LP Askep DM Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELITUS PADA LANSIA

OLEH :

ELISA OKTAVIANA FIRDAUSI (1811006)


EVA KARTIKA PUTRI (1811007)
FATMA SUSANTI (1811008)
GRACIA LUCAS VICTORY (1811009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN 2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN DM PADA LANSIA

A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan
glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau
merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan
kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
(Mary,2009).

2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu
yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini
mencakup 15% populasi pada panti lansia.

3. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur,
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat, jadi untuk golongan usia lanjut
diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada orang dewasa non
usia lanjut.

2
Pada NIDDM, intoleransi glukosa pada lansia berkaitan dengan
obesitas, aktivitas fisik yang berkurang,kurangnya massa otot, penyakit
penyerta, penggunaaan obat-obatan, disamping karena pada lansia terjadi
penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lebih dari 50% lansia diatas
60 tahun yang tanpa keluhan, ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) yang abnormal. Intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan
sebagai diabetes. Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan
insulin terutama pada post reseptor.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara
umum dapat digolongkan ke dalam dua besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress
juga dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu
perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan
medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil,
dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin
tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka
percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

4. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I :
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik
Diabetes Melitus tipe I:

3
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II :
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9) ± 100% kembar identik terkena

5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
lansia umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda
disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia
disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada
pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat
terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada
stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

4
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang
sering ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati visceral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di
pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan

5
akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar
glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau
langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan
glukosa dalam darah menjadi meningkat

6
7. Pathway

Proses menua / Life Style yang buruk (junk food,


kemunduran minim olahraga, konsumsi
alkohol, dll)

Fungsi Fungsi
pengecap pankreas

Konsumsi Menurunnya
gula kualitas dan

Ketidaksta
Hiperglikemi bilan
(DM) Kadar

Glukosa Komplika Konsumsi


intra sel si gula
vaskuler

Glukoneo Proses M M Osmotik


genesis pembuatan i a diuresis
ATP/energi k k
terganggu
Ca Basa Keleti reti nef Hipov
da keton han no rop olemia
ng ne
- Paratesia
an uro (kesemutan,
le R
PK : rasa
B e
ketoasidos terbakar)
B PK
- Semibilitas
G nyeri
Gang
- Suhu
Deficit guan menurun
Nutrisi Integ
ritas
Resiko
ekstr
g emit
a

7
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosi, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan
bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan
kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan
pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang
mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan
dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus
dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan
resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat

8
dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter
yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang
membahayakan.
e. Pendidikan
1) Diet yang harus dikomsumsi
2) Latihan
3) Penggunaan insulin

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl

10. Prognosis
Prognosis DM usia tergantung pada beberapa hal dan tidak selamanya
buruk. Pasien tua dengan tipe II (DMTTI) yang terawat dengan
baik prognosisnya baik. Pada pasien DM yang jatuh dalam koma
hipoglikemia prognosisnya kurang baik.

11. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes
ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma

9
(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic,
nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan
tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat di cetuskan oleh infeksi (penyakit)
b. Komplikasi kronis
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
darah retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina. Respons terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah beru, tetapi pembuluh darah
tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom
Kommelstiel- Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi

10
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM
tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat
retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya
sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia , dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang
menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama

11
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
c. Sistem integument

12
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).

13
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

A. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Hipovolemia berhubungan dengan  kehilangan cairan aktif
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan  neuropati perifer
5. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis
6. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
7. Resiko jatuh d.d gangguan penglihatan
B. Intervensi
n Luaran Intervensi
o
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
kestabilan kadar glukosa darah - Identifikasi
meningkat dengan kriteria hasil : kemungkinan penyebab
hiperglikemia
- Mengantuk ( menurun)
- Identifikasi situasi yang
- Pusing (menurun)
menyebabkan kebutuhan
- Keluhan lapar (menurun)
insulin meningkat
- Kadar glukosa dalam
- Monitor tanda gejala
darah (membaik)
hiperglikemia
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi

14
nadi
Teraputik
- Berikan asupan oral
cairan
- Konsultasi dengan medis
jika ada tanda gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa dalam darah
lebih dari 250 mg/dl
- Anjurkan mknitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan
diabetes
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi

15
status nutrisi Membaik dengan - Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Porsi makan yang di
- Monitor asupan
habiskan ( meningkat)
makanan
- Kekuatan otot menelan
- Monitor berat badan
serum albumin
( meningkat) - Identifikasi perlunya

- Berat badan (membaik) penggunaan selang


nasogastric
- Nafsu makan ( membaik)
Teraputik
- Perasaan cepat kenyang
- Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum

16
makan, jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan

3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia


keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
status cairan Membaik dengan - Periksa tanda gejala
kriteria hasil : hypovolemia
- Monitor intake dan
- Kekuatan nadi
output cairan
(meningkat)
Teraputik
- Frekuensi nadi (membaik)
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenbung
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis

4 Setelah dilakukan tindakan Perawatan intergritas kulit

17
keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
integritas kulit dan jaringan - Identifikasi penyebab
meningkat dengan kriteria hasil : gangguan intergritas
kulit
- Perfusi jaringan
Teraputik
( meningkat)
- Ubah posisi tiap 2 jam
- Kerusakan jaringan
jika tirah baring
( menurun)
- Lakukan pemijatan pada
- Kerusakan lapisan kulit
area penonjolan tulang
( menurun)
jika perlu
- Nyeri ( menurun)
- Bersihkan perineal
- Suhu kulit ( membaik)
dengan air
hangatterutama selama
periode diare
- Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering
- Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

18
- Anjurkan menghidari
terpapar suhu ekstrem

5 Setelah dilakukan tindakan Edukasi aktivitas/ istirahat


keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
tingkat keletihan Menurun dengan - Identifikasi kesiapan dan
kriteria hasil : kemampuan menerima
informasi
- Verbalisasi pemulihan
Teraputik
energi ( meningkat)
- Sediakan materi dan
- Selera makan ( membaik)
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
melakukan aktifitas
fisik/ olahraga secara
rutin
- Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
6 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
tingkat infeksi Menurun dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil : infeksi local dan
sistemik
- Kebersihan tangan
Teraputik
(meningkat)
- Batasi jumlah
- Kemerahan ( menurun)
pengunjung

19
- Nyeri ( menurun) - Berikan perawatan kulit
- Bengkak (menurun) pada area edema
- Kultur area luka - Cuci tangan sebelu dan
(membaik) sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan Teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelakan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi

7 Setelah dilakukan tindakan 3x24 Pencegahan jatuh


jam diharapkan tingkat jatuh Observasi
menurun dengan kriteria hasil: -Identifikasi faktor resiko jatuh
- jatuh dari tempat tidur menurun -Identifikasi resiko jatuh
- jatuh saat berdiri menurun setidaknya sekali setiap shift
- jatuh saat berjalan menurun -Identifikasi fakor lingkungan
yang meningkatkan resiko jatuh
Terapeutik
-Pastikan handrall tempat tidur
-Atur tempat tidur mekanis pada

20
posisi terendah
-Gunakan alat bantu berjalan
-Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
-Anjurkan memanggi perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
-Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak lici
-Ajarkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh

21
APLIKASI KASUS

Pengkajian Gerontik dalam individu

Hari/ Tanggal: Senin, 29 November 2021 Pukul: 09.51 WIB Oleh: IGD

1. IDENTITAS DIRI KLIEN

a. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. K

Umur/Jenis Kelamin : 68 tahun/ Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

b.Penanggung Jawab

Nama : Tn. P

Umur/Jenis Kelamin : 25 tahun/ Laki-laki

Alamat : Ds. Sukorejo RT: 02 RW: 03 Kec. Selorejo Kab. Kediri

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Sopir

2. RIWAYAT USIA LANJUT

Pekerjaan : Petani

Masuk Panti :-

Jumlah dan keluarga yang masih ada : 4 orang

3.RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama yang dirasakan saat ini :

Pasien mengatakan badan terasa lemas, mulut terasa kering, haus meningkat kalau
berjalan harus menggunakan tongkat dan kacamata.

22
Riwayat penyakit yang pernah diderita :

Pasien mengatakan punya riwayat DM sejak 2 tahun yll

Riwayat penggunaan obat-obatan untuk mengurangi keluhan :

Pasien mengatakan berobat rutin di Puskesmas dan mendapatkan obat metformin

Riwayat pemanfaatan pelayanan kesehatan :

Pasien mengatakan selalu berobat rutin di Puskesmas

Riwayat merokok/minum-minuman keras :

Pasien mengatakan tidak pernah merokok ataupun minum-minuman keras

4. Fisiologis

a Fungsi respirasi dan kardiovaskuler

1) TTV :

S:36,2 RR: 24x/menit GDS : 450mg/dl

N:88 x/menit T:100/70 mmHg

Pengkajian Thorak

 Bentuk dada : normal /pigeon chest (toraks dada burung) / barrel

chest / flail chest / pectus excavatum / kifoskoliosis toraks

 Nyeri tekan pada dada : Ya Tidak

 Perkusi : Datar / pekak / resonan / hiperesonan / timpani

 Auskultasi :

Suara nafas : Vesikuler Bronkovesikuler Lain-lain..............


Suara nafas tambahan : Ronchi Wessing Rhales lain-lain:-
Suara jantung tambahan: -
b Nutrisi

1) Kebiasaan makan dan minum:

Jumlah makan : 3x/hari


Porsi makan : sedang
Jenis Makanan: nasi, sayur, lauk

23
Jumlah minum:±1500cc/hari
Jenis minuman: air putih, terkadang juga teh
2) BB : 50 TB : 155 IMT : 20,8

3) Luka bekas operasi : Tidak ada Ada, Letak di...................................

4) Bising usus : 12 x/menit Bising Aorta : tidak dikaji

5) Perkusi Abdomen: Tympani Hipertympani

6) Nyeri tekan : Tidak ada Ada, letak di.................................

7) Massa : Tidak ada Ada, Letak di...............................

8) Pembesaran Hepar : Tidak ada Ada:......................cm

c Eliminasi

BAK : 5-6x/hari, warna: kuning , Jumlah 500 cc/hari


Lain-lain: normal
BAB : pada saat dikaji pasien belum BAB Warna Konsistensi
Lain-lain:
d Aktivitas dan Istirahat

1) Kekuatan otot : 4 4
4 4

2) Kebiasaan Istirahat :

Tidur siang: pasien jarang tidur siang, Tidur malam 6 jam


Insomnia : Ya Tidak
Barthel Indeks :

No Item yang dinilai Dibantu Mandiri


1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 10
dan kembali (termasuk duduk di tempat
tidur)
3 Personal higine (cuci muka, menyisir, 5
bercukur jenggot, gosok gigi)
4 Naik turun kloset (melepas/memakai 10
pakaian saat BAB/BAK, menyiram WC)
5 Mandi 5
6 Berjalan di permukaan datar atau 15
Menggayuh kursi roda sendiri
7 Naik dan turun tangga 5
8 Berpakaian (termasuk menalikan sepatu, 10

24
menutup resleting)
9 Mengontrol anus 10
10 Mengontrol kandung kemih 10
Score
Penilaian barthel indeks menurut Granger : 90

0-2 : Dependen total


21-40 : Dependent berat
41-60 : Dependent Sedang
61-90 : Dependent Ringan
91-100 : Mandiri

e Integumen

1) Elastisitas kulit : Normal Menurun

2) Warna rambut : Hitam Putih Lain-lain

3) Sebaran rambut: Tipis Botak Rata

4) Kuku: Bersih Kotor

Tebal: Ya Tidak, Keras: Ya Tidak


5) Lain-lain

........................................................................................................................

f Fungsi Neurologis

1) Pendengaran : Normal Berkurang

2) Penglihatan : Normal Berkurang

3) Status kognitif :

SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnair)


Score No Pertanyaan Jawaban
+ -
+ 1 Tanggal berapa hari ini? 29
+ 2 Hari apa sekarang? (hari, tanggal dan Senin 29
tahun) 2021
+ 3 Apa nama tempat ini? RS pulang
Sehat
+ 4 Berapa nomor telepon anda? Gak punya
+ 4.a Dimana alamat anda? (ditanyakan pada Sukorejo
klien yang tidak mempunyai telepone)
- 5 Berapa usia anda? 70

25
- 6 Kapan anda lahir? Lupa
+ 7 Siapa presiden Indonesia saat ini? Jokowi
- 8 Siapa nama presiden sebelumnya? BJ Habibi
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda? Suparti
- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan Tidak bisa
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun
8 5 Jumlah total 5

Penilaian:
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Fungsi intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Fungsi intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Fungsi intelektual berat

g Fungsi endokrin
1) Pembesaran kelenjar tiroid : Ada Tidak ada
2) GDA: 450 mg/dl
5. Konsep Diri

a Harapan sebagai lansia

Pasien mengatakan ingin menjadi lansia yang sehat dan bisa menjalankan

tugasnya kembali

b Penilaian Depresi berdasarkan Skala depresi Beck

Tidak depresi atau minimal Depresi ringan


Depresi sedang Depresi berat

26
6. Fungsi Peran

a Pekerjaan sebelumnya

Pasien mengatakan bahwa beliau adalah petani

b Pekerjaan saat ini

Saat ini pasien mengatakan saat kena diabetes pasien tidak bekerja,

sesekali saja pasien ke sawah

c Peran lansia saat ini

Pasien mengatakan bahwa pasien masih berperan penting dalam keluarga,

seperti jika pasien berpendapat anak-anaknya juga masih mendengarkan.

d Kebiasaan beribadah

Pasien mengatakan solat 5 waktu, terkadang juga mengikuti pengajian di

masjid

e Sistem pundukung

Pasien mengatakan bahwa akses jalan di lingkungannya bagus, puskesmas

juga dekat, untuk rumah ramah untuk lansia

f Nilai dan keyakinan sebagai lansia

Pasien mengatakan bahwa pasien menyadari bahwa kekuatan pasien tidak

seperti dulu lagi

7. Interdependent

Apgar Keluarga
No Fungsi Uraian Score
1 Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada saat saya sedang mengalami kesusahan
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 2
saya membicarakan sesusatu dengan saya dan
mengungkapkan masalahnya dengan saya.

27
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 2
menerima dan mendukung kenginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) 1
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai.
5 Pemecahan Saya puas dengan teman-teman saya dan saya 1
menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian: selalu (2), Kadang-kadang (1), Tidak pernah (0)

8. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG.

Gula Darah Sewaktu : 450 ml/dl


2. Diagnosa Keperawatan
1) ketidakstabilan kadar gula darah b.d retensi insulin d.d pasien
mengatakan lelah mulut kering, haus meningkat
2) resiko jatuh d.d gangguan penglihatan
3. Intervensi
DX SLKI SIKI
1 Setelah dilakukan tindakan 2x24 Manajemen hiperglikemi
jam diharapkan kestabilan kadar Observasi
glukosa darah meningkat dengan 1. Identifikasi kemungkinan
kriteria hasil : penyebab hiperglikemi
1. lelah menurun 2. Identifikasi situasi yang
2. mulut kering menurun menyebabkan kebutuhan
3. rasa haus menurun insulin meningkat
4. Kadar glukosa dalam darah 3. Monitor kadar glukosa darah,
membaik jika perlu
4. Monitor tanda gejala
hiperglikemia
Terapeutik
1. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemi
tetap ada atau memburuk
2. Fasilitasi ambulasi jika ada

28
hipertotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
2. Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
3. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium,
jika perlu
3.
2 Setelah dilakukan tindakan 3x24 Pencegahan jatuh
jam diharapkan tingkat jatuh Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
1 jatuh dari tempat tidur menurun 2. Identifikasi resiko jatuh
2 jatuh saat berdiri menurun setidaknya sekali setiap shift
3 jatuh saat berjalan menurun 3. Identifikasi fakor lingkungan
yang meningkatkan resiko jatuh
Terapeutik
1. Pastikan handrall tempat tidur
2. Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
3. Gunakan alat bantu berjalan
4. Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggi perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah

29
2. Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak lici
3. Ajarkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh

30

Anda mungkin juga menyukai