0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan11 halaman

Ansis Revisi Evaluasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 11

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN

Disusun Oleh :

Nama : Dhea Fienda Ferani


Nim : S17015
Kelas : S17 A

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NESR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA
HUSADA SURAKARTA T/A 2019/2020
ANALISA SINTESA TINDAKAN

Analisa sintesa tindakan pemberian relaksasi nafas dalam pada Ny. A


di ruang penyakit dalam terhadap penurunan nyeri

Hari : Minggu

Tanggal : 21 Juni 2020

Jam : 15.00 WIB

A. Keluhan utama :

Demam

B. Diagnosa keperawatan

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

C. Data yang mendukung diagnosa keperawatan

DS : Pasien mengatakan badannya panas


DO : Pasien nampak lemas. S : 39 ͦ

D. Dasar pemikiran

Demam adalah keadaan tubuh mengalami kenaikan suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga
yang mengambil batasan lebih dari 37,8° C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila timbul dalam
suhu yang tinggi. Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai
cara. Kompres air hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh

E. Prinsip tindakan keperawatan


a. Fase pra interaksi
- Mempersiapkan alat
- Memcuci tangan
b. Fase orientasi
- Member salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tindakan
- Menjelaskan langkah dan prosedur
- Menanyakan kesiapan
c. Fase kerja
- Menjaga privasi
- Menggunakan handscoon
- Mengukur suhu tubuh pasien
- Menuangkan air pans kedalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai
40 – 46 ͦ C
- Memangsang perlak dibawah area yang akan dikompres
- Memasang selimut mandi
- Membuka pakaian pasien di area yang akan di kompres
- Mencelupkan waslap kedalam baskom dan peras
- Meletakkan waslap tersebut di asksila dan inuinal pasien, baik kanan
maupun kiri. Ulangi prosedur tersebut beberapa kali jika waslap sudah
dinginn.
- Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 m2nit
- Hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati normal
d. Fase terminasi
- Melakukan evaluasi
- Melakukan dokumentasi
- Menyampaikan RTL
- Berpamitan

F. Analisis tidakan

Tindakan keperawatan ini untuk menggurai demam pada pasien tanpa menggunakan obat
obatan. Terapi ini berfungsi untuk menggurangi demam sementara sebelum dilakukan
pemberian obat

G. Bahaya di lakukannya tindakan

Tidak ada bahaya tindakan dalam melakukan terapi kompres hangat.

H. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan

- Memberikan pasien obat penurun panas

I. Daftar pustaka / referensi jurnal

Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2002.


Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2002.
Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC; 2008.
Hegner BR. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC;
2003.
Crowin. Buku Saku Patofisiolog. Jakarta: EGC; 2002.
Sunardi. Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu Tubuh. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia; 2009.

Asmadi. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: EGC; 2008.
Carolina A. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit GE pada Remaja di
Puskesmas Rempoah. Purwokerto: Akper Muhammadiyah Purwokerto; 2011.

Effendy F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika;


2009.
Tamsuri A. Tanda-tanda Vital: Suhu Tubuh.

Jakarta: EGC; 2006.


Juwariyah. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Hangat dan
Kompres Plester pada Anak Demam [internet]. 2011 [cited 2013 Des 26].
Available from: http://repository. usu.id.

Sukmawati. Perbandingan Penurunan Suhu pada Pasien yang Dikompres Pada Daerah
Ketiak dengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina

Magelang. Surakarta: Fakultas Kesehatan UMM

Surakarta; 2010.

Wening, Endang. Perbandingan Penurunan Suhu Pada Pasien yang Dikompres pada
Daerah Ketiak dengan Kompres pada Dahi di Ruang Rawat Inap Kelas III RS
Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Akper Parahiyangan; 2011.
ISSN2354-7642
JOURNAL NERS
AND MIDWIFERY INDONESIA
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU
Muhammadiyah Kutoarjo
Eny Inda Ayu1, Winda Irwanti2, Mulyanti3

1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta

Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Abstrak
Demam adalah keadaan tubuh mengalami kenaikan suhu hingga 38°C atau lebih. Ada juga yang mengambil batasan
lebih dari 37,8° C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat
membahayakan apabila timbul dalam suhu yang tinggi. Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan
berbagai cara. Kompres air hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Kenyataan yang ditemukan di
tempat penelitian yaitu di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo pelaksanaan kompres sebagai salah satu tindakan
mandiri untuk menangani demam masih sering diabaikan oleh pasien dan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk
diketahuinya perbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat di aksila dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh
pada pasien demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Desain penelitian menggunakan true eksperimen: two-
group pre-post test design. Jumlah populasi sebesar 40 dengan subyek sebanyak 38 orang dengan teknik consecutive
sampling. Pengukuran suhu dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan thermometer air raksa. Analisis
data menggunakan uji t. Hasil: Rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres air
hangat pada daerah aksila sebesar 0,247oC. Rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan
kompres air hangat pada daerah sebesar 0,111 oC. Analisis uji t menunjukkan teknik pemberian kompres hangat pada
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh dibandingkan dengan teknik pemberian kompres hangat
pada dahi (t hitung=5,879 p=0,000). Simpulan: Teknik pemberian kompres air hangat pada daerah aksila lebih efektif
terhadap penurunan suhu tubuh.

Kata Kunci: daerah aksila, daerah dahi, kompres air hangat

Warm Compresses Axilla and Forehead in Lowering Body


Temperature among Patients with Fever at PKU Muhammadiyah
Kutoarjo
Abstract
Fever is a condition when body temperature 38°C and more. There are also restrictions that took more than
37.8°C, whereas when the body temperature of over 40°C is called a high fever/hyperpyrexia. Fever may be
harmfull if you develop a high temperature. Fever or high body temperature can be derived in various ways.
Warm compresses a method to lower the body temperature. Found in the fact that research in KRIPMD PKU
Muhammadiyah Kutoarjo implementation compress as one independent action to deal with the fever is still often
overlooked by patients and families. The purpose of this research was to know the differences between forehead
and armpit compress in lowering body temperature among patients with fever at KRIPMD PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. The Methode of this study used true experimental designs: a two-group pre-post test design. The total
population of patient were 40 respondents. The sampling technique was done by consecutive which consisted of
38 respondents. Temperature was measured by thermometer. Data analysis used the t test. T test analysis
showed techniques giving a warm compress on the area of the axilla more effective to reduce body temperature
than technique of giving a warm compress on the forehead (t=5.879, p=0.000). In conclusion, The technique
giving a warm compress on the area of the axilla is more effective to lowering body temperature.

Keywords: warm compresses, the axillary, forehead area

Info Artikel:
Artikel dikirim pada 9 Januari 2015
Artikel diterima pada 9 Januari 2015
10 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
PENDAHULUAN akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh(6).
Suhu tubuh yang meningkat lebih dari normal
Kenyataan yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu
atau demam merupakan suatu pertanda adanya
di Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar
gangguan kesehatan dan disebut sebagai keluhan
(KRIPMD) PKU Muhammadiyah Kutoarjo, dengan
yang dirasakan oleh seseorang tetapi bukan
jumlah rata-rata 40 pasien demam setiap bulan
merupakan suatu diagnosis. Suhu tubuh pada kondisi
dengan lama 3-4 hari perawatan, pelaksanaan
demam dapat digunakan sebagai salah satu ukuran
kompres sebagai salah satu tindakan mandiri untuk
mengenai membaik atau memburuknya kondisi
menangani demam masih sering diabaikan oleh
pasien. Demam mengacu pada peningkatan suhu
pasien dan keluarga. Selama ini pasien dan keluarga
tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan
lebih memilih untuk melakukan kompres pada daerah
sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel-sel
dahi dengan alasan kompres pada daerah dahi lebih
darah putih tertentu mengeluarkan suatu zat kimia
mudah dilakukan dan tidak membasahi baju yang
yang dikenal sebagai pirogen endogen yang memiliki
dipakai oleh pasien. Hingga saat ini, di KRIPMD PKU
banyak efek untuk melawan infeksi(1).
Muhammadiyah Kutoarjo belum pernah dilakukan
Demam adalah keadaan dimana terjadi
penelitian untuk melihat perbedaan efektivitas
kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga
kompres pada daerah dahi dan aksila.
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C,
Tujuan penelitian ini adalah untuk
sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut
demam tinggi/ hiperpireksia. Demam dapat
mengetahui perbedaan efektivitas pemberian
membahayakan apabila timbul dalam suhu yang kompres air hangat di aksila dan dahi terhadap
tinggi. Demam tinggi adalah demam yang mencapai penurunan suhu tubuh pada pasien demam di
41,1°C (106°F) atau lebih. Pada demam tinggi dapat KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo.
terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik,
kerusakan hati, kelainan EKG, dan berkurangnya BAHAN DAN METODE
aliran darah otak. Selain itu dampak yang dapat
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang
ditimbulkan jika demam tidak ditangani maka akan
digunakan adalah penelitian true eksperimen: two-
dapat menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia
group pre-post test design. Penelitian ini dilakukan di
yang akan menyebabkan syok, epilepsy, retardasi
Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar PKU
mental atau ketidakmampuan belajar(2).
Muhammadiyah Kutoarjo. Penelitian ini dilakukan
Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat
pada bulan November 2013. Populasi pada penelitian
diturunkan dengan berbagai cara. Cara yang paling
ini adalah semua pasien yang dirawat di Ruang
sering digunakan adalah meminum obat penurun
Rawat Inap KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
demam seperti Paracetamol ataupun Ibuprofen.
yang mengalami demam dengan suhu tubuh aksila
Selain itu adalah dengan mengobati penyebab
>38ºC berjumlah 40 pasien dalam satu bulan.
demam, dan apabila ternyata demamnya karena
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk
pemberian kompres hangat pada daerah dahi atau
membunuh bakteri. Tetapi obat- obatan saja tidak
daerah aksila. Variabel dependen dalam penelitian ini
cukup, sehingga perlu dilakukan kompres untuk
adalah penurunan suhu tubuh pada pasien demam.
membantu menurunkan suhu tubuh saat demam(3).
Subjek dibagi dua kelompok, yaitu kelompok dengan
Kompres hangat merupakan metode untuk
kompres hangat pada dahi dan kompres hangat pada
menurunkan suhu tubuh(4). Pemberian kompres hangat
aksila selama 15 -30 menit. Pengukuran dilakukan 2-
pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada
3 menit sebelum perlakuan kompres dengan
daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar
menggunakan thermometer aksila. Analisis data
dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
menggunakan uji t.
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang
akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih HASIL DAN BAHASAN
banyak(5). Lingkungan luar yang hangat akan membuat Analisis Univariat
tubuh menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup
Karakteristik Responden
panas sehingga akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa demam
tubuh lagi, juga terbanyak terjadi pada pasien berumur antara 21-30
tahun yaitu 28,9% (11 orang) dan paling sedikit terjadi
Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam

11
pada pasien umur 31-40 tahun yaitu 10,5% (4 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien
orang). Hasil tersebut kemungkinan karena subjek Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
penelitian pada pasien demam terlalu sedikit yaitu Pekerjaan f %
hanya 38 orang dan jumlah responden yang Buruh/Tani 9 23,7
berumur antara 21-30 tahun lebih banyak. IRT 5 13,2
Swasta 8 21,1
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pasien Demam di Pelajar/Mahasiswa 13 34,1
KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo Belum Sekolah 3 7,9
Umur f % Total 38 100,0
0-10 Tahun 8 21,1 Sumber: Data Primer 2013
11-20 Tahun 5 13,2
21-30 Tahun 11 28,9 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien
31-40 Tahun 4 10,5
Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Kutoarjo
> 40 Tahun 10 26,3
Total 38 100,0 Jenis Kelamin f %
Sumber: Data Primer 2013 Laki-Laki 18 47,4
Perempuan 20 52,6
Total 38 100,0
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori
Sumber: Data Primer 2013
Asmadi yang disebutkan bahwa salah satu faktor
perubahan suhu tubuh dipengaruhi oleh umur.
Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa suhu pada Tabel 5. Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit
usia anak- anak sampai masa puber dan pada Pasien Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah
Kutoarjo
usia lanjut cenderung lebih labil dibandingkan
dengan usia dewasa(7). Riwayat Penyakit f %
Demam Thypoid 26 68,4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien Diare/ GE 12 31,6
Demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah Total 38 100,0
Kutoarjo Sumber: Data Primer 2013
Pendidikan f %
Belum Sekolah 3 7,9
SD 13 34,2 52,6% (20 orang) dan jumlah paling sedikit adalah
SMP 7 18,4 berjenis kelamin laki-laki yaitu 47,4% (18 orang).
SMA 8 21,1 Hasil penelitian ini didukung oleh oleh Asmadi
Perguruan Tinggi 7 18,4 yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
Total 38 100,0 mempengaruhi peningkatan suhu tubuh adalah
Sumber: Data Primer 2013 hormon(3). Wanita mengalami peningkatan
hormon lebih banyak daripada pria. Pada wanita
Berdasarkan Tabel 2 diketahui pendidikan terjadi peningkatan suhu antara 0,3-0,6 o C di atas
pasien terbanyak adalah SD yaitu 34,2% (13 suhu basal saat terjadi sekresi progesteron pada
orang) sedangkan jumlah paling sedikit termasuk saat ovulasi berlangsung(9).
kategori belum sekolah yaitu 7,9% (3 orang). Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pasien
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa demam terbanyak memiliki riwayat penyakit demam
frekuensi terbanyak pasien demam adalah thypoid yaitu 68,4% (26 orang) dan kejadian dengan
pelajar/mahasiswa yaitu 34,1% (13 orang) dan frekuensi lebih sedikit terjadi pada pasien dengan
frekuensi paling sedikit adalah belum sekolah yaitu riwayat penyakit diare/GE yaitu 31,6% (12 orang).
7,9% (3 orang). Pelajar dan mahasiswa pada jaman
sekarang sebagian memiliki pola makan yang tidak Derajat Penurunan Suhu
baik dengan pola gizi yang tidak seimbang sehingga Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa rerata
lebih mudah terserang demam sebagai awal gejala penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang
penyakit yang terjadi. Penelitian Carolina diberikan perlakuan kompres air hangat pada
menyebutkan bahwa pola makan yang tidak sehat daerah aksila adalah 0,247oC dan rerata
menyebabkan seseorang lebih mudah terserang penurunan suhu tubuh pasien demam yang
suatu penyakit(8). diberikan kompres air hangat pada daerah dahi
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pasien adalah 0,111oC.
demam terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu
12 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14
Tabel 6. Statistik Deskriptif Penurunan Suhu pada menggunakan air hangat pada daerah aksila
Pasien Demam yang diberikan Kompres Air Hangat maupun pasien demam yang diberikan kompres air
pada Daerah Aksila dan Daerah Dahi di KRIPMD hangat pada daerah dahi menunjukkan penurunan
PKU Muhammadiyah Kutoarjo
yang signifikan. Hasil
Statistik Kompres pada Kompres pada
Deskriptif daerah Aksila daerah Dahi
Mean 0,247 0,111
Deviation 0,077 0,066
Minimum 0,100 0,000
Maximum 0,400 0,200
Sumber: Data Primer 2013

Analisis Bivariat
Uji Beda Rerata Suhu Tubuh pada Pasien
Demam Sebelum Perlakuan pada Pasien yang
Dikompres pada Daerah Aksila dan Rerata
Suhu pada Pasien yang Dikompres pada
Daerah Dahi
Analisis data dilakukan dengan
membandingkan rerata suhu tubuh sebelum
perlakuan pada pasien yang diberikan kompres air
hangat pada daerah aksila dan rerata suhu tubuh
pada pasien demam yang diberikan kompres pada
daerah dahi menggunakan independent sample t
test.

Tabel 7. Uji Beda Rerata Suhu Sebelum Perlakuan


pada Pasien Demam yang dikompres pada Daerah
Aksila dengan Pasien Demam yang Dikompres pada
Daerah Dahi di KRIPMD PKU Muhammadiyah
Kutoarjo

Lokasi Kompres Rerata (Mean) thitung p-value


Aksila 39,02
1,984 0,055
Dahi 38,68

Berdasarkan Tabel 7 diketahui rerata suhu


tubuh pada pasien demam sebelum diberikan
kompres pada daerah aksila adalah 39,02 dan
rerata suhu tubuh sebelum pada daerah dahi
sebesar 38,68. Hasil uji beda diperoleh t hitung
sebesar 1,984 dengan p=0,055. Karena p>0,05
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan
rerata suhu tubuh sebelum dilakukan perlakuan
pada pasien demam yang dikompres pada daerah
aksila dengan pasien yang dikompres pada daerah
dahi.

Uji Beda Rerata Suhu Tubuh Sebelum dan


Sesudah Perlakuan pada Pasien yang
Dikompres pada Daerah Aksila dan Pasien
yang Dikompres pada Daerah Dahi
Uji ini digunakan untuk membandingkan
suhu sebelum dan sesudah perlakuan baik pada
pasien demam yang dikompres dengan
menunjukkan penurunan suhu yang signifikan jika penurunan suhu yang lebih besar dibandingkan
p<0,05. pengompresan pada daerah dahi dengan rerata
penurunan suhu sebesar 0,111oC.
Tabel 8. Uji Beda Rerata Suhu Badan sebelum
dan sesudah Perlakuan terhadap Pasien yang Uji Beda Rerata Penurunan Suhu Tubuh Pasien
Dikompres pada Daerah Aksila Dahi Demam yang Dikompres pada Daerah Aksila
t dan Pasien Demam yang Dikompres pada
Sebelum dan
Lokasi hitung Daerah Dahi
Sesudah Deviasi p-value
Kompres Perlakuan
Daerah Sebelum 39,02 Tabel 9. Uji Beda Rerata Penurunan Suhu Badan
0,247 13,961 0,000 Pasien Demam yang Dikompres pada Daerah Aksila
Aksila Sesudah 38,77 dan Pasien Demam yang Dikompres pada Daerah
Daerah Sebelum 38,68 Dahi
0,111 7,234 0,000
Dahi Sesudah 38,57 t
Sumber: Data Primer 2013 Lokasi Kompres Rerata Penurunan hitung p-value
suhu
Daerah Aksila 0,247
Berdasarkan hasil uji diperoleh penurunan 5,879 0,000
Daerah Dahi 0,111
suhu pada kedua kelompok lokasi kompres yaitu
menunjukkan hasil yang signifikan. Pada kelompok Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa rerata
pasien yang dikompres pada daerah aksila rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang
suhu sebelum perlakuan adalah 39,02oC dengan dikompres pada daerah aksila adalah 0,247 dan
rerata penurunan suhu 0,247oC menjadi 38,77o C. rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam
Pada pasien yang dikompres pada daerah dahi yang dikompres pada daerah dahi adalah 0,111.
rerata suhu tubuh sebelum perlakuan adalah 38,68 o Setelah dilakukan uji perbandingan kedua rerata
C mengalami penurunan sebesar 0,111 menjadi menggunakan uji t diperoleh t hitung sebesar 5,879
38,57oC sesudah perlakuan. Berdasarkan dengan p=0,000. Karena p<0,05 maka Ho ditolak
perbandingan penurunan suhunya maka dan Ha diterima, artinya ada perbedaan secara
pengompresan di daerah aksila dengan rerata signifikan pada rerata penurunan suhu pada
penurunan suhu sebesar 0,247 o C menunjukkan pasien

Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam

13
yang diberikan kompres air hangat pada daerah 0,145o C(12). Hasil analisis menggunakan uji t
aksila dan pasien yang diberikan kompres air diperoleh t hitung sebesar 5,673 dengan p=0,018.
hangat pada daerah dahi. Hal ini menunjukkan Serta penelitian Wening menyatakan bahwa pasien
bahwa teknik pemberian kompres air hangat pada yang dikompres di bagian ketiak memiliki penurunan
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu lebih besar daripada pasien yang dikompress
suhu tubuh dibandingkan dengan teknik pada daerah dahi(13).
pemberian kompres air hangat pada daerah dahi
pada pasien demam di Klinik Rawat Inap SIMPULAN DAN SARAN
Pelayanan Medik Dasar PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai
yang dikemukakan oleh Tamsuri yang menyatakan berikut bahwa rerata derajat penurunan suhu tubuh
daerah ketiak terdapat vena besar yang memiliki sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat
kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik pada daerah aksila pada pasien demam di KRIPMD
dalam menurunkan suhu tubuh dan sangat dekat PKU Muhammadiyah Kutoarjo sebesar 0,247 oC,
dengan otak yang merupakan tempat terdapatnya rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan
sensor pengatur suhu tubuh yaitu hypothalamus(10). sesudah dilakukan kompres hangat pada daerah dahi
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian pada pasien demam di KRIPMD PKU
Juwariyah bahwa kompres air hangat lebih efektif Muhammadiyah Kutoarjo sebesar 0,111oC. Teknik
74,6% untuk menurunkan suhu pada pasien anak pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih
dengan demam daripada kompres plester(11). Hasil efektif terhadap penurunan suhu tubuh dibandingkan
penelitian didukung hasil penelitian Sukmawati yang dengan teknik pemberian kompres
menunjukkan kompres di ketiak memberikan
efektivitas tinggi bila dibandingkan kompres di dahi
dengan derajat penurunan suhu masing 0,234 oC dan
hangat pada dahi pada pasien demam di KRIPMD
PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Saran bagi pasien
dan keluarga agar dapat meningkatkan cara
kompres di daerah aksila karena lebih efektif.

RUJUKAN
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta: EGC; 2002.
2. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC; 2002.
3. Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
EGC; 2008.
4. Hegner BR. Asisten Keperawatan Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC; 2003.
5. Crowin. Buku Saku Patofisiolog. Jakarta: EGC;
2002.
6. Sunardi. Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu
Tubuh. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia; 2009.
7. Asmadi. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: EGC; 2008.
8. Carolina A. Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Penyakit GE pada Remaja di
Puskesmas Rempoah. Purwokerto: Akper
Muhammadiyah Purwokerto; 2011.
9. Effendy F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan
Komunitas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
10. Tamsuri A. Tanda-tanda Vital: Suhu Tubuh.
Jakarta: EGC; 2006.
11. Juwariyah. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh
Menggunakan Kompres Hangat dan Kompres
Plester pada Anak Demam [internet]. 2011
[cited 2013 Des 26]. Available from:
http://repository. usu.id.
12. Sukmawati. Perbandingan Penurunan Suhu pada
Pasien yang Dikompres Pada Daerah Ketiak
dengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina
Magelang. Surakarta: Fakultas Kesehatan UMM
Surakarta; 2010.
13. Wening, Endang. Perbandingan Penurunan
Suhu Pada Pasien yang Dikompres pada
Daerah Ketiak dengan Kompres pada Dahi di
Ruang Rawat Inap Kelas III RS Hasan Sadikin
Bandung. Bandung: Akper Parahiyangan;
2011.
14 Eny Inda Ayu, Winda Irwanti, Mulyanti, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 1, Tahun 2015, 10-14

Anda mungkin juga menyukai