Manajemen Risiko 3 A4
Manajemen Risiko 3 A4
Manajemen Risiko 3 A4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian diantaranya berisiko
ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan
konsekuensi medik yang cukup berat. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu
terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil
akhir.
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk
mengidentifikasi seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup
seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem untuk
mengendalikan dan mengurangi risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah
sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan
erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat mengancam
pencapaian sasaran mutu pelayanan rumah sakit.
2. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, insiden, dan
respon terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk identifikasi
risiko, analisis risiko, pengendalian risiko, dan evaluasi risiko.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
c. Memantau daftar risiko tiap unit kerja untuk setiap perubahan, bagian yang tidak
lengkap, dengan perhatian pada tingkat risiko.
d. Memberi saran kepada penilai risiko dan kepala unit kerja perihal manajemen risiko.
e. Memelihara dan membina daftar penilai risiko yang aktif.
f. Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berkaitan dengan manajemen
risiko.
g. Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan proses risiko.
3
7) Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan bagi staf untuk
mendukung penurunan risiko. Hal ini mencakup bahwa seluruh staf menghadiri
pelatihan wajib yang terkait.
8) Memelihara catatan penilaian risiko yang dilaksanakan dan untuk mencatat
perkembangan dan kinerja dibandingkan tindakan perbaikan yang
direncanakan.
9) Kepala unit kerja harus mengingatkan tim manajemen risiko jika penilai risiko
meninggalkan atau tidak lagi memenuhi perannya, sehingga tim manajemen
risiko mempunyai tanggung jawab untuk memperbaharui data penilai risiko.
10) Berkoordinasi dengan unit kerja lain di dalam rumah sakit.
11) Dalam keadaan dimana rencana untuk mengelola risiko berada di luar
kewenangan Kepala Unit Kerja atau dimana ada implikasi sumber daya yang
besar, risiko akan diprioritaskan oleh Kepala Rumah Sakit.
4
BAB III
MANAJEMEN RISIKO
A. Definisi
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang
terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko yang dicegah berupa
risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung
dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di rumah sakit.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko
finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi,
produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya
dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat
menjamin bahwa setiap tindakan medis yang dilakukan haruslah aman bagi pasien
maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut
dengan manajemen risiko.
Manajemen risiko menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare
Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit
untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau
kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi rumah sakit. Manajemen risiko dapat
digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara sistemik, evaluasi dan
penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun
individu.
B. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi risiko
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan manajemen Sumber dan keterbatasan keuangan
Struktur organisasi
Standar dan tujuan kebijakan
Safety culture
Lingkungan pekerjaan Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
Beban kerja dan pola shift
Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
Dukungan administratif dan manajerial
5
Tim Komunikasi verbal
Komunikasi tulisan
Supervisi dan pemanduan
Struktur tim
Individu dan staf Kemampuan dan ketrampilan
Motivasi
Kesehatan mental dan fisik
Penugasan Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien Kondisi (Keparahan dan kegawatan)
Bahasa dan komunikasi
Faktor sosial dan personal
.
C. Upaya Meminimalkan Risiko
Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:
1. Meningkatkan peran rumah sakit dan manajemen dalam mencegah error dengan cara
mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang
dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan
dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical pathway, dan lain-lain.
2. Meningkatkan peran staf rumah sakit agar terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk mampu mengenali, mengidentifikasi
dan menganalisis kejadian medical error dan melakukan upaya yang adekuat untuk
mengatasi error yang sudah terjadi.
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah
sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan oprasional hingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
6
3. Risk containment
Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun
akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang
terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah
yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh
komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer
Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya
menyerahkannya kepada sistem asuransi.
Prinsip dan proses dari manajemen risiko digambarkan pada skema berikut ini:
7
BAB IV
PROSES MANAJEMEN RISIKO
A. Menentukan Konteks
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mendefinisikan hubungan
antara satu aspek dan lingkungan sekitarnya, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan,
kesempatan, dan rintangan. Tahap ini melakukan eksplorasi terhadap semua faktor yang
dapat mendukung dan menghambat jalannya kegiatan manajemen risiko serta
menentukan wilayah tanggung jawab setiap unit.
B. Identifikasi Risiko
Dalam hal ini risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro
aktif) dan insiden yang sudah terjadi (reaktif). Risiko potensial dapat diidentifikasi dari
berbagai macam sumber, misalnya:
1. Informasi internal (rapat bagian/ koordinasi, audit, laporan insiden, klaim, komplain)
2. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
3. Pemeriksaan atau audit eksternal
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko, yang
kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk
menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Identifikasi risiko, analisis, pemberian peringkat risiko, dan rencana pengelolaan
akan dibuat dalam register risiko. Register risiko adalah dokumen aktif yang berisi daftar
potensi kejadian kejadian risiko beserta dengan penyebabnya, probabilitas dan dampak,
penanggung jawab risiko, nilai risiko inherent, rencana tindakan, serta nilai risiko residual.
Pemilik risiko yang dimaksud dalam register risiko adalah pihak internal yang
bertanggung jawab terhadap potensi kejadian risiko tersebut dan bertanggung jawab
untuk melakukan pemantauan dan pengendalian. Berikut ini adalah form register risiko
yang digunakan di Rumah Sakit Tk.III Bhakti Wira Tamtama.
C. Analisis Risiko
Analisis dilakukan dengan menetukan skor risiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level yang harus bertanggung jawab untuk
mengelola/ mengendalikan risiko/ insiden tersebut. Risiko atau insiden yang sudah
teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading). Yang harus diperhatikan dalam
menilai risiko antara lain:
1. Dampak (consequence)
Penilaian dampak/ akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami
pasien mulai dari tidak ceedera sampai meninggal dunia.
8
2. Probabilitas (likelihood)
Penilaian tingkat probabilitas/ frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi.
E. Pengelolaan Risiko
10
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga
ke titik terendah (risiko sisa) dan meminimalkan dampak atau kerugian yang timbul dari
insiden yang sudah terjadi. Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang
dapat diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah
teridentifikasi. Kemudian risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan
prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan
diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Yang perlu dipertimbangkan adalah dampak
dari risiko tersebut bila benar terjadi.
1. Risiko yang dampaknya tinggi harus segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian
dari pimpinan.
2. Risiko yang dampaknya menengah-rendah akan dikelola oleh Komite PMKP bersama
Kepala Unit Kerja dan urusan/ bagian yang terkait dalam risiko untuk membuat
rencana tindak lanjut dan pengawasan.
Perlakuan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi
atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan yang dapat dipilih
adalah:
1. Pengendalian
Upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah-langkah antisipasi yang
direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
2. Penanganan
Langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika tindakan pengendalian
belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-langkah yang telah direncanakan dan
akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.
11
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko
12
Dilakukan paling tidak enam bulan sekali, meliputi:
1. Dokumentasi risiko yang terjadi selama satu tahun lalu
2. Identifikasi risiko baru
3. Identifikasi risiko yang sudah tidak relevan
4. Menganalisis apakah ada perubahan probabilitas dan dampak
5. Mengevaluasi apakah pengelolaan risiko telah dilakukan
BAB V
13
FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)
A. Definisi
Failure Mode and Effect Analysis yang selanjutnya disingkat menjadi FMEA
merupakan suatu cara sistematik untuk mengidentifikasi dan mencegah permasalahan-
permasalahan dalam suatu proses atau kegiatan sebelum permasalahan tersebut terjadi.
Suatu alat yang bersifat proaktif untuk membantu penyusunan desain proses baru atau
perbaikan proses yang sudah ada. Pelaksanaanya tidak memerlukan suatu kejadian yang
tidak diinginkan sebagai latar belakang.
FMEA mempunyai beberapa konsep-konsep dasar yang harus dipahami, antara lain
sebagai berikut:
1. Failure mode, yaitu suatu cara/ kondisi dimana suatu proses dapat mengalami
kegagalan
2. Akibat yang mungkin timbul (potential effect). Setiap kegagalan mempunyai akibat-
akibat yang potensial timbul, beberapa akibat mempunyai kecenderungan untuk lebih
sering terjadi daripada akibat lain.
3. Risiko kegagalan. Setiap akibat yang mungkin timbul mempunyai risiko relatif yang
berkaitan dengan akibat tersebut.
B. Tahapan FMEA
Dalam melakukan FMEA terdapat delapan langkah yang harus dilalui, yaitu sebagai
berikut:
1. Menentukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan membentuk tim (select a high-
risk process and assemble a team)
2. Menyusun diagram proses (diagram the process)
3. Brainstorming potential failure modes dan akibat-akibat yang ditimbulkan (brainstorm
potential failure modes and determine their effects)
4. Menentukan prioritas failure modes (prioritize failure modes)
5. Identifikasi akar penyebab masalah dari failure modes (identify root causes of failure
modes)
6. Membuat rancangan ulang proses (redesign the process)
7. Analisis dan pengujian proses baru (analyze and test the new process)
8. Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (implement and monitor the
new process)
16
Probabilitas kejadian adalah kecenderungan sesuatu akan terjadi. Jika suatu failure
mode atau akibatnya telah terjadi, maka data yang telah ada dapat digunakan untuk
membatu tim dalam menentukan probabilitas kejadian. Akan tetapi jika data belum
tersedia, maka tim harus menggunakan pertimbangan profesional dalam hal ini.
17
Tabel 9. Skala nilai deteksi
Nilai Probabilitas deteksi Deskripsi
1 Pasti terdeteksi Selalu terdeteksi dengan segera
2 Sangat tinggi Hampir selalu terdeteksi dengan segera
3 Tinggi Mudah terdeteksi
4 Cukup tinggi Terdeteksi dengan proses SOP
5 Sedang Cenderung terdeteksi
6 Rendah Kemungkinan untuk terdeteksi rendah
7 Sangat rendah Cenderung tidak terdeteksi
8 Langka/ sulit Terdeteksi dengan keahlian khusus
Sangat langka/ sangat Terdeteksi dengan keahlian khusus dan
9
sulit teknologi mutakhir
Hampir pasti tidak Deteksi tidak dimungkinkan pada kondisi
10
terdeteksi apapun
18
e) Analisis dilakukan secara lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya
19
7. Analisis dan Pengujian Proses baru
Risiko-risiko yang mungkin terjadi akibat desain ulang antara lain:
a. Ketidaksesuaian antara input dan output
b. Terlalu sederhana
c. Menambah kerumitan
d. Menimbulkan sistem yang tidak dapat dipercaya
e. Menimbulkan keterkaitan yang erat
f. Variasi dari norma atau kebiasaan umum
Beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menguji proses antara lain yaitu:
a. Pengujian di atas kertas: dilakukan dengan menerapkan FMEA lagi pada proses
redesain kemudian dilakukan penghitungan RPN
b. Simulasi: diterapkan pada kondisi bebas risiko dan memungkinkan penerapan
proses redesain tanpa membahayakan pasien
c. Pilot testing: mengetahui efektivitas penerapan proses redesain di dunia nyata.
d. Strategi pengumpulan data: tinjau data, survei pre dan post, sistem pelaporan,
observasi.
20
BAB VI
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
Komite keselamatan pasien rumah sakit. 2015. Pedoman pelaporan insiden keselamatan
pasien. Jakarta
Dynamic consulting group Indonesian healtchare quality network. 2017. Modul pelatihan
manajemen resiko dan keselamatan pasien di rumah sakit.
Joint Australian New Zealand international standar. 2009. Risk management principles and
guidelines.
Sabarguna, Boy S. 2008. Manajemen risiko klinis untuk rumah sakit. Jakarta: Sagung Seto.
22