LP CKB
LP CKB
LP CKB
OLEH :
NIM. 219012682
a. DEFINISI
b) Trauma tengkorak
- Nyeri kepala
c) Trauma otak
- Penurunan kesadaran
- Mata berkunang-kunang
- Racoon eyes
- Battle sign
- Hematimpanum
kesadaran amnesia
Ringan 13-15 0-30 menit < 1 hari
sedang 9-12 30 menit-24 jam 1-7 hari
Berat 3-8 >24 jam > 7 hari
d. PATOFISIOLOGI
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsukeunsi patofisiologis dari suatu gejala. Cedera percepatan aselerasi terjadi jika
benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
deselerasi adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara
bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang
terjadi bila posisi badan diubah secara kasar atau cepat. Kekuatan ini bisa
dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan
trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera otak, yaitu
cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera yang
terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena
mekanik. Umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita
lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa
mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer yang terjadi pada
waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi
alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma
saat lahir yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh.
Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan
sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan merupakan fenomena metabolik
sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tidak ada pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena
beberapa hal diantaranya, bila trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya
laserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa pendarahan karena mengenai pembuluh
darah. Karena pendarahan yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler,
serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkam peningkatan isi intrakranial, dan
akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan
terjadi pendarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi,
pendarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan
syaraf kranial terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
mobilitas (Corwin, 2012).
e. PATHWAY (Terlampir)
f. KOMPLIKASI
Komplikasi bisa terjadi karena penurunan pada kondisi klien yang
mengakibatkan dari peluasan hematoma intra kranial edema serebrak progresif dan
herniasi. Adapun komplikasinya adalah sebagai berikut :
a. Edema pulmonal
Penyebabnya yaitu berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress
pernapasan dewasa.
b. Peningkatan TIK
Tekanan intra kranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15mmHg
Pasien cidera kepala dapat mengalami paralysis saraf local seperti anosmia (tidak
dapat mencium bau-bauan atau abnormalitas Gerakan mata dan deficit neurologic
seperti apasia, defek memori dan kejang post traumatik atau epilepcy
d. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur yang menyebabkan cairan serebrospinalis akan keluar.
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu:
a. CT-scan
h. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
Penanganan kasus cedera kepala secara umum dapat mengikuti alur berikut:
Penanganan
Dipulangkan dari RS
Tidak memenuhi kriteria rawat, diskusikan kemabli ke rumah sakit bila
memburuk dan berikan kerta obervasi, jadwalkan untuk control ulang. Indikasi CT-
Scan Kepala pada cedera kepala ringan
- Nilai GCS kurang dari 15 pada 2 jam setelah cedera
- Dicurigai adanya fraktur kalvaria
- Adanya dasar-dasar fraktur tengkorak
- Muntah lebih dari 2 episode
- Usia lebih dari 65 tahun
- Amnesia lebih dari 30 menit
- Kejang
- Cedera tembus tengkorak
- Adanya deficit neurologis
- Mekanisme cedera yang berat
- ABCDE
- Primary Survey dan Resusitasi
- Secondary survey dan riwayat SAMPLE
- Rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas bedah saraf
- Reevaluasi neurologis: GCS
- Respon buka mata (eye)
- Respon motoric
- Respon verbal
- Reflek cahaya pupil
- Obat- obatan (diberikan setelah konsultasi dengan bedah saraf)
- Mannitol
- Hiperventilasi sedang (PCO2 < 35 mmHg)
- Antikonvulsan
- CT-Scan
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway, meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah,
fraktur mendibula atau maksila, fraktur larink atau trachea. Dalam hal ini dapat
dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan
napas harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi
dari leher.
b) Breathing dan ventilation
Jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran gas oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik melitputi: fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan diafragma.
c) Circulation dan hemorrhage control
Kaji perdarahan klien, suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebebkan oleh
hi[ovolemia. Tiga observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadraan warna kulit, dan nadi.
b. Control perdarahan
d) Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesdaran, ukuran da reaksi pupil
e) Exposure dan Enviroment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe untuk memeriksa jejas
b. Pengkajian Sekunder
a. Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berta badan, tinggi badan,
Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama
b. Riwayat kesehtaan : waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian
c. Aktivitas/ istirahat:
Gejala : merasa Lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : perubahan kesadaran, latergi, hemiparase, puandreplegia, ataksia, cara
berjalan tidak tegang.
d. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi
e. Integritas ego
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelayanan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik tahap ini dimulai setelah intervensi disusun, untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan, oleh karena itu rencana tindakan spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi factor- factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2009)
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi terdiri dari evaluasi proses (promotif) dan evaluasi hasil (sumatif). evaluasi
proses adalah evaluasi yang dilakukam setiap selesai Tindakan, berorientasi pada
masalah keperawatan menjelaskan keberhasilan dan rekapitulasi status Kesehatan klien.
Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan setelah akhir Tindakan
keperawatan.
PATHWAT (Lampiran)
Terputusnya
Resiko pendarahan Terputusnya Jaringan otak rusak
kontinuitas jaringan kontinuitas (kontasiolaseras)
kulit, otot, dan jaringan tulang
vaskuler
Perubahan Iskemia
sirkulasi GCS Obstruksi jalan napas
Kesusakan memori
(dispnea)
Hipoksia
Peningkatan TIK
Resiko ketidakefektifan perfusi
-bersihan jalan napas
serebral
-henti napas
Tanda -tanda &
-perubahan pola napas
Gangguan kesadaran TIK (mual,
Pola napas tidak
muntah, pupil,
efektif
oedema)
Bersihan jalan napas tidak efektif
-resiko cedera
-imobilisasi
-ansietas Hambatan mobilitas
fisik
DAFTAR PUSTAKA