Bismihayati. Nim 1813101025
Bismihayati. Nim 1813101025
Bismihayati. Nim 1813101025
TESIS
Oleh :
BISMIHAYATI
NIM : 1813101025
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Master Kesehatan Masyarakat
Oleh :
BISMIHAYATI
NIM : 1813101025
A. IDENTITAS
Nama : Bismihayati
Tempat/Tgl lahir : Dumai, 28 Februari 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : PNS
Anak ke/dari : 3/7 Bersaudara
Alamat : Komplek Perumahan Pinang Agam Permai, Blok
B10, Lubuk Basung
B. PENDIDIKAN
Bismihayati
1813101025
ABSTRAK
Bismihayati
1813101025
ABSTRACT
Puji dan Syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang telah
Program Magister.
terhormat Ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S. Pd, Ns, M. Kes selaku Pembimbing I dan
Tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd. Ns. M. Kes selaku Rektor Universitas Fort
2. Ibu Dr. Hj. Neila Sulung, S. Pd, Ns, M. Kes selaku Direktur Program Studi
i
6. Bapak/Ibu Bidan Koordinator dan Bidan Desa di Puskesmas Padang Luar,
7. Kepada Bapak, Ibu, dan staf dosen Universitas Fort De Kock Bukittinggi
pendidikan.
Bismihayati
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................9
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................9
D. Manfaat Hasil Penelitian..........................................................................11
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................12
F. Keaslian Penelitian..................................................................................13
iii
C. Defenisi Operasional (Kuantitatif)...........................................................57
D. Defenisi Istilah (Kualitatif)......................................................................58
E. Hipotesis..................................................................................................59
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat.............................................................................98
B. Pembahasan Bivariat..............................................................................112
C. Pembahasan Multivariat........................................................................127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Cakupan Pelayanan Antenatal
Care di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2020........................................73
v
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ghanchart
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Responden
Lampiran 4 : Kisi-Kisi Kuisioner
Lampiran 5 : Kuisioner
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 : Data Yang Mendukung Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya angka kematian ibu dan angka
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk meningkatkan
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terjadi pada ibu hamil yang
berisiko tidak terdeteksi secara dini. Berdasarkan hal tersebut maka peran bidan
sebagai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan. Peran serta yang proaktif dari
bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka kematian ibu dan bayi di
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas
terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal.
Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan
di kalangan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 Angka
Kematian Ibu (AKI) tertinggi terdapat di wilayah Afrika Barat yaitu negara Sierra
Leone sebesar 1.100 per 100.000 kelahiran hidup dan terendah terdapat di wilayah
1
2
Eropa yaitu negara Belarus sebesar 1 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun
hidup), AKI masih sangat tinggi angkanya bila dibandingkan dengan negara
2013 menjadi 96,1% tahun 2018, sedangkan proporsi pemeriksaan kehamilan (K1
ideal) dari 81,3% tahun 2013 menjadi 86% pada tahun 2018, proporsi
pemeriksaan kehamilan (K4) dari 70% pada tahun 2013 menjadi 74,1% pada
tahun 2018, proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% 2013 menjadi
79,3% tahun 2017. Meskipun dari data kesehatan ibu di Indonesia sudah membaik
tetapi bukan berarti perhatian pemerintah tidak terfokus lagi untuk kesehatan ibu
karena tidak semua daerah pelayanan kesehatan dan kualitas kesehatan sudah baik
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilannya
dengan jadwal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga yang dilakukan oleh bidan atau dokter spesialis
swasta yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Standar waktu pelayanan
3
tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin
berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi
hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan
trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang
Atas (LILA), pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri), penentuan status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi,
protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
4
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat
kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
jenis pekerjaan, budaya, dan sikap; faktor pendukung (enabling factors) seperti
dan kualitas pelayanan; dan faktor kebutuhan (need factors) seperti kondisi
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 sampai 2019 diketahui bahwa
persentase Ibu hamil mendapat pelayanan antenatal care (K1) dari tahun 2017
88,93% tahun 2017 menjadi 80,25% tahun 2018 (target 98%). Sedangkan tahun
2019 cakupan kontak pertama ibu hamil mengalami peningkatan sedikit yaitu
sebesar 84,45%. Selain daripada itu cakupan K4 juga mengalami penurunan dari
5
tahun 2017 hingga 2018, cakupan K4 mengalami penurunan pada 2018 menjadi
81,56% dari 86,57% pada tahun 2017 (target 95%), hal yang sama juga terjadi
pada tahun 2019 cakupan ibu hamil K4 sebesar 83,32% (Kementerian Kesehatan
RI, 2017).
adalah 90,1% , tahun 2018 mengalami penurunan yaitu 80,7%, sedangkan target
nasional yaitu 95%. Sedangkan untuk pencapaian K4 tahun 2017 yaitu 80,7% dan
sedikit mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu 76,53%. Untuk tahun 2019
cakupan K4 sebesar 78,4%, tetapi masih belum memenuhi target yang telah
belum tercapai. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam dalam tiga tahun
terakhir yaitu tahun 2017 sampai tahun 2019 diketahui capaian indikator kinerja
“Persentase Ibu Hamil Mendapat Pelayanan Antenatal” yaitu K1 83,8 tahun 2019
sedikit mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 yaitu 78,2 %. Dan
tahun 2017 sebesar 84,3%. Sedangkan untuk cakupan K4 yaitu 69,2% pada tahun
2018 dan tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 71,2%, sementara tahun
target K1 adalah 98% dan target K4 adalah 95% (Dinkes Agam, 2020).
6
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Agam selama tahun 2017 hingga 2019
mengalami peningkatan dan penurunan yaitu tahun 2017 sebanyak 10 kasus (AKI
= 137,7 per 100.000 KH) dengan rincian kematian ibu bersalin 2 orang dan
kematian ibu nifas 5 orang. Jika dilihat usia ibu yang meninggal, 60% ibu berusia
> 35 tahun (Dinkes Agam, 2018). Sedangkan tahun 2018 mengalami peningkatan
yaitu sebanyak 12 kasus (AKI = 164,7 per 100.000 kelahiran hidup) (Dinkes
Agam, 2019) dan tahun 2019 terjadi penurunan angka kematian ibu yaitu 7 kasus
yang berada di Kabupaten Agam yaitu Puskesmas Batu Kambing dan Puskesmas
pencapaian program KIA yang mencapai target, ditemukan program atau kegiatan
dengan stiker, konseling pra nikah dengan sasarannya adalah calon pengantin,
kelas Ibu Hamil yang akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil
paripurna serta kegiatan pendampimgan ibu hamil yang dilakukan oleh kader
yang bertujuan untuk mempercepat akses pertama ibu hamil (K1) ke tenaga
kesehatan, namun hal ini berbeda dengan Puskesmas Padang Luar, pelayanan KIA
yang diberikan belum mencapai dari target yang telah ditentukan, antara lain
kegiatan konseling pranikah yang belum terlaksana dan belum seluruh ibu hamil
dengan kunjungan antenatal care (ANC), hal senada juga diungkapkan oleh
perawatan antenatal sebagai hal yang penting untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi
ibu yang rendah dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti & Mardian, 2019) menyatakan bahwa
antenatal care, sedangkan faktor umur dan kepemilikan jaminan kesehatan tidak
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir Kualitas
antenatal care yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam antenatal care
normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu antenatal care harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk antenatal care yang
dan janin dalam kandungan dapat terpantau dan terkontrol serta dapat melakukan
deteksi dini terhadap penyulit atau komplikasi serta kehamilan dengan risiko
angka kematian ibu melalui persalinan yang aman menuju well born baby dan
lebih jauh dan mengangkatnya dalam sebuah penelitian dengan judul “Analisis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Tujuan Kuantitatif
2020.
2020.
10
Tahun 2020.
2020.
b. Tujuan Kualitatif
berkualitas.
11
3. Bagi Peneliti
5. Bagi Responden
secara menyeluruh.
lebih terbuka serta melakukan observasi dan studi dokumen. Penelitian kuantitatif
pada tanggal 19 Februari sampai tanggal 9 Maret 2020. Populasi pada penelitian
ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28 minggu s.d bersalin di
Koordinator, Bidan desa, ibu hamil trimester III dan kader di 2 (dua) Puskesmas
dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA
univariat, bivariat dan multivariat dan teknik pengolahan data untuk penelitian
kualitatif dengan cara membuat transkrip data, mereduksi data, penyajian data,
metode triangulasi.
13
F. Keaslian Penelitian
3 Ulin Nafiah dkk Kajian Pelayanan Kualitatif Pendekat Pelayanan K4 di Puskesmas dilaksanakan
Antenatal K4 dan Fenomenologis oleh bidan dan dokter dengan penerapan
Pertolongan Persalinan di operasional yang dikenal dengan standar
Puskesmas Kabupaten pelayanan minimal (10T), pertolongan
Pati Tahun 2019 persalinan sebagian besar sudah di
Puskesmas oleh bidan dan dokter
4 Alanazy Exploring maternal and Kualitatif Studi Eksplorasi Ibu hamil memandang perawatan
health professional beliefs Kualitatif antenatal sebagai hal yang penting untuk
About the factors that kesehatan ibu dan bayi, tetapi ada kendala
affect untuk mendapatkannya antara lain
Whether women in Saudi hambatan untuk menghadiri disebabkan
Arabia attend antenatal oleh factor ibu dan tenaga kesehatan.
care clinic appointments Seperti hambatan fisik (mis., kurangnya
Tahun 2019 transportasi), pendidikan ibu yang rendah,
dan fasilitas kesehatan yang tidak
memadai (termasuk sikap staf yang negatif
dan komunikasi yang buruk). Serta
kepercayaan pasangan dan keluarga.
5 Ayu Indah Dukungan Keluarga Tidak Kuantitatif Case Control Besar risiko dukungan keluarga yang tidak
15
methods
Kabupaten Agam
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28
yaitu : Kepala Kepala Puskesmas, Bidan Koordinator, Bidan desa, ibu hamil
1. Pengertian Kehamilan
perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga. Pada masa
berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dan dibutuhkan bagi seorang ibu
hamil normal adalah 240 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
enam bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2014).
ibu. Pada bulan-bulan pertama mungkin tidak akan banyak perubahan yang
terlihat. Akan tetapi, sesungguhnya tubuh anda secara aktif berubah untuk
17
18
dan tidak perlu dicemaskan (Indiarti, 2015). Trimester III sering disebut periode
menunggu dan waspada sebab ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu
diri aneh dan jelek, serta gangguan body image. Perubahan body image dapat
berdampak besar pada wanita dan pasangannya saat kehamilan (Jannah, 2012).
2. Tanda-Tanda Kehamilan
(Ratnawati, 2014):
bagian janin.
suatu bau-bauan.
kembali.
membesar.
20
8) Miksi (buang air kecil) : Miksi sering terjadi karena kandung kemih
tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada
11) Epulis atau dapat disebut juga hipertrofi dari papil gusi.
vulva.
1) Perut membesar.
2) Uterus membesar.
adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian
yang lain.
hicks).
7) Teraba ballotement.
kepada seorang ibu hamil sampai saat persalinan. Pelayanan kesehatan yang
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
2016).
Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal dari
care(ANC) untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan
perkiraan berat badan janin yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
secara dini penyakit yang meyertai kehamilan, mendeteksi secara dini komplikasi
kehamilan, menetapkan risiko yang dapat terjadi pada masa kehamilan baik itu
persalinan ibu menuju well born baby dan well health mother, mempersiapkan ibu
untuk memelihara bayi dan laktasi serta dapat mengantarkan ibu sampai pulih saat
yang dilakukan pada masa kehamilan sebelum bayi lahir dan yang paling
b. Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
maupun bayinya.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal, perawatan bayi dan
manfaat bagi ibu hamil antara lain menurunkan angka kematian maternal, yaitu
ditentukan pertolongan persalinan yang aman. Selain itu ibu hamil dapat
dilakukan oleh dokter atau bidan, 2) untuk memastikan seseorang hamil atau
tidak, melihat kondisi dalam Rahim, 3) untuk mengetahui posisi kehamilan berada
yang terdapat pada janin, 6) untuk melihat posisi dari janin mengalami kelainan
atau tidak dan 7) melihat penyakit yang dapat menyertai ibu selama kehamilan
besar karena dapat menjaga kesehatan ibu dan janin pada masa kehamilan, dapat
mengurangi terjadinya risiko yang terdapat pada ibu hamil dan dapat mengurangi
terjadinya kelahiran premature dan berat badan lahir rendah (Thuladar H and
segera dapat diketahui berbagai macam kelainan yang terjadi selama kehamilan,
risiko yang terdapat pada masa kehamilan, dan komplikasi selama kehamilan
dilakukan sebanyak 12-13 kali selama masa kehamilan, hal ini berbeda dengan di
sebanyak 4 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali, pada trimester II sebanyak
1 kali, dan pada trimester III sebanyak 2 kali. Dengan memperhatikan batasan dan
ulangan dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan enam sampai tujuh bulan,
pemeriksaan setiap dua minggu sampai usia kehamilan delapan bulan dan setiap
satu minggu sejak usia kehamilan delapan bulan sampai terjadinya proses
G.M.I., 2003).
25
kehamilan I atau II, imunisasi tetanus I). Pada kehamilan trimester I, janin
sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar seperti infeksi, obat-obatan dan
pengaruh makanan yang tidak sehat. Infeksi yang paling sering terjadi
(Cuningham G, 2012).
ditemukan pada darah ibu, kelebihan kadar dari protein ini akan
kongenital pada saraf tulang belakang. Hal ini sebaliknya dapat terjadi,
saraf tulang belakang. Jika cairan tersebut terhalang oleh sesuatu maka
berdampak fatal bagi jaringan otak janin. Pada usia kehamilan 20 minggu
pada awal kehamilan (Hefnner I.J and Schust D.J. At a Glance, 2008).
Selain itu sebagian besar dari wanita hamil dengan penyakit hipertensi
2) Kunjungan ulang
ini dan tingkat perubahan, berat badan saat ini dan jumlah
tenaga kesehatan untuk yang keempat kalinya atau lebih pada umur
sebagainya).
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar yang berlaku. Cakupan K1 merupakan cakupan kontak pertama sekali ibu
hamil pada saat kehamilan dengan tenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan anenatal yang diberikan oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan pertama (KI) dipergunakan sebagai suatu
indikator akses pelayanan angka cakupan ibu hamil yang diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan yaitu
dilakukan satu kali, trimester kedua dilakukan satu kali dan pada trimester ketiga
dilakukan dua kali pada kurun waktu tertentu di suatu wilayah kerja (Kementerian
pelayanan medik dasar yang strategis dalam upaya untuk dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan janinnya. Agar dapat mencapai keinginan tersebut hal yang
perlu diperhatikan yaitu pelayanan dapat dijangkau oleh ibu hamil dan
keluarganya, sehingga ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan secara teratur dan
dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada
masa kehamilan.
a. Kebijakan Program
merupakan suatu pelayanan medik dasar yang strategis dalam upaya untuk
dijangkau oleh ibu hamil dan keluarganya, sehingga ibu hamil dapat
10T yang terdiri atas timbang berat badan dan ukur berat badan, ukur
tinggi fundus uteri, tes terhadap penyakit menular seksual dan tes wicara
32
2007). Pelayanan antenatal atau dikenal dengan istilah 10T yang terdiri
atas timbang berat badan dan ukur berat badan, ukur tekanan darah,
tentukan status gizi, skrining dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin, tes terhadap penyakit
b. Kebijakan Teknis
macam kelainan yang dapat terjadi selama kehamilan, risiko yang terdapat
7. Standar ANC
33
dikenal dengan standar minimal “10T” itu terdiri atas (Kementerian Kesehatan RI,
2010) :
rata 0,3 sampai 0,5 kg per minggu. Pada akhir kehamilan pertambahan
berat badan total adalah 9-12,5 kg. Bila terdapat penambahan berat badan
LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk
atau sudah terjadi dalam waktu lama. Jika LILA kurang dari 23,5 cm,
KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti
resiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula
dalam rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-
160 kali. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu
hamil, dan denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan
16 minggu / 4 bulan.
g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tablet zat
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh, kopi, susu karena mengganggu
proses penyerapan.
lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan globulin),
kadar gula darah dan urin lengkap. Tes laboratorium dilakukan sesuai
kehamilan.
atau antenatal care. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi ibu hamil mau
dan resiko tinggi pada kehamilan. Jika ia mengetahui bahwa ia beresiko itu
ditemukan waktu akan melakukan ANC, seperti suami atau keluarga tidak
2016).
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
Yang dikaji dalam kunjungan ulang Trimester III antara lain : kemajuan
meliputi : tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri dan detak
dalam bidang kebidanan yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat yang
mengandung resiko, dan resiko kehamilan tersebut bersifat dinamis, karena ibu
hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko tinggi.
Faktor resiko pada ibu hamil, seperti umur terlalu muda/tua, banyak anak,
dan beberapa faktor biologis lainnya, adalah keadaan yang langsung menambah
resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang
perdarahan melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang
sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan ibu, misalnya perdarahan
melalui jalan lahir, eklampsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus
1) Diagnosa kehamilan
c. Rujuk
Ibu hamil dengan resiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan yang
yaitu :
terdiri dari:
sikap)
kesehatan)
39
2) Jarak pelayanan
pelayanan kesehatan.
kesehatan, yaitu:
2) Fasilitas
1997).
3) Pelayanan personil
puas. Personil itu terdiri dari dokter maupun perawat, tenaga para
4) Lokasi
6) Informasi
profesinya.
dan mutu pelayanan (Mills, 1990). Menurut Groner dan Sorhin (1977) dalam
a. Persepsi sakit
istiadat).
c. Kemampuan membayar
dihadapi.
keputusan, jenis jasa, dan beberapa faktor lainnya. Dalam upaya mengurangi
jenis orang mungkin ikut berperan dalam pengambilan keputusan individu adalah:
atau seluruh pengambilan keputusan, membeli atau tidak, apa yang dibeli,
a. Umur Ibu
Umur ibu dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam menetapkan
adalah maternal age / usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah
wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi
b. Pendidikan
masih rendah. Sekitar 70% angkatan kerja Indonesia dalam tahun 2000
(Simanjuntak. P. J, 2005).
trimester III. Hal ini serupa dengan penelitian (Safitri et al., 2016) di
care.
c. Pengetahuan
pengetahuan dari berbagai sumber baik atas inisiatif sendiri maupun orang
bergizi.
ada
2 cara yaitu:
dari cara coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial
and error”
pengetahuan.
2) Cara modern.
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut lebih
d. Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu
atau lebih dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24
minggu dapat digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak
rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki
angka kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka
H., 2005). Beberapa istilah yang termasuk kepada jumlah paritas, yaitu
(Manuaba, 2001)
anak dengan berat lebih dari 500 gram atau dengan usia kehamilan
2) Primipara
49
muda dan primipara tua. Primipara muda yaitu umur kurang dari
3) Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal
berbanding terbalik dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan lebih
dari satu orang anak sebelumnya, mereka beranggapan bahwa sudah lebih
(Manuaba, 2001).
e. Sikap
Evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
50
tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata
tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor
orientsi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, sikap memang
umum atau sosial. Bila konsistensi sikap dan perilaku dilihat dari arti
sikap itu erat berkaitan dengan macam perilaku yang bersangkutan. Pada
memungkinkan.
f. Jarak
oleh masyarakat hal ini terkait dengan letak geografis, kurangnya sarana
yang tidak efektif digunakan oleh perawat dan bidan dalam melaksanakan
dan jenis kegiatan yang dilakukan. Menurut (Depkes RI, 2006), hubungan
antara lokasi pemeriksaan dengan tempat tinggal ibu hamil dapat diukur
dengan satuan jarak, waktu tempuh, ataupun biaya tempuh bergantung dari
jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Kondisi geografis secara
umum penduduk pedesaan jauh dari Puskesmas dan maupun rumah sakit
area dengan jari jari 3 km atau dengan waktu tempuh kurang dari
30 menit.
g. Dukungan Suami
(Legiati. Titi dkk, 2012) sumber sumber dukungan sosial memberikan arti
bagi seseorang mungkin tidak berarti bagi orang yang lain. Dukungan
sosial dapat berasal dari orang-orang yang penting yang dekat (significant
Kurniati, 2007) dukungan sangat di butuhkan ibu hamil terutama ibu hamil
Dukungan suami sangat penting dalam hal ini karena masih adanya
pemeriksaan antenatal care , karena dalam hal ini izin suami sangat
penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care dan
C. Kerangka Teori
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
dilihat dari faktor sumber daya manusia berupa (inputrecruitment), faktor internal
dan eksternal, faktor internal yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat
perilaku seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti sikap, dan tindakan-
tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi
serta motivasi pegawai itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan
kesehatan.
Gambar 2.3
Kerangka Teori Perilaku Kesehatan L. Green
BAB III
KERANGKA KONSEP, KERANGKA PIKIR, DEFENISI
yang telah dibahas diatas maka cakupan pelayanan antenatal care merupakan
merupakan variable independen. Untuk lebih jelasnya uraian tentang konsep ini
Pengetahuan
Sikap
Cakupan Pelayanan
Jarak
Antenatal Care
Dukungan Suami
Umur
Pendidikan
Paritas
Variabel Confounding
55
56
dengan teori yang dibawa oleh (Kellog, 2004) yang mana peneliti melihat
komponen masukan (input), proses dan luaran (output). Kerangka pikir penelitian
A.
PROSES
a. Pelayanan
INPUT ANC 10T OUTPUT
b. Peningkatan Terwujudn IMPACT
a. Kebijak Peran Serta ya
an masyarakat/ Menurunn
pelayanan
b. SDM kader ya AKI
c. Dana
ANC yang
c. Kemitraan/ dan AKB
d. Sarana jejaring
Berkualita
Kerja s
d. Monev
Gambar 3.2
Kerangka Pikir Penelitian Kualitatif
sebagai berikut :
58
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Cakupan Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 14.00 Ordinal
Pelayanan tenaga kesehatan untuk ibu selama masa 2=Baik ≥ 14.00
Antenatal Care kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam standar
2 Umur Informasi yang diketahui oleh ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Beresiko < Umur 20 tahun Ordinal
tentang pelaksanaan pelayanan antenatal dan > 35 tahun
2=Tidak Beresiko > Umur 20 – <
35 Tahun
3 Pendidikan Riwayat pendidikan terakhir ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Rendah tamatan SD dan SMP Ordinal
2=Tinggi tamatan SMA dan PT
4 Paritas Jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau Kuisioner Wawancara 1=Rendah < 4 org Ordinal
mati, satu atau lebih dengan berat lebih 2=Tinggi ≥ 4 org
dari 500 gram
5 Pengetahuan Informasi yang diketahui oleh ibu hamil Kuisioner Wawancara 1=Rendah < 15.00 Ordinal
tentang pelaksanaan pelayanan antenatal 2=Tinggi skor ≥ 15.00
6 Sikap Persepsi atau penilaian ibu hamil terhadap Kuisioner Wawancara 1=Negatif < 24.00 Ordinal
pelayanan antenatal yang diberikan oleh 2=Positif ≥ 24.00
bidan
7 Jarak Kemampuan ibu hamil dalam mencapai Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 3.00 Ordinal
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan 2=Baik ≥ 3.00
pelayanan antenatal
8 Dukungan Suami Dorongan/motivasi yang diberikan oleh Kuisioner Wawancara 1=Kurang baik < 35.00 Ordinal
suami kepada ibu hamil untuk 2=Baik ≥ 35.00
memeriksakan kehamilannya
Tabel 3.3
Defenisi Operasional
59
Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui informasi mendalam mengenai cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas
Sumber Daya Ketersediaan sumber daya bidan untuk pelaksanaan pelayanan antenatal di Pedoman Wawancara dan
Manusia Puskesmas Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen
Dana Ketersediaan dana untuk pelaksanaan pelayanan antenatal di Puskesmas Pedoman Wawancara dan
Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen
Sarana dan Ketersediaan sarana dan prasarana/fasilitas untuk menunjang pelaksanaan Pedoman Wawancara dan
Prasarana pelayanan antenatal di Puskesmas Kabupaten Agam. Wawancara telaah dokumen
2 Proses Pelayanan ANC Pelayanan yang diberikan pada ibu hamil yang meliputi timbang berat badan dan Pedoman Wawancara dan
10T ukur tinggi badan, ukur LILA, periksa tekanan darah, tinggi fundus Wawancara telaah dokumen
uteri,skriniing imunisasi TT,pemberian tablet FE, tes labor,tentukan presentase
janin dan DJJ, tata laksana kasus serta temu wicara
Peningkatan Peran Keterlibatan masyarakat/kader didalam mewujudkan pelayanan antenatal care Pedoman Wawancara dan
Serta yang berkualitas bagi ibu hamil Wawancara telaah dokumen
Masyarakat/kader
Kemitraan/Jejaring Suatu jalinan kerjasama yang saling menguntungkan dalam memberikan Pedoman Wawancara dan
Kerja pelayanan antenatal care pada ibu hamil Wawancara telaah dokumen
Monev Kegiatan pemantauan dan penilaian oleh pejabat berwenang untuk melihat Pedoman Wawancara dan
60
pelaksanaan pelayanan antenatal kepada ibu hamil dan menilai kinerja bidan di Wawancara telaah dokumen
Puskesmas Kabupaten Agam.
3 Output Terwujudnya Pelayanan yang diberikan kepada seorang ibu hamil minimal 4 kali selama Pedoman Wawancara dan
Pelayanan ANC kehamilannya yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan 2 Wawancara telaah dokumen
yang berkualitas kali pada trimester III dengan standar 10T
61
E. Hipotesis
care.
care.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2014) yang dikenal dengan nama mixed methods, merupakan
bobot metodenya berbeda. Pada model ini ada penelitian kuantitatif sebagai
metode primer digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan penelitian
tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA terendah diwilayah kerja
60
63
C. Kuantitatif
a. Populasi
penelitian ini adalah ibu hamil trimester III usia kehamilan 28 mg sampai
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014). Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil
c. Besar sampel
Z²1-α/2·P(1-P)N
n=
d²(N-1)+Z²1-α/2·P(1-P)
Keterangan :
P = Proporsi (0,44)
n = Besar Sampel
n’ = n/(1-f)
Keterangan:
n = Besar sampel
n = 62/(1-0,1)
= 69
a. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
2) Kriteria eksklusi
dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA
Puskesmas.
2. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Pengolahan data ini sangat penting dalam penelitian. Data yang masih
mentah harus diolah dan dianalisis, hal ini supaya data bisa disajikan dan
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariate
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen, yang terdiri dari
care. Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi
square dengan confident interval (CI) 95% dan α =0,05. Kesimpulan dari
hasil uji apabila nilai p≤0,05 maka Ho ditolak, berarti terdapat hubungan
(Hastono, 2007).
c. Analisis Multivariat
(adjusted) oleh variabel lain. Untuk mengetahui variabel yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan cara melihat nilai exp (B)
untuk variabel yang signifikan, semakin besar nilai exp (B) maka semakin
2007).
D. Kualitatif
1. Informan Penelitian
secara lebih luas dan mendalam serta dapat dipercaya sebagai sumber data.
Pada penelitian ini untuk lebih mendapatkan data yang akurat tentang
dengan capaian KIA tertinggi dan 2 (dua) Puskesmas dengan capaian KIA
adalah mereka yang relevan dengan masalah penelitian ini. Informan yang
terpilih adalah :
a. Kepala Puskesmas.
b. Bidan koordinator.
c. Bidan desa
e. Kader.
2. Sumber Data
69
a. Data Primer
b. Data Sekunder
3. Instrumen Penelitian
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham tehadap metode
kualitatif, menguasai teori dan wawancara terhadap bidang yang diteliti, serta
melihat dan mengamati sendiri situasi yang terjadi. Instrumen yang digunakan
observasi, alat tulis, buku catatan, kamera, dan alat perekam untuk
2 Proses
a. Pelayanan ANC 10T √ √ √ √ √
b. Peningkatan Peran serta √ √ √ √ √
Masyarakat
c. Kemitraan/Jejaring √ √ √ √ √
Kerja
d. Monitoring dan √ √ √
Evaluasi
3 Output √ √
Terwujudnya Pelayanan
ANC yang berkualitas
4 Wawancara Mandalam √ √ √ √ √
untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti
memilih jenis dekriptif, yaitu kualitatif maka dalam mengumpulkan data harus
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu dengan
71
wawancara)
a. Observasi
b. Dokumentasi
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya
apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang
telah ada.
c. Wawancara
72
5. Analisa Data
a. Triangulasi Sumber
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari sumber yang
b. Triangulasi Teknik
1. Letak Geografis
wilayah yaitu 2.232,30 km2 atau 5,29% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat
mulai dari dataran tinggi hingga dataran yang relative rendah, dengan ketinggian
82 Nagari. Pusat Pemerintahan berada di Kota Lubuk Basung, yang berjarak 114
km dari Kota Padang atau 63 km dari kota Bukittinggi. Batas- batas wilayah
penduduk Kabupaten Agam 2019 adalah 476.890 jiwa, yang terdiri dari jumlah
penduduk laki- laki sebanyak 234.194 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
242.696 dengan rasio jenis kelamin 96. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat
72
75
sebanyak 39.739 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah yaitu pada
3. Sarana Kesehatan
buah Puskesmas, 8 buah Puskesmas mampu PONED , Pustu 120 buah, Poskesri
46 buah, Polindes 80 buah, 820 buah posyandu dengan jumlah kader 2084 orang
untuk operasional Puskesmas saat ini tersedia mobil ambulan dan kendaraan roda
dua.
4. Tenaga Kesehatan
berjumlah 645 orang dan tenaga kesehatan yang terbanyak yaitu Bidan (400
orang)
B. Hasil Penelitian
Tabel 5.1
No Variabel f %
1 Umur
Beresiko 25 36,2
Tidak Beresiko 44 63,8
2 Pendidikan
Rendah 29 42,0
Tinggi 40 58,0
3 Paritas
Rendah 35 50,7
Tinggi 34 49,3
76
Dari analisis pada tabel 5.1 diatas pada variabel Umur didapatkan
responden yang memiliki Umur yang tidak beresiko ada sebanyak 44 (63,8%),
ada 40 (58,0%), Pada Variabel Paritas didapatkan responden yang Paritas tinggi
pengetahuan, sikap, jarak dan dukungan suami dengan menganalisis data dari 69
orang sampel yang telah berhasil dikumpulkan, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.2
No Variabel f %
1 Pengetahuan
Rendah 32 46,4
Tinggi 37 53,6
2 Sikap
Negatif 26 37,7
Positif 43 62,3
3 Jarak
Kurang Baik 7 10,1
Baik 62 89,9
4 Dukungan Suami
Kurang Baik 33 47,8
Baik 36 52,2
5 Cakupan Pelayanan ANC
Kurang Baik 31 44,9
Baik 38 55,1
77
Dari analisis pada tabel 5.2 diatas pada variable Pengetahuan didapatkan
Sikap didapatkan responden yang memiliki sikap positif ada 43 (62,3%), Pada
yang baik ada 36 (52,2%) dan Pada Cakupan Pelayanan ANC didapatkan
Tabel 5.3
Cakupan Pelayanan
ANC
P
Kurang Total OR
Variabel Baik Value
Baik
n % n % N %
Umur
Beresiko 13 41,9 12 31,6 25 100 0,523 1,565
Tidak Beresiko 18 58,1 26 68,4 44 100
Pendidikan
Rendah 18 58,1 11 28,9 29 100 0,028 3,399
Tinggi 13 41,9 27 71,1 40 100
Paritas
Rendah 21 71,9 14 36,8 35 100 0,021 3,600
Tinggi 10 32,3 24 63,2 34 100
Pengetahuan
Rendah 28 90,3 4 10,5 32 100 0,000 79,333
Tinggi 3 9.7 34 89,5 37 100
Sikap
Negatif 17 54,8 9 23,7 26 100 0,016 3,913
Positif 14 45,2 29 76,3 43 100
Jarak
Kurang Baik 7 22,6 0 0 7 100 0,007 0,774
Baik 24 77,4 38 100 62 100
Dukungan Suami
Kurang Baik 22 71,0 11 28,9 33 100 0,001 6,000
Baik 9 29,0 27 71,1 36 100
78
untuk menyeleksi variabel yang akan masuk kedalam tahap selanjutnya dalam
variabel dapat masuk model multivariat. Berdasarkan analisis bivariat yang sudah
yaitu :
Tabel 5.4
<0,25. Setelah dilakukan uji multivariat dengan uji regresi berganda (multiple
pendidikan dan variable paritas dan pada langkah 3, didapatkan variabel yang
Kabupaten Agam tahun 2020 adalah Pengetahuan ibu dengan nilai Value paling
1849.992) berarti pengetahuan ibu mempunyai peluang 178 kali untuk mengikuti
Kader dan Ibu Hamil di 4 Puskesmas yaitu dua Puskesmas dengan capaian
82
Tabel 5.5
a. Komponen Input
1) Kebijakan
IF-1 “Kebijakan khusus yang dibuat oleh Puskesmas tidak ada, tetapi
Puskesmas sudah membuat Surat Keputusan (SK) yang tentang
jenis jenis pelayanan baik pelayanan dibidang perorangan
83
Tabel 5.6
pemegang program
sampai ke bidan desa.
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui hasil wawancara mendalam didapatkan
IF-1 “Untuk pustu dan Poskesri sudah ada bidan kecuali dua buah
Pustu yang belum ada bidan nya yaitu Pustu Salimpariak dan
Cupak karena bidan tersebut pindah kedaerah lain, kalau untuk
semua jorong memang tidak semua jorong ditempati bidan, cuman
ada pembina wilayahnya di Puskesmas, setiap posyandu akan
datang kejorong tersebut, selain itu ada upaya yang dilakukan,
contoh ada salah satu Nagari, dimana Pustunya jauh dari
pemukiman penduduk yang padat yang letak Pustunya ditepi
Nagari tersebut, diusulkan didalam musyawarah nagari agar
Pustu dipindahkan ke tempatkan pemukiman penduduk yang
padat, kendalanya tidak ada tanah yang bisa dibangun untuk
Pustu tersebut. Dalam hal capaian program, meskipun capaian
masih belum rendah atau belum tercapai, disebabkab karena ada
nya pengetahuan ibu hamil yang kurang, adanya ibu hamil yang
tidak menetap tempat tinggalnya karena tingginya angka
mobilisasi, dan untuk kuantitas pemeriksaan oleh petugas dilihat
dari pendidikan yang rata rata sudah D4, rasanya sudah cukup”
IF-6 “Untuk pelayanan antenatal care tidak ada hambatan, SDM sudah
cukup, pelayanan antenatal sesuai standar, distribusi untuk
melakukan pelayanan antenatal sudah sesuai dengan kebutuhan
86
IF-12 “Untuk ketersedian tenaga disini ada sepuluh Pustu dan Polindes
dengan 28 jorong dan menurut hemat kani masih kurang kemudian
dari sepuluh pustu yang ada semenjak akhir tahun 2019 ada satu
Pustu yang kosong yaitu Pustu panta karena petugasnya pindah ke
Bukittinggi, dan untuk kualitas sudah memiliki kompetensi tetapi
ada sekiatr10-12% belum melaksanakan anc sesuai dg standar,
terkait dg 10T”.
Tabel 5.7
informasi bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) dari segi kuantitas Kab. Agam
kekurangan SDM tenaga bidan di Puskesmas dan dari segi kualitas pelayanan
yang diberikan oleh bidan beragam, oleh karena itu untuk peningkatan kualitas
3) Dana
IF-11 “Dukungan dana ada dari nagari untuk posyandu dll, agar
menunjang program KIA dan pertanggungjawabannya tidak
bermasalah.”
IF-12 “Kalau masalah dana untuk kegiatan ANC dan seluruh kegiatan
KIA lainnya didanai dengan BOK, prosedur atau pertanggung
jawabannya untuk menaiakan SPJ yang agak ribet.”
IF-17 “ Sumber dana berasal dari dana BOK, ada dana perjalanan BOK
khususnya untuk kunjungan ibu hamil resti dan P4K dan ibu hamil
yang memeriksakan kehamilannyo ka Pustu pakai dana BPJS,
kalau indak ado pakai retribusi umum.”
Tabel 5.8
informasi bahwa dukungan dana dalam pelayanan ANC dilapangan sudah cukup,
dana yang ada beragam, berasal dari dana JKN, dan bantuan operasional
kesehatan (BOK) serta dari Nagari. Hambatan didalam pencaiaran dana adalah
ketika membuat Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) yang sedikit memakan waktu
yang lama.
berikut :
IF-2 “Cukup, tetapi ada sarana dan prasarana yang kurang lengkap
seperti untuk pemeriksaan tinggi fundus uteri seharusnya ada
centimeter kadang kadang centimeter tersebut tidak tersedia di
Puskesmas maupun dibeberapa Pustu dan mengenai buku KIA
cukup begitu juga dengan pendistribusianmya lai lancar, cuma
dalam pemasangan stiker P4K yg kurang lancar, kadang
masyarakat ndak mau memasangkan stiker P4K dimuko
rumahnyo.”
IF-6 “Terkait sarana dan pra sarana untuk pelayanan ANC sudah
cukup, baik di Puskesmas maupun satelit , untuk buku KIA di
Puskesmas itu mencukupi bahkan berlebih dan untuk pemasangan
stiker sudah terpasang hanya saja ada beberapa masyarakat yang
tidak bisa merawatnya sehingga ada beberapa stiker yang rusak,
ada juga ibu hamil yang pindah tempat sehingga tidak pas tempat
pemasangan dan juga ada yang rusak oleh anaknya.”
IF-11 “Dari segi sarana untuk pelayanan ANC bisa di Puskesmas, Pustu
maupun di Posyandu, yang jadi masalah adalah tidak tersedianya
ruangan ditempat Posyandu untuk pemeriksaan kehamilan karena
tempat Posyandunya yang menumpang, untuk sarana yang lain
90
IF-12 “Sarana yang ada di Puskesmas cukup tetapi untuk Pustu yang
kurang misalnya seperti dopler karena dopler yang lama udah
rusak maka mereka atau teman teman bidan desa beli sendiri.
Dana pembelian dari Puskesmas itu butuh permintaan tetapi harus
pula tertuang dulu dalam RPK, kalau tidak tertuang dalam RPK
tidak bisa dibeli, kalau untuk buku KIA jumlahnya cukup, tetapi
permasalahannya misalnya ada yg bukan sasaran kita, sementara
buku KIA hanya kita berikan kepada sasaran yang masuk dalam
wilayah kerja Puskesmas, ini menajdi dilemma karena tujuan
meminta Buku KIA tersebut adalah untuk klem persalinan,
mengenai stiker belum terpasang semua karena ada yg malu
sehingga stiker dipasang dibelakang pintu.”
Tabel 5.9
b. Komponen Proses
IF-3 “Pelaksanaan yang 10T lai takarajoan sadonyo dan untuk tes
labor yang dikarajoan HB, kalau ado stik pareso gula darah
dikarajoan, untuk tensimeter pakai tensimeter digital dan air
raksa, untuk ukur lila ado, jadi rasonyo indak ado hambatan
pelaksanaan ANC 10T dan pelaksanaan ANC tersebut dicatat
dalam buku KIA serta kartu ibu.”
IF-10 “Sosialisasi seperti kelas ibu hamil lai, promosi atau spanduk
tentang seputar ibu hamil indak ado dikantua jorong do, yang ado
tu leafletnyo, kalau untuk pareso Hb pai paresonyo ka Puskesmas,
pareso hamil ke bidan dan Puskesmas. Suami hanyo nganta
pareso hamil sekalinyo sudah tu indak ado, kelas ibu hamil lai
ikuit salamo 4 kali.”
92
IF-12 “Standar pelayanan ANC dengan 10T masih ada yang belum
walaupun basicnya sama tergantung masing-masing orang
karena terpaku dengan konsep, selesai ANC langsung melakukan
pengobatan sehingga temu wicara sering terabaikan dan untuk
melatih nya dilakukanlah pelaksanaan kelas ibu hamil ini dijorong
masing masing jadi Puskesmas hanya sebagai fasilitator, masuk
diawal pertemuan saja dan untuk pertemuan selanjutnya
diserahkan ke bidan bidan desa.”
IF-13 “Pelaksanaan ANC yang 10T, yang kalau temu wicara yang untuk
suami nyo yang susah karano ibu hamilnyo datang sorang dan
kalau pemeriksaan labor triple eliminasi itu yang agak payah
karena harus ka Puskesmas, kendalanyo ndak ado yang ngantar
dek jauah.”
IF-15 “Spanduk atau baliho tentang kesehatan ibu dan anak seperti
tando tando bahayo pada ibu hamil indak ado di jorong atau
nagari ko doh, kalau skrining TT indak ado dilaksanakan doh dek
bidannyo dan kalau penyuluhan lai, katiko pareso lai dianta suami
kadang suami masuak kadang indak, kalau untuk pemeriksaan
kami yang datang ke Pustu atau Puskesmas petugas tidak pernah
dating kerumah doh, kelas ibu hamil ndak pernah ikuit.”
IF-20 “Promosi tentang kesehatan ibu dan anak lai ado nampak di Pustu
dan Puskesmas, dikantua jorong indak ado, penyuluhan lai
diagiah bidan kalau lah sudah pareso dan bidan lai datang
memantau ke rumah ibu sebanyak 1 kali, kalau datang untuk
pareso surang se nyo, stiker belum ditempel.”
Tabel 5.10
tidak ada tanda dan kartu ibu belum karena setiap memberikan
checklist terhadap maksimal konseling wajib
pelayanan ANC menghadirkan suaminya
10T yang sudah dan informasi tentang
diberikan
kesehatan ibu dan anak
untuk ibu hamil juga
masih kurang
antenatal dengan 10T belum maksimal seperti pelaksanaan temu wicara, karena
tentang kesehatan ibu dan anak untuk ibu hamil juga masih kurang.
IF-6 “Peran serta masyarakat melalui program P4K yang tidak bisa
dipenuhi yaitu calon donor yang belum terkelola dengan baik,
kalau untuk tabulin ada JKN atau Jampersal jadi masyarakat
bergantung kepada jaminan yang ada, biaya untuk mendampingi
belum bisa diterima masyarakat sebagai suatu kebutuhan. Untuk
ambulan desa tidak terkoordinir dengan baik karena jarak faskes
yang tidak masalah begitu juga dengan dasolin belum ada.
Musyawarah masyarakat desa ada dilaksanakan setiap akhir
tahun yang dibahas adalah seluruh masalah yang ada termasuk
masalah KIA.”
IF-8 “Peran serta masyarakat melalui pelaksanaa kelas ibu hamil lai
terlaksana tetapi suaminyo alun terlibat lai. Untuk pelaksanaan
P4K yang alun terorganisasi yaitu calon doroh, lah disampaian
pada saat kelas ibu tetapi masyarakat alun ngarati bana, kalau
ambulan jorong alun ado tapai dadakan ado oto yang dicater
urang dan untuk tubulin indak ado karena ado JKN, ado jampersal
begitu juga dengan dasolin alun ado lai.”
Tabel 5.11
informasi tentang Peran serta masyarakat dalam pelayanan antenatal care seperti
masyarakat tentang program P4K itu yang masih rendah, begitu pula dengan
pelaksanaan kelas ibu, masih ada ibu hamil yang tidak masuk dalam kelas dan
Tabel 5.12
96
informasi tentang Kemitraan atau jejaring kerja dengan lintas sector terkait
seorang ibu, tetapi pelaksanaannya masih di kantor urusan agama belum dalam
IF-16 Monitoring dilakukan oleh dinas kesehatan berupa bimtek dan lai
tigo kali, pembinaan oleh bikor ke Pustu dilakukan dalam bentuk
supervisi dan pembinaan di Puskesmas dua kali disetiap Pustu
dalam satu tahun dan memakai daftar tilik.”
Tabel 5.13
Kabupaten ada pemantauan dalam bentuk bimbingan teknis. Kemudian ada forum
c. Komponen Output
98
IF-2 “Pencapaian program ANC belum maksimal, ini dapat dilihat dari
hasil capaian program KIA Puskesmas yang selalu dikirim ke
Kabupaten setiap bulan.”
Tabel 5.14
99
antenatal care belum mencapai target sesuai dengan yang diharapkan, hal ini
terlihat masih adanya ibu hamil yang kontak pertama tidak pada triwulan satu dan
kesehatan ibu dan anak serta masih adanya ibu hamil yang tidak mengetahui kalau
dirinya hamil.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Univariat
diberikan kepada seorang ibu hamil sampai saat persalinan. Pelayanan antenatal
atau antenatal care antara lain kerentanan yang ia rasakan, keseriusan yang
dirasakan tentang factor resiko dan resiko tinggi pada kehamilannya, manfaat dan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti &
Penelitian ini juga sejalan dengan (Manuputty, 2016) yang meneliti tentang factor
98
terkait jumlah kunjungan antenatal di Puskesmas Jayapura, dimana berdasarkan
hasil penelitian,
98
102
perawatan antenatal sebagai hal yang penting untuk kesehatan ibu dan bayi, tetapi
yang menjadi perhatian terpenuhi (public needs, degree of unmeet need), namun
bukan sekedar keputusan tunggal dan reaktif (Ayuningtyas, 2014). Disisi lain
oleh tinggi rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu dan anak,
memeriksakan kehamilan jika ada keluhan saat kehamilan. Selain itu kurang
baiknya cakupan pelayanan antenatal care juga bisa disebabkan oleh masih
adanya ibu hamil yang kontak pertama dengan tenaga kesehatan untuk
bahwa tanpa periksa kehamilan ibu tetap melahirkan bayi yang sehat dan jika
kondisi badan ibu sehat maka tidak perlu melakukan pemeriksaan kehamilan.
Akan tetapi jika ditinjau dari hasil wawancara dan studi dokumen
terhadap cakupan pelayanan antenatal care sesuai standar karena masih ada
Puskesmas yang belum melakukan pencatatan dan pelaporan yang benar ini
terlihat dari isi buku KIA ibu hamil, dimana didalam pengisian buku KIA tersebut
pengisiannya belum lengkap sehingga informasi tentang kesehatan ibu dan anak
belum tergambar, perlu dilakukan pengawasan dan pemantauan yang lebih ketat
Sementara itu jika dilihat dari sarana dan prasarana yang ada diketahui
menumpang di rumah warga sehingga untuk pelayanan antenatal care tidak bisa
bidan di desa untuk membeli sendiri sarana tersebut. Sementara setiap Puskesmas
memiliki dana JKN yang 40%nya bisa di gunakan untuk melengkapi sarana dan
2. Umur
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki umur yang tidak
beresiko ada sebanyak 44 (63,8%) responden , sedangkan ibu hamil yang beresiko
Umur ibu dapat dijadikan salah satu alat ukur dalam menetapkan diagnosa
apakah kehamilan atau persalinan beresiko atau tidak beresiko. Semakin rendah
dan persalinannya. Begitu juga sebaliknya semakin tinggi umur seseorang dalam
pelayanan antenatal care di Puskesmas didapatkan hasil kategori umur yang tidak
beresiko sebesar 72,%%. Selain itu penelitian yang dilakukan (Paputungan, 2016),
antenatal care, karena sebagian besar ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal adalah antara umur 20-35 tahun dan umur tersebut bukan ibu hamil
yang beresiko.
maka akan semakin baik pula dalam memanfaatkan pelayanan antenatal care
sehingga factor umur ibu yang beresiko tidak mempengaruhi ibu dalam
mendalam sebagian besar umur ibu yaitu kelompok umur ibu yang tidak beresiko
jadi mereka cendrung memanfaatkan pelayanan antenatal care. Hal ini dapat
dilihat dari hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan kepada ibu hamil
yang menyatakan bahwa umur tidak mempengaruhi seorang ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya.
3. Pendidikan
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi
Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap lima orang ibu hamil,
hanya satu dari ibu hamil tersebut dengan pendidikan yang rendah dan sisanya
berpendidikan tinggi.
antenatal care terdapat sebesar 64,4 % responden memiliki pendidikan tinggi. Hal
pekerjaan dan dukungan suami terhadap keteraturan kunjungan ANC pada ibu
menengah.
dimiliki maka akan semakin baik pula cara berpikir yang dimiliki seseorang, hal
mengembangkan pola berpikir yang dimiliki untuk menangkap setiap materi yang
disampaikan.
Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi sudah memiliki dasar untuk
bisa berpikir secara logis untuk menyikapi mengenai kunjungan antenatal care,
sebaliknya ibu hamil dengan pendidikan rendah belum bisa secara logis untuk
menyikapi mengenai cara pelaksanaan antenatal yang sesuai standar. Hal ini juga
didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu hamil dengan
4. Paritas
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki paritas tinggi ada
sebanyak 34 (49,3%) responden , sedangkan ibu hamil dengan paritas rendah ada
35 (50,7%) responden.
107
Hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap lima orang ibu hamil,
hanya satu dari ibu hamil tersebut dengan paritas yang rendah dan sisanya ibu
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat
digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya,
Penelitian yang dilakukan oleh (Nababan & Sirait, 2020) tentang factor
yang berhubungan dengan kunjungan K4 pada ibu hamil terdapat sebesar 39,7 %
responden memiliki paritas tinggi. Hal senada juga diungkapkan oleh (Safitri et
al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap
kepatuhan antenatal care pada ibu hamil sebesar 38,9% responden dengan paritas
tinggi.
khawatir lagi seperti saat kehamilan sebelumnya, sedangka ibu dengan paritas
tertentu saja sehingga dengan kunjungan antenatal yang teratur sesuai standar,
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu
hamil dengan menyatakan bahwa ibu hamil dengan paritas tinggi > 4 sudah
108
memahami kehamilannya, jadi jika tidak ada keluhan maka ibu rasa tidak perlu
5. Pengetahuan
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan tinggi
tetapi sudah dapat melaksanakan pelayanan antenatal, tenaga ini terdiri dari unsur
kesehatan seperti dokter dan bidan, selanjutnya ada tenaga penjangkau yang
suatu organisasi agar bisa tetap bertahan di masa yang akan datang dimana
Tenaga merupakan unsur yang sangat vital dalam pelaksanaan kegiatan, tanpa
adanya tenaga yang menjalankannya, suatu kegiatan tidak akan berjalan (Siagian,
2011).
bahwa terdapat 52,4 % responden dengan tingkat penegetahuan yang cukup dan
menunjukkan bahwa paling banyak ibu memiliki pengetahuan yang baik yaitu
sebesar 59.3%.
tentu akan mempunyai pemikiran yang lebih rasional dan akan lebih mudah
standar yang ada, karena pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku ibu hamil
care. Hal ini tidak terlepas dari peran petugas kesehatan atau kader sebagai tenaga
Akan tetapi jika dilihat dari kondisi tenaga yang dilaksanakan pada
SDM tenaga bidan di Puskesmas dan dari segi kualitas pelayanan yang diberikan
oleh bidan beragam, oleh karena itu untuk peningkatan kualitas pelayanan
Kabupaten Agam memiliki bidan desa. Disamping itu masih kurangnya tenaga
yang telah mengikuti pelatihan pelatihan yang berorientasi tentang kesehatan ibu
penanggung Jawab Kesehatan Ibu dan Anak Dinkes dan petugas Puskesmas yang
telah dilatih. Disamping itu perlu dilakukan Bimtek yang lebih terpadu untuk
6. Sikap
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil dengan sikap positif ada sebanyak
(37,7%) responden.
evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu
111
bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dari individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus. Dalam
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Indrastuti & Mardian, 2019) tentang
47,1% responden memiliki sikap yang kurang dan sebanyak 52,9% responden
memiliki sikap yang baik. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
(mendukung) begitu juga sebaliknya, hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan
lengkap. Hal senada juga disampaikan oleh ibu hamil pada saat dilakukan
setiap bulan ke fasilitas kesehatan yang berguna untuk mengetahui keadaan janin
7. Jarak
responden.
tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dengan satuan jarak, waktu tempuh,
ataupun biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya
yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari
kehamilannya.
oleh factor usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas , pengetahuan, sikap dan
jarak tempat tinggal, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Menurut asumsi peneliti ibu hamil tidak akan sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan jika tempat tinggal ibu tersebut mudah dijangkau begitu pula
sebaliknya. Hal ini juga didapat dari hasil wawancara mendalam yang telah
dilakukan kepada beberapa orang hamil yang mengatakan bahwa jarak ke fasilitas
113
kesehatan tidak terlalu jauh sehingga ibu hamil mudah menjangkaunya karena
Puskesmas, bahwa tidak ada hambatan didalam akses ibu hamil menuju fasilitas
pelayanan kesehatan pada ibu hamil, sehingga ibu hamil tidak perlu datang ke
kenyataannya tidak semua jorong memiliki bidan desa, tetapi Puskesmas tetap
mengupayakan bagaimana seluruh ibu hamil bisa terakses oleh tenaga kesehatan.
8. Dukungan Suami
Kabupaten Agam, didapatkan bahwa ibu hamil yang mendapat dukungan suami
kehamilan, hanya saja ada beberapa ibu hamil yang datang untuk pemeriksaan
kehamilan tidak ditemani oleh suami, sehingga bidan hanya memberikan hasil
pemeriksaan kesehatan ibu hanya kepada ibu hamil tersebut, tetapi ada juga ibu
hamil yang ditemani suami tetapi suami tidak ikut ketika ibu dilakukan
hamil terutama ibu hamil dengan usia kehamilan mendekati masa melahirkan.
orang tua, anak, sanak keluarga, teman , tenaga kesehatan, atasan dan konselor.
(57,5%) responden mendapat dukungan dari suami. Penelitian ini sejalan dengan
antenatal care terhadap istrinya perlu dimaksimalkan dan didalam program KIA
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
pada Bidan Koordinator dan bidan desa dalam hal pelaksanaan kelas ibu hamil,
dimana setiap pelaksanaan kelas ibu hamil yang seyogyanya harus diikuti atau
dihadiri oleh suami, dalam hal ini suami tidak pernah ikut atau hadir dalam kelas
ibu hamil tersebut, tetapi untuk pelaksanaan kelas ibu hamil tersebut suami sangat
memberikan dukungan, berbagai alasan mengapa suami tidak ikut dalam kelas ibu
115
hamil, salah satunya disebabkan karena suami yang sedang mencari nafkah
sehingga tidak bisa ikut hadir pada saat pelaksanaan kelas ibu hamil.
B. Pembahasan Bivariat
0,523, dimana p > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus
siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Iis Sinsin, 2008).
pemanfaatan pelayanan antenatal care karena sebagian besar ibu di wilayah kerja
signifikansi sebesar 0,956. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
persentase yang lebih tinggi dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care. Hasil
ini sejalan dengan aspek kebutuhan layanan antenatal care dimana seharusnya
116
tingkat kerentanan kehamilan dan potensi komplikasi kehamilan yang lebih tinggi
dibanding kelompok umur yang tidak beresiko. Pada umur dibawah 20 tahun
Rahim belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, akibatnya ibu hamil pang pada
gangguan lainnya karena ketidak siapan ibu menerima tanggung jawab sebagai
orang tua. Sedangkan pada umur 35 tahun lebih, kesehatan ibu sudah mulai
menurun, akibatnya ibu hamil pada umur tersebut mempunyai kemungkinan lebih
yaitu umur ibu berada pada kelompok umur ibu yang tidak beresiko sehingga
beresiko lebih memiliki kesiapan bagi seorang perempuan untuk hamil antara lain
harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi. Semakin banyak
pengetahuan dan pengalaman ibu maka akan semakin baik pula dalam
melaksanakan pelayanan antenatal care sehingga factor umur ibu yang beresiko
didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pada ibu hamil bahwa ibu
menyatakan bahwa umur tidak menjadi masalah utama bagi ibu untuk
Pembantu.
117
0,028, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
rata-rata lamanya penduduk dalam usia kerja telah mengikuti sekolah, tingkat
meliputi banyak lulusan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi namun kompetensinya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Inaya,
keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil trimester III menunjukkan ada
hubungan antara pendidikan dengan keteraturan kunjungan ANC pada ibu hamil
trimester III, ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi akan memeriksakan
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri et
al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap
kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa pendidikan ibu hamil memiliki
118
gizinya selama hamil. Seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki rasa ingin
tahu yang besar sehingga mendorong ibu hamil mencari tahu informasi mengenai
kehamilan.
Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi pula dalam memanfaatkan
berkualitas.
menyatakan bahwa pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang baik akan
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bidan Koordinator bahwa ibu yang
kesehatan ibu dan anak karena menyebabkan rendahnya pengetahuan ibu tentang
bagaimana perawatan yang akan dilakukan selama kehamilan. Media sosial sangat
membantu ibu didalam memperoleh informasi, karena di media sosial juga ibu
bias mendapatkan informasi tentang seputar kesehatan ibu dan anak atau grup
untuk saling sharing tukar pendapat dan informasi seputar ibu hamil termasuk
bangku sekolah tinggi. Persepsi bahwa orang yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan banyak ataupun baik akan tetapi jikalau mereka tidak
memahami bidang yang mereka geluti tanpa ingin mengetahui bidang lain yang
ibu bagaimana cara perawatan yang dilakukan oleh ibu selama kehamilannya.
0,021, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang
dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri et
al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap
kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa paritas ibu hamil memiliki
antenatal care , paritas ibu yang tinggi menyebabkan kurangnya kesempatan ibu
Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi paritas ibu maka semakin tinggi
kematian maternal, sehingga pada ibu hamil diharapkan agar lebih sering
memeriksakan diri pada petugas kesehatan secara teratur. Hal ini akan berbeda
jika ibu tersebut sudah memiliki anak > 4, ibu kadang merasa tidak perlu lagi
sebelumnya. Sementara ibu tidak memahami bahwa setiap terjadi kehamilan pada
seorang ibu baik keluhan atau masalahnya tidak sama sehingga ibu tidak bias
menyatakan bahwa ibu dengan paritas tinggi dan pengetahuan yang baik akan
121
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bidan Koordinator bahwa ibu yang
paritas tinggi berpengaruh terhadap pemahaman ibu tentang kesehatan ibu dan
anak karena rendahnya pengetahuan ibu tentang bagaimana perawatan yang akan
media sosial juga ibu bisa mendapatkan informasi tentang seputar kesehatan ibu
dan anak atau grup untuk saling sharing tukar pendapat dan informasi seputar ibu
walaupun tidak menduduki bangku sekolah tinggi. Melalui kelas ibu hamil
0,000, Dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika individu tersebut
kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang
ibu memiliki pengetahuan baik dengan kunjungan antenatal care yang teratur,
antenatal care (ANC). Penelitian senada juga dilakukan oleh (Indrastuti &
bagaimana seseorang bertindak. Ketika ibu hamil mengetahui manfaat dan jadwal
secara teratur. Apabila ibu hamil memiliki pengetahuan yang rendah tentang
tentang kesehatan ibu hamil selama hamil hanya didapat ibu jika ibu tersebut
datang ke fasilitas kesehatan tetapi informasi atau promosi berupa poster, spanduk
atau baliho tidak pernah dilihat oleh ibu. Jika seseorang memiliki pengetahuan
yang baik tentu akan rasional dan akan lebih mudah menerima serta melakukan
juga dengan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan pengetahuan yang baik atau
sesuai standar. Pengetahuan ibu hamil yang tinggi bisa saja disebabkan oleh ibu
mendapatkan informasi tentang kesehatan ibu dan anak dari berbagai sumber, baik
komponen yang sangat penting. Ibu merupakan orang yang berperan penting di
dalam rumah tangga untuk merawat dan memberikan asuhan kepada anak
anaknya. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan anak khusunya
124
kualitas pelayanan antenatal yang diterima ibu. Semakin banyak pengetahuan ibu
tentang kesehatan ibu dan anak semakin mampu pula ibu memberikan asuhan
ibu melalui kelas ibu hamil, namun berdasarkan wawancara dengan ibu hamil
mereka jarang mengikuti kelas ibu hamil bahkan ada yang sama sekali tidak
pernah mengikuti kelas ibu hamil tersebut dengan alasan sibuk mengurus anak
yang masih kecil ataupun dengan alasan tidak memahami tentang kelas ibu hamil.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh bidan desa yang ada di
Puskesmas Kabupaten Agam, sebagian besar ibu hamil kurang antusias untuk
mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan 4 kali, dengan mengikuti kelas ibu
hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait kehamilan sehingga ibu mau
keterangan dari bidan desa masih ada ibu hamil yang tidak mengetahui kalau
0,016, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktek. Terwujudnya sikap menjadi
perbuatan yang nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
bertindak. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan untuk
hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan antenatal care. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djonis, 2014) tentang hubungan
pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemanfaatan antenatal care dimana
adalah sikap negatif yang dimiliki oleh ibu serta persepsi masyarakat yang keliru.
yang bermakna antara sikap ibu dengan pelaksanaan pelayanan antenatal yang
Sikap melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti rasa suka,
tidak suka, setuju, tidak setuju dan sikap baik dan tidak baik. Sikap dan keyakinan
126
janinnya
pelaksanaan pelayanan antenatal care. Semakin baik sikap ibu maka semakin
pelayanan antenatal care yang berkualitas. Begitu pun sebaliknya jika sikap ibu
dengan wawancara, bahwa ibu sudah mempunyai sikap yang positif terhadap
hamil lebih dari 3 atau 4 bulan. Sikap ibu ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan
ibu tentang antenatal care, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada
saat mengumpulkan data, bahwa informasi pelayanan antenatal didapat ibu jika
ibu datang ke fasilitas kesehatan jikalau ibu tidak datang maka ibu tidak
mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu selama hamil dan bahkan ada
mengunjungi ibu hamil tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang positif
127
memberikan reaksi atau tingkah laku yang terbuka pada ibu hamil untuk
0,007, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dengan satuan jarak, waktu tempuh,
ataupun biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya
yang ada. Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari
kehamilannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safitri
et al., 2016) tentang kontribusi factor predisposisi dan factor enabling terhadap
kepatuhan antenatal care pada ibu hamil bahwa jarak pelayanan kesehatan
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh (Khan, 2012) pada
komunitas ibu di Pakistan yang menyatakan bahwa salah satu penyebab ibu hamil
tidak melakukan kunjungan adalah karena sulitnya ibu hamil dalam mengakses
semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta semakin
sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil
untuk melakukan kunjungan ANC, jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua
kali untuk melakukan kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu
setiap melakukan kunjungan, Ibu yang tidak memiliki transportasi dan harus
0,001, dimana p < 0,05. maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna
dukungan suami yang paling besar adalah dalam bentuk memberikan izin pada
istrinya untuk melakukan pemeriksaan antenatal care , karena dalam hal ini izin
suami sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal
care dan mendukung ibu hamil untuk datang ke pelayanan kesehatan, serta
et al., 2019) diketahui bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan
antenatal care (ANC) dipengaruhi oleh faktor dukungan suami, dimana suami
Hal senada juga juga diungkapkan oleh (Uldbjerg et al., 2020) tentang hambatan
dirinya.
perilaku ibu positif sehingga mampu mengajak ibu hamil untuk melakukan
pada ibu hamil, umumnya ibu hamil datang sendiri dan tidak ditemani suami pada
pihak keluarga akan semakin tenang untuk menghadapi persalinan, karena dapat
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang didalam
hal ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan istri
dan calon anaknya. Melalui dukungan suami yang baik, sebagai pendamping
terdekat ibu, semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga
130
C. Pembahasan Multivariat
Agam tahun 2020 dalah pengetahun ibu dengan nilai Value paling rendah yaitu
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janinnya secara berkala, yang diikuti
antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan terdidik dalam bidang
kebidanan, yaitu bidan, dokter dan perawat yang sudah terlatih. Tujuannya adalah
untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas
dengan baik dan selamat. Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
sebelum 14 minggu), satu kali selama trimester kedua (antara 14 sampai dengan
28 minggu), dan dua kali selama trimester ketiga (antara minggu 28 s/d 36
hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan antenatal care. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djonis, 2014) tentang hubungan
pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan pemanfaatan antenatal care dimana
oleh informasi yang didapat dari bidan maupun kader di wilayah setempat. Ibu
kesehatan ibu dan anak. Begitu juga halnya dengan keterlibatan kader didalam
132
hamil yang bertujuan memantau kesehatan ibu mulai dari hamil sampai masa nifas
seperti kemitraan atau jejaring kerja, dengan adanya kerjasama dengan berbagai
ibu melalui kelas ibu hamil, namun berdasarkan wawancara dengan ibu hamil
mereka jarang mengikuti kelas ibu hamil bahkan ada yang sama sekali tidak
pernah mengikuti kelas ibu hamil tersebut dengan alasan sibuk mengurus anak
yang masih kecil ataupun dengan alasan tidak memahami tentang kelas ibu hamil.
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh bidan desa yang ada di
Puskesmas Kabupaten Agam, sebagian besar ibu hamil kurang antusias untuk
mengikuti kelas ibu hamil yang dilaksanakan 4 kali, dengan mengikuti kelas ibu
hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu terkait kehamilan sehingga ibu mau
dan dukungan suami memiliki persentase yang tinggi, dimana yang paling
133
134
yang dimiliki bidan seperti tensimeter, alat periksa HB, timbangan dan
lain-lainnya.
antenatal care seperti melalui program P4K belum maksimal, begitu pula
pelayanan antenatal untuk ibu hamil. Dalam hal kemitraan atau jejaring
B. Saran
(SOP) tentang pelayanan ibu hamil dalam pelayanan ANC sebagai acuan
atau pedoman bagi bidan dalam memberikan pelayanan ibu hamil terarah
135
serta melakukan advokasi kepada camat dan kepala desa dan melibatkan
Bentuk kegiatan :
Memberdayakan masyarakat
Peran nagari dalam pelaksanaan kelas
Nagari ibu
Bentuk dukungan Nagari dalam
kegiatan kelas ibu
Alanazy, W., Rance, J., & Brown, A. (2019). Exploring maternal and health
professional beliefs about the factors that affect whether women in Saudi
Arabia attend antenatal care clinic appointments. Midwifery, 76, 36–44.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2019.05.012
Djonis. (2014). Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu Hamil dengan Pemanfaatan
Antenatal Care di Puskesmas Kampung Dalam Pontianak. ABA Journal,
102(4), 24–25. https://doi.org/10.1002/ejsp.2570
Hefnner I.J and Schust D.J. At a Glance. (2008). Sistem Reproduksi. 2 ed.
Erlangga: Buku Kedokteran dan Kesehatan.
Iis Sinsin. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Alex Media.
Kotler. (1997). Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia jilid satu. Jakarta:
Prentice Hall.
Legiati. Titi dkk. (2012). Perilaku Ibu hamil untuk tes HIV/AIDS di Kelurahan
Bandarharjo dan Tanjung mas Kota Semarang, ejurnal.Undip.ac.id.
Lumempouw, V., Kundre, R., & Bataha, Y. (2016). Hubungan Faktor Sosial
Ekonomi Ibu Hamil Dengan Keteraturan Pemeriksaan Antental Care (Anc)
Di Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. Jurnal
Keperawatan, 4(2).
Lupiyoadi. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Empat.
Nababan, D., & Sirait, A. (2020). Faktor yang berhubungan dengan kunjungan K4
Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kota Kuala simpang kabupaten Aceh
Tamiang tahun 2019
Nurlaelah, Salmah, U., & Ikhsan, M. (2014). Faktor yang berhubungan dengan
kunjungan Antenatal Caredi wilayah kerja Puskesmas Dungkait Kabupaten
Mamuju. 1–13. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11503
Ralph C.B dan Pernoll M.L. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed.
Jakarta: EGC; 2008.
Ryadi. (2016). Statistik Penelitian (Analisi Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta.
Safitri, F., Husna, A., Andika, F., & Dhirah, U. H. (2016). Kontribusi Faktor
Predisposisi dan Faktor Enabling terhadap Kepatuhan Antenatal Care pada
Ibu Hamil di Puskesmas Sukamakmur Sibreh. 2(1), 35–45.
Saifudin. AB. (2002). Buku Acuan Pelayanan Maternal dan Neonatal. YBNSP.
Jakarta.
Saifudin A.B. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka.
Tesfaye, G., Chojenta, C., Smith, R., & Loxton, D. (2020). Delaying factors for
maternal health service utilization in eastern Ethiopia: A qualitative
exploratory study. Women and Birth, 33(3), e216–e226.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2019.04.006
Uldbjerg, C. S., Schramm, S., Kaducu, F. O., Ovuga, E., & Sodemann, M. (2020).
Perceived barriers to utilization of antenatal care services in northern
Uganda: A qualitative study. Sexual and Reproductive Healthcare, 23(April
2019). https://doi.org/10.1016/j.srhc.2019.100464
A. Identitas Peneliti
Nama saya Bismihayati, mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat Universita Fort De Kock. Saya akan melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pelayanan
Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam tahun 2020”.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan mendapatkan
deskripsi, analisis, interpretasi, serta factor yang paling berpengaruh terhadap
cakupan pelayanan antenatal care di Puskesmas Kabupaten Agam tahun 2020.
G. Bahaya Potensial
Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan Saudara/Saudari
dalam penelitian ini, karena intervensi yang dilakukan berupa pengisian
kuisioner oleh Saudara/Saudari.
H. Kerahasiaan Data
Semua data yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiaannya
dan informasi yang berkaitan dengan identitas Saudara/Saudari dan informasi
data hanya digunakan untuk keperluan pengembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya di bidang KIA.
Contact Person
Peneliti : Bismihayati
No. Telp : 081266475005
Alamat : Lubuk Basung
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth: Calon Responden
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi S2
Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang bermaksud
mengadakan penelitian:
Nama : Bismihayati
NIM : 18131010125
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas
Kabupaten Agam Tahun 2020”. Penelitian ini tidak merugikan responden,
karena kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan di jaga. Apabila anda
menyetujui dengan ini saya memohon kesediaan responden untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
Atas kesediaan dan kerjasama saudara sebagai responden, Saya ucapkan
terima kasih.
Bismihayati
Lampiran 3
PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN
PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
KABUPATEN AGAM TAHUN 2020
Lubuk Basung,………..2020
Responden
(____________________)
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER
Jumlah Nomor
Tujuan Variabel
Item Item
Untuk memperoleh dan 1. Cakupan Pelayanan 8 1-8
antenatal care
Lampiran 5
KUISIONER
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN
PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
KABUPATEN AGAM TAHUN 2020
Tanggal wawancara / Pengamatan : ………….. / …… / ……………
Petunjuk pengisian
1. Pilihlah satu jawaban yang menurut anda benar
2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu.
3. Mohon menjawab sesuai dengan apa yang anda ketahui tanpa ada unsur
paksaan ataupun rekayasa demi tercapainya hasil yang diinginkan pada
penelitian ini .
A. Indentitas Responden
1. Nama : …………….
2. Umur : …………….
3. Pendidikan : ……………..
4. Pekerjaan
1) Bekerja
2) Tidak Bekerja
D. Pengetahuan :
B. Sikap
Petunjuk : Berilah tanda cheklis (√) pada jawaban yang Anda anggap benar
pada kolom telah disediakan.
Jawaban
Sangat
No. Pernyataan Setu Tidak Sangat
Tidak
ju Setuju Setuju
Setuju
Kunjungan ANC harus dilakukan
17. dengan lengkap
Pemeriksaan kehamilan
24. membutuhkan biaya yang cukup
banyak
Pemeriksaan yang dilakukan pada
perawatan kehamilan (antenatal)
25
hanya pemeriksaan kehamilan saja
C. Jarak
Petunjuk : Berilah tanda cheklis (√) pada jawaban yang Anda anggap benar
pada kolom telah disediakan.
Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
Jarak pelayanan kesehatan jauh dari tempat
27. tinggal ibu yaitu > 30 menit
Jawaban
Sangat
No. Pernyataan Tidak Sangat
Tidak Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Suami harus memberikan izin untuk
29. memeriksakan kehamilan ibu
Panduan Wawancara
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang kebijakan
implementasi Pelaksanaan pelayanan Antenatal di Kab.Agam?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang proses manajemen
tentang Pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengembangan SDM, motivasi serta pengawasan terhadap
pelaksanaan pelayanan antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
4. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
5. Menurut Bapak/Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana
untuk pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
6. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
7. Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibuk tentang standar
pelayanan ibu hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang kebijakan implementasi
pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi yang dilakukan kepada bidan pembina wilayah?
(Probing : pelaksanaan sufas dengan memakai daftar tilik)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang kebijakan implementasi
pelaksanaan pelayanan Antenatal?
(Probing : bentuk kebijakan, surat keputusan, sosialisasi, dan
renstra).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi data oleh dinas kesehatan Kab.Agam tentang Pelayanan
Antenatal?
(Probing : rencana kerja, surat tugas, notulen, tindak lanjut
kegiatan, hambatan)
8. Bagaimana pemantauan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan
validasi yang dilakukan Bidan Koordinator kepada bidan pembina
wilayah?
(Probing : pelaksanaan sufas dengan memakai daftar tilik)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
Informan : Kader
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
Waktu wawancara :
I. Identitas responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang pelaksanaan pelayanan
Antenatal ?
(Probing : buku panduan kader, sosialisasi, dan musyawarah
masyarakat desa).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana sistem pengadaan buku KIA dan stiker P4K di dinas
kesehatan Kab. Agam?
6. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
7. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan
oleh Puskesmas tentang pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(Probing : ketrlibatan kader didalam pemantauan kepada ibu hamil)
Lampiran
Panduan Wawancara Mendalam Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Cakupan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Kabupaten Agam
II. Pertanyaan
1. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang pelaksanaan pelayanan
Antenatal ?
(Probing : sosialisasi, dan promosi).
2. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang sumber daya manusia
(tenaga)?
(Probing : kualitas dalam memberikan pelayanan Antenatal oleh
bidan, kualitas tenaga yang mendapatkan pelatihan atau sosialisasi,
penempatan dan distribusi bidan, hambatan bidan dalam
memberikan pelayanan Antenatal).
3. Bagaimanakah pendapat Ibuk tentang dukungan dana dalam
pelaksanaan Pelayanan Antenatal ?
(Probing : ada/tidak sumber dana, cukup atau tidak, penyaluran
dananya, pencairan, pemanfaatan, pertanggung jawaban dan
hambatan pelaksanaan Pelayanan Antenatal yang berkaitan dengan
dana).
4. Menurut Ibuk bagaimana dengan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(probing : jenisnya, ketersediaan, kecukupan, kualitas, kuantitas,
hambatan).
5. Bagaimana menurut pendapat Ibuk tentang standar pelayanan ibu
hamil dengan 10T yang dilaksanakan oleh bidan?
(Probing : pelayanan 10T, pencatatan, pelaporan, hambatan dalam
pelaksanan Pelayanan Antenatal).
6. Bagaimana pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan
oleh Puskesmas tentang pelaksanaan Pelayanan Antenatal?
(Probing : pemantauan petugas terhadap kepada ibu hamil)
Lampiran 8
Frequencies
Cakupan Jarak
Dukungan
Pelayanan Pengetahuan Sikap Pelayanan
Suami
ANC Kesehatan
Valid 69 69 69 69 69
N
Missing 0 0 0 0 0
Median 14.00 15.00 24.00 3.00 35.00
Mode 13 15 24 3 30
Std. Deviation 1.572 1.601 5.426 .484 6.099
Minimum 10 9 10 2 10
Maximum 18 16 40 4 40
Sum 964 959 1599 209 2313
A. Analisa Univariat
Frequencies
Jarak
Cakupan Umur Pelayana
Pengetahu Pendidi Parita Dukunga
Pelayanan Responde Sikap n
an kan s n Suami
ANC n Kesehata
n
Valid 69 69 69 69 69 69 69 69
N Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g
Frequency Table
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 32 46.4 46.4 46.4
Tinggi 37 53.6 53.6 100.0
Total 69 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 42.0 42.0 42.0
Tinggi 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 35 50.7 50.7 50.7
Tinggi 34 49.3 49.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 26 37.7 37.7 37.7
Positif 43 62.3 62.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Dukungan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 33 47.8 47.8 47.8
Baik 36 52.2 52.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
B. Analisa Bivariat
Crosstabs
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square .793 1 .373
Continuity Correctionb .408 1 .523
Likelihood Ratio .791 1 .374
Fisher's Exact Test .453 .261
Linear-by-Linear
.781 1 .377
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
1.565 .582 4.204
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Umur Responden = Beresiko 1.328 .711 2.481
For cohort Umur Responden = Tidak
.849 .587 1.227
Beresiko
N of Valid Cases 69
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 43.713a 1 .000
Continuity Correctionb 40.563 1 .000
Likelihood Ratio 50.006 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
43.079 1 .000
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC (Kurang
79.333 16.368 384.506
Baik / Baik)
For cohort Pengetahuan = Rendah 8.581 3.372 21.837
For cohort Pengetahuan = Tinggi .108 .037 .319
N of Valid Cases 69
Cakupan Pelayanan ANC * Pendidikan
Crosstab
Pendidikan
Rendah Tinggi Total
Cakupan Kurang Baik Count 18 13 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 58.1% 41.9% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 26.1% 18.8% 44.9%
Baik Count 11 27 38
% within Cakupan
28.9% 71.1% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 15.9% 39.1% 55.1%
Total Count 29 40 69
% within Cakupan
42.0% 58.0% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 42.0% 58.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.941 1 .015
Continuity Correctionb 4.806 1 .028
Likelihood Ratio 6.000 1 .014
Fisher's Exact Test .027 .014
Linear-by-Linear
5.855 1 .016
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.03.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC (Kurang
3.399 1.250 9.240
Baik / Baik)
For cohort Pendidikan = Rendah 2.006 1.122 3.586
For cohort Pendidikan = Tinggi .590 .372 .936
N of Valid Cases 69
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.522a 1 .011
Continuity Correctionb 5.344 1 .021
Likelihood Ratio 6.638 1 .010
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear
6.427 1 .011
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
15.28.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
3.600 1.323 9.793
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Paritas = Rendah 1.839 1.136 2.977
For cohort Paritas = Tinggi .511 .290 .899
N of Valid Cases 69
Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.057 1 .008
Continuity Correctionb 5.792 1 .016
Likelihood Ratio 7.135 1 .008
Fisher's Exact Test .012 .008
Linear-by-Linear
6.954 1 .008
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
3.913 1.398 10.953
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Sikap = Negatif 2.315 1.204 4.453
For cohort Sikap = Positif .592 .386 .906
N of Valid Cases 69
Crosstab
Jarak Pelayanan Kesehatan
Kurang Baik Baik Total
Cakupan Kurang Baik Count 7 24 31
Pelayanan % within Cakupan
ANC 22.6% 77.4% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 10.1% 34.8% 44.9%
Baik Count 0 38 38
% within Cakupan
.0% 100.0% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total .0% 55.1% 55.1%
Total Count 7 62 69
% within Cakupan
10.1% 89.9% 100.0%
Pelayanan ANC
% of Total 10.1% 89.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 9.549 1 .002
Continuity Correctionb 7.233 1 .007
Likelihood Ratio 12.181 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
9.411 1 .002
Association
N of Valid Casesb 69
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort Jarak Pelayanan Kesehatan =
.774 .640 .936
Baik
N of Valid Cases 69
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.081a 1 .001
Continuity Correctionb 10.456 1 .001
Likelihood Ratio 12.445 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.906 1 .001
Association
N of Valid Casesb 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.83.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Cakupan Pelayanan ANC
6.000 2.109 17.068
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Dukungan Suami = Kurang Baik 2.452 1.419 4.235
For cohort Dukungan Suami = Baik .409 .227 .735
N of Valid Cases 69
C. Analisa Multivariat
Classification Tablea,b
Predicted
Cakupan Pelayanan ANC Percentage
Observed Kurang Baik Baik Correct
Step 0 Cakupan Pelayanan Kurang Baik 0 31 .0
ANC Baik 0 38 100.0
Overall Percentage 55.1