Book Report Social Policy Demetrius Revisi
Book Report Social Policy Demetrius Revisi
Book Report Social Policy Demetrius Revisi
Secara umum pada buku Kebijakan Sosial: Pengembangan dan pelayanan sosial dalam konteks
kelembagaan karangan Demetrius Latridis terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan,
bagian satu dan bagian dua.
Bagian Satu buku ini berkaitan dengan sifat, ruang lingkup, dan praktek kebijakan
sosial. Ini termasuk model yang menunjukkan konteks kelembagaan pembuat kebijakan
sosial. Model ini digunakan di Bagian Dua untuk menganalisis pengaruh kebijakan teori pada
praktek dan hubungan antara ideologi, kekuasaan politik, pasar bebas, kesejahteraan masyarakat,
dan kemiskinan.
Setiap bab mengacu pada konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu untuk menunjukkan
aspek multidimensi kebijakan sosial. Sistem Pendekatan yang digunakan di sini memberikan
elastisitas yang diperlukan untuk menghubungkan lembaga-lembaga sosial. Menyadari hubungan
ini membantu seseorang menyadari bahwa mengetahui satu aspek kebijakan sosial membutuhkan
pemahaman yang berkaitan dengan keseluruhan.
PENDAHULUAN
Fokus dari buku ini adalah memahami dan menilai kebijakan sosial masyarakat. Dengan
memperkenalkan mahasiswa dan praktisi pada konteks sosial dari perencanaan kebijakan, saya
menekankan bagaimana menggabungkan kekuatan-kekuatan institusional ideologis masyarakat,
politik, sosial, ekonomi, dan budaya untuk mempengaruhi terbentuknya kebijakan.
Dalam buku ini, pembaca diperkenalkan dengan konteks sosial dari kebijakan sosial di
seluruh dunia. Sebagai warga komunitas dunia, kita semakin bergantung pada sudut pandang
global dan kebijakan pendekatan sosial dari perspektif budaya dan ideologi yang berbeda.
Kebijakan sosial memiliki dua karakteristik yang terkait. Pertama, kebijakan sosial tidak
dapat berdiri sendiri. Sebaliknya, hal ini adalah hasil dari transformasi kelembagaan sistem sosial
ekonomi. Kedua, kebijakan sosial makro; menyangkut mencegah dan memecahkan masalah
social yang besar. Untuk memahami setiap bagian dari kebijakan sosial, kita harus memahami
keseluruhannya: iteraksi antara masyarakat dan lingkungan mereka, dan konteks sosial budaya
kebijakan sosial.
BAGIAN SATU
PENDEKATAN KEBIJAKAN SOSIAL
Pada bagian satu dari buku Kebijakan Sosial Latridis, mencoba mengeksplorasi dasar dan
lingkup kebijakan sosial yaitu, untuk memberikan kerangka acuan guna memahami implikasi
untuk praktik kerja sosial. Bab I berfokus pada sifat kelembagaan dan batas-batas kebijakan
sosial sebagai lapangan, yang termasuk diskusi tentang asumsi fundamental dari kebijakan sosial
dan model lingkungan kelembagaan. Bab 2 menjelaskan proses analisis dan perencanaan
kebijakan sosial.
BAB 1
Kebijakan Sosial sebagai Bidang
BAB 2
Kebijakan Sosial sebagai Proses Intervensi: Komponen Praktik
Bab ini mengeksplorasi praktek kebijakan sosial: analisis, implementasi, dan tindakan
sosial. Meskipun beberapa penulis baik fokus pada bidang atau proses kebijakan sosial,
keduanya saling melengkapi. Filsafat, ideologi, dan nilai-nilai yang menentukan bidang
kebijakan sosial juga membimbing proses. Namun, literatur terbaru di Amerika Serikat
mencerminkan perubahan progresif penekanan dari teori ke praktis.
Subtipe berbagai perencanaan kebijakan merupakan perbedaan sifat klien dan masalah
atau penekanan pada teknik dan alat khusus. Subtipe ini meliputi:
Komprehensif atau perencanaan kebijakan synoplic, yang dicirikan oleh upaya untuk
memasukkan semua variabel yang terlibat dalam masalah dan solusi mereka
Strategis kebijakan perencanaan. Di mana perencana s ~ lek satu atau beberapa variabel
untuk memaksimalkan hasil yang spesifik
Keberlanjutan kebijakan perencanaan. Ditandai dengan penekanan oa fleksibilitas dalam
menghadapi perkembangan tak terduga
Tambahan kebijakan perencanaan;. Yang merupakan upaya untuk tahun sebelumnya ulangi
rencana kecil hanya dengan setiap perubahan tahun itu dipraktekkan dalam pengaturan
birokrasi mana sumber daya terbatas harus dikesetaraankan kompetitif
Orientasi kebijakan perencanaan). Ditandai dengan pandangan poIic 'sebagai output
organisasi mengungkapkan motif organisasi
Birokrasi kebijakan perencanaan, di mana kebijakan dipandang sebagai hasil politik
kekuasaan, proses tawar-menawar, dan incrementalism
Memindai atau campuran kebijakan perencanaan, kombinasi beberapa jenis kebijakan. 30
Fokus adalah kerangka kebijakan sosial dan lingkungan kelembagaan bagian Dua adalah analisis
efek khusus lembaga-lembaga utama pada kebijakan sosial praktek Pan Dua mengikuti model
teoritis dari lingkungan kebijakan kelembagaan sosial disajikan pada Bab I. Seperti yang Anda
ingat, ini model highlights dari, politik, ekonomi, dan sosial institusi ideologis. Dalam
Bagian. Digunakan untuk mengeksplorasi pertimbangan diterapkan ideologi dan kesetaraan
keadilan sosial dari kekuasaan politik yang terkait dengan model-model utama dari politik '(Bab
4), teori ekonomi dan alasan-alasan yang mempengaruhi pendekatan pembangunan (Bab 5),
dilema utama mengembangkan negara kesejahteraan dan efek kelembagaan pada kesejahteraan
dan kemiskinan (Bab 7).
BAB 3
Ideologi dan Keadilan Sosial
Keadilan distributif memiliki akar filosofis dalam sumber-sumber berbagai posisi:
Hukum Ketuhanan: prinsip-prinsip dikandung dalam pikiran Tuhan
Hukum alam: urutan yang yang melekat dalam sifat hal
Alasan: rasional, matematis proses otak manusia
Kontrak Sosial: prinsip-prinsip yang berpusat pada otoritas politik ar.d kontrak antara rakyat
dan berdaulat mereka: seorang raja, parlemen, atau kongres
Model Utilitarian
Beberapa konsep hukum dengan sumber-sumber di atas, secara langsung mempengaruhi
bagaimana ideology suatu Negara tersusun. Sebagai contoh Amerika Serikat, yang lebih
menginginkan sebuah konsep kebebasan publik, sehingga pada tataran kebijakan sosial dari
perspektif kelembagaan, maka asset-aset penting Negara dapat dikelola oleh pihak swasta. Sisi
negatif dari kebebasan ini adalah semakin tingginya perbedaan perlakuan atau keadilan dari sisi
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan adanya pengelolaan asset-aset penting tersebut oleh
pihak swasta, tentunya akan muncul keinginan adanya kebijakan yang akan menguntungkan
pihak-pihak tertentu, misalanya masalah pajak, upah tenaga kerja, perlakuan hukum bagi anak-
anak, perempuan dan lain sebagainya.
Dalam pemikiran sosial dan politik, keadilan telah menyiratkan kesetaraan.Bahkan ketika
ide tentang kesetaraan haveshifted, kesetaraan itu sendiri masalah pengembalian kepada pokok
konsep keadilan.
Pada bab ini lebih banyak menguraikan dan memberikan gambaran berupa data-data
mengenai praktek keadilan sosial di beberapa wilayah, khususnya di Amerika Serikat. Secara
umum, pada data tersebut, menyimpulkan bahwa, keadilan sosial di Amerika dan beberapa
Negara yang disinggung, mengalami ketimpangan keadilan sosial yang sangat jauh, baik dari
segi keadilan dalam bidang hukum, politik, ekonomi maupun sosial.
BAB 4
Kekuatan Politik dan Kebijakan Sosial
Pada bab ini membahas mengenai bagaimana konsep-konsep dari ekonomi yang berkaitan
dengan kebijakan sosial. Diantaranya bagaimana ekonomi kapitalis memandang bahawa
ekonomi semestinya lepas dari kebijakan sosial, karena dengan demikian, perkembangan dan
kemajuan perokonomian dapat tumbuh semestinya, tanpa campur tangan dari kebijakan sosial
yang hanya akan menghambat pertumbuhan perekonomian suatu Negara.
Sedangkan pada sisi lain, misalnya ekonomi sosial lebih menjunjung tinggi kebijakan
sosial sebagai alat guna meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Dengan program ekonomi
makro dan mikro apda Negara-negara sosialis, menunjukkan kemampuannya dalam
mengkoordinasikan aspek-aspek kebijakan sosial yang mamapu mendukung pertumbuhan
perekonomian.
Menghadapi masa krisis yang membelenggu pelaku ekonomi kapitalis, maka selanjutnya
berkembang lebih luas menjadi sebuah konsep perekonomian baru dalam pengembangan
ekonomi kapitalis, yaitu pasar bebas.
Konsep pasar bebas menawarkan bagaimana sebuah organisasi ekonomi mampu
mengembangkan dirinya tanpa dibatasi oleh kebijakan sosial pada wilayah tertentu, misalanya
pada suatu Negara atau antar Negara. Walaupun sebelumnya telah ada suatu konsep kerjasama
baik bilateral (antar Negara) maupun multilateral (beberapa negara) dan regional (kawasan).
Namun hal ini tidak cukup membebaskan para pelaku ekonomi kapitalis untuk melebarkan sayap
dengan maksimal. Untuk itu, konsep pasar bebaslah yang ditawarkan guna mengatasi masalah
ini.
Berbagai perdebatan, analisis fakta serta acuan-acuan teori diberikan pada bab ini, namun
secara umum, belum mampu memberikan solusi signifikan dalam mengatasi masalah ekonomi
sebagai pusat konsentrasi dari kebijakan sosial. Karena diantara inti permasalahan yang ingin
diselesaikan oleh lahirnya kebijakan sosial adalah kesejahteraan Negara yang tentunya
menyangkut kesejahteraan umum masyarakat suatu Negara dari sisi ekonomi.
BAB 6
Negara Kesejahteraan dalam Konteks Sosial Ekonomi
Pada bab ini mengupas lebih jauh mengenai bagaimana kesejahteraan masyarakat di Negara-
negara industri. Tentunya tidak lepas dari adanya ketimpangan kesejahteraan antar warganya.
Sebagian warga dapat merasakan kemudahan dalam mencapai kesejahteraan, namun sebagian
lainnya justru sangat bertolak belakang.
Ketimpangan kesejahteraan tersebut, lebih utama disebabkan oleh adanya ketidaksetaraan
atas akses-akses menuju tercapainya kesejahteraan. Akses yang dimaksud seperti; lapangan
kerja, upah, ketentuan-ketentuan ketenaga kerjaan hingga menyangkut sisi kapitalisasi yang
umum disebut dengan nepotisme, dimana akses lapangan kerja memerlukan hubungan-hubungan
kekerabatan/perkenalan yang mengakibatkan pihak-pihak tertentu yang tidak memilikinya
menjadi tersingkirkan atau tidak mndapatkan kesempatan.
Selain itu, kesesuaian upah tenaga kerja di Negara-negara industri ternyata mengalami
permasalahan serius, yaitu tidak adanya keseimbangan antara penghasilan dengan beban inflasi
yang prosentasinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan prosentasi kenaikan upah yang
diterima para pekerja di Negara-negara industri. Sebuah tren yang entah dimaksudkan sebagai
tautan yang menguntungkan atau sebaliknya, dimana setiap isu yang berkembang, akan secara
langsung memicu kenaikan inflasi. Sebagai contoh kenaikan satu bahan pokok, bahan bakar
kendaraan maupun kenaikan gaji itu sendiri. Sedangkan secara umum, kenaiakn upah dipicu oleh
kenaikan inflasi yang terjadi, artinya bahwa kenaikan gaji hanya dapat terjadi ketika realita
inflasi telah terjadi baru para pekerja mendapat kenaikan. Hal ini tentunya setelah melakukan
berbagai upaya dan kenaiakan itupun ternyata tidak sebanding dengan inflasi yang ada.
BAB 7
Kesejahteraan dalam Konteks Perubahan Sosial
Pada bab ini menyinggung bagaimana peran public maupun pemerhati memberikan pelaporan
atau pendataan mengenai dampak dari kebijakan sosial terhadap kesejahteraan.
Sebagaimana kita tahu, laporan perkembangan perekonomian, laporan mengenai
keberhasilan maupun kegagalan pemerintah dalam penyelesaian permasalahan sosial, saat ini
telah menjadi sorotan masyarakat.
Berbeda dengan decade sebelumnya dimana masyarakat menemui keterbatasan informasi
mengenai keadaan yang terjadi pada negaranya, baik perkembangan ekonomi maupun konflik
sosial yang ada.
Dengan adanya laporan-laporan sosial tersebut, maka menjadikan masyarakat maupun
pemerhati kebijakan sosial, dapat turut serta mengikuti perkembangan yang terjadi, kaitannya
dengan bagaimana perencanaan, serta implementasi atas suatu kebijakan.
Secara umum, implementasi kebijakan mengalami kesulitan serius dalam
pelaksanaannya. Hal ini dipicu oleh keadaan realitas diamana kebijakan sosial sebatas dijadikan
aturan tanpa ketaatan bagi para pelaku maupun bagian-bagian yang bersentuhan di dalamnya.
Pada bab ini disampaikan laporan-laporan mengenai kesejahteraan sosial di Amerika
Serikat, yang menunjukkan betapa kesejahteraan masih sangat jauh dari ketercapaian pada
sebuah Negara besar. Sungguh bertolak belakang memang dengan gambaran yang secara umum
diketahui oleh seluruh warga di dunia tentang Amerika Serikat. Berkaitan dengan hal ini, maka
laporan-laporan sosial tersebut, menjadikan bahan pelengkap yang sangat dibutuhkan bagi
perencanaan kebijakan sosial.
PEMBAHASAN
Dapat disimpulkan bahwa public policy atau kebijakan publik adalah serangkaian tindakan,
langkah-langkah, pedoman-pedoman, ketentuan-ketentuan, strategi-strategi yang ditetapkan atau
yang telah dirumuskan atau dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang
mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi memenuhi kepentingan publik.
1. Fase Penyusunan Agenda, di sini para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan
masalah kebijakan pada agenda publik.
2. Fase Formulasi Kebijakan, di sini para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk
mengatasi masalah.
3. Adopsi Kebijakan, di sini alternatif kebijakan dipilih dan diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas dan atau konsensus kelembagaan.
Membuat atau merumuskan suatu kebijakan apalagi kebijakan publik bukanlah suatu
proses yang mudah. Hal ini disebabkan oleh karena terdapatnya banyak faktor atau kekuatan-
kekuatan yang tuut mempengaruhi terhadap proses pembuatan kebijakan negara tersebut.
Suatu kebijakan negaradibuat untuk kepentingan politis tetapi justru untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup anggota masyarakat secara keseluruhan.
Banyak orang menduga bahwa masalah kebijakan negara itu sudah siap dihadapan
pembuat kebijakan. Namun kenyataannya tidaklah demikian, seorang pembuat kebijakan negara
harus mencari dan menentukan identitas masalahnya sendiri dan merumuskannya dengan benar,
barulah kemudian proses analisa dan pemecahannya dimulai.
KESIMPULAN
Dalam memahami dan menilai kebijakan sosial masyarakat perlu mengenali konteks sosial dari
perencanaan kebijakan, Demetrius menekankan bagaimana menggabungkan kekuatan-kekuatan
institusional ideologi masyarakat, politik, sosial, ekonomi, dan budaya untuk mempengaruhi
terbentuknya kebijakan.
Konteks sosial dari kebijakan sosial di seluruh dunia semakin bergantung pada sudut
pandang global dan kebijakan pendekatan sosial dari perspektif budaya dan ideologi yang
berbeda. Karenanya kebijakan sosial dalamkonteks kelembagaan menekankan beberapa
kontroversi, isu-isu ideologis dari kebijakan sosial: peran distributif pemerintah, pertumbuhan
kesejahteraan masyarakat. Keadilan sosial dan kesetaraan, serta kebebasan kolektif individu dan
demokrasi, materialisme dan altruisme, moralitas pasar bebas versus ekonomi terbatas,
pengangguran dan kemiskinan, batas-batas kesejahteraan, serta pemberdayaan individu dan
masyarakat.
Siapa yang bertanggung jawab untuk menentukan kualitas hidup atau untuk menyediakan
solusi? Siapa yang harus menanggung biaya dan menuai manfaat dari pembangunan sosial? Apa
yang membenarkan tindakan pemerintah atau tidak adanya tindakan pemerintah? Seluruh dunia
memiliki kontroversi pada masalah ini menyoroti sifat kebijakan sosial dan dilema yang melekat
dalam memilih alternatif pemecahan masalah sosial.
Meskipun kedua sektor publik dan swasta yang penting bagi kesejahteraan masyarakat
dan saling menguntungkan, saya fokus pada masalah sektor publik. Lambannya Pemerintah
menyediakan kebijakan yang teratur, parameter menentukan kebijakan sosial negara karena
mencerminkan sifat penting dari kontrak sosial antara negara dan warga negaranya.
Dalam buku ini, tidak dijelaskan atau merinci pelayanan sosial dan program-program
kesejahteraan sosial. Sebaliknya, fokusnya adalah pada konsep yang luas dari kebijakan sosial
sebagai kendaraan untuk memberikan hak kewarganegaraan bagi semua orang. Sebuah model,
ekonomi, dan kekuatan sosial budaya disajikan pada perumusan kebijakan, bersama dengan
analisis alternatif solusi kebijakan sosial.