0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
134 tayangan42 halaman

LP Diare Anak Ni Wayan Parmini KLP 26

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

OLEH :
NI WAYAN PARMINI
219012745

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI


PROGRAM PROFESI NERS
DENPASAR
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).
Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan,
2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair
dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

2. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
1) Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia
serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia
2 tahun.
3) Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
malabsorpsi protein dan lemak.
4) Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
(1) Faktor perilaku yang meliputi :
- Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini
akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko
terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk
membersihkan botol susu.
- Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
sebelum memberi ASI/makan, setelah buang air besar
(BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
(2) Faktor lingkungan antara lain:
- Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
3. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya
karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
usus.Berikutnya terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga
menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan)
cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis bakteri maka akan
menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus akibatnya sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit
meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi
pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan
rongga usus sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi
apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi
peningkatan dan penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan
penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare
Infeksi Malabsorbsi Makanan Psikologis

Virus Bakteri
s Peristaltik usus
Kuman masuk dan berkembang Gangguan Gangguan Gangguan Keracunan
osmotik makanan/ alergi meningkat
didalam usus sekresi mitilitas usus
makanan
Cairan makanan Usus tidak dapat Proses penyerapan
Toksin dalam dinding Bakteri menjadi invasif Rangsangan menyerap makanan terganggu
tidak dapat toksin Toksin yang ada
usus halus menyebar kedalam makanan
diserap oleh usus tidak mampu
mukosa Di dorong keluar
Sekresi dinding diserap dengan
Iritasi pada Membentuk Hiperperistaltik melalui anus
Tekanan osmotic usus meningkat baik
permukaan usus toksin usus
meningkat
Air dan elektrolit BAB encer > 4x/sehariv
Usus mengalami atrofi Menghasilkan Kurang higiene dalam
endotoksin Hiperperistaltik masuk ke rongga usus
menyimpan makanan
Perubahan kapasitas usus
Peningkatan isi rongga usus
usus Endotoksin Anus dan daerah
diresponsi ke Defisit
Fungsi usus terganggu Disfungsi penegtahuan sekitarnya lecet
dalam darah Di dorong keluar motilitas
melalui anus gastro-
Sekresi cairan meningkat
Menyebabkan intestinal
demam BAB encer > 4x/sehari Nyeri akut
Didorong keluar melalui
usus
Hipertermi
BAB encer > 4x/sehari
Diare Malnututrisi energi protein Atrofi mukosa usus

Merusak mukose usus


Defisiensi enzim
BAB cair berdarah/ berlendir Kehilangan cairan & elektrolit
Absorpsi yang tidak adekuat
Cairan ekstraseluler secara tiba-tiba
Ansietas hilang Diare kronik
Hipovolemia Kehilangan protein
Dehidrasi
Mukosa bibir kering, turgor kulit Albumin dan hemoglobulin
kembali sangat lambat Nadi lemah, akral dingin hilang

Gangguan integritas Risiko syok Defisit nutrisi


kulit
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
1) Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
4) Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6) Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7) Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8) Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang,pada diagnos
medis diare adalah :
1) Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok
dubur).
2) Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
7. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat
diserap dengan baik oleh usus penderita diare.

Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit


dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit
osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:
1) Mengurangi volume tinja hingga 25%
2) Mengurangi mual muntah hingga 30%
3) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.

Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang,


derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
(1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
- Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
- Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
- Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
(2) Dehidrasi ringan biasa terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg/bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
(3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus
diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang
lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah
hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-
lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan
zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak
tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting
untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh
akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare.
Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat. Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang
larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
(1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
(2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
3) Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke
atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan
bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi
akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena
perlu diperhatikan:
(1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama
masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
(2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia
0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu
formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui
eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan
meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat
kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
(3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 –
24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
(4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
4) Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah
atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek
samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
antibiotik.
5) Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
(1) Buang air besar cair lebih sering
(2) Muntah berulang-ulang
(3) Mengalami rasa haus yang nyata
(4) Makan atau minum sedikit
(5) Demam
(6) Tinjanya berdarah
(7) Tidak membaik dalam 3 hari
8. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008) dalam Paramita (2017),
komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik), karena:
(1) Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
(2) Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
(3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
(4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
(5) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam
non-volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan
menurunkan pCO2 menyebabkan pernafasan bersifat cepat,
teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul) (Suharyono, 2008) dalam
Paramita (2017)
2) Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita
diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
menderita kekurangan kalori protein (KKP), karena :
(1) Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
(2) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut
dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma.
3) Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
(1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya
sering memberikan air teh saja.
(2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama.
(3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok
hipovolemik Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya
hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita dapat meninggal.
5) Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130
mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan
pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif
untuk terapi dari hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak
berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal Saline (Juffrie,
2010) dalalam Paramita (2017)

B. KONSEP DASAR ASUHAN PEREAWATAN


1. Pengkaiian
1) Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
(2) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-
10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB >10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama
14 hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam, 2008) dalam
Paramita (2017).
(3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
- Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul diare.
- Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan
darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
bercampur empedu.
- Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
- Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
- Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila
terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi.
Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.
Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)
(Nursalam, 2008) dalam Paramita (2017)
(4) Riwayat Kesehatan Dahulu
- Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare
lebih sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau
yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh pada
pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG,
imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
- Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
- Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah
buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah
makanan.
- Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia
dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan
kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah
diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA,
tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008) dalam Paramita (2017).
(5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya,
yang dapat menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga
makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan
kepada anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan kedaerah
tropis (Nursalam, 2008) dalam Paramita (2017).
(6) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami
diare,meliputi:
- Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
- Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol
yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
- Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak
merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau
sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan
pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa
minum (Nursalam, 2008).
(7) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
- Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
- Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
- Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
 Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008) dalam
Paramita (2017), anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan,
sebagai berikut:

 Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi,ubun-ubunnya biasanya cekung
- Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk
kelopak matanya normal. Apabila mengalami
dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
- Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada
hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
- Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
- Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat
kering
- Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.
- Thorak
 Jantung
Inspeksi: Pada anak biasanya iktus kordis tampak
terlihat.
Auskultasi: Pada diare tanpa dehidrasi denyut
jantung normal, diare dehidrasi ringan atau
sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
 Paru-paru
Inspeksi: Diare tanpa dehidrasi biasanya
pernapasan normal, diare dehidrasi ringan
pernapasan normal hingga melemah, diare dengan
dehidrasi berat pernapasannya dalam.
 Abdomen
Inspeksi: Anak akan mengalami distensi abdomen,
dan kram.
Palpasi: Turgor kulit pada pasien diare tanpa
dehidrasi baik, pada pasien diare dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
Auskultasi: Biasanya anak yang mengalami diare
bising ususnya meningkat
 Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill
(CRT) normal, akral teraba hangat. Anak dengan
diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT
kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
 Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal
yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu apakah
ada iritasi pada anus.
(8) Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium
serum. Biasanya penderita diare natrium plasma > 150
mmol/L,kalium > 5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang
diperiksa adalah Na+, K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan
adanya ketosis (Suharyono, 2008)dalam paramita (2017).
3) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar
protein leukosit dalam feses atau darah makroskopik
(Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama
atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan
dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).
6) Pemeriksaan Penunjang
 Endoskopi
- Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2,
jika dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia.
Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.
- Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan
perdarahan segar melalui rektum.
- Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk
semua pasien jika pada pemeriksaan feses dan darah
hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan
kanker.
 Radiologi
- CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok
menjalani kolonoskopi
- Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai
mengalami penyakit bilier atau prankeas
 Pemeriksaan lanjutan
- Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam
berpuasa akan mengidentifikasi penyebab sekretorik
dan osmotic dari diare.
- Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang
dicurigai membutuhkan sampel feses dan serologi
(Emmanuel,2014)

2. Diagnosa Keperawatan
1) (D.0020) Diare berhubungan dengan fisiologi (proses infeksi) ditandai
dengan defekasi lebih daritiga kali selama 24 jam,feses lembek,nyeri
abdomen, bisin usus hiperaktif, frekuensi paristaltic, meningkat
2) (D.0022) Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah meningkat, turgor kulit menurun, mukosa bibir kering,
mengeluh lemas, suhu tubuh meningkat
3) (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mecerna makanan,ditandai dengan berat badan menurun minmal 10%
dibawah rentang normal,nyeri abdomen, nafsu makan menurun, diare,
bising usus hiperaktif
4) (D,0130) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit teraba hangat, kulit warna merah
5) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah, tampak meringis, sulit tidur.
6) (D.0039) Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
7) (D.0080) Ansietas berhubungan dengan terpapar bahaya lingkungan
ditandai dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dri
kondisi yang di hadapi, tampak gelisah, tampak sulit tidur, tampak
yegang, frekuensi napas meningkat
8) (D.0111) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan menanyakan masalah yang di hadapi,
menunjukkan persepsi yang keliru, terhadap masalah,
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Dignosa Tujuan dan
No Keperawatan kriteria hasil Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI) (SLKI)
1 Diare berhubungan Setelah diberikan 1. Identifikasi 1. Dengan
dengan fisiologi asuhan penyebab diare mengetahui
(proses infeksi) keperawatan (mis. Inflamasi penyebab diare
ditandai dengan selama ….x…jam gastrointestinal, maka akan
defekasi lebih diharapkan iritasi mempermudah
daritiga kali selama Ekeminasi fekal gastrointestinal) memberikan
24 jam,feses anak membaik asuhan yang
lembek,nyeri dengan kriteria sesuai dengan
abdomen, bisin usus hasil: masalah yang di
hiperaktif, frekuensi 1. Nyeri alami oleh klien
paristaltic, abdomen itu sendiri
meningkat menurun 2. Identifikasi 2. Dengan
(skala 3-0) riwayat mengetahui
2. Konsistensi pemberian makanan apa
feses membaik makanan saja yang di
3. Frekuensi konsumsi, maka
BAB membaik tenaga kesehatan
(>3x/hari) bisa berasumsi
4. Peristaltik usus bahwa makanan
membaik (5-30 merupakan salah
x/menit) satu penyebab
masuknya
bakteri yang
dapat
mengakibatkan
seseorang diare
3. Dengan
mengetahui
3. Monitor warna, frekuensi dan,
volume, serta konsistensi
frekwensi, dan dari BAB maka
konsistensi tinja akan di ketahui
seberapa parah
masalah yang
dialami dan apa
saja efek dari
diare yang
ditimbulkan
4. Dengan
. terjadinya diare
4. Monitor tanda apabila tidak di
dan gejala imbangi dengan
hypovolemia masuknya cairan
yang cukup
maka besar
kemungkinan
akan
menyebabkan
tubuh
kekurangan
ciran dan
mengakibatkan
hal yang vatal
bila itu tidak
ditangani
dengan segera

5. Monitor iritasi
dan ulserasi kulit
didaerah perineal
6. Monitor jumlah
pengeluaran diare
7. Berikan asupan
cairan oral
8. Pasang jalur
intravena
9. Berikan cairan
intravena
10. Ambil sampel
darah untuk
pemeriksaan
darah lengkap
dan elektrolit
11. Ambil sampel
feses untuk
kultur, jika perlu
12. Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap
13. Anjurkan
menghindari
makanan,
pembentuk gas,
pedas, dan
mengandung
lactose
14. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
15. Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic/
spasmolitik
16. Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses.
2 Hypovolemia Setelah diberikan 1. Periksa tanda dan 1. Dengan
berhubungan dengan asuhan gejala mengetahui
kehilangan cairan keperawatan hipovolemia apakah ada
aktif ditandai selama ….x…jam (mis. frekuensi gejala yang
dengan frekuensi diharapkan Status nadi meningkat, mengakibatkan
nadi meningkat, nadi Cairan anak nadi teraba terjadinya
teraba lemah, membaik dengan lemah, tekanan kekurangan
tekanan darah kriteria hasil: darah menurun, cairan pada
meningkat, turgor 1. Membran tekanan nadi tubuh makan
kulit menurun, mokosa menyempit,turgor akan sangat
mukosa bibir kering, lembab kulit menurun, membantu
mengeluh lemas, 2. Turgor kulit membrane untuk
suhu tubuh membaik mukosa kering, memberikan
meningkat 3. Dispnea volume urine penanganan
menurun menurun, yang tepat
hematokrit guna
meningkat, haus menghindari
dan lemah) terjadinya
syok pada
tubuh yang
kekurangan
cairan dalam
tubuh
2. Hitung kebutuhan 2. Dengan
cairan menghitung
jumlah cairan
yang
dibutuhkan
dengan tepat
maka akan
cepat juga
pemulihan
yang dialami
klien
3. Berikan asupan 3. Salah satu cara
cairan oral agar cairan di
dalam tubuh
tidak
berkurang
drastis maka
harus di
imbangi
dengan asupan
4. Anjurkan cairan dengan
memperbanyak cara minum
asupan cairan
oral
5. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
6. Kolaborasi
pemberian cairan
IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
7. Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
8. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
plasmanate)
9. Kolaborasi
pemberian produk
dara
3 Defisit Nutrisi Setelah diberikan Promosi Berat Badan 1. Dengan
berhubungan dengan asuhan (I.03136) mengetahui
faktor psikologis keperawatan 1. Identifikasi penyebab berat
(enggan untuk selama ….x…jam kemungkinan badan berkurang
makan) ditandai diharapkan supan penyebab BB kurang akan
dengan berat bandan nutrisi bayi mempermudah
menurun minimal meningkat dengan tenaga kesehatan
10% di bawah ideal,, untuk
bising usus kriteria hasil: merencanakan
hiperaktif, naspsu Status Nutrisi asuhan yang tepat
makan menurun. 1. Nyeri abdomen Untuk
menurun meningkatkan
2. Diare menurun nutrisi bayi agar
3. Bising usus tercukupi.
membaik (5-
30x/menit) 2. Dengan adanya
4. Nafsu makan keluhan mual
membaik 2. Monitor adanya muntah maka
mual dan muntah nutrisi tidak bisa
diserap oleh tubuh
hingga perlunya
mengetahui apakah
ada keluhan mual
dan muntah ketika
akan diberikan
asupan nutrisi.
3. Berat badan perlu
dipantau, guna
menghindari
3. Monitor berat badan terjadinya
permasalahan
akibat kekurangan
nutrisi Di mana
Salah satu gejala
yang dapat
menghambat dalam
tumbuh kembang
anak di mana
ketika asupan gizi
tidak mencukupi
maka Salah satu
gejala yang akan
terjadi itu berat
badan tidak stabil

4. Perawatan mulut
merupakan salah
4. Berikan perawatan satu hal yang
mulut sebelum sangat penting
pemberian makan, untuk dilakukan
jika perlu dikarenakan
apabila kebersihan
mulut tidak terjaga
maka Makanan
yang masuk ke
mulut akan terasa
hambar Oleh
karena itu
pentingnya
perawatan
kebersihan mulut
untuk menambah
nafsu makan.

Dalam hal ini


Makanan yang
sesuai dengan
5. Sediakan makan
yang tepat sesuai kondisi Pasien akan
kondisi pasien( mis. mempengaruhi
Makanan dengan status nutrisi dari
tekstur halus, clien
makanan yang
diblander, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
Gastrostomi, total
perenteral nutritition
sesui indikasi)

4 Hipertermi Setelah diberikan 1. Identifkasi 1 Hipertermi


berhubungan dengan asuhan penyebab merupakan tanda
dehidrasi ditandai keperawatan hipertermi (mis. dan gejala dari
dengan suhu tubuh selama …..x…jam dehidrasi terpapar tubuh sehingga
diatas nilai normal, diharapkan lingkungan panas bila terjadinya
kulit teraba hangat, termoregulasi anak penggunaan demam maka
kulit warna merah membaik dengan incubator) harus di ketahui
kriteria hasil: penyebabnya
1. Pucat menurun 2. Monitor suhu 2 Suhu tubuh
2. Suhu tubuh tubuh sangat rentan
normal (36,5C- berubah, maka
37,0 C) dari itu harus
dipantau apakah
ada perubahan
suhu sehingga
dapat memastikan
apakah perawatan
yang diberika
sudah tepat atau
belum

3 Suhu badan bisa


3. Monitor kadar meningkat
elektrolit apabila kadar
elektrolit dalan
tubuh kita
berkurang
sehingga harus di
monitornya
perubahan cairan
didalam tubuh

4 Memonitor urin
juga salah satu
4. Monitor haluaran
hal yang sangat
urine
penting terkait
apakah ada
perubahan warna
atau tidak

5. Sediakan
5 Lingkungan yang
lingkungan yang
nyaman
dingin
perupakan salah
satu hal yang
sangat penting
karena apabila
lingkungan tidak
sesuai maka
tubuh juga akan
merespon.

6. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
7. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
8. Berikan cairan
oral
9. Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat
berlebih)
10. Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut
hipotermia atau
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada,
abdomen,aksila)
11. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
12. Batasi oksigen,
jika perlu
13. Anjurkan tirah
baring
14. Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
5 Nyeri akut Setelah diberikan 1. lokasi, 1. Nyeri merupakan
berhubungan dengan asuhan karakteristik, suatu hal yang
agen pencedera keperawatan durasi, frekuensi, tidak nyaman,
fisiologi ditandai selama ….x…jam kualitas, untuk menangani
dengan mengeluh diharapkan tingkat intensitas nyeri rasa yang tidak
nyeri, gelisah, nyeri klien nyaman tersbut
tampak meringis, menurun dengan maka harus
sulit tidur. kriteria hasil: ditanyakan lebih
1. Keluhan nyeri spesifik agar
menurun penanganan yang
2. Muntah tetat segera
berkurang dilakukan
3. Mual 2. Identifikasi skala
berkurang nyeri 2. Dari skala nyeri
4. Meringis kita dapat
menurun mengetahui
seberapa parah
penyakit atau tanda
dari sebuah
penyakit

3. Dengan
3. Identifikasi
mengetahui respon
respon nyeri non
dari klien maka
verbal
akan dengan sangat
mudah untuk
menanyakan apa
yang dirasakan
klien

4. Identifikasi faktor
4. Nyeri adalah suah
yang
rasa yang tidak
memperberat dan
nyaman, oleh
memperingan
karena itu penting
nyeri
bagi tenaga
kesehatan untuk
mengetahui apakah
yang memperberat
rasa nyeri atau
kegiatan apa yang
dapat memperberat
nyeri tersebut

5. Identifikasi 5. Dengan
pengetahuan dan mengetahui
keyakinan keyakinan yang
tentang nyeri dirasakan oleh
klien akan
membuat tenaga
kesehatan lebih
yakin dnegan
gejala atau
penyakit apa yang
dialami klien

6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
10. Fasilitasi istirahat
dan tidur
11. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
13. Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
14. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
15. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
16. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
6 Risiko syok Setelah diberikan 1. Monitor 1. Pernafasan
berhubungan dengan asuhan frekuensi nafas merupakan hal
kekurangan volume keperawatan yang
cairan selama ….x…jam terpenting
diharapkan tingkat dalam sistem
syok klien tubuh manusia,
membaik dengan apa bila
kriteria hasil: terjadinya
1. Akral hangat syok secara
2. Pucat tiba tiba maka
membaik tubuh akan
3. Rasa haus merespon s\
membaik dengan cara
4. Frekuensi nadi mempercepat
normal (60- pernapasan
100x/menit) atau pun
sebliknya

2. Tekanan darah
2. Monitor tekanan merupakan
darah tanda dimana
apakah aliran
daran ke
seluruh tubuh
normal atau
tidak

3. Monitor berat
3. Dengan
badan
memonitor
berat badan
biasanya
tenaga
kesehatan akan
mengetahui
tanda dan
gejala dari
syok

4. Monitor waktu 4. Dengan


pengisian kapiler memonitor
CRT bisa
membatu atau
sebagai
pertanda
apakah aliran
darah lancar
atau tidak

5. Elastisitas
5. Monitor
kulit
elastisitas atau
merupakan
turgor kulit
tanda awal
6. Monitor jumlah,
seseorang
waktu dan berat
mengalami
jenis urine
kekurangan
7. Monitor kadar
cairan atau
albumin dan
tidak, apabila
protein total
elastisitas kulit
Identifikasi
terganggu
tanda-tanda
maka bisa di
hipovolemia
simpulkan atau
(mis. Frekuensi
diduga klien
nadi meningkat,
mengalami
nadi teraba
syok karena
lemah, tekanan
kekurangan
darah menurun,
cairan
tekanan nadi
menyempit,
turgor kulit
menurun,
membrane
mukosa kering,
volume urine
menurun,
hematocrit
meningkat, haus,
lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat
badan menurun
dalam waktu
singkat)
8. Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
9. Dokumentasi
hasil pemantauan
10. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
11. Informasikan
hasil
pemantauan, jika
perlu
7 Ansietas Setelah diberikan Reduksi Ansietas
berhubungan dengan asuhan (I.09314)
kurang terpapar keperawatan 1. Identifikasi saat 1. Dengan
informasi ditandai selama ….x…jam tingkat ansietas mengetahui
dengan merasa diharapkan berubah (mis. Tingkat
bingung, tampak kecemasan stresor) kecemasan yang
gelisah tampak keluarga menurun dialami oleh
tegang, merasa tak dengan kriteria keluarga akan
berdaya. hasil: mempermudah
Tingkat Ansietas tenaga kesehatan
(L.09093) untuk memberikan
1. Verbalisasi informasi guna
kebingungan dapat mengurangi
menurun kecemasan yang
2. Perilaku dialami Oleh
gelisah keluarga.
menurun
3. Perilaku 2. Monitor tanda-tanda 2. sangat penting
tegang ansietas (verbal- mengetahui tanda-
menurun nonverbal) tanda dari sebuah
4. Pucat kecemasan Salah
menurun satu tanda
kecemasan bisa
dilihat dari verbal,
apabila terjadi di
tanda-tanda
anxietas maka
tenaga kesehatan
akan dengan
mudah mengatasi
meredakan
kecemasan yang
dirasakan oleh
keluarga ataupun
pasien.
3. Salah satu hal
3. Motivasi yang bisa
mengidentifikasi dilakukan oleh
situsasi yang tenaga kesehatan
memicu kecemasan untuk mengurangi
kecemasan pada
keluarga ataupun
pasien yaitu
dengan cara
memotivasi
sehingga
kecemasan yang
dialami oleh
keluarga ataupun
pasien tersebut
bisa berkurang
dengan motivasi
yang diberikan.

4. Tenaga kesehatan
juga harus bisa
4. Pahami situasi yang
memahami situasi
membuat ansietas
yang
mengakibatkan
seseorang menjadi
cemas, sehingga
ketika terjadi
situasi yang
mengakibatkan
klien cemas maka
tenaga kesehatan
harus
mengembalikan
situasi atau
memberikan
informasi guna
mengurangi
kecemasan an
yang kalian
rasakan

5. Dengan
menginformasikan
keadaan klien
5. Informasikan terkait
dengan jujur maka
dengan keaadan
klien akan
secara faktual
membangun rasa
mengenai diagnosa,
percaya ya yang
pengobatan, dan
dapat mengurangi
prognosis
kecemasan yang
dirasakan oleh
klien

6. obat antiansietas
6. Kolaborasi diberikan ketika
pemberian obat seorang klien
ansietas, jika perlu tidak dapat
mengatasi masalah
kecemasan dengan
cara non
farmakologi Oleh
sebab itu dengan
kata lain tenaga
kesehatan harus
berkolaborasi
dengan dokter
untuk mengurangi
kecemasan yang
dirasakan oleh
klien itu sendiri

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan diare sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Diakses tanggal 5 Januari 2022 dari
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf
Arini, Estanti, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan
Pada An.F Dengan Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Melati RSUD
Karanganyar. Studi Kasus Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Diakses tanggal 5 Januari 2022 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-estantinur-227-1-
estanti-4.pdf
Astuti, Wiwin, p.; Heriyatun.; Yudha, Hendri, T.; 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Sanitasi Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3. Diakses tanggal 5 januari 2022
dari http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-gdl
wiwinpujia-1337-2-hal.151-8.pdf
Paramita,Lidia 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang 2 Ibu
Dan Anak Rs Reksodiwiryo Padang. Diakses tanggal 5 januari 2022 dari
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/530/1/KTI%20ESMI%20SINAGA.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai