Shalik - PROPOSAL PENELITIAN
Shalik - PROPOSAL PENELITIAN
Shalik - PROPOSAL PENELITIAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
ABDUL SHALIK
NIM: P27906121001
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga peneliti dapat menyusun proposal
penelitian judul “Hubungan Tingkat Stres Pasien Kusta dengan Kejadian
Reaksi Kusta di RSUP dr. Sitanala Tangerang.”
Penyusunan proposal penelitian ini banyak pihak yang telah membantu,
oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas dari
keterbatasan peneliti, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan, kritik
serta saran demi perbaikan proposal penelitian ini.
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
F. Manajemen Pengolahan Data.................................................... 49
G. Analisa Data.............................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR SKEMA
Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 3. Kuesioner
viii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
oleh seorang ilmuan Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874,
sehingga penyakit ini sering disebut sebagai Hansen’s disease atau Morbus
penduduk maka penyakit ini bisa menyerang di mana saja (Brown dan Burns
yang rendah. Jumlah penemuan pasien kusta baru didunia sampai tahun 2012
Amerika 16%, Afrika 9%, Mediterania 2% dan Pasifik Barat 2%. Indonesia
dan Brasil. Jumlah pasien baru yang dilaporkan dari beberapa negara dalam
2013 merupakan yang terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,68 per
1
2
10.000 penduduk, namun belum mencapai target kurang dari 0,5 per 10.000
penduduk, sedangkan angka prevalensi kusta berkisar antara 0,79 hingga 0,96
per 10.000 dan telah mencapai target kurang dari 1 per 10.000 penduduk.
Kasus baru kusta dilaporkan pada tahun 2013 sebesar 16.856, lebih rendah
trend penurunan pada tahun 2013 dikarenakan oleh adanya beberapa kegiatan
kasus secara dini seperti pemeriksaan kontak, kegiatan Rapid Village Survey
tersebar di 8 kabupaten atau kota dengan jumlah kasus baru 908 (Dinkes
Propinsi Banten, 2012). Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sitanala Tangerang
Kota Tangerang. Data kunjungan pasien ke Poli Kusta RSUP dr. Siotanala
Tangerang perbulan sebanyak 200 pasien (Rekam Medik RSUP dr. Sitanala
Tangerang, 2022).
3
hanya dari segi medis namun meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
(Kemenkes, 2012).
rendah diri, merasa tertekan batin, takut terhadap keluarga dan masyarakat
mau sekolah (pada anak-anak), segan berobat karena malu pada masyarakat
kesehatan yang demikian akan menjadi sumber stressor bagi pasien, sehingga
timbul akibat dari penyakit ini dapat mempengaruhi citra tubuh (Body Image)
gangguan citra tubuh, di mana identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi,
yang dapat mengganggu identitas dan harga diri seseorang. Pasien kusta
4
sendiri akan merasa rendah diri, merasa tertekan batin, takut menghadapi
keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka kurang wajar. Hal
Stres pada pasien kusta akan memperlambat proses penyembuhan (Potter &
Perry, 2014).
membutuhkan adaptasi yang berat pula. Pada keadaan stres akan mengalami
gangguan umum yang memicu terjadinya reaksi kusta. Reaksi kusta adalah
episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu
kerusakan jaringan. Terdapat 2 tipe reaksi kusta yaitu reaksi tipe 1 atau
reversal reaction (RR) dan tipe 2 atau erythema nodosum leprosum (ENL).
kuman kusta dikulit dan saraf, yang dapat terjadi pada pasien kusta tipe
reaksi humoral dimana basil kusta yang utuh maupun tidak utuh menjadi
sekitar sepertiga pasien kusta (Dogra, et.al., 2014). Studi kohort yang
disebabkan oleh penyakit kusta berkisar antara 16% s/d 56% utamanya
5
karena reaksi kusta. Pasien kusta yang mengalami kejadian reaksi tipe 1
sedangkan reaksi tipe 2 memiliki resiko 20,67 kali dibandingkan mereka yang
et.al., 2013)
ditanggulangi atau dikelola dengan baik maka dapat berdampak lanjut. Untuk
itu diperlukan peran perawat dalam membantu pasien kusta mengatasi stres
tingkat stres pasien kusta dengan kejadian reaksi kusta belum banyak
dilakukan. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
tingkat stres pasien kusta dengan kejadian reaksi kusta di RSUP dr. Sitanala
Tangerang.
kesehatan yang demikian akan menjadi sumber stressor bagi pasien. Pada
penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat stres pasien kusta dengan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Sitanala Tangerang.
Sitanala Tangerang.
gambaran tingkat stres pasien kusta dan menjadi masukan bagi perawat
7
yaitu hubungan tingkat stres pasien kusta dengan kejadian reaksi kusta.
C. Bagi Peneliti
untuk penelitian lain yaitu untuk mengkaji variabel lain di luar model
mengenai hubungan tingkat stres dan reaksi kusta pada pasien kusta.
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Penyakit Kusta
A. Pengertian Kusta
B. Etiologi Kusta
pada tahun 1873 dan sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam
ukuran 3-8 Um X 0,5 Um, tahan asam dan alkohol serta bersifat gram
afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem retikulo
8
9
hari. Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus pada suhu
D. Diagnosis Kusta
(Amiruddin, 2012) :
E. Klasifikasi Kusta
Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu.
3. Perencanaan logistik
(Kemkes, 2012):
2. Clofazimin
3. Rifampisin
kuman kusta mati dalam satu kali pemberian. Efek samping yang
gangguan fungsi hati, air seni warna merah dan munculnya gejala
influenza.
4. Vitamin
ditemukan di seluruh tubuh seperti saraf, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
99,9% kuman kusta akan terbunuh. Sisa kuman kusta yang mati atau
material antigen dan juga dipengaruhi oleh antibody (anti PGL - 1).
makrofag dan efektif sebagai bagian respon imun seluler. Pada kusta
akan meningkatkan level antibodi IgM dan IgG pada penderita tipe
TNF yang tinggi terjadi pada reaksi ENL, diduga akibat sel
terjadi peningkatan bercak TNF pada kulit dan saraf penderita dengan
reaction (RR) dan tipe 2 atau erythema nodosum leprosum (ENL). Reaksi
kusta dikulit dan saraf, yang dapat terjadi pada penderita kusta tipe
reaksi humoral dimana basil kusta yang utuh maupun tidak utuh menjadi
klinis, meliputi pemeriksaan pada lesi kulit, saraf tepi dan keadaan
alat untuk mendeteksi dini adanya reaksi kusta. Fungsi saraf utama
daerah saraf tepi, nyeri tekan saraf, berkurangnya rasa raba dan
2013).
adalah dengan teknik voluntary muscle test (VMT) atau tes kekuatan
sensitivity test (ST) atau tes rasa raba (PLKN 2002 dalam Prawoto,
2018).
a. Istirahat/imobilisasi
b. Pemberian analgetik/sedatif
a. Pemberian prednison
b. Pada Anak-anak
minimal 2 minggu.
A. Pengertian Stres
tindakan (Selye dalam Potter & Perry, 2014). Stres dapat mengganggu
hidup, sikap yang ditunjukkan kepada orang yang disayangi, dan status
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial atau
1. Negative Events
20
2. Uncontrollable Events
berlangsung.
3. Ambiguous Events
aktifitasnya.
4. Overload
Orang dengan beban yang terlalu berat lebih merasa tertekan daripada
1. Stres Normal
berdetak lebih keras setelah aktifitas. Stres normal merupakan suatu hal
2. Stres Ringan
Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat
takut tanpa alasan yang tidak jelas, menyadari denyut jantung walaupun
tidak setelah melakukan aktifitas, tremor pada tangan, dan merasa sangat
3. Stres Sedang
Stres ini terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari.
teman atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain
4. Stres Parah
Stres parah adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa
dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi stres,
positif, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa
tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan,
putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga
Australia, 2015).
Stres sangat parah adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam
beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang
yang mengalami stres sangat parah tidak memiliki motivasi untuk hidup
berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologik
24
mengatasinya.
b. Faktor psikologik
dapat terjadi akibat karakter yang salah dari keluarga atau individu.
dorongan/motivasi, trauma.
2. Faktor Presipitasi
25
lingkungan.
c. Waktu yaitu kapan waktu ancaman atau tantangan datang yang dapat
lama, maka respon yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat
mengatasinya.
26
tentang makna stresor bagi seorang individu yang di dalam stresor tersebut
(menurunnya daya ingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan
dingin, lesu, letih, kaku leher belakang sampai punggung, nyeri dada,
tubuh tidak tegap, suara bernada tinggi, diare, mual, muntah, perubahan
mengalami stres pada aspek gejala perilaku antara lain suka melanggar
Potter dan Perry (2014) adalah ansietas, depresi, perubahan dalam pola
sulit berkonsentrasi.
F. Adaptasi Stres
bergantung pada intensitas, lingkup dan jangka waktu stresor serta jumlah
stresor lainnya.
1. Adaptasi fisiologis
Riset klasik yang dilakukan Seyle (dalam Potter & Perry, 2014),
daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka daerah sekitar kulit
dan lain-lain.
tubuh, berkeringat dan lain-lain. GAS terdiri dari tiga tahap, yaitu:
2) Tahap resistensi. Pada tahap ini tubuh sudah mulai stabil, tingkat
tahap ketiga.
kematian.
2. Adaptasi psikologis
cemas bisa menjadi konstruktif, jika dapat memberi sinyal adanya suatu
yang umum:
yang ahli.
1) Rasionalisasi
2) Pengalihan
3) Kompensasi
4) Identifikasi
5) Represi
32
sengaja melupakannya.
6) Penyangkalan
4. Adaptasi spiritual
Scale (DASS 42) untuk alat ukur tingkat stres. DASS adalah seperangkat
skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari
33
proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang
digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok
atau individu untuk tujuan penelitian. Alat ukur ini terdiri dari 42 item
remaja ataupun dewasa. Terdiri dari tiga skala yang didesain untuk
mengukur tiga jenis keadaan emosional, yaitu depresi, kecemasan, dan stres
pada seseorang. Setiap skala terdiri dari 14 pertanyaan. Skala untuk stres
dinilai dari nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
stres ringan = 15-18; 3) stres sedang = 19- 25; 4) stres parah = 26-33; 5) stres
ini masih belum diketahui secara pasti. Diduga stres oksidatif pada penyakit
kusta dihubungkan dengan infeksi oleh M. leprae itu sendiri, respon imunitas
34
pejamu terhadap infeksi serta adanya defek pada imunitas seluler yang akan
2013).
leprae atau komponen dinding selnya melalui Toll Like Receptor (TLR),
ikatan ini akan mengaktivasi jalur nuclear factor kappa B (NF-κB) yang
radikal hidroksil dan hidrogen peroksida (Rahal, dkk., 2014; Hart dan
lipid sehingga terjadi kerusakan pada fungsi dan integritas sel serta
gen proinflamasi dan respon sinyal sitokin selama proses infeksi (Spooner
dan Yilmaz, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh King, dkk., yang
masih belum diketahui secara pasti. Hal ini diduga disebabkan karena
mengakibatkan down-regulasi ekspresi gen SOD pada sel darah merah dan
kusta dengan indeks bakteri yang lebih tinggi. Hal ini diduga disebabkan
karena utilisasi biometal seperti zinc, besi, dan kalsium dari sel pejamu untuk
seperti SOD, katalase atau GSH, atau kadar antioksidan nonenzimatik seperti
kerusakan akibat stres oksidatif seperti MDA (Dalle –Donne, 2006 dalam
Oematan, 2016).
38
kontrol yang sehat. Penelitian lain oleh Garad, dkk. (2014) mengenai
signifikan pada penderita kusta dibanding kontrol serta lebih tinggi pada
kusta tipe MB dibanding PB. Pada penelitian ini juga ditemukan penurunan
dibanding kontrol.
dilakukan pada pasien yang baru terdiagnosis namun juga pada pasien yang
Schalcer pada tahun 2013 yang dilakukan pada 23 pasien penderita kusta
39
sebelum mendapat terapi. Pada penelitian ini didapatkan kadar MDA yang
tidak berbeda antara penderita kusta dan kontrol sehat, namun kadar SOD
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Schalcher, dkk., pada tahun
2013 yang bertujuan untuk mengetahui stres oksidatif pada pasien yang
dkk. (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian reaksi
baik tipe 1 maupun tipe 2 dengan kecacatan pada penderita kusta (p=0,000)
dengan nilai RR=54,33 pada reaksi tipe 1 dan RR=20,67 pada reaksi tipe 2.
resiko 54,33 kali lebih besar untuk mengalami kecacatan sedangkan reaksi
40
tipe 2 memiliki resiko 20,67 kali dibandingkan mereka yang tidak pernah
54,3% dan mengalami rekasi kusta berat menunjukan 54,3% lebih besar
reaksi kusta ringan. Hasil analisis Chi-Square didapatkan nilai 0,000 yang
oleh paparan faktor resiko saja, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor
sebelumnya, kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat pada skema
berikut :
41
Pasien Kusta
Perubahan Penyakit
Hormonal Infeksi Lain
Stress
Antigen
M.leprae
Reaksi Kusta
(Modifikasi dari berbagai sumber: Garad, dkk. (2014); Meneses dkk. (2014);
Prabhakar, dkk. (2012); Schalcer (2013); Oxy dan Rizal (2013); Dyah, dkk. (2013);
Prawoto (2018))
Keterangan :
OPERASIONALISASI PENELITIAN
I. Kerangka Konsep
terdiri dari variabel independen yaitu tingkat stres pasien kusta, sedangkan
variabel dependen reaksi kusta dapat dilihat dalam bentuk skema kerangka
interpretasi data. Uji hipotesa artinya menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu
penelitian ini, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah apakah ada
42
43
Dependen
Reaksi Responden yang Kuesioner dan Form Dikategorikan : Ordinal
Kusta mengalami reaksi Checklist. 1. Reaksi
kusta baik tipe I (re- ringan
Cara Ukur :
versal) maupun tipe 2. Reaksi berat
II (ENL) Menanyakan ke
responden
dikonfirmasi dengan
kartu Pasien dan
menanyakan ke
petugas di Poli Kusta
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
I. Desain Penelitian
untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa
sudah ada. Dalam penelitian ini akan diidentifikasi hubungan antara tingkat
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
A. Populasi Penelitian
44
45
Poli Kusta RSUP dr. Sitanala Tangerang sebanyak 200 pasien dalam
B. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah pasien kusta yang berkunjung ke Poli Kusta
N
n=
1+N .e2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
n = __ 200____
1+200 (0,05)2
= __200__
1,5
= 133,3
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria eksklusi
1. Kriteria Inklusi :
kulit.
2. Kriteria Eksklusi :
hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
sehingga data mudah untuk diolah dan dianalisa untuk dibuat kesimpulan.
A. Kuesioner Karakteristik/Demografi
Kuesioner ini berisi karakteristik responden meliputi umur, jenis
kelamin, pekerjaan dan pendidikan.
penelitian Julia (2013), jika reaksi ringan (skor < 50%) dan reaksi berat
Poli Kusta.
C. Kuesioner Stres
pertanyaan, untuk skala stres. Skala untuk stres dinilai dari nomor 1, 6, 8,
11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Responden menjawab setiap
pertanyaan yang ada. Setiap pertanyaan dinilai dengan nilai antara 0-3
48
1. Validitas Instrumen
Valid : jika
r hitung > r tabel
2. Reliabilitas Instrumen
tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
Stress Scale (DASS 42) yang sudah baku. Untuk instrumen reaksi
perlu uji validitas dan reliabilitas (Notoatmodjo, 2015). Dalam penelitian ini
kuesioner yang akan dipakai adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang
lain:
A. Editing Data
B. Coding Data
C. Entry Data
komputer.
D. Cleaning Data
51
E. Tabulating Data
dengan cara :
A. Analisa Univariat
B. Analisa Bivariat
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., and Pillai, S. (2015). Innate Immunity. In : Abbas,
A.K., Lichtman, A.H., and Pillai, S., editors. Cellular and Molecular
Immunology.8th ed. Philadelpia: Elsevier Saunders. p.51-83
Alencar Ximenes R.A, Novinsk Gallo M.E, Fatima de Medeiros M.B. (2017).
Retreatment in Leprosy : a Case Control Study, 2007; 4 -6. Diakses pada
http://www.scielosp.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0034.
Dinkes Propinsi Banten. (2012). Profil Dinas Kehatan Propinsi Banten. Banten :
Dinas Kesehatan Propinsi Banten.
Dyah, dkk. (2013). Hubungan antara kejadian reaksi dengan kecacatan pada
penderita kusta (studi kohort retrospektif di Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. Diakses pada http://etd.repository.ugm.ac.id/.../66754/.../S2-2013-
323357-abstract.pdf.
Garad, A.S., Suryakar, A.N., and Shinde, C.B. (2014). Oxidative stress and role of
thiol in leprosy. IJPBCS ; 3(2): 22-26.
Hart, B.E., and Tapping, R.I. (2012). Genetic diversity of oll-like receptors and
immunity to m. Leprae infection. J Trop Med: 1-12.
Hawari, D. (2016). Manajemen stres cemas dan depresi. Cetakan ke-5. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
53
54
Julia. (2013). Hubungan tingkat stres dengan kejadian reaksi kusta di Rumah
Sakit Kusta Dr. Sitanala Tangerang 2013. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : Universitas Esa
Unggul.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI.
Kosasih, et.al. (2017). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5. Cetakan ke-2
(dengan perbaikan). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Lockwood, et.al. (2012). Comparing the clinical and histological diagnosis of
leprosy and leprosy reactions in the infir cohort of Indian patients with
multibacillary leprosy. PLoS Negl Trop Dis. 2012;6(6):e1702. doi:
10.1371/journal.pntd.0001702. Epub 2012 Jun 26. Diakses pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22745841.
Meneses, G.C., Liborio, A.B., de Daher, E.F., da Silva Jr, G.B., da Costa, M.F.P.,
Pontes, M.A.A., Martins , A.M.C. (2014). Urinary Monocyte Chemotactic
Protein-1 (MCP-1) in leprosy patients: increased risk for kidney damage.
BMC Inf Dis; 14: 1-5.
Oxy & Rizal. (2013). Gambaran tingkat kecemasan klien kusta di Wilayah Kerja
Puskesmas Buaran Kabupaten Pekalongan. Diakses pada http://www.e-
skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-
pdf&fid=418&bid=473.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2014). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses, dan praktik. Ed ke- 6 Vol 1. Jakarta EGC.
55
Prabhakar, M.C., Santhikrupa, D., Manasa, N., and Rao, U. (2012). Status of free
radicals and antioxidants in leprosy patients. Indian J Lepr; 85: 5-9.
Putra, dkk. (2013). Pengaruh intensitas akses jejaring sosial terhadap penurunan
tingkat stres pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya
Malang. Diakses pada http://old.fk.ub.ac.id/
artikel/id/filedownload/keperawatan/MAJALAH_DIKI%20ELFIRA
%20M_0910720027.pdf tanggal 26 Desember 2017.
Rahal, A., Kumar, A., Singh, V., Yadav, B., Tiwart, R., Chakraborty, S., and
Dhama, K. (2014). Oxidative Stress, Prooxidants, and Antioxidants: The
Interplay. Biomed Res Int: 1-20.
Schalcher, T.S., Vieira, J.L.F., Salgado, C.G., Borges, R.S., and Monteiro, M.C.
(2013). Antioxidant factors, nitric oxide levels, and cellular damage in
leprosy patients. Rev Soc Bras Med Trop; 46(5): 645- 649.
Sousa, et.al. (2012). Mycobacterium leprae DNA associated with type 1 reactions
in single lesion paucibacillary leprosy treated with single dose Rifampin,
Ofloxacin, and Minocycline. Am. J. Trop. Med. Hyg., 77(5), 2012, pp.
829–833. Daiakses pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17984336
.
Stuart & Laraia. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta:
EGC.
Widarsih, et.al. (2013). Hubungan antara kejadian reaksi dengan kecacatan pada
penderita kusta (Studi Kohort Retrospektif di Kabupaten Blora, Jawa
Tengah). Diakses pada http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod
=penelitian_detail&sub= Penelitian Detail&act=view&typ=html&buku_
id=66754 update on the 2013 situation. Geneva. 88 (35):365–380.
PENJELASAN PENELITIAN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai Calon Responden di RSUP dr. Sitanala Tangerang
Dengan Hormat,
Bersama ini saya, Nama : Abdul Shalik
NIM : P27906121001
Mahasiswa : Poltekkes Banten
No. Hp : 083872538603
Abdul Shalik
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Dengan ini saya memutuskan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak
manapun dan dalam keadaan sadar, bahwa saya (bersedia/tidak bersedia*)
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini
saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.
(Responden)
A. Petunjuk Pengisian
Mohon dengan hormat bapak/ibu/saudara/i menjawab semua
pertanyaan yang ada dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom
yang sudah disediakan.
Aspek Penilaian TP KK SR SL
No.
1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
3. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
4. Mudah merasa kesal
Merasa banyak menghabiskan energi karena
5.
cemas
6. Tidak sabaran
7. Mudah tersinggung
8. Sulit untuk beristirahat
9. Mudah marah
Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang
10.
mengganggu
Sulit mentoleransi gangguan-gangguan
11.
terhadap hal yang sedang dilakukan
12. Berada pada keadaan tegang
13. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang Anda lakukan
14. Mudah gelisah
PENILAIAN :
Tingkat Stres
Normal 0 – 14
Ringan 15 – 18
Sedang 19 – 25
Parah 26 – 33
Sangat parah > 34
D. Kuesioner B
Isilah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang
disediakan, yaitu :
TP : Tidak Pernah
KK : Kadang-Kadang
SR : Sering
SL : Selalu
NO Pernyataan TP KK SR SL