Makalah Zakat Mal
Makalah Zakat Mal
Makalah Zakat Mal
“ZAKAT MAL”
MATA KULIAH FIQIH
DISUSUN OLEH:
KELAS: 2A
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu,
Shalawat serta semoga tercurah kepada Rasul beserta keluarganya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas Semester Genap
Mata Kuliah Fiqih Jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Dalam memenuhi persyaratan
tersebut penulis mencoba membuat makalah yang berjudul “ZAKAT MAL“.
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis
terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui syarat-syarat wajib zakat Mal
b. Untuk mengetahui zakat harta apa saja yang wajib di zakati
4
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [658]
dan mensucikan [659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui.”(QS. At-taubah: 103)
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda.
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
1
.Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib, Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 239
2
. Alhusain, Imam Taqiyuddin. 1994. Kifayatul Akhyar, Surabaya: Bina Iman. Hal ; 387
5
Dapat disimpulkan bahwa zakat mal adalah kegiatan mengeluarkan sebagian harta
kekayaan berupa binatang ternak, hasl tanaman (buah-buahan), Emas dan Perak, harta
perdagangan dan kekayaan lain diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat.
B. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah. Zakat juga merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
C. Rukun Zakat
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima yang merupakan pilar agama
yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk”(QS. Al-Baqarah: 34)
6
D. Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal (Harta)
a. Islam
Bagi orang yang berzakat wajib beragama Islam. Dan zakat itu adalah tidak
wajib bagi orang kafir asli, dan adapun orang murtad, maka menurut
pendapat yang shalih, bahwa harta bendanya di berhentikan (dibekukan
dahulu), maka jika ia kembali ke agama Islam (seperti sedia kala), maka
wajib baginya mengeluarkan zakat, dan jika tidak kembali lagi Islam, maka
tidak wajib zakat.3
b. Baligh dan berakal
Maka anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan membayar zakat, tetapi
dibayarkan oleh wali yang menanggungnya. Begitu juga dengan anak yatim
yang masih kecil. 4
c. Merdeka
Zakat itu tidak wajib bagi budak. Dan adapun budak muba’ah (budak yang
separuh dirinya sudah merdeka), maka wajib baginya mengeluarkan zakat
pada harta benda yang dia miliki, sebab sebagian dirinya merdeka. 5
d. Milik Penuh (Milik Sempurna)
Yaitu: harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh,
dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan
melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syari’at Islam, seperti:
usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah.
Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka
zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus
dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak
atau ahli warisnya.
3
. Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib, Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 241
4
. Thahir, Ahmad Hamid. 2008. Fiqih Sunnah. Surakarta: Ziyad Books. Hal: 11
5
. Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib, Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 241
7
e. Sudah mencapai 1 nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara’. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas
dari Zakat. Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan
oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban
mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai ukuran
tersebut. Orang yang memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih,
diwajibkan mengeluarkan zakat.
E. Cara Menghitung Nishab
Dalam menghitung nishab terjadi perbedaan pendapat. Yaitu pada masalah, apakah
yang dilihat nishab selama setahun ataukah hanya dilihat pada awal dan akhir tahun saja?
Imam Nawawi berkata, “Menurut mazhab kami (Syafi’i), mazhab Malik, Ahmad,
dan jumhur, adalah disyaratkan pada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan (dalam
mengeluarkan zakatnya) berpedoman pada hitungan haul, seperti: emas, perak, dan
binatang ternak- keberadaan nishab pada semua haul (selama setahun). Sehingga, kalau
nishab tersebut berkurang pada satu ketika dari haul, maka terputuslah hitungan haul. Dan
kalau sempurna lagi setelah itu, maka dimulai perhitungannya lagi, ketika sempurna nishab
tersebut.” (Dinukil dari Sayyid Sabiq dari ucapannya dalam Fiqh as-Sunnah 1/468). Inilah
pendapat yang rajih (paling kuat) insyaallah. Misalnya nishab tercapai pada bulan
Muharram 1423 H, lalu bulan Rajab pada tahun itu ternyata hartanya berkurang dari
nishabnya. Maka terhapuslah perhitungan nishabnya. Kemudian pada bulan Ramadhan
(pada tahun itu juga) hartanya bertambah hingga mencapai nishab, maka dimulai lagi
perhitungan pertama dari bulan Ramadhan tersebut. Demikian seterusnya sampai mencapai
satu tahun sempurna, lalu dikeluarkannya zakatnya.
Maksudnya adalah seandainya kurang dari satu tahun maka tidak ada kewajiban
mengeluarkan zakat.6
Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang
hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.
6
. Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib, Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 241
8
F. Zakat Harta (Mal) yang Wajib di Zakati
a. Binatang Ternak
Hewan ternak meliputi unta, sapi/kerbau, kambing.
b. Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang
elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata
uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan perak
sebagai harta yang (potensial) berkembang. Oleh karena syara’ mewajibkan
zakat atas keduanya, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir,
ukiran atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku
pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk
penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat
berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga
penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan,
tanah, dan lain-lain. Yang melebihi keperluan menurut syara’ atau
dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat
di uangkan. Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan,
asal tidak berlebihan, maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang
tersebut.
c. Hasil Pertanian (tanaman dan buah-buahan)
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan,
tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.
Semua ulama mazhab sepakat bahwa jumlah (kadar) yang wajib
dikeluarkan dalam zakat tanaman dan buah-buahan adalah seper sepuluh
atau sepuluh persen (10%), kalau tanaman dan buah-buahan tersebut
disiram air hujan atau air dari aliran sungai. tapi jika air yang irigasi (degan
membayar) dan sejenisnya, maka cukup megeluarkan lima persen (5%).
9
Ulama mazhab sepakat, selain hanafi bahwa nishab tanaman dan buah-
buahan adalah lima ausuq. Satu ausuq sama degan enam puluh geram. Satu
kilo sama degan seribu gram. Maka bila tidak mencapai target tersebut ,
tidak wajib di zakati secara sama.
Nishab zakatnya adalah lebih dari lima washaq. 1 washaq= 60 sha 1 shoq
kira- kira sebayak 2,157 kg namun ada juga megatakan sebayak 2,176 kg.
sedangkan nishab zakatnya kira- kira 653 kg.
d. Zakat harta dagangan
Yang dianamakan harta dagangan adalah harta yang dimiliki dengan alat
tukar degan tujuan untuk memperoleh laba, dan harta yang dimilikinya
harus merupakan hasil usahanya sendiri. Kalau harta yang dimilikinya itu
merupakan harta warisan, maka ulama mazhab secara sepakat tidak
menamakanya harta dagangan. Semua mazhab sepakat bahwa syartnya
harus mencapai 1 tahun. Untuk menghitungnya pertama-tama harta tersebut
diniatkan untuk berdagang. Apabila telah mencapai 1 tahun penuh dan
memperoleh untung maka ia wajib dizakati.
e. Ma’din dan Kekayaan Laut
Ma’din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut
bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga,
marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dan lain-lain. Kekayaan laut adalah
segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan,
dan lain-lain.
f. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan
harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang
mengaku sebagai pemiliknya.
10
G. Nishab Dan Kadar Zakat
a. Harta Peternakan
1. Sapi, Kerbau dan Kuda
Nishab kerbau dan kuda disetarakan dengan nishab sapi yaitu 30 ekor.
Artinya jika seseorang telah memiliki sapi (kerbau/kuda), maka ia telah terkena
wajib zakat. sebagai berikut:
Keterangan:
a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2;
b. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3.
Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi’.
Dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
musinnah. 7
2. Kambing/domba
Nishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah
memiliki 40 ekor kambing/domba maka ia telah terkena wajib zakat. Berdasarkan
hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas
bin Malik, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Jumlah
Zakat
Ternak(ekor)
7
. Mughniyah, Muhammd, Jawad. 2004. Fiqih Lima Madzhab, Jakarta: Lentera. Hal: 182
11
1 ekor kambing (2th) atau domba
40-120
(1th)
Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor
(domba/kambing betina).
3. Unta
Nishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta
maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjutnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta
yang dimilikinya juga bertambah. maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Jumlah(ekor) Zakat
Keterangan:
(a) Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun atau lebih;
(b) Unta betina umur 1 tahun, masuk tahun ke-2;
(c) Unta betina umur 2 tahun, masuk tahun ke-3;
(d) Unta betina umur 3 tahun, masuk tahun ke-4;
12
(e) Unta betina umur 4 tahun, masuk tahun ke-5.
Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor maka zakatnya bertambah 1
ekor bintu Labun (c), dan setiap jumlah itu bertambah 50 ekor, zakatnya bertambah
1 ekor Hiqah (d).
13
Yang dimaksud dengan amil zakat adalah semua pihak yang bertindak
mengerjakan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan,
penjagaan, pencatatan dan penyaluran harta zakat.
4. Muallaf adalah orang yang baru masuk islam dan imanya masih lemah.
5. Hamba sahaya (budak) adalah orang yang belum merdeka.
6. Gharim adalah orang yang mempuyai bayak hutang sedangkan ia tidak
mampu membayarnya. Yaitu orang yang berhutang karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam di bayar
hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. Fi sabilillah adalah orang- orang yang berjuang di jalan allah. yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fi sabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, madrasah,
masjid, pesantren, ekonomi umat, dan lain-lain.
8. Ibnu sabil adalah orang-orang dalam perjalanan (musafir) seperji orang-
orang yang pergi menuntut ilmu, berdakwa dan sebagainya.
14
3. orang yang kaya tidak akan membenci orang yang fakir, dan orang yang
fakir tidak akan dengki terhadap yang kaya, bahkan zakat akan
mengembangkan rasa cinta di antara mereka;
4. wajib diketahui oleh orang kaya bahwa hakikatnya yang dia miliki bukanlah
miliknya seorang. Tetapi harta tersebut milik Allah. Semetinya
dirinya mengetahui bahwa Allah menjadikan orang kaya untuk menjadi
penjaga orang miskin. Jadi jika orang yang kaya enggan memberikan hak
orang fakir, maka Allah memberikan hukuman kepadanya;
5. mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka
yang miskin;
6. pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i
yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah
SWT;
7. membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk;
8. alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat;
9. ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan;
10. untuk pengembangan potensi umat;
11. dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam;
12. menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
umat.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syarat-syarat zakat mal atau harta adalah:
a. Islam;
b. Baligh dan berakal;
c. Merdeka;
d. Milik penuh (milik sempurna);
e. Sudah mencapai 1 nishab;
f. Sudah mencapai genap satu tahun (Al-Haul).
2. Zakat harta yang wajib di zakati adalah:
a. Binatang ternak yaitu hewan ternak meliputi unta, sapi/kerbau, kambing;
b. Emas dan perak;
c. Hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan);
d. Zakat harta dagangan;
e. Ma’din (hasil tambang) dan kekayaan laut;
f. Rikaz.
16
DAFTAR PUSTAKA
17