Pengukuran Dan Evaluasi Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Green Productivity
Pengukuran Dan Evaluasi Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Green Productivity
Pengukuran Dan Evaluasi Produktivitas Dengan Menggunakan Metode Green Productivity
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
oleh
FAHMI YUDHA
120403176
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana
Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan sarana bagi penulis untuk
melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang ada di perusahaan. Tugas Sarjana ini
Productivity”.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini
Medan, 2019
Penulis
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan limpah
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Sarjana ini. Pada kesempatan ini dengan hati
1. Bapak Buchari, ST. M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan
2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST. MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri
3. Kedua orang tua Penulis, Muhammad Darwin dan Suyani yang senantiasa memberikan
doa dan nasehat, serta seluruh keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam
4. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk penulisan
Tuah Afandi.
6. Dimas Luqman, Elsa Putri, Johan Wirawan, Jeremy Purba, Jon Damanik dan Sahabat
sahabat D-brother yang selalu memberi dukungan dan mengigatkan agar tetap semangat
Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada
penulis.
8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini dan
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga
Medan, 2019
Penulis
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
TABEL HALAMAN
5.1. Data Biaya Material PTPN III Unit PKS Rambutan ....................... V-2
5.2. Data Biaya Tenaga Kerja PTPTN IIII Unit PKS Rambutan ........... V-3
5.3. Data Biaya Energi PTPN III Unit PKS Rambutan .......................... V-3
5.5. Data Biaya Total PTPN III Unit PKS Rambutan ............................ V-5
5.6. Jumlah Hasil Produksi PTPN III Unit PKS Rambutan ................... V-6
5.8. Data Output Total PTPN III Unit PKS Rambutan .......................... V-8
5.9. Jumlah Limbah Padat dan Limbah Cair PKS Rambutan ................ V-10
TABEL HALAMAN
5.17. Kesetaraan Satu Ton Pupuk Kompos dengan Pupuk Buatan .......... V-50
5.20. Hasil Perhitungan GPR dan GPI Masing-masing Alternatif ........... V-54
GAMBAR HALAMAN
5.2. Diagram Material Balance Pengolahan Minyak Sawit (CPO) ....... V-21
Objek dalam penelitian ini mengolah minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan
inti sawit (Kernel). Pada saat proses produksi menghasilkan limbah yang dapat menganggu
proses produksi dan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan apabila tidak ditangani
dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan penanganan yang tepat agar
terjadi keseimbangan antara profit dan juga pemeliharaan lingkungan, Green Productivity
yang digunakan pada penelitian ini dapat menggabungkan upaya peningkatan produktivitas
dan penanganan terhadap dampak lingkungan untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan.
Tingkat produktivitas mengalami peningkatan setelah diterapkannya Green
Productivity. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif solusi yang diusulkan dapat diterapkan
dalam perusahaan karena tujuan yang tercapai yaitu meningkatkan tingkat produktivitas.
PENDAHULUAN
ke depannya.
mengolah kelapa sawit menjadi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan inti
sawit (Kernel). Pada saat proses produksi menghasilkan limbah yang dapat
lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Maka dari itu diperlukan
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS
tandan kosong) dan limbah cair. Limbah padat berupa tandan kosong ini terlihat
berserakan dan limbah cair juga menghasilkan bau tak sedap yang dapat
untuk bisa menyelaraskan antara profit yang besar yang diharapkan oleh
lingkungan yang muncul biasanya diakibatkan oleh gas buangan dan limbah cair.
kapur.(Moses L Singgih,2018.)
Pada penelitian di Kampoeng Batik Jetis yang merupakan salah satu sentra
pengrajin batik yang memiliki potensi pencemaran limbah yang cukup tinggi dan
1,3 %.(Suhartini,2018.)
polusi yang dihasilkan oleh pabrik pabrik, pemerintah setempat pun menghasilkan
menekan angka polusi yang disebabkan oleh kapal kapal pariwisata berupa gas
emisi dan limbah cair dimana setelah diterapkan Green Productivity kunjungan
Liu,2018.)
terhindar dari sanksi pemerintah atas pencemaran lingkungan yang juga didukung
dimanfaatkan untuk menjadi suatu input dalam proses produksi dan juga
III karena Green Productivity merupakan aplikasi dari tool, teknik, teknologi
dampak limbah dan mengubah limbah yang ada agar menjadi bermanfaat
productivity.
Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yakni :
1. Tujuan Umum:
produktivitas yang ada PT. Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan.
2. Tujuan Khusus
green productivity
Bagi Perusahaan:
penelitian dilakukan
perusahaan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang dikenal
Belanda.
Negara baru cabang Sumatera Utara (PPN baru). Setelah beberapa kali mengalami
Pemerintah Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1968 PPN oleh Pemerintah
(PNP). Selanjutnya pada tahun 1974 status hukum diubah menjadi Perseroan
Perkebunan I sampai PT. Perkebunan XXXII dan satu BUMN Peternakan yaitu
PT. Bina Mulia Ternak menjadi 14 BUMN Perkebunan baru yang bernama PT.
Tiga BUMN perkebunan terdiri dari PT. Perkebunan terdiri dari PT. Perkebunan
III (Persero), PT. Perkebunan IV (Persero), dan PT. 1996 tanggal 14 Februari
Utara dilebur menjadi satu yang diberi nama “PT. Perkebunan III (Persero)” yang
didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 36 tanggal 11 Maret 1996
didalam Berita Negara Republik Indonesia No.82 tahun 1996 dan tambahan Berita
Nusantara III (Persero) telah merancang program transformasi bisnis sejak bulan
agustus 2003 sebagai kata kunci dari “kinerja” PT. Perkebunan Nusantara III
Milik PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Disamping itu melalui Malcolm
Bakdrige PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah dan sedang melakukan
“kinerja” perusahaan.
untuk mencantumkan struktur organisasi yang ada, dalam hal ini merupakan
landasan kerja bagi seluruh pegawai yang ada dalam perusahaan. Struktur
organisasi yang digunakan pada PTPN III Kebun Rambutan adalah struktur
organisasi yang berbentuk garis dan fungsional berdasarkan fungsi. Dilihat dari
kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas
kepada bawahannya.
Dalam bentuk organisasi ini tidak seorang bawahan pun yang memiliki
atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh
garis prinsip Unity of command atau kesatuan dalam komando akan terpelihara
dengan baik.
atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh
garis prinsip Unity of command atau kesatuan dalam komando akan terpelihara
dengan baik.
dalam struktur organisasi ini setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan
oleh pimpinan perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini
Maskep
Asst.
Asst. Asst. Asst. Papam
Tata usaha
Pengolahan Laboratorium Teknik/DS/Traksi
Personalia
Mdr.Bengkel umum/
Listrik/Workshop/ Kr.1 Teknik/ D. Kr. 1 Kr. 1
Mdr.Pengol Kr.1Pengol Mdr.Lab/Sortasi Kr.Lab/Sortasi Tata Usaha Personalia
D.Sipil SIpil
Kr.Pengol/ Ptgs.Analisa/ Operator Work Krani Teknik/ Kr. Personalia/ Guru TK/
Operator Kr. Tata Usaha Kr. Doc Madrasah, Danton
Produksi Sortasi Shop/ Listrik DS Umum
ptgs.Poliklinik
Nusantara III Unit Kebun Rambutan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) bertujuan untuk memperoleh minyak
kelapa sawit yang berkualitas. Proses tersebut berlangsung kontinu dan cukup lama serta
memerlukan kontrol yang cermat sampai menjadi minyak sawit, kernel (Inti sawit) dan hasil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampingannya. Pada dasarnya ada dua macam produk olahan utama TBS dipabrik, yaitu:
1. CPO(Crude Palm Oil) yang merupakan hasil pengolahan daging buah.
Serat, cangkang dan tandan buah kosong adalah hasil sampingan dari proses
pengolahan kelapa sawit. Tandan buah kosong dapat diolah kembali dengan menggunakan
incinerator menjadi bunch ash yang digunakan menjadi pupuk semantara serat dan cangkang
TBS yang diterima oleh pabrik telah memenuhi standar persyaratan bahan baku dan
tidak menimbulkan masalah dalam proses ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum
mengalami pengolahan, tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara
Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba dipabrik,
akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dapat dilakukan
secara acak yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimun satu truk untuk setiap
afdeling.
Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil
50% isi truk.Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan. Pengolahan
yang diinginkan adalah tandan buah segar dengan kriteria fraksi buah 1, 2, dan 3. Hal ini
ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi
minyak yang optimal. Standar kematangan buah dapat dilihat pada tabel 2.4.
Standar mutu produk CPO dan minyak inti sawit PTPN III Rambutan dapat dilihat
Di dalam suatu industri bahan baku menjadi bahan jadi diperlukan adanya proses
yang tepat dan sempurna. Proses merupakan suatu ilmu penerapan yang merubah suatu tahap
ke tahap berikutnya dengan reaksi yang berbeda-beda. Proses produksi yang terjadi pada PT.
Stasiun ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun petani
Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun petani sekitar dan kebun milik sendiri
diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik. Setelah sampai lalu ditimbang pada
jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan dua kali. Pertama, untuk
mengetahui berat kendaraan pada saatberisi muatan tandan buah segar (bruto). Kedua,
untuk mengetahui berat kendaraan pada keadaan kosong atau tanpa muatan (tarra).
Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk langsung ke loading ramp guna
melakukan bongkar muatan TBS. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke
penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 13o – 50o terhadap dasar alas
kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara
4. Stasiun Perebusan
Tandan buah segar yang berada dalam lory rebusan diangkut dari Stasiun Penerimaan
Buah dengan bantuan transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini
selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Badan lory tersebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm dan jarak antar lubang 5 cm.
Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih mudah masuk dan dapat memasak
secaramerata. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata dengan kapasitas rata-rata 2,5
ton/lory.
5. Stasiun Penebah
Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic feeder dengan
mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah (threser/stripper drum) dalam threser,
buah yang masih melekat pada tandan akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan
prinsip bantingan.Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan
berputar dengan kecepatan ± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas
searah dengan perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah
atau brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung
pemipilan yang baik maka kehilangan minyakakan tinggi. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga tergantung pada proses
perebusan.
Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah
dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan
yaitu :
a. Pengadukan (digesting)
(pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang mengandung
minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-banyaknya pada
saat pegempaan.
Alat pengaduk ini sering disebut ketel aduk yang terdiri dari bejana yang dilengkapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan alat perajangdan pemanas untuk mempersiapkan bahanagar lebih mudah
dikempa dalam screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang
berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji
dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian
buah dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi
dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak
b. Pengempaan (pressing)
Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke dalam alat
pengempa (screw press) yang berfungsi untuk mengempa massa adukan sehingga
terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat dan kotoran) dengan cairan minyak
kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk mengambil minyak yang ada
dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan cara memompa pada tekanan
Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (doublescrew press)
alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang yang
didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw dan main screw) yang berputar yang
masukya adonan ke dalam cylinder pressdan mengisi worm, volume setiap space
Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (CPO) yang sudah
dimurnikan dari kotoran. Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk
pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi
penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi.Hidrolisis dapat terjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi
dengan adanya bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai
8. Pemisahan Pasir
a. Sand cyclone,alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank dengan sludge
separator yang berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan peralatan kasar. Alat ini
terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir secara
b. Strainer,alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge operator. Alat ini
memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang
9. Sludge Tank
Sludge yang berasal dari Oil Setling tank dipompakan pada Sludge Tank dengan melalui
cairan minyak dalam Sludge Tank dipengaruhi pengoperasian desander, karena alat ini
dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan secara kontinu sludge yang
berasal dalam Sludge Tank mendapatkan pemanasan dengan mengguanakan pipa uap
tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk mempercepat pemecahan gumpalan minyak
dengan sludge dapat dilengkapi dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi
Sludge yang masuk ke dalam sludge centifuge terdiri dari bahan mudah menguap. Tujuan
dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain
memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan kotoran yang dipisahkan
disebut dengan air drab dengan kadar minyak 7 - 10%. Fraksi ringan dikembalikan ke
Oil Setling tank. Suhu minyak dalam sludgeseparator dipertahankan diatas 900oC yang
dapat dibantu dengan pemberian uap gas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir
Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank. Minyak ini
masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT dilengkapi dengan pipa
coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu minyak hingga 900oC. Tujuan
pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan
kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu zat yang memiliki berat jenis lebih berat
dari minyak akan mengendap pada dasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat
berpengaruh pada perlakuan selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga
dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada
Alat purifier ini sering disebut oil centrifuge yang berfungsi memurnikan minyak dari
kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang BJ > atau = 1 artinya
FM dan minyak berada dalam 1 fraksi sedangkankotoran tergolong dalam fraksi berat.
Semakin besar dibuat ukuran kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun
peroperasian sludge separator dan pengantian nozzle maka dipikirkan cara pemisahan
a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan lumpur
Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak
lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk
menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat
dilakukan dengan panas dalam udara terbuka,pemanasan dalam ruangan tertutup dan
Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang masih
mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah
dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan Cake Breaker Conveyor (CBC). Alat
ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke kolom fibre cyclone.
dengan persyaratan bahan bakar maka dilakukan pemanasan CBC sehingga kadar air
Pemecahan gumpalan ampas pres yang sempurna dapat mendukung proses pemisahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serat dengan biji dalam depericarper yang merupakan penentu dalam efisiensi
pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan air pada CBC
dilakukan pemanasan ampas di sepanjang mantel CBC, akan tetapi pengeringan ini
kurang sempurna karena panjang CBC terlalu pendek dan hisapan fibre cyclone kurang
kuat sehingga kelembaban udara di atas permukaan ampas tetap tinggi yang
tidakmendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan menghasilkan serap basah
2. Polishing Drum
Ampas presan yang terdiri dari serat, biji dan inti dipecah oleh cekbreaker sehingga lebih
mudah blower untuk memisahakan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri
dari serat, inti pecah halus, pecahan tempurung tipis dan debu. Fraksi berat adalah biji
utuh,biji pecah, inti utuh dan inti pecah. Pemisahan fraksi ini bergantung dari efisiensi
penggunaan blower.
Fraksi berat diolah oleh dalam depericarper, yang bertujuan untuk menghilangkan serat-
serat yang masih melekat pada biji dan menggangu jalannya proses pemecahan biji pada
nut cracker, yaitu daya pentalnya berkurang yang berakibat pada proses pemecahan biji
3. Fermentasi Biji
Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti. Untuk
mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi sebagai
perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi.
Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang dikembangkan pada pegolahan biji
sawit. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu silo berkisar antara
40-600C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa,
bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa,
sehingga pemecahan biji di cracker kurang berhasil yaitu meningkatnya inti pecah, inti
Alat pemecah biji disebut dengan nut cracker. Biji yang telah diperam dalam nut silo
akan dipecahakan dalam nut cracker. Sebelum pemecahan biji terlebih dahulu dilakukan
seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan alat Nut grading yaitu drum
berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda- beda. Biji yang telah diseleksi terdiri
dari 3 fraksi kecil yaitu kecil (8 - 14 mm), sedang (15 - 17 mm), dan besar (18 mm).
5. Pemecahan biji
Mekanisme pemecahan biji adalah dengan menggunakan Ripple Mil, yaitu dengan cara
menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji.
Ripple Mil terdiri dari 2 unit yaitu Pengolahan Fraksi Tenera dan Fraksi Dura, Fraksi
Dura merupakan fraksi yang memiliki tempurung yang tebal sedangkan tenera
merupakan hasil persilangan Dura dengan Psifera menghasilkan buah bertumpurung tipis
dan inti yang besar. Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor
sebagai resultan gaya, jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat
Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi benturan yang cukup tinggi baik
dengan plat bergerigi maupun antar rotor. Sehingga frekuensi pukulan ini dapat
menembakkan biji lebih mudah lekang. Untuk mempermudah kontiniutas biji yang
masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah maka alat ini dilengkapi dengan
penangkap logam. Alat ini dapat memecah biji tanpa melalui pemeramam dengan nut
siloasalkan dalam proses perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan rebusan 3
kg/cm2 dengan sistem 3 puncak selama 90 menit, yang setara dengan kadar air 15%.
Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalami pemisahan fraksi halus
oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi berat akan dicampur dengan air
yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung berdasarkan berat jenis. Untuk
memperbesar selisih berat jenis inti dengan tempurung maka campuran dilewatkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
melalui siklon, sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan tempurung
dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang
lebih lanjut.
7. Pengeringan Inti
Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak
bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup banyak terkandung
terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah secara basah alat pengeringan
inti yang dipakai adalah tipe rectangular. Alat ini mengeringkan inti dengan udara panas,
yaitu mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan
suhu 1300C (heater panas), 850C (heater tengah), dan 600C heater bawah. Udara panas
dihembuskan dan keluar dari lobang yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap
lapisan dapat terjadi dengan baik. Masa pengeringan tergantung dari kadar air dalam inti,
yang dipengaruhi oleh sistem perebusan buah, fermentasi bijidan sistem pemisahan inti
dengan cangkang.
Efisiensi pengutipan inti ditinjau dari segi teknis dan ekonomis pengutipan inti yang
tinggi jika rendeman inti yang diperoleh mendekati rendeman teoritis umumnya lebih
besar dari 90%. Oleh sebab itu, pengolahan biji sawit dilakukan dengan pola sistem
basah. Pada pola ini pemeraman biji dengan silo biji yag dialiri dengan udara panas
diatur suhu silo berkisar antara 50 – 700C. Suhu Nut Silo bagian atas 700C, bagian tengah
600C, dan bagian bawah 500C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk
membantu proses hidrolisis, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin
mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan di cracker kurang berhasil, yaitu
meningkatkan inti pecah, inti lekat dalam tempurung yang dapat menurunkan kualitas.
LANDASAN TEORI
(Output) dan masukan (Input) pada perusahaan yang dapat juga dikatakan sebagai
rasio antara jumlah output yang dihasilkan dengan jumlah input yang digunakan.
Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja sedangkan keluaran diukur
totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode
pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan
pengukuran.
produktivitas terus menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari
produktivitas.
produktivitas harus dimulai dari pengukuran produktivitas dari sistem industri itu
sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran dapat dipergunakan dan
lebih kompleks.
Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah dapat diukur, langkah
dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat
produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan
direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka
Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total
Total output (tangible) diartikan sebagai semua output yang dihasilkan oleh
1. Depresiasi mesin.
5. Maintenance mesin.
bisnis dan kinerja lingkungan pada saat yang bersamaan dalam pengembangan
dan sistem manajemen untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan
lingkungan atau ramah lingkungan. Green Productivity adalah strategi yang luas
ekonomi.
manajemen yang tepat untuk menghasilkan produk atau jasa yang ramah
setiap orang untuk melindungi lingkungan. Green Productivity bukan hanya suatu
minimasi waste, pengurangan polusi dan produksi yang lebih baik. Dari sini,
meliputi penggunaan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan meningkatkan kualitas hidup. Keseluruhan siklus hidup dari produk
ini harus berdasarkan pada minimasi dari penggunaan sumber-sumber daya alam
1. Perlindungan Lingkungan
2. Peningkatan Produktivitas
1. Getting Started
Permulaan dari proses Green Productivity adalah walk through survey dan
2. Planning
tujuan serta target yang telah dirumuskan di langkah sebelumnya. Hal ini
focus, yaitu:
1. Lingkungan
2. Ekonomi
3. Sosial
dimana diperlukan suatu indikator yang dapat mengukur kinerja strategi secara
Diagram ishikawa ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone diagram)
kualitas dan mempunyai akibat pada masalah yang dipelajari, selain itu juga dapat
akibat pada faktor utama tersebut yang dapat dilihat dari panah-panah yang
berbentuk tulang ikan pada diagram fishbone tersebut. Diagram sebab akibat ini
kualitas kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada lima faktor
1. Manusia
2. Metode Kerja
4. Bahan-bahan baku
5. Lingkungan Kerja
mayor
Diagram ishikawa untuk pencarian akar masalah dapat dilihat pada gambar
3.1.
KUALITAS
(benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit. Hasil
yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Apabila
Perkiraan benefit (cash in flows) dan perkiraan cost (cash out flows) yang
keputusan, apakah modal yang ditanam lebih baik pada proyek atau lembaga
Secara umum, keputusan yang yang timbul dari hasil analisis proyek dapat
b. Memilih satu atau beberapa proyek yang paling layak untuk dikerjakan.
Net Present Value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam
mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak. Perhitungan Net present
value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan Social
atau
n NBi
NPV = ∑ n
i=1 (1+ i)
atau
NPV = ∑ B i − C i =∑ N B i
i=1 i=1
Dimana:
i = Discount Faktor
n = Tahun (waktu)
Apabila hasil perhitungan net present value lebih besar dari 0 (nol), dikatakan
usaha/proyek tersebut layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0
(nol) tidak layak utnuk dilaksanakan. Hasil perhitnungan net present value
sama dengan 0 (nol) berarti proyek tersebut berada dalam keadaan Break
Even Point (BEP) dimana total pendapatan sama dengan total biaya dalam
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta
Internal Rate of Return adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan
net present value sama dengan 0 (nol). Dengan demikian apabila hasil
perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC)
dikatakan proyek tersebut layak, bila sama dengan SOCC berarti pulang
pokok dan dibawah SOCC maka proyek tersebut tidak layak. Formula untuk
dimana:
Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah
di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-),
∑ N Bi (+)
NetB / C = i=n1
∑ N Bi (−)
i =1
Jika nilai NetB / C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek
tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak
layak untuk dikerjakan. Untuk NetB / C sama dengan 1 (satu) berarti cash in
flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut dengan Break
Even Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue.
METODOLOGI PENELITIAN
Tebing Tinggi, Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan
faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi
tertentu.
Variabel independen pada penelitian ini adalah jumlah input,jumlah output dan
jumlah limbah.
kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Defenisi operasional:
1.Jumlah input
2.Jumlah output
3.Jumlah limbah
4.Produktivitas perusahaan
6.Evaluasi Produktivitas
sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Data wawancara
2. Data sekunder
a. Sejarah perusahaan
b. Struktur organisasi
c. Data Perusahaan
d. Data limbah
2. Besar output
3. Urutan proses mengolah kelapa sawit yang dapat dilihat pada block diagram
process
dari:
Rambutan
Jumlah output total yang merupakan jumlah penjualan minyak sawit dan
inti sawit yang diterima perusahaan selama Januari 2018 sampai Desember 2018
dengan mengalikan jumlah produksi minyak dan inti sawit dengan harga per kilo
gram.
minyak sawit (CPO) dan inti sawit dari bahan baku TBS adalah sebagai berikut:
a. Penimbangan TBS
b. Penimbunan TBS
Dari loading ramp TBS masuk ke dalam lori ketika pintu-pintu loading
ramp dibuka. Satu unit lori berkapasitas sekitar 2,5 ton TBS
capstand.
TBS direbus dalam sterilizer dengan menggunakan uap dari BPV (Back
Pressure Vessel).
3. Penebahan (Thresshing)
4. Pelumatan (Digesting)
Brondolan dilumat hingga hancur dan terpisah dari biji (nut). Pelumatan
yang terikat pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk
memudahkan proses pelumatan digester dialirkan uap dan air panas agar
5. Pengepresan (Pressing)
gulter).
dari:
dialirkan ke pure oil tank. Pemanasan tetap dilakukan dengan injeksi uap
dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air hingga 0,1-0,15 % dan kadar
CPO dalam OST harus selalu dipanaskan dengan cara injeksi uap yang
8. Pengolahan sludge
dilakukan di sludge tank. Sludge yang berada pada tangki lumpur ini
dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan dalam tangki
(NOS) dalam sludge. Oleh karen itu, perlu dilakukan blown down
secara rutin.
dengan baik.
f. Hot Weel Tank terletak di bagian bawah stasiun klarifikasi. Hot weel
Pengolahan biji bertujuan untuk memperoleh inti sawit yang sesuai dengan
sehingga biji terpecah menjadi cangkang dan inti yang kemudian menuju
LTDS. Ripple mill memecah biji dengan gaya sentrifugal. Biji yang
f. Kernel Grading Drum berfungsi untuk menyaring nut utuh dan nut pecah
grading drum dapat ditempatkan setelah ripple mill atau setelah LTDS.
inti utuh dan inti pecah dan membawa cangkang untuk bahan bakar
boiler.
dalam inti produksi. Penurunan kadar air pada inti bertujuan untuk
yang akan menuju gedung inti yang akan dikirim kepada pelanggan
menggunakan truk.
udara melalui heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu
1300C (heater atas), 850C (heater sedang), dan 600C (heater bawah).
Udara panas dihembuskan dan keluar dari lubang yang sudah ada,
minyak sawit (CPO) dan inti sawit dari bahan baku TBS dapat dilihat pada Block
Pada tahap planning ini dibagi lagi menjadi dua langkah yaitu
mencari informasi mengenai limbah dari pengolahan sawit serta sejauh mana
terbawa asap sebelum keluar dari corong asap, sehingga tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan.
2. Penanganan yang dilakukan terhadap Tandan kosong kelapa sawit selama ini
mengundang serangga hinggap pada tandan kosong tersebut dan pada saat
yang sama juga akan hinggap pada pohon sawit dan menjadi hama
brondolan sebesar 0,3%. Brondol sisa ini akan mengundang hama tikus
tersebut dan setelah brondol sisa yang ada pada tandan kosong habis
dimakan, maka tikus ini akan mulai mengganggu tanaman kelapa sawit
perkebunan.
Setelah ambang batas yang ditetapkan terhadap limbah ini dicapai maka
sekitar perkebunan.
dapat disebabkan oleh mesin yang sudah usang dimana tidak dapat memproses
bahan baku dengan optimal sehingga terjadi penumpukan limbah dan juga karena
Dari perhitungan produktivitas yang dilakukan pada tabel 5.9 dapat dilihat
bahwa produktivitas total PKS Rambutan terendah terjadi pada bulan Januari
2018 sebesar 15,37% dan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember 2018
sebesar 25,55%.
diolah menjadi pupuk kompos karena nilai dari alternatif 2 lebih besar dari
7.1. Kesimpulan
disimpulkan:
2. Green Productivity Index untuk waste diperoleh nol karena limbah tandan
kosong dan limbah cair habis digunakan menjadi kompos sehingga terjadi
produktivitas dapat agar diteliti lebih lagi agar hasil yang diperoleh menjadi
lebih akurat
PT Bumi Aksara.
L.Singgih, Moses dan Heritha Kistanthy. 2018. Evaluasi Green Productivity pada