Makalah Anatomi Fisiologi Moskuloskuletal - Kel H 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1

Disusun Oleh :

Novia Agustini (211FK03083)

Muhammad Rafi Fauzi (211FK03084)

Neng Zahra Salsabila (211FK03085)


Elsa Veranita (211FK03086 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

DESEMBER, 2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada
nabi Muhammad SAW yang telah membuka tabir kegelapan menuju jalan yang terang
benderang penuh dengan cahaya hidup dan suri tauladannya. sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu dasar keperawatan 1
dengan judul “Anatomi Fisiologi Sistem Muskulosteletal.”
Terselesaikannya Makalah ini tentu saja tidak lepas dari bantuan dan peran serta banyak
pihak yang selalu membimbing, membina dan mengarahkan hingga terselesaikannya makalah
ini. Oleh karena itu, dengan tulus kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu.
Disadari bahwa penyusunan Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan..

Desember, 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan...................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 6

I.Definisi Moskuloskuletal ...................................................................... 6


II.Pendahuluan Umum Sistem Rangka ..................................................... 7
III.Persendiaan ......................................................................................... 11
IV.Otot ..................................................................................................... 13

BAB 3 PENUTUPAN ......................................................................................... 14

A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 15

DAPTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang memiliki ketidak sempurnaan alat gerak pun tetap melakukan gerak.
Saat tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak
yang disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak aktivitas yang kita
lakukan, misalnya mandi, makan, berjalan, berlari, berolahraga, dan sebagainya.
Manusia dapat melakukan segala macam aktivitas bergerak itu karena dia memuliki
sistem organ gerak yaitu sistem muskuloskeletal..

Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun
dari luar. Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme yang rumit
dan melibatkan banyak bagian tubuh.

Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan tulang.
Jadi, gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu, tubuh manusa
terdapat sistem muskuloskeletal yang berperan dalam situasi tersebut. Muskuloskeletal
terdiri dari otot dan tulang.

Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan
otot disebut alat gerak akof karena mampu berkontraksi, sehingga mampu
menggerakan tulang.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa itu Muskuloskeletal ?
2. Apa saja fungsi rangka/tulang ?
3. Bagaimanakah klasifikasi sistem rangka / tulang, persendian, dan otot ?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Mengetahui sistem musculoskeletal
2. Mengetahui fungsi rangka/tulang
3. Serta mencari tahu dan mengetahui klasifikasi sistem ranka/tulang, persendian dan
otot.

5
BAB II
PEMBAHASAN

I. DEFINISI MUSKULOSKELETAL
 Muskuloskeletal terdiri dari kata:
 Muskulo : Otot
 Skeletal : tulang
 Menurut Ilmu Myologi Muskulo atau Muskular adalah jaringan otot-otot tubuh.
 Menurut ilmu Osteologi Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh.
 muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan
termasuk sendi, ligamen,tendon, dan saraf.
 Sistem yang memberi dukungan tubuh dan memungkinkan pergerakan bagi otot (klien gangguan
sistem muskuloskeletal . suratun: 2008)
 Sistem tubuh yang terdiri dari otot ( muskulo) dan tulang – tulang yang membentuk rangka
(skelet). ( histologi dasar anathomy; 2011)
 Sistem penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan (anatomi dan
fisiologi untuk pemula. EGC;2004)

Jadi muskuloskeletal adalah sistem yang memberikan dukungan bagi tubuh yang
bertanggung jawab terhadap pergerakan yang terdiri dari otot ( muskulo ) dan tulang – tulang
yang membentuk rangka ( skelet).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari
tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

6
II. PENDAHULUAN UMUM SISTEM RANGKA
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk
suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang , rangka
disebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan,
rangka kemudian digolongkan menjadi rangka aksial, rangka
apendikuler dan persendian antara tulang.

1. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan
melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak :
1. Tulang kranial
2. Tulang wajah
3. Enam tulang auditori (telinga)
4. Tulang hyoid
5. Kerangka toraks
2. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai
pada rangka aksial.
3. Persendian adalah artikulasi dari 2 tulang atau lebih.

A. Fungsi Sistem Rangka


1. Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh
2. Pergerakan. Tulang beartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi
sebagai pengungkit.jika otot-otot (yang tertanam pada tulang) berkntraksi, kekuatan yang
diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan.
3. Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah, yang ditemukan pada orang
dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebrata, tulang pipih pada kranium, dan pada
bagian ujung tulang panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit darah.
5. Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62% gram anorganik,
terutama kalsium fosfat, dan kalsium karbonat dengan jumlah magnesium klorid, florida, sitrat
yang lebih sedikit. Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium dan fosfor disimpan dalam

7
tulang agar bisa ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh; zat tersebut kemudian
diganti melalui nutrisi yang diterima.
B. Komposisi Jaringan Tulang
1. Tulang terdiri dari sel-sel dan matriks ekstraselular. Sel-sel tersebut adalah ostesit,
osteoblas, dan esteklas.
2. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar
dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium.
a) Substansi dasar. Tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama
dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan
protein.
b) Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut
hidrogsiapatit dengan rumus molekul 3Ca3 (PO4) Ca (OH)2.
c) Persenyawaan antara kolagen dan kristal higroksiapatit bertanggung jawab
atas daya regang dan daya tekan tulang besar. Cara penyusunan tulang serupa dengan
pembuatan palang beton : serat-serat kolagen seperti batang-batang baja pada beton;
garam-garam tulang sama seperti semen, pasir, dan batu pada beton tersebut.
3. Kedua jenis jaringan, tulang cancellus (berongga), dan tulang kompak. Kedua jenis tulang
ini memiliki komposisi yang sama tetapi prositasnya berbeda.
a) Tulang Kompak. Adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan
sebagai lapisan diatas jaringan tulang cancellus. Prositasnya bergantung pada saluran
mikroskopik (kanakuli) yang mengandung pembuluh darah, yang berhubungan dengan
saluran havers.
b) Tulang Cancellus. Tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguller yang
bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang
dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum. Numlah tulang cancellus dan tulang
kompak relatif bervariasi bergantung pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari
tulang yang sama.

C. Perkembangan Tulang
Osteogenesis (pertumbuhan dan perkembangan tulang) merupakan suatu proses pembentukan
tulang dalam tubuh. Karena adanya matriks yang keras dalam tulang, maka pertumbuhan
interstisial (dari dalam), seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin terjadi dan tulang
terbentuk melalui penggantian jaringan yang sudah ada. Ada dua jenis pembentukan tulang yaitu
osifikasi Intramembranosa dan osifikasi endokondral (Intrakartilago).

8
1. Osifikasi Intramembranosa terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkrim janin dan
melibatkan proses penggantian membran (mesenkim) yang sudah ada. Proses ini banyak terjadi
pada tulang pipis tengkorak, disebut sebagai “tulang membran”.
 Pada area tempat tulang akan terbentuk, kelompok sel mesenkim yang berbentuk bintang
berdiferesiansi menjadi “osteblas” dan membentuk pusat osifikasi (pusat paling pertama
yang terbentuk pada minggu ke-8 masa kehidupan janin).
 Osteoblas mensekresi matriks organic yang belum terkalsifikasi, disebut osteoid.
 Kalsifikasi massa osteoid dilakukan melalui pengendapan garam-garam tulang yang
mengikuti dan menangkap osteoblast serta prosesus sel osteoblas.
1. Jika sudah terbungkus matriks yang terklasifikasi, osteoblast berubah
menjadi osteosit, yang kemudian terisolasi dalam lakuna dan tidak lagi
mensekresi zat intraselular.
2. Saluran yang ditinggalkan prosesus osteoblast menjadi kanalikuli.
 Pulau-pulau pertumbuhan tulang, atau spikula, menyatu dan membentuk percabangan
untuk membuat jarring-jaring tulang cancellous berongga, atau trabekula.
 Hasil osifikasi intramembranosa secara dini adalah pembentukan vascular, tulang-tulang
primitive, yang dikelilingi mesenkim terkondensasi dan kemudian akan menjadi
periosteum. Karena serat-serat kolagen tersebar kesemua arah, maka tulang baru ini
seringkali disebut tulang woven.
1) Pada area tulang berongga primitive yang menjadi tempat tumbuh tulang kompak,
trabekula menjadi lebih tebal dan secara bertahap menghentikan intervensi jaringan
ikat.
2) Di area tempat tulang tetap menjadi tulang cancellous, ruang-ruang jaringan kat
diganti dengan sumsum tulang.
2. Osifikasi Endokondral terjadi melalui penggantian model kartilago, sebagian besar tulang
rangka terbentuk melalui proses ini, yang terjadi dalam model kartilago hialin kecil pada janin.
a. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang terbungkus
perikondrium.
b. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat batang (diafisis) model kartilago
tulang panjang.
c.Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat
(berproliferasi) dan ukurannya membesar (hipertrofi).
d. Matriks kartilago disekitarnya berklasifikasi melalui proses pengendapan kalsium
fosfat.

9
e. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenic bagian dalam membentuk kolar tulang (klavikula),
dan kemudian mengelilingi kartilago terkasifikasi.
f. Kondrosit, yang nutrisinya diputus kolar tulang dan matriks terkalsifikasi,
akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks
kartilago.
g. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteobas yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi memaluli ruang yang dibentuk osteoklas pada
kolar tulang.
h. Jika kuncup mencapai pusat, osteoblast meletakkan zat-zat tulang pada spikula
kartilago terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu kerangka kerja.
Pertumbuhan tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.
i. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada kedua
ujung tulang panjang.
j. Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras.

D. Klasifikasi Tulang Menurut Bentuknya


1. Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk
silindris, serta terdiri dari diafisis dan epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk
menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.
2. Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur, dan
biasanya ditemukan berkelompok untuk memberikan kekuatan dan kekompakan
pada area yang pergerakannya terbatas. Sebagian besar tulang pendek adalah
tulang cancellous, yang dikelilingi lapisan tipis tulang kompak.
3. Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada, struktur tulang
yang mirip lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan
otot dan memberikan perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal
sebagai tabula luar dan tabula dalam pada cranium) membungkus lapisan
berongga (diploe).
4. Tulang Ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak
termasuk kategori di atas; meliputi tulang vertebra dan tulang osikel telinga.
Strukturnya sama dengan struktur tulang pendek yaitu tulang cancellous yang
ditutupi lapisan tulang kompak yang tipis.

10
5. Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian
atau bersambungan dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu
contohnya adalah patela (tempurung lutut), yang merupakan tulang sesamoid
terbesar.

III. PERSENDIAN

1. Klasifikasi umum persendian. Suatu artikulasi, atau persendian. Terjadi saat permukaan
dari dua tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.
2. Klasifikasi struktural persendian
1. Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat
fibrosa.
2. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan
kartilago.
3. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan
ligamen artikular yang membungkusnya.
3. Klasifikasi fungsional persendian
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara skruktural persendian ini dibungkus dengan
jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
a. Sutura yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan hanya
ditemukan pada tulang tengkorak.
b. Sinkondrosis yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago
hialin.
2. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
a. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago,
yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
b. Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan
serat-serat jaringan ikat kolagen.
c. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam
kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli (kantong) tulang
rahang.

11
3. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial.
1. Lapisan terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat fibrosa rapat berwarna
putih yang memanjang sampai bagian periosteum tulang yang menyatu pada
sendi.
2. Lapisan terdalam kapsul sendi adalah membran sinovial yang melapisi
keseluruhan sendi, kecuali pada kartilago artikular.
3. Bursa adalah kantong tertutup yang dilapisi membran sinovial, dan ditemukan
diluar rongga sendi.

D. Klasifikasi persendian sinovial


1. Sendi sfrerodial terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk
dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.
2. Sendi engsel permukaan konveks sebuah tulang masuk dengan pas pada permukaan konkaf
tulang ke dua.
3. Sendi kisar adalah tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan pas kedalam cekungan
tulang kedua, dan dapat berputar ke semua arah.
4. Persendian kondiloid terdiri dari sebuah kondilus oval suatu tulang yang masuk dengan
pas kedalam rongga berbentuk elips ditulang kedua.
5. Sendi pelana permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf di satu sisi dan
konveks pada sisi lainnya; sehingga tulang tersebut akan masuk dengan pas kedalam
permukaan tulang kedua yang berbentuk konveks dan konkafnya berada pada sisi
berlawanan, seperti dua pelana yang saling menyatu.
6. Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang yang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang terhadap
tulang lainnya.

12
IV. OTOT
Jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun
dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakan dan melakukan pekerjaan.
A. Ciri-ciri otot
1. Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin
juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi karena kontraksi
pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan dengan kuat jika distimulasi
oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi
panjang otot saat relaks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi
atau meregang.
B. Klasifikasi jaringan otot. Otot di klasifikasi secara structural berdasarkan ada tidaknya
striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunter
(sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung,
yang hanya ditemukan di jantung.

C. Jenis-jenis otot
1. Otot rangka. Adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
 Serabut otot sangat panjang, sampai 30cm, berbentuk silindris, dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
 Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun dibagian perifer.
 Konstraksinya cepat dan kuat.
2. Otot polos. Adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada system respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan system
sirkulasi darah.
 Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi.
 Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh
darah) sampai 0.5 mm pada uterus orang hamil.
 Kontraksinya kuat dan lamban.
3. Otot jantung. Adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
 Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral.
 Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya
sekitar 15 mikron.
 Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang
bersentuhan dengan sel-sel otot tetangga.
 Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Muskuloskeletal adalah suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem gerak yang
terdiri dari otot dan tulang. Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan
berkontraksi Untuk menggerakkan rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelrya otot dan memungkinkan
tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki karakteristik, antara lain kontraknbilttas,
ekstensibilitas, dan elastisitas. Berdasarkan perlekatannya, otot terdiri atas origo dan insersi.
JenisJenis otot antara lain yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
Tulang dibedakan menjadi skeletan aksial dan skeleton apendikuler. Skeleton aksial terdiri
atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau rusuk, dan tulang dada,
sedangkan skeleton apendikuler terdiri atas tulang pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai
dan telapak kaki. Berdasarkan jenisnya, tulang dibedakan menjadi 2, yaitu tulang rawan dan
tulang sejati. Tulang sejati, dilihat dari matriksnya terdiri atas tulang kompak dan tulang spons.
Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi 3, yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang
pendek. Hubungan antartulang disebut persendian atau artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3,
yaitu amfiartrosis, sinartrosis, dan diartrosis.

14
SARAN
 Pentingnya pengetahuan mengenai sistem muskuloskeletal sehingga diharapkan
mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang anatomi fisiologi sistem
muskuloskeletal.
 Dari berbagai teori anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal tentang berbagai macam
penyakit yang berhubungan dengan sistem tersebut diharapkan mahasiswa mampu
memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.
 Dengan memahami anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal, mahasiswa diharapkan
mampu melaksanakan pelayanan keperawatan dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aichan,Arilia.2018.Sistem Mulkuloskeletal.

16

Anda mungkin juga menyukai