Makalah Puasa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PUASA

Disusun oleh :

Kelompok V

Fajar Tomia (200301056)

Namira Rumaf (200301082)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

2021/2022

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Puasa Ramadhan adalah kewajiban sakral dan ibadah Islam yang bersifat syiar yang besar,

juga salah satu rukun Islam praktis yang lima, yang menjadi pilar agama. Puasa merupakan

ibadah agung yang hanya Allah SWT saja yang mengetahui seberapa besar pahalanya.

Seorang yang berpuasa juga akan mendapatkan dua kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh

selain mereka, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu

dengan Rabbnya.

Aktifitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dari dalam fisik untuk melakukan

pengendapan, sublimasi, diam, tunduk, memasuki „kosong‟, agar berjumpa dengan „isi yang

sejati‟. Usus bermeditasi, urat syaraf meraba bagian dirinya yang terlambat, perut bersabar,

keseluruhan organ tubuh juga ruhani mengerjakan proses peragian

B. Rumusan Maslah

 Apa saja syarat sah puasa

 Apa saja rukun puasa

 Bagaimana tata cara puasa yang benar

 Apa saja hikmah dari berpuasa

C. Tujuan Penulis

 Mengetahui syarat sah puasa

 Mengetahui rukun puasa

 Mengetahui tata cara puasa yang benar

 Mengetahui hikmah berpuasa


PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa
Dalam etimologi bahasa puasa berarti menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu.
Apabila seseorarng misalnya hendak menahan diri untuk tidak berbicara, lalu tidak berbicara
sama sekali, maka artinya dia sedang berpuasa, begitu juga jika dia berkehendak untuk
menahan diri untuk tidak makan, lalu dia tidak makan sama sekali, maka itu artinya dia
sedang berpuasa. Puasa bicara pada contoh pertama juga disebutkan di dalam Al-Qur'an,
yaitu ketika Maryam mengatakan,

‫ص ْومًا َفلَنْ ا ُ َكلِّ َم ْال َي ْو َم ِا ْنسِ ًّيا‬ ُ ْ‫ِا ِّنيْ َن َذر‬


َ ‫ت لِلرَّ حْ ٰم ِن‬
" Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih."
(Maryam: 26), yakni menahan diri dan berpuasa untuk tidak berbicara.
Adapun dalam terminologi para ulama fikih, puasa berarti menahan diri dari segala hal
yang membatalkan dalam satu hari, sejak fajar menyingsing hingga terbenamnya matahari
dengan memenuhi segala syarat-syaratnya.
Definisi ini disepakati oleh madzhab Hanafi dan Hambali, sementara untuk madzhab
Maliki dan Asy-Syafi'i mereka menambahkankan di bagian akhirnya kalimat "dengan niat
puasa."

B. Hukum Puasa
Madzhab Maliki, Asy-Syafi'i, dan Hambali bersepakat bahwa dilihat dari segi
hukumnya puasa itu terbagi menjadi empat macam. Pertama: puasa yang diwajibkan, di
antaranya adalah puasa bulan Ramadhan puasa kafarat, dan puasa nadzar. Kedua: puasa yang
disunnahkan. Ketiga: puasa yang diharamkan. Keempat: puasa yang dimakruhkan.
Dalam madzhab Hanafi terdapat perbedaan pendapat mengenai puasa nadzar, sebagian
mereka mengatakan bahwa pelaksanaan puasa nadzar itu diwajibkan bukan difardhukan
(sebagaimana diketahui bahwa hukum wajib menurut madzhab ini bermakna sunnah
muakkad bagi madzhab lainnya).
Menurut pendapat yang pertama/ puasa itu terbagi menjadi delapan.
 Pertama: puasa fardhu muayan, misalnya puasa bulan Ramadhan secara ada'an (tepat
pada waktunya).
 Kedua: puasa fardhu ghairu muayan/ misalnya puasa Ramadhan yang diqadha (tidak
pada bulan Ramadhan).
 Ketiga: puasa wajib muayan, misalnya puasa nadzar yang ditentukan waktunya.
 Keempat: puasa wajib gairu muayan, misalnya benazar untuk melakukan puasa
namun tidak ditentukan waktunya, maka puasa itu wajib dilaksanakan namun
waktunya tidak tertentu kapan harus dilaksanakan.
 Kelima: puasa nafilah.
 Keenam: puasa sunnah.
 Ketujuh: puasa yang dianjurkan.
 Kedelapan: puasa yang dimakruhkan, baik makruh tanzih ataupun makruh tahrim.
Adapun menurut pendapat yang kedua, puasa itu terbagi menjadi tujuh saja.
 Pertama: puasa fardhu muayan, yaitu puasa yang difardhukan pada waktu tertentu,
misalnya puasa Ramadhan secara ada'an dan nazar yang ditentukan waktunya.
 Kedua: puasa fardhu ghairu muayan: yaitu puasa yang difardhukan namun tidak pada
waktu tertentu, misalnya puasa Ramadhan secara qadha dan juga nadzar yang tidak
ditentukan waktunya.
 Ketiga: puasa waiib, yaitu puasa sunnah yang sudah dimulai pelaksanaannya,
misalnya ada seseorang hendak melakukan puasa sunnah di hari Kamis, lalu di pagi
harinya dia memulai puasa tersebut, maka dia diwajibkan untuk menyempurnakan
puasa itu hingga matahari terbenam. Jika dia berbuka sebelum waktunya maka dia
telah melanggar kewajiban, dan harus mengqadha puasanya itu, meskipun puasa itu
adalah puasa sunnah.
 Keempat: puasa yang diharamkan.
 Kelima: puasa yang disunnahkan.
 Keenam: puasa nafilah.
 Ketujuh: puasa yang dimakruhkan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa yang termasuk puasa fardhu adalah puasa
Ramadhan, baik secara ada'an atau diqadha, puasa kafarat dan puasa nadzar. Meskipun
sebagian ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa melaksanakan puasa yang dinadzarkan
hukumnya wajib bukan fardhu, namun dapat dikatakan bahwa ketiga puasa tersebut
disepakati oleh seluruh ulama sebagai puasa fardhu atau puasa wajib, terutama puasa
Ramadhan.
C. Dalil Kewajiban Puasa Ramadhan
Berpuasa di bulan Ramadhan hukumnya fardhu ain bagi setiap mukallaf yang mampu untuk
melakukannya. Kewaiiban ini telah disyariatkan sejak tanggal sepuluh Sya'ban sebelum
genap dua tahun sejak Rasulullah berhijrah dari kota Makkah.
Allah SWT berfirman :
ٌ‫ت فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َّم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدة‬ ٍ ۗ ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙنَ اَيَّا ًما َّم ْع ُدوْ ٰد‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬َ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬
‫ ْه ُر‬t‫وْ نَ َش‬t‫ ٌر لَّ ُك ْم اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬t‫وْ ُموْ ا خَ ْي‬t‫َص‬ ُ ‫ ٌر لَّهٗ ۗ َواَ ْن ت‬t‫و خَ ْي‬t َ tُ‫رًا فَه‬tْ‫ َّو َع َخي‬tَ‫ ِك ْي ۗ ٍن فَ َم ْن تَط‬t‫ا ُم ِم ْس‬t‫ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ َو َعلَى الَّ ِذ ْينَ يُ ِط ْيقُوْ نَهٗ فِ ْديَةٌ طَ َع‬
‫فَ ٍر‬t ‫ا اَوْ ع َٰلى َس‬t ‫ْض‬ ً ‫انَ َم ِري‬tt‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َك‬ ُ َ‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ قَا ۚ ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذيْٓ اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّ ٰن‬ َ ‫َر َم‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ‫فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ ي ُِر ْي ُد ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر ۖ َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا َ ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka
barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perj alanan (lalu tidak berpuasa), mnka kuajib
mengganti) sebanyak hai (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi
orang yang berat menjalankannya, zoajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang
miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelann hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik
baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Bulan Ramadhan yang di
dalamnya diturunkan AlQur' an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penj elasan-p enj elasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur, "
(.Arl-Baqarah: 183-185)

Diantarnya dalil kewajiban puasa pada hadist nabi

Agama lslam itu ditegakkan atas lima dasar. Pertama: bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kedua: mendirikan shalat. Ketiga:
membayar zakat. Keempat: melaksanakan haji. Kelima: berpuasa di bulan Ramadhan." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)

D. Syarat Puasa
Syarat puasa terbagi menjadi tiga, yaitu syarat waiib, syarat sah, dan syarat
pelaksanaanya;. Namun tidak seluruh ulama sepakat dengan pembagian ini.
Menurut madzhab Asy-Syafi'i, syarat puasa terbagi menjadi dua, syarat wajib dan syarat
sah.
Untuk syarat wajib puasa terdapat empat syarat, yaitu:
a. mencapai usia baligh.
b. Beragama islam
c. Berakal sehat
d. mampu secara badaniyah dan secara syar'i

Untuk syarat sah Puasa juga ada empat

 beragama islam
 sadar
 tidak dalam keadaan haidh, nifas, ataupun sedang melahirkan (khusus bagi wanita).
 Waktunya di perbolehkan berpuasa
Menurut madzhab Hanafi, syarat puasa ada tiga macam/ yaitu syarat wajib, syarat
pelaksanaan, dan syarat sah.
Untuk syarat wajib terdapat tiga syarat
 Beragama islam
 Berakal sehat
 Berusia baligh

Syarat pelaksanaan puasa ada dua syarat

 Sehat
 Bukan musafir

Syarat sah puasa ada dua

 Suci dari haid dan nifas


 Berniat

Menurut madzhab Maliki, syarat puasa itu ada tiga macam, yaitu syarat wajib saja, syarat
sah saja, serta syarat gabungan wajib dan sah

Syarat wajib ada dua

 Baligh
 Mampu berpuasa

Syarat sah puasa terdapat tiga yaitu

 Beragama islam
 Waktunya untuk berpuasa
 Berniat

Syarat gabungan sah dan wajib terdapat tiga

 Berakal sehat
 Bersih dari haid dan nifas
 Masuk waktu bulan ramdhan

Menurut Madzhab Hambali, syarat puasa ada tiga macam, yaitu syarat wajib saja, syarat
sah saja, serta syarat gabungan wajib dan sah

Untuk syarat wajib puasa terdapat tiga syarat, yaitu

 Beragama Islam
 Berusia baligh
 Mampu untuk berpuasa

Adapun untuk syarat sah puasa ada tiga syarat

 Berniat
 Bersih dari darah haid
 Bersih dari nifas

Adapun syarat gabungan wajib dan sah

 Beragama islam
 Mumayiz
 Berakal sehat
E. Rukun Puasa
Puasa menurut madzhab Hanafi dan Hambali hanya memiliki satu rukun saja, yaitu
menahan diri dari segala hal yang membatalkan. Berbeda dengan mazhab Maliki dan Syafi'i
Dalam madzhab Maliki ada dua pedapat yang berbeda, sebagian mereka berpendapat
bahwa puasa itu ada dua rukury yaitu menahan diri, dan niat. Oleh karena itu puasa tidak
akan tercapai kecuali dengan memenuhi kedua rukun tersebut. Sedangkan pendapat yang
diunggulkan dalam madzhab ini adalah pendapat yang kedua, yaitu bahwa niat bukanlah
termasuk rukun puasa, melainkan hanya syarat sahnya saia. Oleh karena itu puasa dapat
tercapai maknanya dengan hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya saja.
Menurut madzhab Asy-Syafi'i, rukun puasa itu ada tiga. Pertama: menahan diri dari hal-
hal yang membatalkan. Kedua: niat. Ketiga: orang yang berpuasa. Oleh karena itu menurut
madzhab ini puasa tidak akan tercapai maknanya kecuali ketiga rukun itu terpenuhi.
Sementara menurut madzhab Hambali dan Hanafi, niat dan orang yang berpuasa
merupakan dua syarat sahnya puasa, meskipun bukan rukun tapi keduanya tetap harus ada.
F. Hikmah Berpuasa
1. Melatih Disiplin Waktu
Hal ini dilakukan agar puasa tetap fit dan kuat di siang hari. Maka tubuh
memerlukan istirahat yang cukup. Istirahat yang cukup membuat seseorang yang
menjalani puasanya lebih teratur dan lancar dalam berpuasa. Selain itu melakukan
sahur juga bermanfaat untuk melatih kebiasaan bangun lebih pagi dan mendapatkan
rejeki.
2. Keseimbangan dalam Hidup
Keseimbangan dalam hidup dapat diraih dengan beribadah. Pada bulan puasa ini,
manusia dilatih agar kembali mengingat dan melaksanakan semua kewajiban
tersebut dengan jaminan pahala yang dilipatgandakan.
3. Mempererat Silahturahmi
Suasana menjalin silahturahmi sangat terasa erat saat Ramadhan. Hal ini terlihat
dari masjid/ orang yang memberikan tajil buka puasa gratis. Selain itu juga dapat
dilakukan dengan sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam, dan mendengarkan
ceramah maupun diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
4. Peduli Terhadap Sesama
Dalam Islam rasa persaudaraan akan lebih terasa saat bulan Ramadhan. Banyak
orang yang bersedekah dengan memberikan tajil berbuka puasa secara gratis. Selain
itu sholat bersama di masjid dan saling bahu membahu dalam melaksanakan
kegiatan keagamaan.
5. Ibadah Memiliki Tujuan
Hikmah puasa dan manfaatnya yang kelima adalah mengetahui bahwa berpuasa
memiliki tujuan. Tujuan puasa adalah melatih diri manusia agar dapat menghindari
dosa-dosa di hari lain saat di luar bulan Ramadhan. Jika tujuan tersebut tercapai
maka puasa dapat berhasil. Tetapi jika tujuan tersebut gagal maka puasa tersebut
tidak memiliki arti apa-apa. Jika beribadah dengan berorientasi pada tujuan maka
akan mudah dalam melakukan segala macam ibadah.
6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah
Pergi ke Masjid untuk beribadah, menolong orang, berbuat adil kepada manusia,
tersenyum kepada saudara, hingga tidurnya orang puasa merupakan ibadah. Segala
sesuatu yang dilakukan dengan kebaikan adalah ibadah. Semua kebaikan dapat
bernilai ibadah.
7. Berhati-hati dalam Berbuat
Hikmah puasa dan manfaatnya selanjutnya adalah melatih agar berhati-hati dalam
berbuat. Puasa Ramadhan akan menjadi sempurna apabila manusia menjauhi
perbuatan haram yang dapat dilihat, didengar, dan diucapkan. Latihan ini dapat
menimbulkan kemajuan positif bagi manusia yang menjalaninya saat Ramadhan.
Juga dapat berguna diterapkan saat diluar Ramadhan. Dengan itu kita akan terbiasa
menghindari dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang
dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
8. Melatih Manusia Agar Lebih Tabah
Dalam berpuasa manusia dilatih untuk menahan yang tidak baik dilakukan.
Misalnya marah-marah, suudzon, dan dianjurkan untuk melatih kesabaran atas
segala perbuatan orang lain kepada kita.
9. Melatih Hidup Sederhana
Saat berbuka puasa, manusia dianjurkan untuk sedikit makan dan perbanyak
minum. Dengan pola makan hanya memakan tiga butir kurma dan minum air putih
dapat bermanfaat untuk kesehatan.
10. Menjadi Banyak Bersyukur
dengan makan yang dilakukan saat berbuka, umat muslim dilatih untuk
mensyukuri nikmat yang dimiliki saat tidak berpuasa. Sehingga manusia dapat
menjadi pribadi yang lebih baik setelah mensyukuri nikmat Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai