MAKALAH-Pendekatan Realitas Kel 3-WPS Office
MAKALAH-Pendekatan Realitas Kel 3-WPS Office
MAKALAH-Pendekatan Realitas Kel 3-WPS Office
“ Konseling Realitas”
Pendekatan Koseling
Dosen Pengampu:
Di susun oleh:
KELAS A
BOJONEGORO 2021/2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi’
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak yang telah tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk melenkapi kekurangan dan kesalahaan dari makalah ini. Akhirya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan
Pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................................................
Rumusan Masalah...............................................................................................................
Tujuan...................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Tokoh Pencetus
2. Hakikat Manusia
SARAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia ini
tanpa suatu masalah, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Manusia yang baik adalah manusia
yang mampu keluar dari setiap permasalahan hidupnya. Manusia yang mampu menyesuaikan diri
dengan realitas yang ada dan memiliki identitas adalah manusia yang dapat berkembang dengan baik
dan sehat. Untuk membantu manusia keluar dari masalahnya dan memperoleh identitas diperlukan
suatu terapi.
Di balik semua itu, banyak manusia yang masih belum mencapai identitas keberhasilannya.
Mereka masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar psikologisnya, yaitu kebutuhan untuk mencintai
dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa ia berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pada dewasa ini, banyak sekali pendekatan-pendekatan terapi yang dipelajari oleh konselor.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan Client-Centered, Terapi Gestalt, Terapi
Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas, dan lain-lain. Diantara berbagai pendekatan-
pendekatan dan terapi tersebut, pendekatan dengan Terapi Realitas menunjukkan perbedaan yang
besar dengan sebagian besar pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada. Terapi Realitas juga telah
meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan sekolah
menengah, dan para pekerja rehabilitasi. Selain itu, Terapi Realitas menyajikan banyak masalah dasar
dalam konseling yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan. Sistem teori realitas difokuskan pada
tingkah laku sekarang. Oleh karena itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari
teori realitas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siapa tokoh pencetus konseling Realitas,pengertian dan bagaimana
hakikat yang ada dalam diri manusia.
2. Supaya mahasiswa bisa memahami asumsi pribadi sehat dan bermasalah dan memahami
tujuan konseling dan peran konselor
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan kepada tingkah laku sekarang.
Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara
yang bisa membantu menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa
merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan tanggung
jawab pribadi, yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang menguraikan
prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam
mencapai suatu “identitas keberhasilan” dapat diterapkan pada psikoterapi, konseling,
pengajaran, kerja kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lembaga dan perkembangan
masyarakat. Terapi realitas meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan
pimpinan sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Tokoh dari pendekatan realitas adalah William Glesser, ia merupakan seorang insinyur
kimia yang sekaligus psikiater pada tahun 1950-an. Glesser memanganggap bahwa aliran yang
dibawa oleh Freud tentang dorongan harus diubah dengan landasan teori yang lebih
jelas.Berangkat dari keyakinannya Glasser menilai bahwa sebagian besar pendapat para
psikiatri konvensional hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi yang cenderung keliru. Sehingga
Glasser menyusun pendekatan realitas dengan menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur yang
dirancang untuk membantu konseli dalam mencapai suatu “identitas keberhasilan”.
Corey menjelaskan bahwa pendekatan realitas merupakan model terapi dalam konseling
yang sistemnya difokuskan pada tingkah laku sekarang.Sehingga dalam praksisnya konselor
berperan sebagai guru dan model yang mengkonfrontasi konseli dengan cara yang dapat
membantu konseli untuk berperilaku lebih realistis sehingga konseli dapat membentuk
identitas keberhasilan dirinya. Maka dari itu pendekatan realitas merupakan suatu bentuk
pendekatan modifikasi tingkah laku, yang mana modifikasi tingkah laku ini difokuskan pada
perasaan dan tingkah laku saat ini serta mengarahkan konseli keluar dari masalahnya dan fokus
pada tujuan hidupnya dimasa depan.
B. Hakikat Manusia
Pada dasarnya Glasser memiliki pandangan yang positif dan dinamis tentang hakikat
manusia. Ia berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menentukan dan
mengarahkan dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mendasarkan diri
pada keputusan-keputusan yang dibuatnya, manusia memilih perilaku untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga dapat hidup bertanggung jawab, berhasil dan memuasakan
daripada bergantung pada situasi dan lingkungannya.
Teori dasar konseling realitas adalah “teori pilihan” yang menjelaskan bahwa manusia
berfungsi secara individu, dan juga berfungsi secara sosial (kelompok atau masyarakat) dengan
pilihan perilaku efektif yang bertanggungjawab. Teori pilihan menjelaskan bahwa segala
sesuatu yang kita lakukan adalah pilihan kita. Apa yang kita lakukan adalah kita yang
memilihnya/memutuskannya untuk melakukan hal tersebut. Setiap perilaku kita merupakan
upaya terbaik untuk mencapai apa yang diinginkan untuk memuaskan kebutuhan kita. Secara
utuh setiap perilaku manusia terdiri dari 4 komponen :
1) Bertindak (acting)
2) Berpikir (thinking)
3) Merasakan (feeling)
4) Fisiologi (physiologi)
Setiap perilaku adalah sebuah pilihan, oleh karena itu bahwa konseli disadarkan dengan
mengungkapkan gejala-gejala perilaku bermasalahnya dalam bentuk aktif.
1) Klien harus menyadari bahwa perilakunya saat ini tidak efektif untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya
2) Klien harus yakin bahwa ia mampu memilih perilaku lain yang lebih efektif untuk
memuaskan kebutuhan dasarnya.
C. Asumsi pribadi sehat dan tak sehat
Asumsi pribadi sehat:
1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan
kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu
sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami
superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami
kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
3. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
4.Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku
di lingkungannya.
5. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi,
depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda
atau terhadap binatang
6. Kebiasaan berbohong
9. Sulit tidur
Tujuan konseling:
Konseling merupakan upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat
pribadi antara konselor dengan konseli supaya konseli mampu memahami diri serta
lingkungannya, maupun menentukan tujuan berdasarkan nilai yang konseli yakini dan membuat
konseli efektif perilakunya.Demikian dalam praktiknya konseling memiliki pendekatan yang
dapat digunakan oleh konselor dalam membantu konseli mengembangkan potensinya. Maka
dari itu konseling bukan hanya proses pemberian bantuan akan tetapi pemberian bantuan
dengan menggunakan beberapa pendekatan dalam membentuk hubungan yang kolaboratif
dan afektif antara koselor dan konseli.
Pada intinya pendekatan realitas memiliki tujuan membantu konseli dalam melihat,
menentukan dan memperjelas tujuan kehidupan konseli dimana cara pencapaian tujuan
ditentukan oleh konseli dengan mengkonstruksikan rencana perubahan.
Peran konselor:
Peran konselor adalah membantu konseli dalam mengkonstruksikan perilaku apa yang konseli
harapkan. Dimana diharapkan konseli mampu menyusun perilaku yang bertanggung jawab
sehingga dapat menggantikan perilaku yang tidak bertanggung jawab.Secara khusus
pendekatan realitas memfokuskan pada komponen tindakan dan pikiran dari perilaku konseli
yang dinilai paling memungkinkan untuk diubah.Konseli menyusun tingkah laku yang
bertanggung jawab, selanjutnya konselor masuk pada tahap E evaluation. Pada tahap ini
konselor mulai membawa konseli untuk conduct a searching self-evaluation atau melakukan
evaluasi diri dengan cermat.
2. menggunakan humor
4. membantu klien dalam merumuskan rencana rencana yang spesifik bagi tindakan.
7. menggunakan "terapi kejutan verbal" atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan
klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis dan
8. melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Kekurangan :
salah satu kekurangan terapi realitas adalah ia tidak memberikan penekanan yang cukup
pada dinamika-dinamika tak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu
determinan dari tingkah lakunya sekarang. sementara glender di satu pihak tampaknya
menerima peran masa lampau dan ketidaksadaran sebagai faktor-faktor kausal dari tingkah
laku sekarang, di lain pihak ia menolak nilai faktor-faktor tersebut dalam memodifikasi tingkah
laku sekarang.
BAB III
PENUTUP
SARAN
KESIMPULAN
Pendekatan realitas merupakan model terapi dalam konseling yang sistemnya difokuskan
pada tingkah laku sekarang.Sehingga dalam praksisnya konselor berperan sebagai guru dan
model yang mengkonfrontasi konseli dengan cara yang dapat membantu konseli untuk
berperilaku lebih realistis sehingga konseli dapat membentuk identitas keberhasilan dirinya.
Maka dari itu pendekatan realitas merupakan suatu bentuk pendekatan modifikasi tingkah laku,
yang mana modifikasi tingkah laku ini difokuskan pada perasaan dan tingkah laku saat ini serta
mengarahkan.Tujuan umum terapi realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai
otonomi.pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan
seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson dan Jones, (2006) Teori dan Praktik Konseling dan Terapi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar).
https://dwiekasite.wordpress.com/2016/06/24/41/
https://lenterakonseling.blogspot.com/2016/03/konseling-realitas.html?m=1
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/04/kepribadian-individu/