Makalah Sumpah Pemuda Dan Jati Diri Keindonesiaan
Makalah Sumpah Pemuda Dan Jati Diri Keindonesiaan
Makalah Sumpah Pemuda Dan Jati Diri Keindonesiaan
Di susun
Oleh:ratu safna dilla
Kelas:xi ips 4
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sumpah Pemuda dan
Jati Diri Keindonesiaan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Sumpah Pemuda............................................................. 3
1. Politik Etis sebagai Pintu Pembuka Pendidikan Modern................... 3
2. Pers Membawa Kemajuan................................................................. 4
3. Bangkitnya Nasionalisme.................................................................. 6
B. Sumpah Pemuda sebagai Tonggak Persatuan dan Kesatuan................... 7
1. Federasi dan “Front Sawo Matang”................................................... 7
2. Cita-cita Persatuan............................................................................. 8
3. Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa......................................... 9
4. Nilai-nilai Penting Sumpah Pemuda.................................................. 11
C. Penguatan Jati Diri Keindonesiaan.......................................................... 12
1. Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan........................................ 12
2. Pemuda yang Berpolitik..................................................................... 14
3. Nasionalisme yang Revolusioner....................................................... 15
4. Volksraad sebagai Wahana Perjuangan............................................. 16
5. Tamatnya Kemaharajaan Belanda..................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasrat untuk meraih kemajuan bangsa Indonesia muncul ketika banyak
pemuda telah mengecap bangku sekolah, baik dalam maupun luar negeri.
Selain itu, munculnya surat kabar telah memupuk kesadaran berbangsa dari
seluruh lapisan masyarakat bumiputra. Kesadaran ini makin tampak dengan
banyaknya organisasi kaum muda, yang mengarahkan tujuannya untuk
membentuk suatu bangsa dan negara yang merdeka.
Kaum muda terpelajar mempunyai peranan yang cukup penting bagi
kesadaran untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan berbangsa. Dalam
catatan sejarah dapat diingat bagaimana peran para pemuda dan kaum
terpelajar. Hal ini tampak jelas terutama setelah dilaksanakan Politik Etis di
Indonesia. Dibukanya program edukasi telah membuka jalan lahirnya kaum
muda terpelajar yang kemudian menggerakkan kesadaran kebangsaan
sehingga melahirkan gerakan kebangkitan nasional di Indonesia. Puncaknya
adalah terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda yang telah meneguhkan tiga pilar
jati diri keindonesiaan: tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Setelah berhasil menggelorakan Sumpah Pemuda, hampir setiap
momen perubahan dan pembaharuan di Indonesia tidak pernah lepas dari
peran pemuda. Sebut saja peristiwa Proklamasi Indonesia, penumpasan
G30S/PKI dan lahirnya Orde Baru serta gerakan reformasi tahun 1998, kaum
muda tampil sebagai penggerak dan pelopor. Peranan mereka dapat
menentukan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tetapi sayang dalam kehidupan dewasa ini nilai-nilai kepeloporan
kaum muda terpelajar itu tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diteladani oleh
para remaja, pemuda dan juga kaum terpelajar, kecuali sebagian kecil. Marilah
kita perhatikan gejala dan kehidupan yang nampak pada remaja dan
masyarakat kita di berbagai daerah dewasa ini. Munculnya perilaku anarkis di
kalangan remaja, perkelahian antarpelajar, penyalahgunaan narkoba, dan
rapuhnya rasa nasionalisme. Tidak sedikit di antara remaja kita yang lebih
1
2
gandrung dengan budaya dan produk luar negeri ketimbang mencintai budaya
dan produk negeri sendiri, juga munculnya rasa etnosentrisme hampir dapat
kita jumpai di berbagai daerah.
Penggunaan Bahasa Indonesia yang mulai rusak-rusakan. Penolakan
terhadap seorang pemimpin karena tidak berasal dari suku bangsa yang sama,
atau karena perbedaan keyakinan, masih merupakan hal yang sering kali dapat
kita lihat dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Hal ini sebagai
indikator rendahnya semangat nasionalisme dan jati diri keindonesiaan di
lingkungan masyarakat kita.
Sehubungan dengan problem kehidupan remaja dan masyarakat yang
mulai melemah semangat keindonesiaannya, penting untuk merevitalisasi
nilai-nilai kepeloporan para pemuda yang telah menggelorakan nasionalisme
serta prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang terjadinya Sumpah Pemuda?
2. Apa yang menjadikan Sumpah Pemuda sebagai tonggak persatuan dan
kesatuan?
3. Bagaimana proses penguatan jati diri keindonesiaan?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
lain. Oleh karena itu, Ir. Sukarno ingin membentuk wadah yang
merupakan gabungan dari berbagai organisasi. Sukarno pernah
membentuk Konsentrasi Radikal pada tahun 1922. Konsentrasi Radikal
dimaksudkan merupakan wadah penyatuan para nasionalis dan partai-
partai yang diwakilinya.
Gagasan tentang persatuan dan kerja sama antarorganisasi itu
sudah lama didengungkan oleh PI. Bahkan “persatuan” menjadi salah satu
asas perjuangan PI. Tahun 1926 Moh. Hatta dengan tegas menyatakan
perlunya diciptakan “blok nasional” yang terdiri atas partai-partai politik
(organisasi-organisasi pergerakan), baik yang berbasis komunis maupun
yang nasionalis, (baik yang agamis maupun yang sekuler), guna
menghadapi penjajahan pemerintah Hindia Belanda. Namun sayangnya
pada tahun 1926 dan awal tahun 1927 PKI dengan ambisinya melakukan
gerakan sendiri melawan kekuasaan Belanda dan akhirnya dapat
dihancurkan oleh Belanda.
Dengan peristiwa itu, maka tokoh-tokoh pergerakan nasionalis
semakin bersemangat untuk membentuk kekuatan bersama. Apalagi
kondisi politik saat itu yang diwarnai dengan sikap keras dan kejam
pemerintah kolonial terhadap organisasi-organisasi pergerakan. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kerja sama antara berbagai organisasi
pergerakan yang ada. Kebetulan juga pada tahun 1927 telah terbit
beberapa surat kabar yang memuat tulisan tentang perlunya mengatasi
berbagai perbedaan untuk membangun kerja sama yang lebih kokoh.
2. Cita-cita Persatuan
Pada tanggal 15 November 1925 dilaksanakan pertemuan
organisasi-organisasi pemuda. Hadir dalam pertemuan itu antara lain
perwakilan dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong
Celebes, Pelajar-pelajar Minahasa, Sekar Rukun. Dalam pertemuan ini
antara lain dibahas tentang rencana kongres pemuda. Kemudian setelah
pertemuan ini juga dibentuk sebuah komite dipimpin oleh Tabrani. Komite
ini diberi tanggung jawab untuk menyelenggarakan kongres pemuda.
9
mandiri dan bedaulat. Bahkan dalam strategi politik para pemuda juga
mengembangkan sikap saling menghargai baik yang mengambil langkah
kooperasi maupun non-kooperasi. Mereka dalam berjuang tidak lagi
dengan fisik dan kekerasan tetapi dengan bermusyawarah, berdemokrasi
misalnya melalui Volksraad.
anggota Volksraad bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh untuk
menyuarakan pendapatnya. Namun setidaknya Volksraad sudah
memberikan peluang para wakil Hindia, yang membukakan wawasan
mereka perlunya persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam
melawan dominasi kolonialisme dan imperialisme Belanda.
Di tengah-tengah roda pergerakan kebangsaan bergesekan dan
beradu dengan roda kolonialisme dan imperialisme, Tuhan Yang Maha
Kuasa, telah membuat skenario baru, yakni berkobarnya Perang Dunia II.
Perang itu pun dengan cepat menjalar ke Indonesia yang ditandai dengan
datangnya tentara Jepang yang kemudian ikut menyudahi kemaharajaan
Belanda di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai kebijakan kolonial yang melahirkan kemiskinan dan
penderitaan rakyat telah mendapat kritik keras dari politikus dan intelektual
Belanda C.H. van Deventer. Kritik itu mendapat perhatian dari pemerintah
Belanda. Kemudian dibuatlah kebijakan meningkatkan kesejahteraan rakyat
yang dikenal dengan Politik Etis. Politik etis ini meliputi bidang pendidikan,
irigasi/pertanian, dan emigrasi/transmigrasi.
Bidang pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar.
Mereka adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada kesadaran
kebangsaan. Sarana komunikasi dan transportasi adalah hal penting yang
menghubungkan para kaum terpelajar untuk membentuk suatu ideologi
kebangsaan. Berkembangnya pers atau media cetak telah menggerakkan ide-
ide kemajuan, sehingga lebih memacu berkembangnya ideologi dan
pergerakan kebangsaan.
Pada perkembangan fase kebangkitan nasional, mulai berkembang
berbagai organisasi pergerakan yang mengusung ideologi kemajuan dan
kebangsaan bahkan juga politik untuk pembebasan rakyat dari penjajahan.
Berbagai organisasi yang berkembang di era kebangkitan nasional baik yang
bercorak keagamaan atau yang sekuler, bercorak kedaerahan ataupun yang
bersifat nasional, yang kooperatif ataupun yang non-kooperatif, yang pemuda
maupun yang wanita, tampaknya belum mampu menciptakan persatuan yang
kokoh untuk sama-sama melawan penjajah. Mereka masih memikirkan
bagaimana organisasinya berkembang. Hal ini menjadi pemikiran serius dari
kalangan pemuda untuk mewujudkan gerakan persatuan dan kesatuan di
antara berbagai organisasi.
Sumpah Pemuda sebagai klimaks agenda dalam Kongres Pemuda II,
28-10-1928 dengan ikrarnya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa,
merupakan peristiwa dan sangat penting yang historis-monumental dalam
dinamika perjuangan bangsa menuju cita-cita persatuan Indonesia. Sumpah
19
20
E. Saran
Belajar sejarah tentang Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat
penting, agar kita mendapat pengetahuan dan pemahaman, bahwa tegaknya
kehidupan bangsa Indonesia harus dilandasi persatuan dan kesatuan. Nilai
persatuan dan kesatuan sebagai nilai dasar dari Sumpah Pemuda harus terus
digelorakan untuk memperkukuh jati diri keindonesiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5
(Masa Pergerakan Kebangsaan). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Adam, Cindy. 1984. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta:
Gunung Agung.
Kahin, George Mc. Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. Depok:
Komunitas Bambu.
Yogyakarta: Medpress.
Miert, Hans van. 2003. Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan
Pemuda di Indonesia 1918-1930. Jakarta: Hasta Mitra.
21