MAKALAH Tasawuf 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM, FILSAFAT, FIQIH,


DAN ILMU JIWA
Guna memenuhi tugas ilmu tasawuf
Dosen pengampu : H. Dr. Khoirul Basyar, M.Si

Disusun oleh :
1. Hadyan fariz maulidi 3121053
2. Irfan bagus permana 3121054

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu tasawuf merupakan tentang teoritis terhadap wahyu-wahyu yang berkenaan dengan
hubungan antara tuhan dengan manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar
dapat berhubungan sedekat mungkin dengan tuhan baik dengan pensucian jiwa dan
latihan-latihan spiritual. Sedangkan ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang
banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan tentang akidah dan adapun
filsafat adalah rumusan teoritis terhadapa wahyu tersebut bagi manusia mengenai
keberadaam (esensi), proses dan sebaginya, seperti proses penciptaan alam dan manusia.
Sedangkan ilmu jiwa adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala dan aktivitas
kejiwaan manusia.

Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait
dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan konstribusi ilmu
tasawuf terhadap ilmu-ilmu tersebut dan begitu sebaliknya bagaimana konstribusi ilmu
keislaman yang lain terhadap ilmu tasawuf. Maka dalam makalah kami ini kami telah
membahas hubungan ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu keislaman lainnya, diantaranya:
Ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa, dan ilmu fikih. Dengan tujuan agar kita lebih mampu
mengkorelasikan ilmu-ilmu tersebut dan bisa membandingbandingkannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa hakekat ilmu tasawuf itu ?
2. Apa hakekat ilmu kalam itu ?
3. Apa hakekat filsafat itu ?
4. Apa hakekat fiqih itu ?
5. Apa hakekat ilmu jiwa itu ?
6. Bagaimana hubungan ilmu tasawuf dengan kalam, filsafat, fiqih, dan ilmu jiwa ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui dan memahami hakekat ilmu tasawuf ?
2. Mengetahui dan memahami hakekat ilmu kalam ?
3. Mengetahui dan memahami hakekat filsafat ?
4. Mengetahui dan memahami hakekat fiqih
5. Mengetahui dan memahami hakekat ilmu jiwa ?
6. Mengetahui dan memahami hubungan ilmu tasawuf dengan kalam, filsafat,fiqih,
dan ilmu jiwa.
BAB II
A. HAKEKAT TASAWUF
Pengertian tasawuf
Istilah "tasawuf"(sufism), yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad, dan
sering dengan bermacam-macam arti, berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa.
Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata
itu berasal dari shafa yang berarti kesucian atau bersih. Sebagian berpendapat bahwa kata
itu berasal dari kata shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum
Muslim awal yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci. Sebagian
lainnya lagi berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata shuffah yang berarti serambi
masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh para sahabat-sahabat nabi yang miskin
dari golongan Muhajirin. Ada pula yang menganggap bahwa kata tasawuf berasal dari
shuf yang berarti bulu domba, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang tertarik pada
pengetahuan batin kurang memperdulikan penampilan lahiriahnya dan sering memakai
jubah yang terbuat dari bulu domba yang kasar sebagai simbol kesederhanaan.
Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan
bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Alloh agar memperoleh hubungan
langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang betul-betul berada di hadirat
Tuhan.

Ada sebagian orang yang mulai menyebut dirinya sufi, atau menggunakan istilah serupa
lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang berarti bahwa mereka mengikuti jalan
penyucian diri, penyucian "hati", dan pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka
untuk mencapai maqam (kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan
mereka melihat Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia
melihat mereka. Inilah makna istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam.

Tujuan tasawuf
Tasawwuf sebagai mana disebutkan dalam artinya di atas, bertujuan untuk memperoleh
hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang
berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi
dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan
berkontemplasi. Kesadaran dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau
menyatu dengan Tuhan. Dalam ajaran Tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat dekat
dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh maqamat . mengenai
jumlah maqomat yang harus di tempuh sufi bebrbeda-beda, dari Abu Nasr Al- Sarraj
menyebutkan tujuh maqomat yaitu tobat, wara, zuhud, kefakiran, kesabaran, tawakkal,
dan kerelaan hati.

Menurut Taftazani seseorang yang bertasawuf mempunyai beberapa ciri yaitu:


Peningkatan moral, seorang sufi memiliki nilai-nilai moral dengan tujuan membersihkan
jiwa. Yaitu dengan akhlak dan budi pekerti yang baik berdasarkan kasih dan cinta kepada
allah, oleh karena itu, maka tasawuf sangat mengutamakan adab/ nilai baik dalam
berhubungan dengan sesama manusia dan terutama dengan Tuhan (zuhud, qonaah, thaat,
istiqomah, mahabbah, ikhlas, ubudiyah, dll). Sirna (fana) dalam realitas mutlak (Allah).
Manusia merasa kekal abadi dalam realitas yang Tertinggi, bahkan meleburkan
kepadaNya. Maksudnya, menghancurkan atau mensinarkan diri agar dapat bersatu
dengan Tuhan. Dan Ketenteraman dan kebahagiaan. Sumber ajaran tasawuf yaitu al-
Qur'an dan Hadits yang didalamnya terdapat ajaran yang dapat memebawa kepada
timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran
dasarnya dapat dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh ayat 186.
B. HAKEKAT ILMU KALAM
Pengertian ilmu kalam
Nama lain dari Ilmu Kalam : Ilmu Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Tawhid (Ilmu
tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama). Disebut
juga 'Teologi Islam'. 'Theos'= Tuhan; 'Logos'= ilmu. Berarti ilmu tentang keTuhanan
yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalan-
persoalan ghaib. Menurut Ibnu Kholdun dalam kitab moqodimah mengatakan ilmu
kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-keprcayaan
iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga berisi tentang bantahan-bantahan
terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan menyimpang. Ilmu=
pengetahuan; Kalam= pembicaraan'; pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan Persoalan terpenting yang di bicarakan pada awal Islam adalah
tentang Kalam Allah (Al-Qur'an); apakah azali atau non azali (Dialog Ishak bin Ibrahim
dengan Imam Ahmad bin Hanbal.  Dasar Ajarannya; Dasar Ilmu Kalam adalah dalil-
dalil fikiran (dalil aqli) Dalil Naqli (Al-Qur'an dan Hadis) baru dipakai sesudah
ditetapkan kebenaran persolan menurut akal fikiran.

C. HAKEKAT FILSAFAT
Pengertian Filsafat
Menurut analisa Al-Farabi filasafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosiphia. Philo
berarti cinta dan shopia berarti hikmah atau kebenaran. Menurut Plato, filsuf Yunani
yang termashur, murid Scorates dan guru Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.
Marcus Tullius Cicero politikus dan ahli pidato romawi merumuskan filsafat adalah
pengatahuan tentang segala sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.  Al Farabi filosuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina mengatakan filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan brtujuan menyelidiki hakikatnya
yang sebenarnya. Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup metafisika, etika, agama, dan antripologi. Immanuel Kant yang sering disebut
raksasa pikir barat, mengatakan bahwa Filsafat itu merupakan ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup metafisika, etika, agama, dan antripologi. Obyek
Filsafat; Dalam filasafat terdapat dua obyek yaitu obyek materia dan obyek formanya.
Obyek materianya adalah sarwa yang ada pada garis besarnya dibagi atas tiga persoalan,
yaitu: Tuhan, alam, dan manusia. Sedangkan Obyek formannya adalah usaha mencari
keterangan secara radikal ( sedalam-dalamnya) tentang obyek materi filsafat ( sarwa yang
ada).

D. HAKEKAT ILMU FIQIH


Pengertian ilmu fiqih
Fiqih merupakan salah satu disiplin ilmu Islam yang bisa menjadi teropong keindahan
dan kesempurnaan Islam. Dinamika pendapat yang terjadi diantara para fuqoha
menunjukkan betapa Islam memberikan kelapangan terhadap akal untuk kreativitas dan
berijtihad. Sebagaimana qaidah-qaidah fiqh dan prinsif-prinsif Syari'ah yang bertujuan
untuk menjaga kelestarian lima aksioma, yakni; Agama, akal, jiwa, harta dan keturunan
menunjukkan betapa ajaran ini memiliki filosofi dan tujuan yang jelas, sehingga layak
untuk exis sampai akhir zaman. Secara istilahan fiqh adalah ilmu yang membahas
hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil
secara terperinci. Dan dalam ruang lingkup fiqh hanya membahas tentang hukum yang
bersifat amaliyah.

E. HAKEKAT ILMU JIWA


Pengertian ilmu jiwa
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental
yang terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan yang
dimainkan dalam perilaku manusia. Psikologi meneliti tentang suara hati (dhamir),
kemauan (iradah), daya ingat, hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-
kecenderungan (awathif) manusia. Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang
menggerakkan perilaku manusia.
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek batin yang di dalam Qur’an
diungkapkan dengan istilah insan. Dimana istilah ini berkaitan erat dengan kegiatan
manusia yaitu kegiatan belajar, tentang musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanah
yang dipikulkan, konsekuensi usaha perbuatannya, keterkaitan dengan moral dan akhlak,
kepemimpinannya, ibadahnya dan kehidupannya di akhirat.

F. Hubungan tasawuf dengan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu fiqih, dan ilmu jiwa

 HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM


Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran, dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batas-batasnya, sedangkan pada ilmu tasawuf
ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan
ketentraman.

Pernyataan-pernyataan tentang Tuhan dan manusia sulit terjawab hanya berlandaskan


dengan ilmu kalam, biasanya yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman
kejiwaan manusia adalah tasawuf. Disiplin inilah yang membahas bagaimana merasakan
nilai-nilai akidah dengan memperhatikan bahwa

persoalan bagaiamana merasakan tidak saja termasuk dalam lingkup yang diwajibkan.
Ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu kalam, ilmu kalam juga berfungsi sebagai
pengendali ilmu tasawuf, ketika muncul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah.
Ilmu tasawuf memberi kesan rohaniah terhadap ilmu kalam yang cenderung mengandung
muatan rasional, dan kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati.

Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu Tasawuf mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai pemberi wawasan  spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang


mendalam lewat hati terhadap ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati
atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu Tasawuf merupakan
penyempurna ilmu kalam.
2. Berfungsi sebagai pengendali ilmu Tasawuf. Oleh karena itu, jika timbul suatu
aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu kepercayaan baru yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu merupakan penyimpangan
atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah diriwayatkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh ulama-ulama salaf,
hal itu harus ditolak.
3. Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan
kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung
menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping muatan
naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih bebas. Disinilah ilmu
Tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam terkesan
sebagai dialektika keIslaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau
sentuhan hati.

Seandainya manusia sadar bahwa Allahlah yang memberi, niscaya rasa hasud dan dengki
akan sirna, kalau saja dia tahu kedudukan penghambaan diri, niscaya tidak akan ada rasa
sombong dan membanggakan diri. Kalau saja manusia sadar bahwa Allahlah pencipta
segala sesuatu, niscaya tidak akan ada sifat ujub dan riya. Dari sinilah dapat dilihat bahwa
ilmu tauhid merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah (pendakian para
kaum sufi). Dalam ilmu Tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu kalam
terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih dinamis dan aplikatif.
 HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FILSAFAT
Tasawuf dan filsafat sering dipandang berlawanan, ilmu tasawuf dianggap ilmu yang
mengabaikan peran akal atau intelektual, dan hanya menitikberatkan pada intuisi, ilham
dan bisikan hati. Sedangkan filsafat dianggap ilmu yang hanya patuh pada prinsip
rasionalitas.

Tapi jika dilacak lebih jauh lagi tasawuf dan filsafat memiliki hubungan erat dan serasi,
terutama sejak filosof parupatetik, seperti Ibnu Sina yang menerima kebenaran dari
kalangan filosof dan sufi sekaligus.

Dari perpaduan keduanya antara tasawuf dan filsafat muncullah tasawuf filosofis yang
dimana ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya,
tasawuf filosofis menggunakan terminologi filosofis yang berasal dari ajaran-ajaran
filsafat dan para tokohnya.
Dan tokoh-tokoh yang mewakili tasawuf filosofis diantaranya adalah, Suhrawardi al-
Maqtul, Muhyiddin Ibnu Arabi, Ibnu Umar al faridh, Ibnu Sab’in dan lain-lain.
Merekalah yang yang dimana ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi
rasional.

Para sufi dan sekaligus filosof ini banyak mendapat kecaman dari para fuqaha, yang
justru semakin keras akibat pernyataan-pernyataan mereka yang panteistis, diantara
fuqaha yang paling keras kecamannya terhadap golongan sufi yang juga filosof ini ialah
Ibnu Taymiyyah

 HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU FIQIH


Tasawuf dan fiqh merupakan dua disiplin ilmu yang bersumber dari Islam, dan kedua-
duanya secara aplikatif telah dilaksanakan, dipraktekkan oleh nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya.

Antara tasawuf dan fiqh merupakan suatu yang saling berkaitan, karena bila sesorang
bertasawuf tanpa fiqh ia akan menjadi zindiq. Dan yang menjalankan syariat tanpa
tasawuf, maka ia akan menjadi orang yang fasik, seperti yang dikatakan oleh Imam
Malik Rahimahumullah “Barang siapa yang menjalani tasawuf sebelum mengerti fiqih
(syariat) dengan benar, ia menjadi zindiq. Dan barang siapa yang menjalankan syariat
tanpa disertai tasawuf maka ia akan menjadi fasik. Ilmu tasawuf tampaknya merupakan
jawaban yang paling tepat karena ilmu ini memberikan corak batin terhadap ilmu fiqih.
Corak batin yang dimaksud, seperti ikhlas dan khusu’ berikut jalannya masing-masing.
Bahkan, ilmu ini dapat menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hilim-
hukum fiqih. Alasannya, pelaksanaan kewajiban manusia tidak akan sempurna tanpa
perjalanan rohaniyah.
Makrifat secara rasa terhadap Allah melahirkan pelaksanaan hukum-hukum-Nya secara
sempurna. Dari sinilah dapat diketahui kelirunya pendapat yang menuduh perjalanan
menuju Allah (dalam tasawuf) sebagai tindakan melepaskan diri dari hukum-hukum
Allah.

 HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA


Dalam pembahasan Tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Yang
dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam Tasawuf tersebut
adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya. Pembahasan tentang jiwa dan badan ini
dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang
dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu
dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori perbuatan manusia, apakah
dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan baik. Jika perbuatan yang
ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika
perbuatan yang  ditampilkannya jelek, ia disebut sebagai orang yang berakhlak jalek.
Dalalm pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang
berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa dalam tubuhnya adalah nafsu-nafsu hewani
atau nabati, yang akan tampil dalam perilakunya adalah perilaku hewani atau nabati pula.
Sebaliknya, jika yang berkuasa adalah nafsu insani, yang akan tampil dalam perilakunya
adalah perilaku insani pula. Orang yang sehat mentalnya adalah yang mampu merasakan
kebahagiaan dalam hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasakan bahwa
dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya
semaksimal mungkin dengan cara membawa kebahagiaan dirinya dan orang lain.
Disamping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas, terhindar dari
kegelisahan-kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya. Manusia
sebagai makhluk Allah memiliki jasmani dan rohani. Salah satu unsur rohani manusia
adalah hati (Qalbu) disamping hawa nafsu. Karena itu penyakit yang dapat menimpa
mansia ada dua macam, yaitu penyakit jasmani dan penyakit rohani atau jiwa atau qalbu.
Di dalam beberapa ayat Al-Qur’an dikatakan bahwa di dalam hati manusia itu ada
penyakit, Antara lain penyakit jiwa manusia itu adalah iri, dengki, takabur, resah, gelisah,
khawatir, stress dan berbagai penyakit jiwa lainnya.
Dengan tasawuf manusia akan dapat menghindarkan diri dari penyakit kejiwaan
(psikologis) berupa prilaku memperturutkan hawa nafsu keduniaan, seperti: iri, dengki,
takabbur, resah, gelisah, khawatir, stress dan berbagai penyakit jiwa lainnya.
Tasawuf berusaha untuk melakukan kontak batin dengan tuhan bahwa berusaha untuk
berada dihadirat Tuhan, sudah pasti akan memberikan ketentraman batin dan
kemerdekaan jiwa dari segala pengaruh penyakit jiwa.
Dengan demikian antara tasawuf dengan ilmu jiwa memiliki hubungan yang erat karena
salah satu tujuan praktis dari ilmu jiwa adalah agar manusia memiliki ketenangan hati,
ketentraman jiwa dan terhindar dari penyakit-penyakit psikologis seperti dengki,
sombong, serakah, takabbur dan sebagainya. Tasawuf juga selalu membicarakan
persoalan yang berkisar pada jiwa manusia. Hanya saja, jiwa yang dimaksud adalah jiwa
manusia muslim, yang tentunya tidak lepas dari sentuhan-sentuhan keislaman. Dari
sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsur kejiwaan manusia muslim.

Jika kita lihat tasawuf melihat manusia dari sisi internalnya artinya langsung mempelajari
isi dan kondisi hati ataupun kejiwaan manusia bagaimana seharusnya. Sedangkan ilmu
jiwa ataupun yang sering dikenal dengan psikologi mempelajari dan mendeskripsikan
kejiwaan manusia dari eksternal manusia yaitu dengan mempelajari hal-hal yang tampak
dari sikap dan prilaku manusia apa adanya karena menurutnya dari mempelajari
perilakunya kita dapat menggambarkan bagaimana kondisi kejiwaannya.

BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas kami dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa ilmu tasawuf adalah suatu
ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu tasawuf jiwa kita lebih tenang
dan damai. Dan bertasawuf bukanlah harus dengan bertarikat tapi hakikat ilmu tasawuf adalah
pembinaan jiwa kerohanian sehingga bisa berhubungan dengan Allah sedekat mungkin.

Anda mungkin juga menyukai