0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan3 halaman

RMK Kelompok 5 - EA-A - Tax Planning Transaksi Sewa Guna Usaha

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 3

Disusun Oleh Kelompok 5 Pengelolaan Pajak EA-A :

Vincentia Vinka Amelia Susetio 142190025


Ratih Nada Rinika 142190035
Nabila Shafa Aflaha 142190038

BAB 4
TAX PLANNING TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA
Pengertian Sewa Guna Usaha
Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lesse
(pengguna barang modal). Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi
dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna dengan hak opsi adalah sewa guna di mana
penyewa pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sewa guna usaha tanpa hak opsi adalah sewa guna usaha
dimana penyewa pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha tersebut.
Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa guna usaha dapat dilakukan secara langsung
maupun dengan cara penjualan dan penyewaan kembali

Perlakuan Perpajakan untuk Transaksi Sewa Guna Usaha


1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun
untuk golongan bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
4. Dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 mengatur
mengenai ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance
lessee yakni :
 Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewagunausahakan sampai saat lessee membeli barang tersebut.
 Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang
disewagunausahakan maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar yaitu
harga opsi barang modal yang bersangkutan.
 Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee, kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto
 Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, Dirjen
Pajak melakukan koreksi  atas pembebanan biaya sewa guna usaha tersebut dan
memperlakukannya sebagai operating lease. Perubahan ini  tidak dilakukan apabila
terjadi karena force majeur, gagal bayar (default), maupun pertimbangan ekonomi
tanpa motif menghindari pajak dan tidak ada hubungan istimewa
antara lessor dan lessee.
 Lesee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha.

Penjualan dan Penyewaan Kembali


Hal hal yang berkaitan dengan penjualan dan penyewaan kembali adalah :
1. Untuk penjualan dan penyewaan kembali tanpa hak opsi, PPN masukan yang telah
dikreditkan oleh lessee harus dibayar kembali
2. Atas penyewaan kembali barang modal tersebut, lessor harus memungut PPN
3. Pengalihan tanah dan bangunan sewa guna usaha
a) Saat Lessee menjual kepada lessor, lessee dikenakan PPh 5% dari nilai jual (nilai
akta) atau nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan untuk menghitung PBB
jika nilai jual lebih rendah dari NJOP
b) Saat lessor menjual kepada lessee, lessor dikenakan PPh 5% dari nilai opsi

Perlakuan Standar Akuntansi terhadap Transaksi Sewa Guna Usaha


Berdasarkan PSAK Nomor 30 tentang Standar Akuntansi Sewa Guna Usaha (2002), dalam
menentukan jenis sewa guna usaha pertimbangan utama yang digunakan adalah asas makna
ekonomi. Suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai sewa guna usaha dengan
hak opsi apabila memenuhi syarat berikut ini :
1. Lessee memiliki hak opsi untuk membeli asset yang disewa guna usahakan pada akhir
masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya
perjanjian sewa guna usaha
2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah dengan nilai sisa
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal serta bunganya sebagai
keuntungan lessor
3. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun

Akuntansi untuk Sewa Guna Usaha dengan hak Opsi


1. Pembayaran jaminan dibukukan sebagai piutang kepada lessor.
2. Nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa dibukukan sebagai aset
tetap dan kewajiban sewa guna usaha.
3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang
dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal sewa guna usaha.
4. Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan
dan dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga.
5. Asset tetap sewa guna usaha yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran
umur ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aset sejenisnya.
6. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual, amortisasi sewa
guna usaha akhir tahun, dan amortisasi keuntungan modal dan kerugian modal.
7. Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sesuai dengan praktik
yang lazim untuk usaha lessee.
8. Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali, maka selisih harga jual dengan nilai
buka aset dibukukan sebgai “keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan” yang harus
diamortisasi secara proposional.

Perencaaan Pajak untuk Sewa Guna Usaha


Perencanaan pajak dapat digunakan untuk aset tetap yang baru akan dibeli maupun aset tetap yang
telah dimiliki. Untuk aset tetap yang baru akan dibeli pertimbangannya adalah membeli secara
langsung (tunai atau kredit) atau dengan menyewa. Sedangkan, untuk aset tetap yang telah
dimiliki, pertimbangannya adalah mempertahankannya melakukan revaluasi atau dijual dan
disewagunausahakan kembali
Membeli secara Langsung atau Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
1. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak adalah beban penyusutan.
2. Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur
ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
3. Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
4. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat
membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan
penyusutan (penyusutan yang dipercepat).

Penjualan dan Penyewaan Kembali


Hal yang perlu diperhatikan adalah jika gedung dimiliki secara langsung, maka biaya yang boleh
dikurangkan hanya beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20
tahun. Apabila diperoleh melalui sewa guna usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang
dikeluarkan untuk pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.

Pengadaan Mesin Baru


Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai
biaya adalah beban penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban penyusutan, metode yang dapat
digunakan adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun.

Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung


Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung
secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat
dikurangkan adalah seluruh biaya sewa dan beban penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk
pembelian langsung adalah sebesar beban penyusutannya saja.

Tanah dan Bangunan yang Sudah Dimiliki, Sebaiknya Direvaluasi, Tidak Direvaluasi, atau
Dijual dan Disewakan Kembali
1. Tanah dan Bangunan Direvaluasi
 Jika perusahaan melakukan revaluasi maka atas selisih lebih setelah revaluasi akan
dikenakan PPh sebesar 10%. Nilai revaluasi merupakan dasar untuk melakukan
penyusutan pada tahun bersangkutan dan seterusnya
2. Tanah dan Bangunan Tidak Direvaluasi
 Tanah dan bangunan yang telan dimiliki tidak direvaluasi sehingga untuk beban
penyusutan Gedung hanya meneruskan yang sebelumnya.
3. Tanah dan Bangunan Dijual dan Disewakan Kembali
 Apabila dilakukan penjualan dan penyewaan kembali dengan hak opsi maka
perusahaan pada saat menjual kepada lessor harus membayar PPh Final sebesar 5%
dari nilai jual. Untuk penjualan kembali tanah dan bangunan semua biaya yang
dibayarkan kepada lessor dapat dikurangkan, baik biaya sewa atas tanah maupun
bangunan. Pada saat akhir masa sewa dan pengambilan opsi dilakukan, perusahaan
masih akan melakukan penyusutan atas nilai bangunan sesuai dengan nilai opsi.

Anda mungkin juga menyukai