasaan Layla terhubung ke Qays. Bila Layla semakin menderita. Maka Qays
lh yang semakin sengsara. Sekarang ia sudah mulai mninggalkan ruma, hidup sendirian di
padang pasir yang gersang. Pagi hari saatfajar mulaimerekah benar Qays berjalan dengan
tergesa-gesa menuju gurun, berkelana sendirian dan hidup di hutan belantara yang berbahaya.
Ia ingin mengadukan nasibnya karena menurutnya hanya batuan lembah yang mengerti isi
hatinya. Semua orang banyk membicarakan ulah Qays bahkan ia dianggap lupa ingatan
bahkan sudah gilanamun ia tidak mempedulikan perkataan orang itu. Tiba-tiba pandangan
Qays menuju ke salah satu sudut rumah, Layla dilihatnya disana. Air mata bahagia menetes
dijanggut Qays. Layla pun melihatnya tapi tak mengnali Qays yang berpenampilan seperti
pengemis. Ia terkejut karena sosok yang tampak seperti pengemis itu adalah Qays kekasih
hatinya. Tampak sekali perbedaan antara Layla dengan qays disana. Layla yang bagaikn
sekuntum mawar segar berbeda dengan Qays yang berpenampilan seperti orang gila.
Dengan melihat timgkah laku Qays yang sangat memprihatinkan maka ayah Qays
memutuskan untuk meminang Layla untuk kesembuhan putra kesayangannya itu yang
dianggap gila oleh masyarakat setempat. Setelah ayah Qays bertemu dengan ayah Layla
mereka pun mengadakan suatu pembicaraan.Tetapi karena ada suatu perkataan ayah Qays
yang sangat menyinggung perasaan ayah Layla maka lamaran itupun ditolak.
xvii
Setelahupaya meminang Layla hanya membuahkan sait hai maka ayah Qays
mmmambujuk anaknya untuk melupkan gadis itu. Tapi Qays malah pergi dari rumah karena
baginya tidak ada yang mengerti perasaannya. Ia mangarungi gunung dan hutan. Dalam
perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Naufal. Pemuda tu adalah
seorang pemberni dan seorang pemburuh. Ia jugaseorang kesatria dalam peperangan. Qays
pun mulai bersahabat dengan Noufal. Noufal terus membimbing Qays dan setelah itu ada
sedikit perubahan pada diri Qays. Qays selalu mencurahkan keluh kesahnya pada
Noufal.Noufal sebisa mungkin membantu sahabatnya itu dalam mengatasi masalahny. Tetapi
hasilnya selalu nihil.
Suatu hari Lyla dilamar oleh seorang pemuda yang bernama Ibnu salam.Mereka pun
melangsungkan pernikahan. Mendengar kabar pernikahan Layla jiwa Qays seperti kapas
yang tertiaup angin. Dia merasa kesitiaan dan pengorbanannya dibalas dengan penghianatan.
Rasa sedih pun semakin bertabah ketika ia mendengar kabar ketika mendengar kabar bahwa
ayahnya meninggal dunia karena memikirkannya, dia menyesal karena menyia-nyiakan
banyak waktu tanpa memikirkan keluarganya. Dengan kejadian itu Qays tak lantas
melupakan Layla apalagi ketika suatu hari ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama
Ishaq yang menyampaikan salam Layla kepadanya. Laki-laki itu menjelaskan kalau Layla tak
seperti yag ia pikirkan. Perasaan Qays pun bangkit kembali.
Suatu hari suami Layla meninggal karena suatu penyakit. Kini Layla menjadi janda.
Suatu ketika ia bertemu dengan Qays kekasih hatinya dahulu. Alangkah bahagianya Qays
setelah melihat Layla setelah sekian lamaia tidak bertemu denga pujaan hatinya itu.
Senyumnya pada Layla semakin mengerikan karena gejolak hati yang ia rasakan. Ia pun
merobek apa yang dipakainya dan berlari sambil berteriak. Alangkah sedihnya Layla ketika
ia bertemu dengan sosok Qays yang tampak mengerikan itu. Sejak peristiwa itu wajah Layla
yang lembut selalu menampakkan kebimbangan.Sekarang ia semakin tenggelam oleh beban
kehidupan. Tubuhnya yang kurus sudah tidak mampu menopang kesedihan yang demikian
berat. Tapi sebelum ajal menjelang, ia masih menyisakan sebuah harapan.Ia sangat
mendambakan sepeninggalannya dendam dan amarah Bani Qhatibah tidak sampai
mencelakakan Qays. Ia rela mati asal kekasihnya bahagia. Ditengah keputusasaan dan rasa
sakit yang mencekam Layla masih ingin melindungi kekasihnya yang gila dan liar. Sebelum
Layla menghembuskan nafas terakhirnya ia ber.esan kepada ibunya agar memaafkan
kesalahannya dan Qays kekasih hatinya. Mendengar kematian Layla qas pun semakin
mronta, menangis, berteriak serta berlari menelusuru hutan, gurun sambil berteriak. Setelah
xviii
sampai di pemakaman Layla. Ia pun tersungkur jatuh dan mencium pusara Layla beribu-ribu
kali. Sampai akhirnya ia pun meninggal.
Alkisah di kota Verona Beach hiduplah dua keluarga besar yaitu keluarga montague
dan Capulets. Kedua kelurga ini adalah musuh berbuyutan sejak puluhan tahun lalu. Perang
antara dua keluarga tersebut yang berkecimpung diduniakriminal itu membuat pusing pihak
kepolisian Verona Beach pimpinan Kapten Prince karena tidak bisa menikmati kedamaian
dan ketenangan seperti seharusnya.
Perang antar keluarga itu ternyata tidak menghalangi salah satu anggota keluarga
Montague, yaitu Romeo Montague (Leonardo DaVinci) untuk mengikuti pesta yang
diselenggarakan oleh Flugencio Capulet (Paul Sorvino). Rupanya Romeo menyukai
kemenakan Flugencio, Rosaline sehingga mau hadir ke pesta keluarga musuhnya. Namun
pada saat Romeo berada di pesta itu, ia melihat seorang gadis cantik. Seketika ia langsung
jatuh cinta pada gadis cantik yang ternyata bernama Juliet (Claire Danes). Begitupula Juliet
yang juga langsung dimabuk cinta dalam pandangan pertama terhadap Romeo. Sayangnya
pada saat itulah, Romeo dan Juliet menemukan mereka tidak akan bisa berjodoh karena
keluarga mereka saling bermusuhan. Ternyata Juliet adalah anak anggota klan Capulet.
Tetapi cinta memang aneh karena mampu membuat mereka menjadi nekad. Mereka langsung
memutuskan kawin lari. Tetapi Tybalt (John Leguizamo) melihat Romeo di pesta dan
berusaha membalas dendam keluarganya. Ketika Tybalt hendak membunuh Romeo, namun
pisaunya mengenai teman karib Romeo, Mercutio (Harold Perrineau) sehingga tewas. Romeo
lalu bertekad membalas dendam pada Tybalt dan keluarga Capulet.mati.
Romeo pun membunuh Tybalt dan ia ditangkap lalu diasingkan dari Verona ke kota
Mantua. Sejak pristiwa pengasingan Romeo, Juliet sangat terpukul karenaharus
berpisahdengan kekasihnya Romeo. Akhirnya ia memutuskan untuk pura-pura mati agar bisa
terbebas dari keluarganya. Kabar Juliet telah tiada kini berhembus sampai ke telinga Romeo.
Ia pun berontak dan mencari tempatpemakaman Juliet. Sesampainya dipemakaman Juliet, ia
melihat Juliet tampak cantikdengan gaun putihnya didalam peti.Tak tertahan lagi rasa
sedihnya, ia pun memeluk pusaranya Juliet dan ia memilih minum racun didepan mayatnya
Juliet. Juliet terbangun da melihat Romeo sudah tidak bisa diselamatkan gara-gara dirinya. Ia
pun ikut meminum racun untukikut bersama Romeo. Jiwa seorang pencinta yang demikian
rumit, berliku an susah dipahami merupakan kunci pembeda antara kisah Layla Majnun
xix
dengan Romeo and Juliet. Dalam cerita Romeo and Juliet tidak digambarkan problem
kejiwaan pecinta secara mendalam. Karya Shakespeare itu hanya melihat cinta dari sisi
dhahir, seperti keampanan Romeodan kecantikan Juliet. Digambarkan penggambaran fisik
jelas menggambarkan peradaban barat yang kering. Berbeda dengan penggambaran tokoh
Majnun(Qays) yang sedemikian besar didominasi oleh perasaan jiwa dan diungkapkan dalam
syair. Kisah Romeo dan Juliet terilhami dari kisah Layla Majnun. Hal yang jelas dan tidak
bias dibantah adalah kisah Layla Majnun yang ditulis Nizami jauh lebih dahulu daripada
cerita Romeo dan Juliet. Nizami menulis Layla Majnun tahun 1188, sedang Shakespeare
menuis Romeo and Juliet tahun 1595. Maka dugaan Romeodan Juliet diilhami dari kisah
Layla Majnun walau masih perlu dikaji lebih jauh.
Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilihat sebagai persamaan dari kedua roman
itu.Dalam hal tema, jelas tampak persamaan yaitu, kedua tokoh utama cerita yang berupa
sepasang kekasih itu terikat dalam tradisi keluarga.Gairah cinta antara kedua kekasih juga
demikian besar dan tak terbendung. Dalam kisah Layla Majnun cinta dijabarkan sebagai rasa
sakit yang menyebabkan penderitaan sebanding dengan kebahagiaan. Sementara dalam
Romeo and Juliet cinta merupakan sumber harapan.Menurut Hekmatada gaya bahasa yang
kuat antara dua kisah ini. Hal ini bisa dilihat dari keluhan Majnun dan Romeo ketika berpisah
dengan layla serta Juliet. Dalam hal alur menurut Hekmat juga terjadi kesamaan antara lain :
Sama-sama mempunyai teman yang mendukung mereka untuk dapat hidup bersama,
Naufal (Laila-Majnun) dan Friar Laurence (Romeo_Juliet)
Dalam kedua roman ini juga ditemui beberapa perbedaan, antara lain dalam hal tindak
kekerasan dan pengagungan penampila fisik. Nizami menggambarkan secara detail kisah
cinta, dari awal pertemuan hingga kerumitan-kerumitan yag menghadang. Dan
xx
menggambarkan bagaimana kondisi pencinta apabila tanpa keberadaan orang yang dicintai.
Mereka akan kehilangan semua ketenangan pikiran dan terluka. Sementara Shakespeare
menceritakan perselisihan kuno dari dua klan, yang harus dibayar dengan darah Romeo dan
Juliet. Kisah dua remaja itu didongengka dengan romantic dan dramatis.
Romeo dan Juliet sangat kental dengan kekerasa. Awal cerita kita sudah disuguhi
dengan pembunuhan, Tybalt memunuh Marcutio dan Romeo membalasdendam dengan
membunuh Tybalt. Sedangcerita Layla Majnun diawali dengan sebuah dunia yang tenang dan
damai.
E. Penerapan kontekstual
Contoh A:
Mengajarkan Laba Harga Jual dan Harga Beli, Guru memberikan konsep mengenai
pengertian laba, harga jual dan harga beli. Membaca uraian mengenai harga jual dan harga
beli. Siswa mencari informasi harga kulak dari beberapa produk. Guru melangsungkan kelas
dengan cara modeling dan role play, yakni membuat ruang kelas seolah-olah pasar dan siswa
diminta untuk saling bertransaksi keuangan jual-beli. Siswa diminta mencatat setiap
pengeluaran dan pendapatan yang ada. Guru memberi pertanyaan lalu siswa
mempresentasikan tentang pengertian laba, harga jual dan harga beli.
xxi
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana tekstual terbagi
dalam dua aspek, yaitu aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal terdiri atas
empat jenis, yaitu pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan perangkaian. Adapun aspek
leksikal dalam analisis tekstual terdiri atas enam jenis, yaitu repetisi, sinonimi, antonimi,
kolokasi, hiponimi, dan ekuivalensi. Analisis wacana juga mengkaji lebih dalam tentang
situasi dan kondisi saat terjadinya peristiwa percakapan atau kebahasaan seseorang atau
kelompok 3 orang. Situasi dan kondisi yang terjadi dalam suatu peristiwa dapat dianalisis
melalui analisis wacana kontekstual. Dan dalam menganalisis wacana, baik secara tekstual
maupun kontestual, terdapat banyak kajian mengenai wacana dalam bentuk teks sastra.
DAFTAR PUSTAKA
https://bahasadansastraindoblog.wordpress.com/2017/09/12/intertekstual/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pembelajaran
kontekstual/amp/#referrer=https://www.google.com&csi=0
Andriyani, F. (2013). Analisis Tekstual dan Kontekstual dalam novel Traju Mas karya Imam
Sardjono. Jurnal pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Universitas Muhammadiyah
Purworejo, 3(2),12-18 http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/aditya/article/
https://media.neliti.com/media/publications/53421-ID-analisis-wacana-tekstual-dan-
kontekstual.pdf
https://www.esaiedukasi.com/2020/09/contoh-penerapan-pendekatan-kontekstual.html?m=1
http://ssgpelajarbahasa.blogspot.com/2011/11/pendekatan-intertekstual.html
xxii
xxiii