100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
135 tayangan7 halaman

PPK Pprom

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM

(ICD 10: O42)

Halaman
No. No. Revisi
Dokumen
Disusun Oleh Diperiksa Oleh :
KSM Obstetri dan Direktur Medik dan Keperawatan
Ginekologi

PANDUAN Tanggal Ditetapkan Oleh :


Terbit Direktur Utama
PRAKTIK Desember
KLINIS 2019

Dr. dr. Darwito, SH., Sp.B(K) Onk


NIP. 19600203198831003

1. Pengertian Ketuban pecah dini (KPD) adalah rupturnya membran amnion
sebelum onset persalinan. Sedangkan ketuban pecah dini preterm
adalah terjadinya ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu.1

PPK ini dikembangkan untuk memastikan bahwa ibu hamil dengan KPD
mendapatkan pilihan penatalaksanaan yang terbaik berbasis bukti terbaik
yang ada dan terintegrasi dengan saran dari pasien beserta keluarga serta
pandangan ahli.

PPK ini juga untuk menjaga konsistensi dalam penatalaksanaan ibu hamil
dengan KPD dan memberikan rekomendasi serta dasar informasi pada proses
penatalaksanaan.

Rekomendasi dari PPK ini berbasis bukti terbaik yang bisa didapatkan saat
penelusuran bukti, dan seharusnya pembaca tetap terbuka untuk
kemungkinan didapatkannya bukti terbaru.

2. Anamnesis Pada pasien yang dicurigai mengalami KPD preterm, anamnesis dilakukan
sesuai dengan SPO Asuhan Antenatal beserta anamnesis tambahan yang
terkait dengan onset pecahny a ketuban.
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

3. Pemeriksaan Pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetri rutin merujuk pada


Fisik SPO Asuhan Antenatal.

Pemeriksaan spesifik:
-
Inspeksi langsung pada vulva untuk menilai adanya aliran cairan
ketuban yang mengalir keluar.
-
Pemeriksaan spekulum yang dilakukan secara steril adalah kunci
diagnosis untuk KPD. Diagnosis KPD ditegakkan jika pada
pemeriksaan menggunakan spekulum ditemukan adanya cairan
ketuban atau adanya ‘pool of fluid’ pada forniks posterior.3,5
(Evidence level IV, Rekomendasi D)
-
Pemeriksaan dalam sedapat mungkin dihindari karena dapat
meningkatkan risiko infeksi dan persalinan prematur, kecuali jika
pasien dicurigai telah dalam persalinan atau terdapat his yang
adekuat.2
-
Tes nitrazin tidak direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis
KPD.3 (Evidence level IV)

4. Pemeriksaan - Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-reactive


Penunjang protein dan angka leukosit), dan denyut jantung janin dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis korioamnionitis pada KPD
preterm. 3 (Evidence level IV, Rekomendasi D)
- Pemeriksaan dengan kardiotokografi (KTG) dilakukan dan
didokumentasikan sesuai dengan SPO Pemeriksaan USG Antenatal.
- Pemeriksaan USG dilakukan terutama untuk menilai volume cairan
amnion.3 (Evidence level IV, Rekomendasi : best practice)

5. Kriteria a. Riwayat pecahnya selaput ketuban atau keluarnya air ketuban dari
Diagnosis jalan lahir sebelum masuk fase persalinan pada usia kehamilan
<37 minggu.
b. Pada pemeriksaan spekulum vagina didapatkan adanya cairan
ketuban atau “pool of fluid“ pada forniks posterior.

6. Diagnosis Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm (O42)


7. Diagnosis Banding - Leukorea (N76.8)
- Inkontinensia urin (N39.4)

8. Tatalaksana KPD preterm pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu (janin
previabel).
2
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tatalaksana KPD preterm pada usia kehamilan kurang dari 24


minggu meliputi:

Konseling pasien mengenai prognosis luaran maternal dan
perinatal, serta menjelaskan opsi untuk mempertahankan atau
mengakhiri kehamilan.2,3

Pada pasien yang memilih untuk mempertahankan kehamilan
dan tidak memiliki tanda-tanda infeksi intrauterin, rawat jalan
dapat dilakukan.2

Pemberian antibiotik profilaksis sesuai penjelasan di bawah.

Pemberian kortikosteroid dan tokolitik sebelum janin viabel
tidak disarankan.2

KPD preterm pada usia kehamilan 24+0 sampai dengan 33+6


minggu
Pada pasien KPD preterm dengan usia kehamilan 24+0 sampai dengan
33+6 minggu tanpa kontraindikasi untuk melanjutkan kehamilan,
dilakukan manajemen ekspektatif, meliputi:

Pemberian antibiotik sesuai penjelasan di bawah.

Kortikosteroid antenatal diberikan sesuai keterangan di bawah.

Pemberian tokolitik jangka panjang tidak direkomendasikan. 3
(Evidence level I, Rekomendasi A)

Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-reactive
protein dan angka leukosit), dan denyut jantung janin dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis korioamnionitis pada
KPD preterm. Pasien diedukasi untuk dapat mengenali gejala
korioamnionitis (nyeri perut bawah, diskar vagina yang
abnormal, demam, malaise, dan berkurangnya gerakan janin). 3
(Evidence level IV, Rekomendasi D)

Pemantauan janin merujuk pada SPO Pemantauan Kesejahteraan
Janin.

KPD preterm pada usia kehamilan 34+0 sampai dengan 36+6


minggu
Pada pasien KPD preterm dengan usia kehamilan 34 sampai dengan
36+6 minggu tanpa kontraindikasi untuk melanjutkan kehamilan,
dilakukan manajemen ekspektatif, meliputi:

Pemberian antibiotik sesuai penjelasan di bawah.

Kortikosteroid antenatal dapat diberikan sesuai keterangan di
bawah.
3
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


Pemberian tokolitik jangka panjang tidak direkomendasikan. 3
(Evidence level I, Rekomendasi A)

Kombinasi pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah (C-reactive
protein dan angka leukosit), dan denyut jantung janin dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis korioamnionitis pada
KPD preterm. Pasien diedukasi untuk dapat mengenali gejala
korioamnionitis (nyeri perut bawah, diskar vagina yang
abnormal, demam, malaise, dan berkurangnya gerakan janin). 3
(Evidence level IV, Rekomendasi D)

Pemantauan janin merujuk pada SPO Pemantauan Kesejahteraan
Janin.

Waktu persalinan:

Pasien dengan KPD preterm dengan usia kehamilan di atas 24 +0
minggu dan tidak memiliki kontraindikasi untuk melanjutkan
kehamilan, dapat dikelola secara ekspektatif hingga usia
kehamilan 37+0 minggu.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)

Pertimbangkan terminasi kehamilan lebih dini pada persalinan
aktif, korioamnionitis, kekhawatiran adanya perburukan
kesejahteraan janin, kehamilan ganda monokorion, hipertensi
dalam kehamilan, dan kontraindikasi lain.3

Terapi antibiotik

Antibiotik harus diberikan pada semua pasien dengan diagnosis
KPD preterm untuk mencegah infeksi intrauterin,
memperpanjang masa latensi, dan memperbaiki luaran neonatal. 2,
3
(Evidence level I, Rekomendasi A)

Antibiotik pilihan pertama adalah eritromisin oral 250 mg/6jam
hingga pasien masuk dalam persalinan atau maksimum selama
10 hari.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)

Pasien dengan alergi atau kontraindikasi terhadap eritromisin
dapat diberikan penicillin oral (amoxicillin atau ampicillin)
hingga pasien masuk dalam persalinan atau maksimum selama
10 hari.3

Terapi kortikosteroid antenatal



Kortikosteroid antenatal ditawarkan diberikan pada usia
kehamilan 24+0 sampai 25+6 minggu.3 (Evidence level II,
Rekomendasi B)

Kortikosteroid antenatal ditawarkan diberikan pada usia
4
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

kehamilan 26+0 sampai 33+6 minggu.3 (Evidence level I,


Rekomendasi A)

Kortikosteroid antenatal dapat dipertimbangkan untuk diberikan
pada pasien dengan usia kehamilan 34+0 sampai 35+6 dengan
KPD preterm.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)

Regimen yang dapat diberikan adalah dexametasone 6 mg/12
jam/IM diberikan sebanyak 4 kali.2

Pemberian tokolitik

Pemberian tokolitik jangka panjang tidak dianjurkan karena tidak
berhubungan dengan perbaikan morbiditas maternal maupun
perinatal.3 (Evidence level I, Rekomendasi A)

Pemberian tokolitik jangka pendek dapat dipertimbangkan jika
terdapat his teratur hingga kortikosteroid selesai diberikan.2,3,5

Nifedipin diberikan dengan dosis 10 mg/oral, dapat diulang
setiap 15 – 30 menit dengan dosis maksimum 30 mg.5

Pemberian magnesium sulfat sebagai neuroprotektan.



Pasien dengan KPD pada usia kehamilan 24 +0 sampai dengan
29+6 minggu yang direncanakan untuk dilakukan terminasi
kehamilan dalam 24 jam mendatang atau telah masuk persalinan,
diberikan magnesium sulfat sebagai neuroprotektor. 3,4 (Evidence
level I, Rekomendasi A)

Magnesium sulfat diberikan secara intravena dengan dosis 4
gram bolus dilanjutkan dengan infus 1 gram/jam sampai
kelahiran atau maksimal selama 24 jam.4
Amnioinfusion

Amnioinfusion tidak direkomendasikan sebagai praktik rutin.3
(Evidence level I, Rekomendasi B)

Amnioinfusion dapat diberikan untuk memperbaiki luaran
neonatus dengan mencegah kompresi tali pusat, deformitas
postural, hipoplasia paru, dan infeksi intrauterin.3

Metode Persalinan

Tanpa adanya kontraindikasi persalinan pervaginam, persalinan
dilakukan pervaginam secara spontan maupun dengan induksi.
Metode induksi dan stimulasi persalinan merujuk pada SPO
Induksi dan Stimulasi Persalinan.

Seksio cesarea dilakukan dengan merujuk pada SPO Seksio
Cesarea.
5
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


9. Edukasi Pasien diberikan edukasi tentang mekanisme terjadinya ketuban
pecah dini saat kehamilan preterm, komplikasi dan rencana
penatalaksanaan serta informed choice tentang tata laksana
tersebut.2

Pasien dengan KPD preterm harus dijelaskan kemungkinan
terjadinya persalinan prematur, serta risiko yang mungkin terjadi
pada bayi yang lahir prematur.5

Pasien dengan usia kehamilan <24 minggu harus dijelaskan
mengenai viabilitas yang sangat rendah jika bayi dilahirkan dalam
usia kehamilan <24 minggu.2

10. Prognosis - Ad vitam: dubia


- Ad functionam: dubia
- Ad sanationam: dubia

11. Indikator medis Lama rawat inap tergantung keputusan terminasi kehamilan, mengikuti
SPO Persalinan Normal, SPO Seksio Cesarea, dan PPK Korioamnionitis.

12. Syarat Pulang - Kondisi umum baik


untuk pasien - Mobilisasi baik
rawat inap - BAB dan BAK normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
-
13. Penelaah Kritis 1. Dr.dr. Diah Rumekti Hadiati, M.Sc., SpOG(K)
2. dr. Detty S. Nurdiati, MP, PhD., SpOG(K)
3. dr. Rukmono Siswishanto, SpOG(K)
4. dr. Irwan Taufiqur Rachman, SpOG(K)
5. dr. Ahsanudin Attamimi, M.Med.Ed., SpOG(K)
6. dr. Annisaa‘ Pelita Harti

14. Daftar pustaka 1. Cunningham et al . 2018. William’s Obstetrics 25 th Ed., New


York., McGrawHill
2. American College of Obstetricians and Gynecologists. Prelabor
Rupture of Membranes (Practice Bulletin). 2018.
3. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Care of Women
Presenting with Suspected Preterm Prelabour Rupture of Membranes
from 24+0 Weeks of Gestation (Green-top Guideline No. 73). 2019
4. National Institute for Health and Care Exellence. Preterm labor and
birth.Guideline (Draft for consultation). 2019
6
RSUP
Dr. SARDJITO KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM
(ICD 10: O42)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK


01.07/MENKES/44/2017 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran: Tatalaksana Komplikasi Kehamilan.

Ketua Komite Medik Ketua KSM Obstetri & Ginekologi

dr. Rachmat Andi Hartanto, SpBS(K) dr. Detty Siti Nurdiati, MPH, PhD,SpOG (K)
NIP. 196202201987101002 NIP. 196610061992032001

Derajat Bukti Ilmiah

Derajat Acuan
Bukti Ilmiah
I Meta analisis atau review sistematik dari uji klinik acak terkendali (RCT)
II Meta analisis atau review sistematik dari penelitian kohort atau kasus kontrol
ATAU Beberapa penelitian kohort atau kasus kontrol
III Studi non analitik (laporan kasus, kasus seri)
IV Pendapat atau konsensus para ahli

Derajat Rekomendasi

Derajat Rekomendasi Acuan


A Meta analisis atau review sistematik dari uji klinik acak terkendali (RCT)
B Meta analisis atau review sistematik dari penelitian kohort atau kasus kontrol
C Satu atau beberapa penelitian kohort atau kasus kontrol
D Studi non analitik (laporan kasus, kasus seri), pendapat, atau konsensus para ahli
Best Practice Tindakan yang dianjurkan berdasarkan pengalaman klinis

Anda mungkin juga menyukai