Makalah Gizi Dan Diet
Makalah Gizi Dan Diet
Makalah Gizi Dan Diet
MAKALAH
Di susun oleh :
1. Naela Ajeng Yunisa
2. Niswatul karomah
3. Putri Novia Ramadhita
4. Reski Novianti
5. Viana Dwi Julianti
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena
berkat taufik dan hidayah-Nya.Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah
untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan
sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya
yang mulia.
Alhamdulillah sekali kami dapat menyelesaikan makalah tentang Infeksi
saluran kemih ini dengan lancar, penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Gizi dan diet. Dan tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Dosen yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
belajar menulis.
Makalah ini, tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah memberi
dukungan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami sangat
menyadari bahwa makalah kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Dan mudah-mudahan upaya
ini senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Alloh Swt. Amin Yaa Rabbal
Alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A. Latar
Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
3
A. Konsep Infeksi Saluran Kemih.
………..............................................................3
B. Penyebab Penyakit
ISK ......................................................................................5
C. Manisfestasi Penyakit
ISK .................................................................................6
D. Pencegahan Penyakit
ISK...................................................................................7
E. Penatalaksanaan Penyakit ISK...........................................................................7
F. Diet Penyakit
ISK……………………………………………………………...8
BAB III
PENUTUP...............................................................................................11
iii
A. Kesimpulan......................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saluran kemih merupakan salah satu organ yang paling sering
terjadi infeksi bakteri. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
(Purnomo, 2003). Saluran kemih sering merupakan sumber bakteriemia yang
disebabkan oleh penutupan mendadak oleh batu atau instrumentasi pada
infeksi saluran kemih, seperti pada hipertrofi prostat dengan prostatitis
(Sukandar, 2006). Infeksi saluran kemih ini dapat menyerang pasien dari
segala usia mulai dari bayi yang baru lahir, anak-anak, remaja hingga orang
tua (Purnomo, 2003).
Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-
laki hal ini terjadi karena uretra wanita lebih pendek dari pada laki-laki
sehingga memudahkan bakteri masuk kedalam saluran kemih dan menyerang
organ sekitar serta letak meatus uretra wanita yang berdekatan dengan anus,
membuat bakteri lebih mudah masuk kedalam saluran perkemihan dan
menginfeksi (Lumbanbatu, 2003). Dalam keadaan normal saluran kemih
tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya, dengan kata
lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya
mikroorganisme di dalam saluran kemih. Namun karena belum adanya
labolatorium yang menunjang memeriksa adanya bakteri dalam urin maka
diagnosis ISK dapat dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/ lapang
pandang besar (LPB) sedimen air kemih.
Mikroorganisme paling sering menyebabkan ISK adalah
escherichia coli, klebisiella, proteus, staphyloccus aureus, steptococus
enterococcus (Tessy dkk, 2011). Sasaran terapi pada infeksi saluran kemih
adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Oleh karena itu, pengobatan ISK
sebagian besar menggunakan antibiotik. Pemilihan jenis terapi antibiotik
yang diberikan sangat berperan dalam perkembangan mikroorganisme
1
patogen, karena setiap antibiotik membutuhkan waktu untuk mencapai sel
target dan mikroorganisme di dalam jaringan yang terinfeksi tereliminasi
sehingga tujuan terapeutik dapat tercapai (Katzung dan Bertram, 1998)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari infeksi saluran kemih?
2. Apa penyebab dari infeksi saluran kemih?
3. Apa saja manisfestasi dari infeksi saluran kemih?
4. Apa saja pengobatan dari infeksi saluran kemih?
5. Apa saja upaya pencegahan infeksi saluran kemih?
6. Apa saja diet yang dilakukan pada penyakit saluran kemih?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih.
2. Mengetahui penyebab dari infeksi saluran kemih.
3. Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi saluran kemih.
4. Mengetahui cara penangan dari penyakit infeksi saluran kemih.
5. Mengetahui pencegahan untuk penyakit infeksi saluran kemih.
6. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dalam tahap evaluasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klasifikasi
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi
saluran kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi
infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan
menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK
dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan
saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks
(Pardede et al, 2011).
a. ISK berdasarkan gejalanya
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK
simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan
tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam
pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik (Pardede et
al, 2011).
3
b. ISK berdasarkan lokasi infeksi
1) Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab infeksi
saluran kemih bawah (sistitis) terutama bakteri Escherichia coli,
Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang masuk
ke buli-buli melalui uretra (Purnomo, 2011).
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah,
antara lain nyeri di daerah suprapubis bersifat sering berkemih,
disuria, kadang terjadi hematuria (Imam, 2013). Penelitian yang
dilakukan pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis
dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering adalah
disuria atau frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri
abdomen (39%) (Pardede, 2018. Jumlah koloni bakteri yang
ditemukan pada pasien ISK bawah sebesar >103 cfu (colony
forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
2) Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat
infeksi pada pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab
infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) adalah Escherichia coli,
Klebsiella sp, Proteus, dan Enterococcus fecalis (Purnomo,
2011). Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara
lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan perut, mual
serta muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih (Imam,
2013). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien ISK
atas sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al.,
2013).
c. ISK berdasarkan kelaianan saluran kemih
Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK
complicated (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah
infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
4
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit)
adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita
kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran
kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda
asing, dan sebagainya kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan
kuman oleh antibiotika (Purnomo, 2012).
B. PENYEBAB
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli
(80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan
ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor
menyebabkan munculnya ISK di masa kanak- kanakInfeksi saluran kemih
sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang
sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba
terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka
kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah
penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi (Tenney et al,
2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya
disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotic
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi, organisme
gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah patogen yang paling
umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih
diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam jangka
5
panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi bladder
pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak
yaitu diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi
uretra anak perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak laki-
laki karena tidak disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang kurang
baik, menggunakan popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian popok
sekali pakai <4 kali perhari dan durasi penggunaan popok yang lama, serta
kebiasaan menahan buang air kecil (Makmunah, 2016).
C. MANIFESTASI
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia,
tempat infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi
peradangan. Menurut Pardede (2018) manifestasi klinis tersebut yaitu :
a. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat,
muntah, mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil,
perut kembung, jaundice.
b. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu
makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi
abdomen, penurunan berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran
kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi dan anak berumur 2 bulan
hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi
saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan demam
tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
c. Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala
lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency,
ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam tinggi,
dan nyeri ketok sudut kosto-vertebra. Setelah episode pertama, ISK dapat
berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan kelainan
anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin,
divertikulum kandung kemih, dan lain lain.
6
D. PENCEGAHAN
- Tidak menahan kencing;
- Selalu membersihkan area kemaluan dari depan ke belakang setelah
berkemih;
- Minum banyak air;
- Semprotan kebersihan area wanita, pewangi area kewanitaan, dan produk-
produk lain untuk area kewanitaan harus dihindari karena hanya akan
mengiritasi mukosa;
- Bersihkan area genital sebelum melakukan hubungan intim;
- Setelah berhubungan intim, buang air kecil. Hal ini bertujuan untuk
menyingkirkan bakteri yang mungkin telah masuk ke uretra;
- Jangan menggunakan celana dalam selama berhari-hari; dan
- Jangan menggunakan pakaian bawahan yang ketat karena akan
meningkatkan kelembapan.
E. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
perawatan berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
2) Mencegah konstipasi
3) Perubahan pola hidup, diantaranya :
- Membersihkan perineum dari depan ke belakang
- Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
- Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
- Menghindari kopi, alkohol
7
b. Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari (2014)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik
dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk meredakan
gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan
secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat..
Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip
pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan memperhitungkan
kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin),
dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).
8
Makanan yang Dianjurkan
1. Minum banyak air putih
Hal terpenting untuk mengobati dan mencegah ISK adalah dengan
menghindari dehidrasi dan minum 6-8 gelas air setiap hari. Mengonsumsi
lebih banyak air putih dapat membuat lebih sering buang air kecil,
sehingga bakteri yang menyebabkan infeksi dapat keluar. Sebuah
penelitian tahun 2019 pada lansia yang tinggal di panti jompo,
menemukan bahwa peningkatan hidrasi dengan mengonsumsi 6-8 gelas air
per hari dapat mengurangi ISK.
Penelitian lain pada 140 wanita dengan ISK berulang yang
mengasup kurang dari 1,5 liter air per hari, menemukan
bahwa peningkatan asupan air hingga 1,5 liter per hari selama 1 tahun
dapat mencegah ISK berulang dibandingkan dengan wanita yang tidak
meningkatkan asupan air per hari.
2. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
Pola makan dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah dapat
memberikan proteksi terhadap ISK, dimana sayur dan buah membuat urin
menjadi netral/tidak terlalu asam. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
urin yang tidak asam dan lebih netral dapat mencegah pertumbuhan
bakteri yang menyebabkan ISK.6 Penelitian lain pada tahun 2020
menemukan bahwa pola makan dengan memperbanyak konsumsi sayur
dan buah dikaitkan dengan penurunan risiko ISK sebanyak 16%. Efek
proteksi ini terutama terlihat pada wanita.
3. Konsumsi probiotik
WHO telah mendefinisikan probiotik sebagai “mikroorganisme
hidup yang berguna yang memiliki efek positif pada kesehatan dan
fisiologi seseorang ketika dikonsumsi dalam jumlah yang
cukup”. Lactobacillus dapat membantu mencegah ISK dengan
menghentikan bakteri jahat yang menempel pada saluran kemih,
karena Lactobacillus menghasilkan hidrogen peroksida antibakteri yang
menyulitkan bakteri tertentu untuk bertahan hidup.7 Contoh makanan yang
mengandung probiotik adalah tempe, yogurt, keju, acar, oncom, peuyeum.
9
4. Makanan yang Dibatasi
Minuman berkafein, berkarbonasi, dan asam umumnya dihindari
pada penderita infeksi saluran kemih. Kandungan-kandungan tersebut
dapat langsung berefek pada kandung kemih baik setelah konsumsi
maupun sebagai kebiasaan jangka panjang. Kafein, pemanis buatan, dan
asam sitrat (sering digunakan sebagai pengawet dalam minuman
berkarbonasi) meningkatkan tekanan kandung kemih dan kontraksi otot
detrusor (otot pada kandung kemih yang memicu buang air
kecil). Peningkatan konsumsi kopi dan soda pada wanita seiring dengan
perkembangan gejala infeksi saluran kemih. Kafein dapat bekerja dengan
langsung merangsang otot detrusor melalui peningkatan aktivitas saraf
simpatik, peningkatan produksi oksida nitrat, atau efek diuretik (memicu
buang air kecil).
Sebanyak 70% wanita yang rutin mengonsumsi soda setiap hari
terbukti meningkatkan risiko ISK dibanding wanita yang minum seminggu
sekali. Asam askorbat atau sitrat saja tidak memiliki efek pada kontraksi
kandung kemih. Namun, ketika dikombinasikan dengan pemanis buatan
dan konstituen lain dari soda, respons kontraktil jauh lebih besar.
Faktanya, tidak hanya volume tetapi juga jenis minuman yang dikonsumsi
dapat dikaitkan dengan gejala urologis. Minuman berkafein perlu dihindari
pada penderita ISK. Penelitian klinis lebih lanjut diperlukan pada soda
yang mengandung berbagai perasa buatan, pemanis, dan pengawet, untuk
menentukan peran yang tepat terhadap kandung kemih dan fungsi
urologis.
10
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Infeksi saluran kemih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki
hal ini terjadi karena uretra wanita lebih pendek dari pada laki-laki sehingga
memudahkan bakteri masuk kedalam saluran kemih dan menyerang organ
sekitar serta letak meatus uretra wanita yang berdekatan dengan anus,
membuat bakteri lebih mudah masuk kedalam saluran perkemihan dan
menginfeksi (Lumbanbatu, 2003).
Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-
kanakInfeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya.
B. SARAN
1. Minum banyak air putih
2. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
3. Konsumsi probiotik
11
DAFTAR PUSTAKA
Bint, B., 2003. Penyakit Infeksi Saluran Kencing; Sistitis dan Pielonefritis in
Dasar Biologis Klinis Penyakit Infeksi, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
BNF, 2008, BNF 54, British National Formulary, United Kingdom, BMJ Group
and RPS Publishing.
Coyle, E.A., Prince, R. A., In DiPiro, J. T., Robert, L. T., Gary, C. Y., Gary, R.
M., Barbara, G. W., L. Michael, P., 2005. Urinary Tract Infections and
Prostatitis Edition 6th. The McGraw Hill Companies, ed., USA.
DeBelhs R.J., Smith, B.S., Cawley P.A., Burniske, G.M., 2000, Drug Dosing in
Critically Ill Patients with Renal Failure: A Pharmacokinetic Approach, J.
Intensive Care Med, 15: 273-313.
Dipiro, J. T., Talbert, R. I., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B. G., Posey, L. M.,
2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach Sevent Edition,
McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 1906-1907.
Elly Puspitosari, 2014, Evaluasi Penggunan Antibiotik pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSPAU dr. S Hardjolukto
Yogyakarta tahun 2014, Yogyakarta.
Fish, D. N.,dan Sahai, J. V., 2001, Urinary Tract Infection, in Koda Kimble, M.
A., Yee Young, L., Kradjan, W. A., Guglielmo, B. J. (Eds), Applied
Therapeutics, 7th Edition, Book 2, 62.1-62.22, Lippicott William and
Wilkins, USA.
Grabe, M., Botto, H., Wullt, B., Cek, M., Naber, K G., Pickard, R S., Tenke, P.,
Wagenlehner, F., 2011. Guidelines on Urological Infections. Update,
pp.1– 112. Available at:
http://www.uroweb.org/gls/pdf/15_Urological_Infections.pdf.
Hellerstein. S., 2003, Urinary Tract Infection, in (http://www.emedicines.com)
12
13