3 Laporan Pengelolaan Limbah Medis Maret 2022
3 Laporan Pengelolaan Limbah Medis Maret 2022
3 Laporan Pengelolaan Limbah Medis Maret 2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes RI, 2004). Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan
Amir (1999), Pengertian Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan
pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka
panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi
untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau
melahirkan.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan
dari institusi pelayanan kesehatan ini, maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan
yang bertujuan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia tersebut. Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental
sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi
perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan
lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan
yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia
yang semakin meningkat (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan
pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit
dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang
kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor
serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang
memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan
Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian
berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah
sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan,
penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian
umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus,
sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan,
pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI,
2004).
Evaluasi pelaksanaan program pengelolaan sanitasi rumah sakit dibutuhkan
untuk menilai pencapaian pelaksanaan program. Sehingga evaluasi dan
penyempurnaan program harus terus dilakukan demi tercapai tujuan pembuatan
program pengelolaan sanitasi di RSU Bhakti Rahayu.
B. Tujuan Evaluasi
1. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah padat.
2. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah cair.
C. Manfaat Evaluasi
1. Menilai pencapain pelaksanaan program sehingga langkah perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
2. Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai pelaksanaan program yang
telah dilaksanakan atau sedang berjalan.
3. Menjadi bahan acuan dalam perbaikan kinerja sehingga tercapai produktifitas
kerja yang maksimal.
BAB II
MATERI LAPORAN
A. Pengelolaan Limbah B3
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis klinis dan
non klinis baik itu limbah padat maupun limbah cair (Depkes RI, 2002).
1. Program Pengelolaan Limbah Cair
Metode atau teknik yang digunakan dalam pelaksanaan program pengelolaan
limbah cair di RSU Bhakti Rahayu adalah dengan melakukan pemantauan harian
kualitas air limbah. Pengurasan tangki IPAL setiap tahun 2 kali, pengurasan kolam
indikator dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. Pengambilan sampling air limbah untuk
mengetahui kualitas akhir air limbah rumah sakit dilaksanakan setiap 1 bulan sekali.
Pengambilan sampel dilakukan untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis air
limbah. Pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan oleh UPT Balai
Laboratorium Provinsi Bali.
Merujuk pada pemantauan limbah cair dengan parameter kimia yaitu BOD,
COD dan amoniak yang menjadi permasalahan pada kualitas akhir limbah rumah
sakit sehingga pelaksanaan pengelolaan limbah cair RS difokuskan terhadap
parameter tersebut tanpa menyampingkan parameter yang lain sesuai Peraturan
Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016. Metode standar yang dijadikan acuan dalam
proses pengelolaan limbah cair adalah dengan cara membandingkan atau komparasi
hasil uji laboratorium kualitas limbah cair dengan Peraturan Gubernur Bali No.8
Tahun 2007 sehingga dari hasil pembanding tersebut dapat menjadi bahan perbaikan
dan landasan dalam melakukan pengelolaan limbah di masa mendatang.
2. Program Pengelolaan Limbah Medis Padat dan Cair
Teknik dan metode yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis padat di
RSU Bhakti Rahayu adalah dengan system pemilahan, pelabelan, penyimpanan dan
pemusnahan. Pemilahan limbah dilaksanakan pada tiap unit penghasil limbah medis.
Limbah yang telah dipilah berdasarkan jenis nya ditampung dalam wadah khusus
berupa tempat sampah yang di desain khusus untuk limbah B3. Limbah infeksius di
tampung menggunakan tempat sampah yang dialasi plasik berwarna kuning,
sedangkan limbah non infeksius di tampung dalam tempat sampah yang dialasi
plastik berwarna hitam, Limbah kimia cair tampung dengan menggunakan jerigen
dan disimpan sementara pada TPS B3. Pemusnahan dilakukan oleh pihak ke tiga (PT.
Artama Sentosa Indonesia).
4. April
5. Mei
6. Juni
7. Juli
8. Agustus
9. September
10. Oktober
11. November
12. Desember
Tabel 2
Limbah Padat Medis Bulan Tahun 2022
Total
No Bulan Rata-rata Perhari
Pengangkutan Per-bulan
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
12 Desember
Tabel 3
Limbah Kimia Cair Bulan Tahun 2022
Total
No Bulan
Pengangkutan Per-bulan
1 Januari -
2 Februari -
3 Maret -
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
12 Desember
3. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal yaitu Ruangan
Perawatan di Rumah Sakit menuju TPS B3 yang diangkut oleh petugas CS setiap
harinya. Dalam pengangkutan internal biasanya dilakukan 3 kali sehari (pagi, sore,
malam) yang dilakukan oleh petugas CS yang sudah dilengkapi oleh alat pelindung
diri lengkap. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ke tempat
pembuangan diluar (off-site). Pengangutan ekesternal ini dilakukan oleh pihak ke 3
yaitu PT. Artama Sentosa Indonesia setiap 2 hari sekali. Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang
terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Limbah
medis diangkut dalam container/mobil khusus, harus kuat dan tidak bocor yang
dilengkapi dengan surat-surat pengangkutannya.
Grafik 1
Limbah Padat & Limbah Kimia Cair Rumah Sakit Per Bulan Tahun 2022
(Grafik Volume Limbah Medis Padat dan Limbah Kimia Cair RSBR : Maret 2022)
Berdasarkan grafik timbulan limbah medis RS Bhakti Rahayu di atas, terlihat
jumlah sampah medis padat pada Bulan Januari yaitu 1.369,2 kg/perbulan atau rata-
rata 44,16 kg/hari. Bulan Februari yaitu 1.197.1 kg/perbulan atau rata-rata 42,75
kg/hari. Bulan Maret yaitu 1.338,4 kg/perbulan atau rata-rata 43,17 kg/hari.
Sementara itu untuk limbah kimia cair RSU Bhakti Rahayu Bulan Maret yaitu 0
liter/bulan atau tidak ada limbah cair yang dihasilkan. Sementara untuk limbah cair
telah terkelola di IPAL RSU Bhakti Rahayu dilakukan setiap hari yang hasil air
limbahnya di uji setiap 1 bulan sekali yang diperiksa oleh Laboratorium Kesehatan
Provinsi Bali. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas fisika-kimia dan
bakteriologi limbah diambil pada outlet instalasi IPAL RSU Bhakti Rahayu
Denpasar.
BAB III
EVALUASI DAN HAMBATAN
A. Evaluasi
1. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat
Berdasarkan standar SNI 19-2454-2002 yang dimaksudkan dengan
pewadahan sampah adalah aktifitas menampung sampah sementara dalam suatu
wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan ini dilakukan
pada sampah yang telah dipilah yakni sampah medis dan non-medis, dan sampah
Bahan Berbahaya Beracun (B3). Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya
merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan
kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan
perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan
kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
Pemilahan sampah medis dari ruangan penghasil masih kurang, masih
ditemukannya limbah botol infus pada sampah domestik serta sebaliknya masih
terdapat sampah domestik pada sampah medis. Selain itu limbah botol infus masih
berisi cairan sehingga menyebabkan pada saat pengangkutan oleh pihak ke 3 berat
timbangannya bertambah, hal ini menyebabkan kerugian dari segi financial yaitu
bertambahnya biaya pembayaran limbah B3.
Evaluasi program pemilahan sampah medis dari ruangan penghasil belum
dilakukan secara maksimal. Sesuai dengan PERMENLH NO.
P56/Menlhk-Setken/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pemilahan pada sumber (penghasil) Limbah merupakan tanggung jawab penghasil
Limbah. Pemilahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber Limbah dan
harus tetap dilakukan selama penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan. Untuk
efisiensi pemilahan Limbah dan mengurangi penggunaan kemasan yang tidak sesuai,
penempatan dan pelabelan pada kemasan harus dilakukan secara tepat. Penempatan
kemasan secara bersisian untuk limbah non-infeksius dan Limbah infeksius akan
menghasilkan pemilahan limbah yang lebih baik. Di RSU Bhakti Rahayu Denpasar
untuk pemilahan limbah B3 sudah dilakukan akan tetapi belum maksimal. Pemilahan
pada sumber (penghasil) limbah masih ditemukannya limbah B3 yang tercampur atau
berisi limbah domestik seperti botol aqua. Selain itu pemilahan limbah B3 dilakukan
dengan lebih spesifik yaitu memisahkan antara botol infuse dengan limbah B3
lainnya. Upaya pemisahan ini bertujuan untuk mengurangi berat limbah B3 yang
nantinya akan diangkut oleh pihak ke-3 dikarenakan botol infuse dari sumber
penghasil limbah masih dalam konsisi berisi cairan. Pemisahan limbah botol infuse
ini dilakukan dari sumber (penghasil) limbah B3 dengan cara memotong menjadi 2
sehingga air dilamnya kosong.Pengelolaan lanjutannya dilakukan dengan
merendamnya dalam cairan clorine setelah terkumpul cukup banyak nantinya akan
dijual ke pihak ke 3.
B. Hambatan
1. Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah belum maksimal
Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah masih ditemukannya limbah B3
yang tercampur atau berisi limbah domestik seperti botol aqua. Selain itu pemilahan
limbah B3 belum dilakukan dengan lebih spesifik yaitu memisahkan antara botol
infuse dengan limbah B3 lainnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Untuk timbulan sampah medis padat Bulan Maret sebanyak 1.338,4 kg/perbulan
atau rata-rata 43,17 kg/hari. Sedangkan untuk debit air limbah di IPAL RSU
Bhakti Rahayu Denpasar pada bulan Maret yaitu 353 m3/bulan dan debit harian
sebesar 11 m3. Limbah kimia cair Bulan Maret yaitu yaitu 0 liter/bulan atau tidak
ada limbah cair yang dihasilkan.
b. Pemilahan pada sumber (penghasil) limbah masih ditemukannya limbah B3 yang
tercampur atau berisi limbah domestik seperti botol aqua. Selain itu pemilahan
limbah B3 belum dilakukan dengan lebih spesifik yaitu memisahkan antara botol
infuse dengan limbah B3 lainnya.
B. Saran
a. Kepada masing-masing unit pada saat membuang botol infuse di TPS yang berada
di ruangan agar tidak berisi cairan infuse. Cairan infus agar di buang ke wastafel
untuk diolah di IPAL sehingga berat limbah B3 tidak tinggi dan botol infuse
dibuang terpisah dengan limbah b3 lainnya.
b. Agar pihak ke 3 lebih memperhatikan SPO dalam pengangkutan sampah medis
pada saat pengangkutan.
c. Pada saat pembuangan sampah medis ke TPS agar petugas lebih memperhatikan
kebersihan lingkungan sekitarnya.
BAB V
PENUTUP
Demikian laporan unit kesling ini kami buat, untuk dapat dilakukan kegiatan
yang rutin di rumah sakit. “ Bhakti Rahayu Jaya....Karna Kita Luar Biasa”
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN BULANAN
UNIT KESLING
RSU BHAKTI RAHAYU DENPASAR
Dibuat Oleh : Diperiksa Oleh :
(I Gede Putu Maha Putra S.Tr.Kes) (Ida Bagus Ketut Alit Subudi, SE)
Pelaksana Kesling Kepala Bagian Umum & Marketing
Diketahui Oleh
LAPORAN