Bahan Ajar Dendrologi 11 Ed
Bahan Ajar Dendrologi 11 Ed
Bahan Ajar Dendrologi 11 Ed
FAKULTAS KEHUTANAN
BAHAN AJAR
1. Pendahuluan
Pokok Bahasan : Mengenal Famili Pohon di Lapangan
Cakupan/Garis Besar Materi dari Pokok Bahasan :
Pertemuan keduabelas ini ditujukan untuk memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai kunci determinasi
sederhana untuk mengetahui nama famili pohon di lapangan tanpa
infromasi mengenai bunga, melainkan hanya dengan
menggunakan karakteristik daun dan getah.
Manfaat Pokok Bahasan : Dapat mendeterminasi nama famili pohon secara cepat
Di lapangan
Tugas / Kasus : Tidak ada
Prilaku Awal : Mahasiswa memahami bahwa selain perbedaan pada
karakeristik morfologis bunga, kombinasi antara karakteristik daun,
stipule, dan getah dapat juga dijadikan pedoman untuk mencari
tahu nama famili pohon
Strategi / Metoda / Media Pembelajaran: Ceramah dan simulasi / Powerpoint
Indikator penilian : Dapat mengenali nama famili pohon tanpa menggunakan
karakteristik bunga, melainkan daun, stipule, dan getah
Bobot Penilaian : (lihar RPS)
2. Penyajian Materi
Bunga dan buah menjadi sangat penting dalam identifikasi famili karena berdasarkan perbedaan
dan persamaan karakteristik yang terdapat pada kedua organ tumbuhan tersebutlah pengkelasifikasian
dan penghirarkian kerajaan tumbuhan ke dalam tingkat hirarki yang disebut famili dilakukan (Stace
1989). Tumbuhan yang memiliki karakteristik morfologis bunga yang sama dikelompokkan ke dalam
satu famili yang sama, dan sebaliknya tumbuhan yang memiliki karakteristik morfologis bunga yang
berbeda dikelompokkan ke dalam famili yang berbeda. Namun demikian, sebetulnya sejalan dengan
perbedaan dan persamaan yang terdapat pada karakter bunga, terdapat pula perbedaan-perbedaan
atau persamaan pada organ lainnya seperti tipe daun, duduk daun, bentuk petiole atau petiolule,
keberadaan stipule, pertulangan daun, keberadaan getah, serta warna getah. Walaupun tidak
menjamin bahwa identifikasi dengan tanpa melihat karakteristik morfologis bunga dan buah akan
selalu dapat menuntun untuk mengetahui nama familinya secara tepat, pada sebagian besar kasus,
metoda ini sering sangat membantu pekerjaan di lapangan. Oleh karena itu, pada bagian ini diuraikan
secara singkat dan skematis metoda pengenalan beberapa famili pohon di lapangan tanpa melihat
karakteristik morfologis bunga dan buah.
Alternate
/ spiral Stipulate (A) A1 A2 A3 A4 A5 A6
Estipulate (B) B1 B2 B3 B4 B5 B6
Estipulate (D) D1 D2 D3 D4 D5 D6
Estipulate (F) F1 F2 F3 F4 F5 F6
Daun
Alternate
/ spiral Stipulate ( G) G1 G2 G3 G4 G5 G6
Estipulate (H) H1 H2 H3 H4 H5 H6
Estipulate (J) J1 J2 J3 J4 J5 J6
Estipulate (L) L1 L2 L3 L4 L5 L6
Gambar 7.1. Matriks kunci pengenalan famili pohon tanpa menggunakan bunga di lapangan
Matriks kunci pengenalan famili pohon ini hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi
famili pohon secara langsung di lapangan. Hal tersebut mengingat matriks kunci pengenalan
famili pohon ini membutuhkan informasi mengenai ada atau tidaknya getah sebagai salah satu
dasar untuk mengidentifikasi famili pohon. Selain getah, matriks kunci pengenalan famili pohon
ini juga menggunakan karakteristik morfologis petiole, misalnya: rata, mengecil ke pangkal,
membesar ke pangkal atau berbentuk barbel (Gambar 7.2), atau bentuk dan posisi stipule
(Gambar 7.3). Getah tidak dapat dilihat lagi dari spesimen herbarium yang sudah dikeringkan.
Demikian juga, karakteristik morfologis petiole dapat berubah ketika spesimen telah dikeringkan.
Oleh karena itu, matriks kunci pengenalan famili pohon ini hanya dapat diterapkan untuk
mengidentifikasi spesimen yang masih segar atau mengidentifikasi spesimen yang masih hidup
di lapangan. Matriks kunci determinasi ini juga hanya dapat digunakan untuk mengindentifikasi
famili pohon yang ditemukan umum di Indonesia dari Subdivision Angispermae Class
Dicotyledoneae, khususnya yang memiliki nilai ekonomi seperti kayunya dapat dijadikan bahan
bangunan atau furnitur, buah/bijinya dapat dimakan, ada bagian-bagiannya yang dapat dijadikan
sebagai bahan obat-obatan/jamu, atau pemanfaatan lainnya seperti ditanam sebagai tanaman
ornament.
a d e
f g h
i j k
Gambar 7.3. Bentuk dan posisi stipule, pucuk dan gland: a. pangkal petiole yang berfungsi
sebagai stipule melindungi pucuk, b. stipule berada pada petiole famili Dilleniaceae, c. dan d.
stipule berada pada petiole famili Burseraceae, e. posisi stipule interpetiolar (sepasang stipule
mengapit pangkal petiole), f. petiole mengecil ke bagian pangkal, g. stipule scar dari stipule yang
interpetiolar, h. stipule scar dari stipule yang menggulung pucuk, i. pucuk melengkung ke arah
abaxial pada famili Meliaceae, j. daun pinnate dengan bagian ujung daun yang tidak berlanjut
pertumbuhannya, k. sepasang gland pada pangkal lamina. Sepasang gland seperti ini juga bisa
terdapat pada pertengahan petiole (umum pada Rosaceae) atau pada ujung tulang daun
sekunder (umum pada beberapa genera dari Euphorbiaceae).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, setiap kotak dalam matrik dapat terdiri lebih
dari satu famili atau hanya satu famili atau bahkan tidak ada famili yang sesuai dengan
kombinasi karakteristik morfologis yang ada dalam salah satu kotak. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai famili yang ada pada masing-masing kotak. Setiap famili pohon yang ada
dalam kotak dilengkapi dengan deskripsi singkat yang menunjukkan karakteristik morfologis
khusus dari famili tersebut yang membedakannya dengan famili lain yang ada dalam kotak yang
sama. Adapun deskripsi famili secara lengkap disediakan pada Bab XI. Dengan demikian
pengguna matriks kunci pengenalan spesies pohon ini dapat mengetahui famili yang memiliki
karakteristik morfologis yang paling sesuai dengan spesies pohon yang dia ingin ketahui nama
familinya (disarikan dari pengalaman lapangan penulis dan sumber Watson dan Dallwitz 1992).
Beberapa nama famili diawali dengan simbol tertentu yang artinya sebagai berikutt: tanda †
= famili ini umumnya ditemukan di daerah subtropika/temperate dan di Indonesia hanya
ditemukan di daerah pegunungan sehingga dapat diabaikan ketika kunci ini digunakan untuk
mengidentifikasi spesies pohon yang tumbuh di daerah dataran rendah dan karena itu juga famili
ini tidak dideskripsikan pada Bab IX; tanda √ = famili ini ditemukan di daerah tropika Indonesia
namun tidak dideskripsikan secara lengkap pada Bab IX karena tidak bernilAi ekonomi atau tidak
umum.
(a) √Aquifoliaceae. Stipule kecil cepat gugur sehingga terkadang nampak seperti tidak memiliki
stipule, pertulangan daun pinnate, tepi daun entire atau serrate dengan ujung serrate yang
tajam, duduk daun spiral atau terkadang mendekati subopposite.
(b) †Betulaceae. Pohon kecil, stipule agak besar berupa lembaran yang cepat gugur, daun
herbaceous, pertulangan daun pinnate, tepi daun umumnya serrate, serrulate atau dentate,
petiole umumnya agak panjang.
(c) Bombacaceae. Daun umumnya oblong, tepi daun entire, ujung acuminate yang agak
memanjang, bagian abaxial daun dan petiole serta pucuk biasanya ditutupi oleh sisik-sisik
berwarna cokelat keemasan (Durio zibethinus) atau abu-abu (Durio grffithii), petiole mengecil
ke pangkal (Gambar 7.2 kiri), sepasang stipule yang melindungi kuncup interpetiolar
berukuran agak kecil dan cepat gugur.
(d) Celastraceae. Duduk daun spiral mengelompok di ujung (pada genus Bhesa), tepi daun
entire, petiole panjang kadang membesar pada kedua bagian ujung tetapi tidak telalu
mencolok, stipule sangat kecil sehingga sering dikira tidak memiliki stipule.
(e) √Chrysobalanaceae. Daun dorsiventral dengan pertulangan pinnate, tepi daun entire,
biasanya dengan sepasang gland di pangkal lamina pada bagian adaxial (Gambar 7.3.e),
stipule caduceus, ranting umumnya tomentose.
(f) Dilleniaceae. Stipule tidak melekat pada ranting melainkan pada bagian sisi kanan dan kiri
pangkal petiole berupa selaput yang membungkus kuncup (Gambar 7.2.b), daun duduk
spiral, tepi daun umumnya serrate atau dentate, apabila batangnya dicopak/dibacok
biasanya mengeluarkan suara mendesis seperti suara ban yang dikempeskan, suara
tersebut hanya terdengar jika telinga didekatkan ke bagian batang yang baru dilukai.
(g) √Elaeocarpaceae. Tepi daun umumnya serrate atau serulate terutama pada bagian
mendekati ujung, sering memiliki dometia pada bagian abaxial daun, daun tua berwarna
merah menjelang gugur, petiole agak panjang biasanya mengecil ke bagian pangkal, stipule
cepat gugur, hanya dapat dilihat pada bagian pucuk.
(h) Euphorbiaceae. Pada bagian pangkal daun atau pada petiole terkadang terdapat sepasang
gland, pada beberapa genus gland terdapat pada setiap ujung tulang daun sekunder di tepi
daun, pertulangan daun sebagian palmate atau tepi daun bertoreh palmate (seperti pada
Macaranga, Aleurites, Manihot, Jatropha) atau pinnate, petiole umumnya agak panjang
sampai panjang (pada daun dengan pertulangan palmate) atau pendek sampai sedang
(pada daun dengan pertulangan pinnate), petiole membesar pada bagian dekat pangkal atau
pada bagian dekat ujung atau baik pada bagian dekat pangkal maupun dekat ujung sehingga
nampak seperti barbel, stipule berukuran sedang sampai besar.
(i) Fagaceae. Pohon dengan banyak trubusan yang tumbuh dari bagian pangkal batang, bagian
abaxial daun sering mengkilap keperakan atau keemasan, tepi daun kadang berbulu halus
(cilialte), midrib menonjol (cembung) baik pada bagian adaxial maupun abaxial, pada genus
Quercus dan Castanopsis tepi daun pada bagian mendekati ujung umumnya serrate, petiole
pendek dan membesar ke pangkal, stipule berukuran kecil, terkadang seperti rambut, atau
kalau agak besar sangat tipis sehingga cepat kering dan mudah gugur.
(j) Flacourtiaceae. Daun umumnya kecil dan batang berduri (genus Flacourtea) dengan tepi
daun serrulate atau daun dapat berukuran besar berbentuk cordate atau ovate (genus
Pangium) dengan tepi daun entire, petiole mengecil ke bagian pangkal atau hanya
membesar pada bagian ujung, stipule sangat kecil dan cepat gugur, pada beberapa genus
(misalnya Flacourtea) batangnya berduri yang panjang, variasi karakter antar genus sangat
besar.
(k) †Hammamelidaceae. Pertulangan daun pinnate, petiole sedang, tepi daun entire, stipule
agak kecil dan persistent, famili ini yang umumnya ditemukan di daerah subtropika ini sangat
mirip dengan Euphorbiaceae, tetapi daunnya kebanyakan tomentose dan agak kaku, di
Indonesia spesies dari famili ini hanya ditemukan di hutan pegunungan.
(l) Lecythidaceae. Daun kebanyakan berbentuk obovate atau oblanceolate dengan tepi
umumnya serrulate, petiole biasanya pipih agak bersayap yang merupakan perpanjangan
dari lamina, daun tua umumnya berwarna merah menjelang gugur, pada beberapa spesies
daun gugur bersamaan secara musiman (deciduous), stipule sangat kecil dan cepat gugur
sehingga sering disangka tidak memiliki stipule.
(m) Magnoliaceae. Daun berbentuk elliptic atau oblanceolate atau obovate, tipis tetapi terkesan
kaku, tepi daun entire, duduk daun spiral, bagian abaxial sering berwarna keabuan, petiole
membesar ke arah pangkal, stipule tunggal besar tetapi tipis berupa satu helaian
menggulung menutupi seluruh bagian pucuk, setelah pucuk mekar stipule segera gugur
meninggalkan bekas melingkar sehingga ranting nampak seperti memiliki ruas-ruas.
(n) †Plantanaceae. Pohon besar, tepi daun serrate atau parted, pertulangan umumnya palmate,
petiole agak panjang membesar pada bagian pangkal dimana bagian petiole yang membesar
berfungsi membungkus pucuk yang berada pada ketiak antara ranting dengan petiole
(Gambar 7.3.a), stipule persistent berukuran besar nampak seperti daun yang duduk tanpa
petiole.
(o) Rhamnaceae. Batang sering berduri sampai ke ranting, daun umumnya berukuran kecil, tepi
daun umumnya serrulate, sangat mirip dengan genus Flacourtea dari famili Flacourteaceae,
tetapi dengan mudah dapat dibedakan dari sistem percabangannya yang cenderung lateral
ke arah satu sisi (kanan atau kiri saja), stipule kecil.
(p) Rosaceae. Sepasang gland biasanya terdapat pada bagian adaxial petiole, yaitu pada
pertemuan kedua sisi daun pada ujung petiole atau pada bagian pertengahan antara pangkal
dan ujung petiole, daun berukuran kecil sampai sedang dengan tepi serulate atau serrate,
stipule agak tipis sehingga cepat kering dan gugur.
(q) Sterculiaceae. Tulang daun sekunder pertama (kanan-kiri) dan tulang daun primer (midrib)
muncul dari satu titik pada bagian pangkal daun sehingga nampak palmate (Gambar 7.2
tengah), tepi daun entire, petiole agak panjang sampai panjang membesar pada bagian
pangkal dan ujung seperti barbel, stipule sedang terlihat dengan jelas dan tidak cepat gugur
sehingga terkesan bersesak-sesakan, pada Genus Pterospermum permukaan bagian bawah
daun berwarna kecoklatan tetapi bukan tersusun dari sisik-sisik sebagaimana pada daun
Durio (Bombacaceae).
(r) Tiliaceae: Tepi daun dapat entire atau serrate terutama pada bagian dekat ujung, tulang
daun sekunder pertama (kanan-kiri) dan tulang daun primer (midrib) muncul dari satu titik
pada bagian pangkal daun sehingga nampak palmate (mirip Sterculiaceae), petiole mengecil
ke bagian pangkal, stipule biasanya berukuran agak besar dan dengan mudah dapat dilihat.
(s) √Ulmaceae: Dengan hanya melihat pertulangan daun, famili ini sulit dibedakan dengan
Tiliaceae (lihat deskripsi Tiliaceae di atas), tetapi petiolenya tidak mengalami pembesaran
pada separuh bagian ujung, daun biasanya herbaceous dan tomentose, stipule agak besar.
(a) Annonaceae. Daun duduk alternate distichous, bentuk daun umumnya elliptic atau oblong,
daun jika diremas mengeluarkan bau menyengat yang dapat membuat rasa mual atau
berbau seperti buah jambu biji yang sudah masak, kulit hidupnya sangat berserat (fiberous)
sehingga ketika rantingnya di patahkan kayu yang ada di dalamnya akan patah tetapi
sebagian kulitnya tidak ikut patah, karena itu kulit hidupnya dapat dijadikan tali, kulit luar
ranting yang agak muda menampakkan retakan-retakan yang bentuknya menyerupai jala.
(b) Bignoniaceae. Daun berbentuk oblanceolate sampai obovate dengan petiole sangat
pendek, tersusun dalam kelompok-kelompok atau dalam berkas di sepanjang batang atau
ranting dengan jumlah daun per kelompok berkisar antara 3 sampai 8, ukuran masing-
masing daun dalam satu kelompok atau berkas sangat bervariasi, tempat mengumpulnya
daun pada batang atau ranting nampak seperti benjolan, tepi daun umumnya sinuate.
(c) †Boraginaceae. Daun herbaceous, ranting dan daun terkesan kasar oleh bulu-bulu. Ranting
umumnya agak pipih (tidak membulat dengan sempurna). Spesies pohon dari famili ini
sangat jarang ditemukan di Indonsia, pada umumnya ditemukan di daerah subtropika dan
tidak banyak di daerah tropika.
(d) Combretaceae. Genus yang paling umum dari famili ini adalah Terminalia. Percabangan
lateral bertingkat-tingkat, sympodial, duduk daun spiral mengumpul pada ujung ranting,
bentuk daun umumnya oblanceolate atau obovate, petiole pendek sampai sedang,
membesar ke pangkal, daun tua umumnya berwarna merah atau kuning menjelang gugur.
(e) Datiscaceae. Satu species pohon dari famili ini adalah Octomeles sumatrana Miq, pohonnya
besar dan tinggi dengan banir yang tinggi dan lebar menyebar kemana-mana, kulit hidup
sangat tebal, daun berbentuk cordate lebar dengan petiole panjang dan bersudut-sudut
(bersegi lima), lamina tidak pernah utuh melainkan selalu berlobang-lobang karena dimakan
serangga, daun tua menjelang gugur berwarna kuning dengan tangkai dan tulang daun
kemerahan.
(f) Ebenaceae. Famili ini dapat dengan mudah dikenali dari kulit batangnya yang umumnya
berwarna hitam, bahkan ada yang seperti arang (Diospyros borneensis Hiem.), percabangan
lateral, daun duduk alternate distichous pada ranting lateral dan spriral pada batang yang
tegak, daun muda/baru muncul secara periodik dan pada setiap perioda kemunculan
kelompok daun baru diawali dengan kemunculan daun-daun yang berukuran kecil jauh lebih
kecil dari daun normal, sehingga dalam satu ranting secara bertahap terdapat dua variasi
ukuran dan bentuk daun secara berselang seling, yaitu tahap daun berukuran kecil dengan
bentuk cenderung lebih bulat diikuti oleh daun normal yang ukurannya lebih panjang, jumlah
daun normal lebih banyak dari pada daun kecil, percabangan modopodial.
(g) †Ginkgoaceae. Percabangan utama whorled dan lateral, daun mengumpul rapat pada ujung
ranting, tepi daun bertoreh dalam (lobed), petiole panjang.
(h) †Icacinaceae. Daun terkesan agak kaku, tepi daun entire atau terkadang serrulate atau
berduri, bagian abaxial daun sering glaucous (tertutup bubuk berwarna putih).
(i) Lauraceae. Famili ini memiliki banyak spesies di hutan hujan tropika dan dalam bahasa
daerah sebagian besar pohon-pohon dari famili ini diberi nama medang, kecuali
Eusideroxylon zwageri T. et B., pohon dari famili ini biasanya memiliki kulit hidup yang tebal
dan berbau wangi, tepi daun selalu entire dengan permukaan bagian bawah umumnya
keabu-abuan atau glaucous (khususnya pada genus Persea, Litsea, Neolitsea,
Actinodaphne, Cinnamomum), daun muda sering berwarna merah atau kemerahan, pada
genus tertentu daun tua yang mengering berwarna hitam atau kehitaman (pada genus
Phoeba dan Nothophoeba), petiole sedang, langsing dan membengkok Percabangan
umumnya (tetapi tidak selalu) sympodial.
(j) Myrtaceae. Umumnya famili ini memiliki daun yang duduk opposite, tetapi ada beberapa
genus yang duduk daunnya alternate (pada genus Tristania, Eucalyptus, Melaleuca,
Kjellbergiodendron, Tristaniopsis), apabila daun dihadapkan ke arah sinar matahari maka
akan nampak bintik-bintik transparan, dan bila daun diremas akan mengeluarkan bau
aromatis dari adanya kandungan minyak atsiri, daun muda sering berwarna merah atau
kemerahan, pangkal daun sering auriculate (pada genus Syzygium), petiole pendek.
(k) †Nyssaceae. Tulang daun pinnate, tepi daun entire atau dentate, petiole agak panjang rata
dan tidak membengkok seperti pada Lauraceae.
(l) √Olacaceae. Daun umumnya nampak hijau tua terkesan bersih/segar, bagian adaxial daun
saat kering sering pustular (seperti melepuh), tepi daun selalu entire, ujung daun sering
dengan drip tip, petiole berukuran sedang, membengkok dan mengecil ke pangkal.
(m) †Pittosporaceae. Daun herbaceous, pertulangan daun pinnate, bentuk daun umumnya
obovate atau oblaceolate, terkadang mengandung minyak atsiri.
(n) √Polygalaceae. Genus berhabitus pohon yang umum dari famili ini adalah Xanthophyllum,
tepi daun entire, pada bagian abaxial daun sering terdapat beberapa gland yang biasanya
mengering berwarna kekuningan, kuncup yang ada pada ketiak daun biasanya berbentuk taji
dan keras.
(o) √Proteaceae. Sebagian besar spesies dari famili ini memiliki daun berbentuk obovate atau
oblanceolate, lamina terkesan tipis tetapi keras atau kaku seperti daun imitasi dari plastik,
tepi daun mulai dari entire, serrate sampai pada divided (bertoreh) sangat dalam, petiole
agak pendek, besar di bagian pangkal, pipih dan terkadang bersayap sebagai kelanjutan dari
lamina.
(p) †Salicaceae. Daun umumnya berbentuk elliptic agak panjang, tepi daun berbagai bentuk
(entire, dentate, undulate, crenate), stipule interpetiolar (Gambar 7.3.c).
(q) Theaceae: Karakteristik daun yang khas pada spesies dari famili ini adalah pucuk daun yang
belum mekar pada terminal bud umumnya membengkok berbentuk seperti arit, tepi daun
serrate atau serrulate paling tidak pada bagian mendekati ujung, jarang entire, petiole
pendek.
(r) Thymelaeaceae. Daun terkesan tebal dan tidak hijau benar (terutama permukaan bagian
bawah), tomentose, umumnya berbentuk oblong atau mendekati demikian, tepi daun entire,
pada sebagian besar spesies pertulangan daun sekunder dan tersier tidak teratur atau tidak
jelas, petiole agak pendek sampai sedang dan sering ada alur membujur di bagian adaxial.
B2: Daun simple, alternate/spiral, estipulate, dan getah bening
Famili pohon yang memiliki karakteristik seperti ini adalah: Anacardiaceae dan
Myristicaceae. Berikut ini adalah deskripsi singkat dari masing-masing famili untuk
membedakannya lebih jauh.
(a) Anacardiaceae. Batang tua dari famili mangga ini jika dilukai tidak langsung mengeluarkan
getah bening, getah bening biasanya ditemukan ketika ranting muda dipatahkan, getah
bening pada batang yang dilukai keluar secara perlahan dan setelah mengalami oksidasi
berubah warna menjadi kehitaman sampai hitam, getah tersebut sering mengakibatkan luka
dan rasa gatal pada kulit manusia, daun pada umumnya elliptic (Mangifera), oblanceolate
(Buchaninia) atau terkadang obovate (Gluta, Anacardium), tepi daun entire, duduk daun
spiral, petiole sedang sampai agak panjang dan membesar ke arah pangkal, percabangan
monopodial.
(b) Myristicaceae. Apabila batangnya dilukai, pohon dari famili ini akan mengeluarkan getah
berwarna bening dan perlahan-lahan berubah menjadi kemerahan atau merah (pada genus
Horsfieldia), percabangan biasanya lateral, monopodial, bentuk daun kebanyakan oblong
sampai eliptic, daun agak tebal/fleshy, bagian abaxial daun umumnya berwarna keputihan
atau abu-abu atau kecoklatan sampai cokelat tua, tepi daun entire, petiole sedang, agak
gemuk, memiliki alur membujur pada bagian adaxial.
Famili pohon yang memiliki karakteristik seperti ini adalah: Podocarpaceae dan Rutaceae.
Berikut adalah deskripsi singkat masing-masing famili untuk membedakannya satu sama lain.
(a) Podocarpaceae. Di daerah tropika, spesies pohon dari famili ini umumnya ditemukan pada
daerah pegunungan, resinnya umumnya berwarna bening seperti kaca (kristal), daun
berukuran kecil berbentuk line (kecil panjang), sisik, atau termodifikasi menjadi phylloclads,
duduk secara spiral atau alternate distichous, petiole pendek.
(b) Rutaceae: Genus yang memiliki karakteristik seperti ini adalah Citrus, daun yang nampak
simple sebetulnya merupakan daun compound yang tersusun atas dua helai, helaian bagian
bawah adalah rachis/petiole, sedangkan helaian bagian atas adalah leaflet, saat daun
menjadi tua dan gugur sering kali antara rachis dan leaflet berlepasan, apabila daun
dihadapkan ke arah sinar matahari maka akan nampak bintik-bintik transparan yang
mengandung minyak atsiri, umumnya tumbuh duri pada ketiak daun, resinnya sedikit,
berwarna bening kecoklatan, agak lembek (tidak keras seperti kristal).
C1: Daun simple, opposite, stipulate, tidak bergetah
Famili pohon yang memiliki karakter seperti ini adalah †Eucryphiaceae, Rhizophoraceae
dan Rubiaceae. Deskripsi singkat dari masing-masing famili adalah sebagai berikut.
(a) †Eucryphiaceae. Petiole umumnya sangat pendek sehingga lamina nampak seolah-olah
duduk langsung pada ranting atau petiole jarang panjang, tepi daun serrulate atau
denticulate.
(b) Rhizophoraceae. Spesies dari famili ini tumbuh pada daerah estuari atau perairan payau
berlumpur (kecuali Carralia yang dapat ditemukan pada hutan dataran redah), memiliki
sistem perakaran yang khas, daun berwarna hijau mengkilap agak tebal dengan tepi entire
(kecuali pada Carralia tepi daunnya sering serrulate), petiole berukuran sedang sampai agak
panjang, langsing, stipulenya besar dan melingkar menutupi seluruh bagian pucuk dan
segera gugur ketika kuncup mekar menjadi daun dan meninggalkan bekas melingkari ranting
berbentuk cincin atau ruas.
(c) Rubiaceae: Berbeda dengan Rhizophoraceae, spesies pohon dari famili Rubiaceae
umumnya ditemukan mulai dari hutan dataran rendah sampai pegunungan, termasuk di
daerah estuaria. Karakteristiknya sangat bervariasi di antara genus, daun sangat bervariasi
dalam ukuran, tepi daun entire, petiole sedang sampai pendek, stipule sangat bervariasi
bentuknya bentuk dan ukurannya di antara genus yang berbeda, mulai dari berbentuk jarum
seperti pada genus Ixora sampai yang berbentuk pipih besar seperti pada genus Nauclea
dan Anthocepalus.
(a) Euphorbiaceae. Genus dari famili Euphorbiaceae yang memiliki karakteristik seperti ini
adalah Bischofia. Umumnya ditemukan tumbuh di pinggir sungai, lereng bawah atau tempat
becek. Pohon besar dengan kulit batang terkelupas tipis dan kecil, daun pinnate trifoliate
(dengan 3 leaflet), terkesan fleashy atau herbaceous, pinggir daun serulate.
(b) Fabaceae. Genus dari famili Fabaceae yang memiliki karakteristik seperti ini adalah
Koompassia. Pohon besar memiliki banir papan yang besar dan tinggi, batang yang dilukai
mengeluarkan getah berupa cairan merah encer berwarna merah yang keluar perlahan dan
tidak banyak. Daun pinnate dengan jumlah leaflet ganjil (memiliki terminal leaflet), tepi daun
entire, duduk subopposite sampai opposite, petiolule pendek, besarnya rata dari pangkal ke
ujung, dengan guratan-guratan melintang.
Sebagai latihan penggunaan matrik kunci pengenalan famili pada Gambar 7.1 tersebut di
atas, maka dapat dicoba beberapa spesimen pohon. Sebagai contoh yang pertama dapat dicoba
pohon mangga. Dari sebuah ranting pohon mangga yang baru di potong dari pohonnya dapat
dilihat beberapa karakteristik morfologis organ-organnya sebagai berikut: daun simple, duduk
spiral/alternate, stipule tidak ada, getah bening yang kemudian berubah menjadi keruh dan
hitam, bentuk daun elliptic dengan tepi dauh entire, petiole membesar ke pangkal. Jika ditelusuri
pada matriks kunci pengenalan famili tersebut di atas, maka spesimen mangga tersebut berada
pada kotak B2 dengan urutan penelusuran sebagai berikut: daun simple, alternate/spiral,
estipulate. Sampai tahap ini penelusuran akan sampai ke baris (B). Selanjutnya karakteristik
getah yang bening menunjukkan kolom 2. Jadi perpaduan baris (B) dan kolom 2 adalah kotak
B2. Untuk mengetahui famili apa saja yang ada pada kotak B2 dan bagaimana karakteristik lebih
lengkap dari setiap famili, maka penelusuran selanjutnya dilakukan pada bagian penjelasan B2 di
atas. Pada penjelasan kotak B2 terdapat 2 famili, yaitu Anacardiaceae dan Myristicaceae.
Namun dari deskripsi kedua famili yang ada pada penjelasan kotak B2 tersebut, Anacardiaceae
nampak lebih cocok dengan karakteristik dari spesimen tersebut di atas, karena: (a) bentuk daun
elliptic, (b) tepi daun entire, (c) duduk daun spiral, dan yang paling membedakan adalah (d)
bentuk petiole yang membesar ke bagian pangkal. Adapun petiole dari Myristicaceae adalah rata
dari pangkal ke ujung, agak gemuk dan beralur di bagian adaxial.
3. Penutup
a. Rangkuman
Kuliah ditutup dengan menegaskan langkah-langkah kerja kunci pengenalan famili tanpa
bunga
b. Latihan
Pada saat praktek lapang di hutan mahasiswa yang telah dibagi dalam kelompok
diberikan masing-masing lima spesies pohon untuk dideterminasi nama familinya dengan
menggunakan kunci determinasi famili tanpa bunga
e. Umpan balik
Setiap kelompok dibimbing untuk menggunakan kunci deterniasi famili tanpa bunga sampai
dapat melakukan sendiri.
Reference
Stace, C. A. 1991. Plant Taxonomy and Biosystematics. Edward Arnold, London.
Harrington, H. D. dan L. W. Durrell. 1957. How to identify plants. The Swallow Press, Inc.
Chicago.
Bailey, L. H. 1963. How plants get their names. Dover Publications, Inc., New York.
Gledhill, D. 2008. The Name of Plants. Fourth Edition. Cambridge University Press. Cambridge.