Contoh Proposal Awal Metopen 2020 - DR Syamsiro
Contoh Proposal Awal Metopen 2020 - DR Syamsiro
Contoh Proposal Awal Metopen 2020 - DR Syamsiro
TIM PENYUSUN :
Cristiano Ronaldo
(NIM : 18320158)
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Eng. Mochamad Syamsiro
Sampah plastik saat ini telah menjadi momok yang sangat menakutkan bagi
masyarakat pada umumnya dan para pecinta lingkungan pada khususnya. Seperti diketahui
bersama bahwa plastik tidak dapat terurai dalam tanah, hal ini berbeda dengan sampah
jenis organik seperti sisa-sisa makanan yang akan sangat mudah terurai. Sehingga hal ini
hingga 14% dari total produksi sampah keseluruhan. Hal ini menjadi sangat berbahaya
Sampai saat ini, plastik memang masih menjadi bahan yang sulit tergantikan
untuk berbagai kebutuhan kita sehari-hari seperti kemasan makanan, tas, produk-produk
elektronik, otomotif, mainan dan masih banyak yang lainnya. Penggunaan plastik akan
terus meningkat mengingat kelebihan yang dimilikinya antara lain ringan dan kuat, tahan
terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, dan sifat insulasinya yang cukup baik.
Sehingga secara otomatis produksi sampah plastik akan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Pembuangan sampah plastik dengan metode landfill sangat tidak cocok mengingat
plastik sangat sulit terdegradasi di dalam tanah. Sehingga perlu dikembangkan solusi
jangka panjang yang dapat mengurangi sampah jenis ini sekaligus dapat menghasilkan
produk lain yang bermanfaat. Proses daur ulang (recycling) menjadi sangat popular saat ini.
Sampah plastik dilebur lagi menjadi bahan baku plastik dengan kualitas yang lebih rendah.
Namun demikian, ada batasan kemampuan daur ulang plastik hingga kualitasnya menurun
dan tidak bisa lagi didaur ulang dengan metode ini. Salah satu alternatif daur ulang yang
lain yaitu dengan mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar setara bensin dan
solar dengan menggunakan metode pirolisis. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya
1
plastik sendiri berasal dari minyak bumi, sehingga hanya mengembalikannya ke bentuk
semula. Keuntungan sampah plastik adalah tidak menyerap air, sehingga kadar airnya
sangat rendah dibandingkan dengan sampah kertas, sisa makanan dan biomassa. Di sisi
lain, plastik juga mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi mencapai 40 MJ/kg setara
dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar seperti terlihat di Tabel 1 (Al-Salem dkk.,
2009).
Tabel 1. Nilai kalor atau kandungan energi sampah plastik dibandingkan dengan bahan
bakar fosil (MJ/kg)
Plastik Bahan bakar fosil
maupun material organik seperti biomassa dengan pemanasan tanpa melibatkan oksigen di
dalamnya. Proses ini umumnya berlangsung pada temperatur antara 500-800 oC (Aguado
dkk., 2007). Produk dari pirolisis ini terdiri dari fraksi gas, cair dan padatan (Buekens dan
Huang, 1998). Pada suhu tersebut, plastik akan meleleh dan kemudian berubah menjadi
gas. Pada saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai
pendek. Selanjutnya proses pendinginan dilakukan pada gas tersebut sehingga akan
mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya menjadi bahan
bakar, baik berupa bensin maupun bahan bakar diesel. Namun demikian, degradasi termal
menggunakan metode pirolisis mempunyai beberapa kelemahan yaitu kualitas produk cair
yang dihasilkan khususnya terkait dengan produksi wax yang akan membeku atau
menggumpal pada suhu udara kamar sehingga akan mengganggu penggunaan minyak dari
2
Untuk meningkatkan kualitas produk pirolisis khususnya fraksi cair, penggunaan
katalis menjadi metode paling umum digunakan untuk mengatasi masalah ini. Penggunaan
katalis diharapkan dapat menurunkan suhu reaksi, mempercepat laju dekomposisi, dan
memodifikasi produk akhir (Lin dkk., 2010). Katalis homogen dan heterogen telah
digunakan oleh banyak peneliti untuk perengkahan katalitik sampah plastik. Secara umum,
katalis heterogen lebih banyak digunakan karena kemudahan dalam pemisahan dan
berkembang seperti Indonesia karena harganya yang sangat mahal. Biaya operasional
penggunaan katalis yang sangat tinggi menjadikan metode ini sulit untuk
diimplementasikan pada skala komersial, khususnya untuk skala kecil dan medium
mengingat pengelolaan sampah plastik belum terorganisir secara baik sehingga tidak
Untuk itulah penelitian kali ini mengusulkan penggunaan metode pirolisis dengan
sistem non katalis menggunakan sistem sirkulasi wax. Kendala kualitas produk khususnya
dengan dihasilkannya wax pada proses perengkahan non katalitik diatasi dengan
mengusulkan desain baru sistem sirkulasi wax sehingga diharapkan mempunyai cukup
waktu bagi wax untuk terdegradasi menjadi fraksi yang lebih ringan. Desain baru ini
diharapkan bisa diimplementasikan untuk sampah plastik jenis utama seperti poliolefin
yaitu polietilen densitas rendah (LDPE), polietilen densitas tinggi (HDPE) dan polipropilen
(PP) yang mencapai 67% dari total sampah plastik, baik yang bersih maupun yang kotor
untuk penerapan skala kecil dan menengah, sehingga bisa digunakan pada skala komunitas
maupun pada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah skala medium seperti di tingkat
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
kimia dan fasa secara fisik serta bersifat tidak dapat balik (irreversible). Selama proses
pirolisis, struktur makromolekul dari sampah plastik dipecah menjadi molekul yang lebih
kecil dan menghasilkan hidrokarbon dengan panjang rantai yang beragam. Pirolisis plastik
polimer yang menyebabkan terbentuknya rantai polimer yang lebih pendek, 2) pemotongan
pada ujung rantai dimana molekul kecil dan rantai panjang polimer akan terbentuk, 3)
Jenis plastik yang digunakan dalam proses pirolisis akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas minyak yang dihasilkan seperti distribusi atom karbon, flash point, pour
point dan bilangan setana atau oktan tergantung jenis minyak yang dihasilkan. Tiap jenis
plastik mempunyai struktur kimia yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 1 dan oleh
karenanya mempunyai mekanisme reaksi yang berbeda. Polietilen (PE) adalah jenis plastik
yang paling banyak dijumpai disamping poliproilen (PP) dan polistiren (PS). Ketiga jenis
plastik ini menyumbang hampir 70% dari sampah plastik yang ada.
Selain itu, kuantitas dan kualitas produk minyak hasil pirolisis juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu tipe reaktor, suhu dan waktu tinggal (Miskolczi dkk., 2004).
4
Pirolisis adalah proses endotermik, sehingga sejumlah energi harus disuplai minimal
sebesar energi disosiasi dari ikatan C-C. Hubungan antara energi disosiasi dan temperatur
dekomposisi dari berbagai jenis plastik dapat dilihat di Gambar 2 berikut ini. PE
sebagai akibat dari perbedaan struktur molekul seperti telah diuraikan sebelumnya.
Gambar 2. Hubungan antara energi disosiasi ikatan C-C dan temperatur dekomposisi untuk
berbagai jenis plastik (Aguado dan Serrano, 1999)
Dilihat dari mekanismenya, perengkahan termal terjadi berdasarkan reaksi rantai radikal
yang meliputi tahap transfer hidrogen bersamaan dengan pemecahan rantai polimer secara
• Reaksi transfer rantai hidrogen, bisa terjadi sebagai proses antar molekul ataupun
Radikal sekunder dapat juga dibentuk dari pemisahan hidrogen melalui reaksi
5
transfer antar molekul antara radikal primer dan fragmen polimerik.
• Pembelahan-B dari radikal sekunder yang menyebabkan grup olefinik ujung rantai
makroradikal primer.
Reaksi termal :
Reaksi katalitik :
• Olefin menjadi produk utama dan banyak cabang dengan proses isomerisasi
Pirolisis sampah plastik dengan metode perengkahan katalitik saat ini sedang
mendapatkan perhatian yang cukup serius sebagai jalan untuk mendaur ulang sampah
6
plastik menjadi bahan bakar atau bahan kimia. Bermacam-macam jenis katalis heterogen
telah digunakan oleh para peneliti diantaranya zeolit, silika alumina, dan fluid catalytic
cracking (FCC). Degradasi katalitik dari sampah plastik telah diteliti secara luas oleh
banyak peneliti menggunakan zeolit Y, ZSM-5, mordenite dan silika alumina (Lee, 2009;
Ada dua metode penggunaan katalis dalam pirolisis sampah plastik. Yang pertama
adalah perengakahan katalitik secara langsung dengan mencampur katalis dan plastik.
Metode ini telah digunakan secara luas karena beberapa keuntungan, khususnya dalam hal
efisiensi energi, yaitu mengurangi jumlah penggunaan reaktor, penurunan suhu reaksi dan
waktu tinggal yang lebih singkat. Yang kedua adalah pemisahan antara reaksi pirolisis
dengan reformasi katalitik. Metode ini pertama kali diteliti oleh Bagri dan Williams (Bagri
dan Williams, 2002; Williams dan Bagri, 2004) untuk plastik jenis polietilen dan polistiren
menggunakan katalis zeolit Y dan ZSM-5. Penggunaan katalis yang lain seperti silika
alumina, Al-MCM-41 telah dilakukan oleh beberapa peneliti (San Miguel dkk., 2009;
Penulis juga telah meneliti pirolisis sampah plastik menggunakan metode ini
dengan katalis zeolit Y dan zeolit alam. Fraksi cair yang dihasilkan terdiri dari komponen
bensin dan solar serta sebagian minyak berat. Komposisi fraksi gas didominasi oleh
propana dan propena yang mengindikasikan bahwa produk gas yang dihasilkan setara LPG
Namun demikian, penggunaan katalis akan meningkatkan biaya operasional proses yang
7
sulit diterapkan di Indonesia. Untuk itu perlu dipelajari mekanisme terbentuknya wax
sehingga dapat diperoleh informasi bagaimana caranya menurunkan fraksi wax di dalam
Ada beberapa mekanisme reaksi pirolisis yang dikembangkan oleh para peneliti
seperti ditunjukkan oleh Gambar 3. Skema 1 diusulkan oleh Wasterhout dkk. untuk
pirolisis plastik pada reaktor fluidized bed. Pada reaksi pertama wax terbentuk untuk
selanjutnya menghasilkan aromatik dan coke. Begitu juga dengan skema 2 dan 3 dimana
wax dihasilkan pada reaksi awal untuk selanjutnya dikonversi menjadi cairan. Pada skema
3 sebagian cairan kemudian dikonversi menjadi gas (Onwudili dkk., 2009). Dari
keseluruhan skema dapat dilihat bahwa wax terbentuk pada awal reaksi, sehingga waktu
tinggal gas pirolisis menjadi sangat penting untuk mengkonversi wax menjadi produk
cairan.
Gambar 3. Mekanisme reaksi pirolisis plastik yang diusulkan oleh Wasterhout dkk., Elordi
dkk., dan Onwudili dkk. (Onwudili dkk., 2009)
8
2.2. Pengaruh Waktu Tinggal
Ada beberapa metode untuk mengurangi fraksi wax di dalam produk pirolisis
sampah plastik. Seperti diuraikan di atas bahwa parameter waktu tinggal menjadi sangat
penting terkait dengan terbentuknya wax, maka kajian mengenai pengaruh waktu tinggal
gas pirolisis di dalam reaktor perlu diteliti lebih lanjut. Beberapa peneliti telah mencoba
Lopez dkk. (2011) telah meneliti pengaruh waktu reaksi pada pirolisis sampah
plastik di dalam reaktor semi batch skala laboratorium menggunakan nitrogen sebagai gas
pembawa. Penelitian dilakukan pada rentang waktu 0-120 menit. Hasilnya menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan yang cukup drastis hasil cairan dan gas pada rentang waktu 0-15
menit. Sebaliknya terjadi penurunan pada hasil padatannya. Setelah 15 menit, jumlah
padatan relatif tetap, hal ini mengindikasikan bahwa proses dekomposisi yang sempurna
telah terjadi setelah rentang waktu tersebut. Maksimum cairan yang diperoleh dicapai
setelah waktu 30 menit dan tidak ada perubahan lagi setelahnya. Namun demikian,
penelitian ini lebih menggambarkan kebutuhan waktu untuk proses pirolisis, belum
menggambarkan secara nyata lamanya waktu tinggal gas pirolisis di dalam reaktor.
Hasil yang lebih akurat diperoleh Onwudili dkk. (2009) pada pirolisis polietilen
dan polistiren menggunakan reaktor batch tertutup. Dengan menggunakan reaktor tertutup,
gas hasil pirolisis akan tertahan di dalam reaktor sehingga memungkinkan terjadinya reaksi
cairan/minyak dan peningkatan fraksi gas dan padatan. Hal ini disebabkan karena adanya
peluang untuk terjadinya reaksi sekunder seperti isomerisasi, aromatisasi dan hidrogenasi,
sehingga sejumlah minyak akan terkonversi menjadi gas dan padatan/char. Dari hasil ini
dapat dilihat bahwa penambahan waktu tinggal akan memecah hidrokarbon rantai panjang
9
menjadi lebih pendek termasuk juga wax. Sehingga penambahan waktu tinggal diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Aguado, J., Serrano, D.P., 1999. Feedstock recycling of plastic wastes. Royal Society of
Chemistry, Cambridge, UK.
Aguado, J., Serrano, D.P., Escola, J.M., 2006. Catalytic upgrading of plastic wastes. in: J.
Scheirs (Ed.) Feedstock recycling and pyrolysis of waste plastics. John Wiley &
Sons, West Sussex - UK, pp. 73-110.
Aguado, J., Serrano, D.P., San Miguel, G., Castro, M.C., Madrid, S., 2007. Feedstock
recycling of polyethylene in a two-step thermo-catalytic reaction system. Journal of
Analytical and Applied Pyrolysis, 79, 415-423.
Al-Salem, S.M., Lettieri, P., Baeyens, J., 2009. Recycling and recovery routes of plastic
solid waste (PSW): A review. Waste Management, 29, 2625-2643.
Bagri, R., Williams, P.T., 2002. Catalytic pyrolysis of polyethylene. Journal of Analytical
and Applied Pyrolysis, 63, 29-41.
Lee, K.-H., 2009. Thermal and catalytic degradation of pyrolytic oil from pyrolysis of
municipal plastic wastes. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, 85, 372-379.
Lin, H.-T., Huang, M.-S., Luo, J.-W., Lin, L.-H., Lee, C.-M., Ou, K.-L., 2010.
Hydrocarbon fuels produced by catalytic pyrolysis of hospital plastic wastes in a
fluidizing cracking process. Fuel Processing Technology, 91, 1355-1363.
Lopez, A., Marco, I., Caballero, B.M., Laresgoiti, M.F., Adrados, A., 2011, Influence of
time and temperature on pyrolysis of plastic wastes in a semi-batch reactor,
Chemical Engineering Journal.
Miskolczi, N., Bartha, L., Deák, G., Jóver, B., 2004. Thermal degradation of municipal
plastic waste for production of fuel-like hydrocarbons. Polymer Degradation and
Stability, 86, 357-366.
Onwudili J.A., Insura, N., Williams, P.T., 2009. Composition of products from the
pyrolysis of polyethylene and polystyrene in a closed batch reactor: Effects of
temperature and residence time, J. Anal. Appl. Pyrolysis 86, pp. 293-303.
San Miguel, G., Serrano, D.P., Aguado, J., 2009. Valorization of Waste Agricultural
Polyethylene Film by Sequential Pyrolysis and Catalytic Reforming. Industrial &
Engineering Chemistry Research, 48, 8697-8703.
Syamsiro, M., 2015. Effect of Catalytic Reforming on Pyrolytic Oil Production from Waste
Plastics, Ph.D Thesis, Tokyo Institute of Technology, Japan.
10
Uddin, M.A., Koizumi, K., Murata, K., Sakata, Y., 1997. Thermal and catalytic degradation
of structurally different types of polyethylene into fuel oil. Polymer Degradation
and Stability, 56, 37-44.
UNEP, 2009. Converting waste plastics into resource: compendium of technologies. United
Nations Environment Programme, Osaka.
Walendziewski, J., Steininger, M.a., 2001. Thermal and catalytic conversion of waste
polyolefines. Catalysis Today, 65, 323-330.
Williams, P.T., Bagri, R., 2004. Hydrocarbon gases and oils from the recycling of
polystyrene waste by catalytic pyrolysis. International Journal of Energy Research,
28, 31-44.
11