Print PEDOMAN LAYANAN KLINIS 2019
Print PEDOMAN LAYANAN KLINIS 2019
Print PEDOMAN LAYANAN KLINIS 2019
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Mangaran
440/004/431.201.7.11/2017 tentang jenis – jenis layanan, menerangkan bahwa salah satu
jenis layanan di puskesmas adalah layanan klinis. Sedangkan Pelaksanaan layanan klinis
harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien dan perlu memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien maka pelayanan klinis disusun dalam pengkajian, keputusan dan rencana
layanan, serta rencana rujukan dan pemulangan pasien yang semua rangkaian tersebut harus
memiliki pedoman standar dalam pelaksanaanya. Pedoman layanan klinis ini disusun
sebagai bahan acuan pemberi layanan klinis dalam pelaksanaan pemberian layanan agar
bermutu dan paripurna. Definisi dari layanan klinis adalah segala pemeriksaan dan tindakan
yang diberikan pada pasien sejak awal pelayanan sampai selesai.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan klinis di Puskesmas
Mangaran dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk
menunjang tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mangaran .
C. RUANG LINGKUP
Layanan klinis di UPTD Puskesmas Mangaran meliputi tata cara pemberian layanan
dan dokumentasi, yang kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan
sarana prasarana.
D. BATASAN OPERASIONAL
Pedoman ini dibuat untuk diterapkan di Puskesmas Mangaran dan jaringannya antara
lain Unit - unit Pelayanan yang ada di Puskesmas Mangaran termasuk Puskesmas Pembantu,
Polindes dan Posyandu.
E. LANDASAN HUKUM
Pedoman ini dibuat mengacu pada :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, tentang
Puskesmas
1
2. Peraturan menteri ksehatan nomor 43 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
3. Peraturan menteri kesehatan nomor 44 tahun 2014 tentang manjemen puskesmas
4. Peraturan menteri kesehtan nomor 46 tahun 2014 tentang akreditasi fasilitas kesehatan
tingkat pertama
5. Keputusan menteri kesehatan No. 514 tahun 2015 tentang Panduan praktik kliis bagi
dokter di fasilitas kesehatan primer
6. Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Mangaran 440/004/431.201.7.11.2017
tentang jenis – jenis layanan
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan klinis dilaksanakan kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kebutuhan
pasien namun tetap mematuhi standar operasional pelaksanaan yang telah ditetapkan.
3
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH
Sesuai denah puskesmas
4
B. STANDAR FASILITAS
1. Standar Ruang
Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ditentukan
melalui analisis kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang diselenggarakan
dan ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini menunjukkan program ruang
minimal pada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, sebagai berikut berikut:
5
No. Nama Ruang Keterangan
Ruang Kantor
1. Ruangan administrasi kantor
2. Ruangan Kepala Puskesmas
Dapat digunakan untuk
kegiatan lain dalam
3. Ruangan rapat
mendukung pelayanan
kesehatan (ruang multifungsi).
Ruang Pelayanan
Ruangan pendaftaran dan
4.
rekam medik
5. Ruangan tunggu
6
No. Nama Ruang Keterangan
7
b. Puskesmas Pembantu
2. Ruangan tunggu
2. Standar Peralatan
JUMLAH
KETERANG
MINIMUM
AN
NO JENIS PERALATAN PERALATAN
Puskesmas
KONDISI
Rawat Inap
Puskesmas
KONDISI
Rawat Inap
sedang
Puskesmas
KONDISI
Rawat Inap
III. Perlengkapan
10
JUMLAH
KETERANG
MINIMUM
AN
NO JENIS PERALATAN PERALATAN
Puskesmas
KONDISI
Rawat Inap
IV.Meubelair
11
JUMLAH
KETERANG
MINIMUM
AN
NO JENIS PERALATAN PERALATAN
Puskesmas
KONDISI
Rawat Inap
Baik
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
12
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
13
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
Mosquito)
36. Korentang, lengkung, penjepit alat steril (23 cm) 2 buah Baik
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas Non Puskesmas
Rawat Inap Rawat Inap
15
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
19. Infus set/ intra vena set dewasa Sesuai kebutuhan Baik
21. Jarum jahit untuk operasi mata, ½ lingkaran Sesuai kebutuhan Baik
22. Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran penampang segitiga Sesuai kebutuhan Baik
23. Jarum jahit, lengkung, ½ lingkaran, penampang bulat Sesuai kebutuhan Baik
25. Jarum jahit, lengkung, 3/8 lingkaran, penampang bulat Sesuai kebutuhan Baik
17
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
46. Water based gel untuk EKG dan Doppler 1 tube Baik
III. Perlengkapan
18
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
19
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
IV. Meubelair
Keterangan:
1. Bila ruangan tindakan dan ruangan gawat darurat terpisah, maka di masing-masing ruangan
harus tersedia set tindakan medis/gawat darurat, bahan habis pakai, perlengkapan,
meubelair, dan pencatatan pelaporan sesuai tabel diatas.
2. (*) Harus tersedia tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk
mengoperasikan alat dan menginterpretasikan hasil.
20
C. Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA), KB, dan Imunisasi
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No Jenis Peralatan
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
22
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No Jenis Peralatan
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas Non Puskesmas
Rawat Inap Rawat Inap
VI. Perlengkapan
24
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No Jenis Peralatan
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
Baik
VII. Meubelair
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
Sejumlah ibu
1. Buku KIA hamil yang Baik
dilayani
B. KESEHATAN ANAK
26
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No Jenis Peralatan
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
C. IMUNISASI
Keterangan:
Bila ruangan kesehatan Ibu dan KB terpisah dengan ruangan kesehatan anak dan imunisasi,
maka bahan habis pakai, perlengkapan, meubelair, pencatatan dan pelaporan harus tersedia di
masing-masing ruangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan berpedoman pada
tabel diatas.
D. Ruangan Persalinan
27
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
28
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
30
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
Kateter Intravena 20 G
15. Baik
Sesuai Kebutuhan
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas \
Kondisi
Rawat Inap
32
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
V. Perlengkapan
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
VI. Meubelair
33
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
Rawat Inap
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
6. Baik
Kateter intravena 16 G Sesuai Kebutuhan
35
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
III. Perlengkapan
36
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
Rawat Inap
IV.Meubelair
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
37
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
Rawat Inap
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No Jenis Peralatan KESEHATAN
1 Buah Baik
Enamel Access Cutter
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil 1 Buah Baik
(Spoon Excavator Small)
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang 1 Buah Baik
(Spoon Excavator Medium)
Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar 1 Buah Baik
(Spoon Excavator Large)
Double Ended Applier and Carver 1 Buah Baik
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand 1set
4. Baik
Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)
1 buah Baik
Foot Controller untuk Hand Piece
22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 1 buah Baik
39
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No Jenis Peralatan KESEHATAN
23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial) 1 buah Baik
33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial) 1 buah Baik
1 buah Baik
Tang gigi anterior rahang atas dewasa
1 buah Baik
Tang gigi premolar rahang atas
1 buah Baik
Tang gigi molar kanan rahang atas
1 buah Baik
Tang gigi molar kiri rahang atas
1 buah Baik
Tang molar 3 rahang atas
40
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No Jenis Peralatan KESEHATAN
1 buah Baik
Tang sisa akar gigi anterior rahang atas
1 buah Baik
Tang sisa akar gigi posterior rahang atas
1 buah Baik
Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah
1 buah Baik
Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri
1 buah Baik
Tang gigi molar 3 rahang bawah
1 buah Baik
Tang sisa akar rahang bawah
40. Set Tang pencabutan gigi anak Baik
1 buah Baik
Tang gigi anterior rahang atas
1 buah Baik
Tang molar rahang atas
1 buah Baik
Tang molar susu rahang atas
1 buah Baik
Tang sisa akar rahang atas
1 buah Baik
Tang gigi anterior rahang bawah
1 buah Baik
Tang molar rahang bawah
1 buah Baik
Tang sisa akar rahang bawah
41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 1 buah Baik
II. Perlengkapan
41
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No Jenis Peralatan KESEHATAN
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x 70 1 buah Baik
10.
mm)
Sesuai
1. Betadine Solution atau Desinfektan lainnya Baik
Kebutuhan
Sesuai
2. Sabun tangan atau antiseptic Baik
Kebutuhan
Sesuai
3. Kasa Baik
Kebutuhan
Sesuai
4. Benang Silk Baik
Kebutuhan
Sesuai
5. Chromik Catgut Baik
Kebutuhan
Sesuai
6. Alkohol Baik
Kebutuhan
Sesuai
7. Kapas Baik
Kebutuhan
42
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
No Jenis Peralatan KESEHATAN
Kebutuhan
Sesuai
9. Sarung tangan Baik
Kebutuhan
IV. Meubelair
Sesuai
1. Buku register pelayanan Baik
Kebutuhan
Sesuai
2. Kartu Rekam Medis Baik
Kebutuhan
Sesuai
3. Formulir Informed Consent Baik
Kebutuhan
Sesuai
4. Formulir rujukan Baik
Kebutuhan
Sesuai
5. Surat Keterangan Sakit Baik
Kebutuhan
G. Laboratorium
43
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
rawat inap
I. Set Laboratorium
Sesuai
17. Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar Baik
Kebutuhan
Sesuai
18. Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) Baik
Kebutuhan
44
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
rawat inap
Sesuai
23. Tabung Kapiler Mikrohematokrit Baik
Kebutuhan
Sesuai
24. Tabung Reaksi (12 mm) Baik
Kebutuhan
Sesuai
1. Blood Lancet dengan Autoklik Baik
Kebutuhan
Sesuai
3. Kertas Lakmus Baik
Kebutuhan
Sesuai
4. Kertas Saring Baik
Kebutuhan
Sesuai
5. Kaca Objek Baik
Kebutuhan
Sesuai
6. Kaca Penutup (Dek Glass) Baik
Kebutuhan
45
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
rawat inap
III. Perlengkapan
IV. Meubelair
Sesuai
1. Buku register pelayanan Baik
Kebutuhan
46
JUMLAH MINIMAL
PERALATAN
NO JENIS PERALATAN
Puskesmas
kondisi
rawat inap
Sesuai
2. Formulir Informed Consent Baik
Kebutuhan
H. Ruangan Farmasi
I. Set Farmasi
47
Jumlah Minimal Peralatan
No Jenis Peralatan Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
III. Perlengkapan
IV. Meubelair
48
Jumlah Minimal Peralatan
No Jenis Peralatan Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
49
I. Ruangan Rawat Inap
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
4. Bisturi No 10 1 kotak
5. Brankar 1 buah
50
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
(Halstead-Mosquito)
51
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
sesuai jumlah
48. Standar Infus
tempat tidur
52
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
III. Perlengkapan
53
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
Sesuai Jumlah
1. Bantal
Tempat Tidur
Sesuai Jumlah
11. Kasur
Tempat Tidur
54
JUMLAH
NO JENIS PERALATAN
MINIMAL
I. Meubelair
1. Kursi 12 buah
Sesuai Jumlah
2. Lemari Kecil untuk perlengkapan pasien
Tempat Tidur
55
J. Ruangan Sterilisasi
I. Set Sterilisasi
III. Perlengkapan
IV. Meubelair
56
Jumlah Minimal Peralatan
No Jenis Peralatan Puskesmas
Kondisi
Rawat Inap
I. Set Sterilisasi
57
BAB IV
TATALAKSANA PENYELENGGARAAN
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaan pasien untuk menentukan
59
kebutuhan Asuhan Keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota
tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Kumpulan Data
Kriteria :
1) Menggunakan format yang baku
2) Sistematis
3) Diisi sesuai item yang tersedia
4) Actual (baru)
5) Absah (valid)
b. Pengelompokan Data
Kriteria :
1) Data Biologis
2) Data Psikologis
3) Data Sosial
4) Data Spiritual
c. Perumusan Masalah
Kriteria :
1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,
dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria :
a. Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien.
b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala/tanda (PES) atau terdiri
dari masalah dan penyebab (PE).
d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi.
e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien, kemungkinan besar akan
terjadi.
f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
60
Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a. Prioritas masalah
Kriteria :
1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Kriteria :
1) Spesifik
2) Bisa diukur
3) Bisa dipakai
4) Realistik
5) Ada batas waktu
c. Rencana Tindakan
Kriteria :
1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
2) Melibatkan pasien/keluarga.
3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga.
4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan,
sumber daya dan fasilitas yang ada.
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah dimengerti.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
61
f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan
keselamatan pasien.
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah
ditentukan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
a. Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan.
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.
e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6. Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
a. Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.
b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan laporan.
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku.
e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.
f. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama perawat yang melakukan
tindakan dan waktunya.
g. Menggunakan formulir yang baku.
h. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
C. Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses mengambil keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
62
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan
masalah kebidanan, perencanaan, implemenasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan.
1. Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relefan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian :
a. Data tepat akurat dan lengkap
b. Terdiri dari data subjekif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obsteri,
riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
c. Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang)
2. Perumusan Diadnosa dan atau masalah kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian, menginterpretasikannnya secara
akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan atau masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa atau masalah:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi pasien
c. Dapa diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi ataupun
rujukan
3. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah
ditegakkan
Kriteria perencanaan :
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien
b. Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga pasien
c. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan
evidence based dan memastika asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya serta fasilitas
yang ada.
4. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, dan aman
berdasarkan evidence based kepada klien/ pasien. Dalam benuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Krieria :
a. Memperhaikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural
63
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapat persetujuan dari klien atau keluarga klien
(informed consent)
c. Melaksanakan Asuhan kebidanan berdasarkan evidence based
d. Melibakan klien/pasien dalam setiap tindakan
e. Menjaga privasi klien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien/ pasien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumberdaya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
5. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan asuhan yang telah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi
klien.
Kriteria Evaluasi :
a. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien/
pasien
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada klien/pasien atau keluarga
pasien
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi pasien/ klien.
64
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif ; penyuluhan, dukungan, kolaborasi evalusai/ follow up dan rujukan
D. Asuhan Gizi
Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care Process),
petugas gizi Puskesmas Mangaran dituntut mampu melakukan proses rekam (record) data
yang benar dan tepat. Sebagai dasar menentukan format dokumentasi dalam proses asuhan
gizi pasien/klien di Puskesmas maka perlu dipahami langkah-langkah yang perlu dilakukan
petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi di Puskesmas Mangaran
sebagai berikut :
1. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien
Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu memahami
tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama aspek patofisiologinya.
Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem gizi saling terkait dengan penyakit,
ada hubungan timbal balik langsung antara problem gizi dengan penyakit. Pemahaman
ini menjadi dasar bahwa pada prinsipnya setiap penyakit memiliki aspek patofisiologi
yang penting memberikan kontribusi terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien.
Maka dalam memberikan asuhan gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi Puskesmas
harus memahami konsep patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan jaringan yang
disebabkan penyakit dari suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang tidak boleh dilupakan
petugas gizi Puskesmas dalam pemahaman konsep patofisiologi adalah perlu mulai
belajar memahami dari konsep patofisologi yang mencakup berbagai gangguan
metabolisme gizi yang terjadi dari suatu penyakit. Dengan pemahaman ini maka petugas
gizi Puskesmas akan bisa memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi yang akan muncul
dari suatu penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan yang lain baik asuhan
medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam memahami problem kesehatan
yang sedang terjadi pada pasien/klien
2. Pengkajian data (Assessment)
Assesment gizi adalah pendekatan yang kompherehensif untuk mendifinisikan
status gizi menggunakan data medis, sosial, data gizi, riwayat penyakit/pengobatan, data
fisik/klinis, antropometri dan data laboratorium. Berikut ini merupakan uraian singkat
tentang komponen-komponen data yang perlu diorganisir sehingga memudahkan dalam
pengkajian data bagi ahli gizi Puskesmas. Dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
berikut:
65
a. Data Subjektif
1) Riwayat Gizi :
a) Riwayat gizi sekarang (RGS)
Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data yang perlu dikaji
misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/emesis, hasil recall, dsb.
b) Riwayat gizi dahulu (RGD)
Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan, alergi, intoleransi,
makanan yang disukai dan makanan tidak disukai, dsb
2) Riwayat penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk Puskesmas.
Biasanya data ini didapatkan dari data medical record; berhubungan dengan
informasi gejala-gejala yang dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD).
Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya. Data ini biasanya
diambil dari dari catatan Medical record. Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi,
riwayat pengobatan, atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb.
c) Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Data penyakit yang diderita keluarga biasanya yang berhubungan dengan
penyakit pasien atau penyakit lain, biasanya data ini diambil dari catatan medical
pasien, atau ditanyakan langsung pada pasien/klien.
3) Data Sosial dan Ekonomi
Data ini menggambarkan data pekerjaan pasien/klien, jumlah pendapatan, jumlah
tanggungan keluarga, aspek pengetahuan dan sebagainya.
b. Data Objektif
1) Data Antropometri
Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran dimensi tubuh
pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi badan/panjang badan, jenis
kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar
kepala, Triceps Skin Fold (TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar
pinggang/perut (waist circumference) dan sebagainya.
2) Data Fisik/klinis
Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak, asli/palsu,
kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran, Gejala klinis penyakit:
Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda
66
vital ( tensi, temperatur, Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan dari
catatan medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan aspek gizi.
3) Data Laboratorium
Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran laboratorium sesuai
penyakit, atau untuk keperluan diagnosa penyakit pasien yang terdokumentasi di
dalam cacatan medik pasien.
4) Data Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan di Puskesmas
MANGARAN adalah USG. Data pemeriksaan klinis gangguan gizi (problem gizi)
yang berhubungan dengan pemeriksaan klinis yang bisa dijadikan acuan petugas
Puskesmas didasarkan pada tanda dan gejala yang ada pada pasien . Metode
penilaian klinis didasarkan pada perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi atau kelebihan gizi, dilakukan dengan pengamatan pada
jaringan epitel (supervicial epithel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral/mulut. Dibawah ini beberapa gejala klinis defisiensi atau kelebihan gizi yang
bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas melakukan pengkajian klinik .
3. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi
Penentuan diagnosa gizi atau masalah gizi pada pasien /klien didasarkan pada
problem gizi yang bisa diperoleh dari assessment data (pengkajian data) yang tidak
normal, kemudian dijadikan kelompok problem yang selanjutnya dijadikan diagnosa gizi
dengan statement Problem (P), etiologi/penyebab (E) dan tanda/gejala (sign/symptom)
atau (S). Deskripsi kalimat diagnosa berdasarkan pada statement terminologi diagnosa
gizi (lihat bab diagnosa Gizi) bukan mengacu pada penulisan diagnosa penyakit/diseases
dokter. Petugas gizi Puskesmas harus mulai belajar menegakkan diagnosa gizi
berdasarkan kelompok atau domain (intake, klinik dan behavior/perilaku), sebelum
melakukan proses asuhan gizi klinik di Puskesmas.
Misalnya :
Domain Asupan :
Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor menurun,
jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka diagnosa gizinya bukan dehidrasi tetapi,
Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis berupa peningkatan
kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan penurunan berat badan drastis, kulit
kering, turgor kulit menurun dan jumlah urin < 30 ml/hari (S)
4. Evaluasi Gizi
67
Evaluasi gizi dilakukan untuk memantau kebutuhan dan masalah gizi pasien agar
segera teratasi.
E. Asuhan Kefarmasian
Pelayanan farmasi berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
farmasi di Puskesmas Mangaran meliputi:
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
4. Ronde/Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Evaluasi Penggunaan Obat
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga
pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara petugas obat dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien
dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang
dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kriteria pasien:
1) Pasien rujukan dokter.
2) Pasien dengan penyakit kronis.
3) Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
4) Pasien geriatrik.
5) Pasien pediatrik.
6) Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
b. Sarana dan prasarana:
1) Ruangan khusus.
2) Kartu pasien/catatan konseling.
70
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko
masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik
Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau
kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat
dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
4. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi,
dan lain-lain.
Tujuan:
a. Memeriksa Obat pasien.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi
pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan
rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru
1) Petugas obat memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian
Obat.
3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat
jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat
yang mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.
c. Untuk semua pasien
1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
71
2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu
buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien
dan menyiapkan pustaka penunjang.
b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien
terutama tentang Obat.
c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang
dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
c. Memahami teknik edukasi.
d. Mencatat perkembangan pasien.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud
komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga
tercapai keberhasilan terapi Obat.
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
72
c. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
73
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman
dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
F. Asuhan Sanitasi
Asuhan saniasi adalah suatu upaya atau kegiatan pemberian layanan sanitasi yang
mengintegrasikan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara
pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung.
Sasaran program klinik sanitasi meliputi:
1) penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan
(yang datang ke puskesmas atau yang diketemukan di lapangan);
2) masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan (yang
datang ke puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi di
lapangan);
3) lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat sekitarnya.
Asuhan sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas
oleh petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan masyarakat.
Kegiatan dalam gedung difokuskan pada identifikasi penyakit yang diderita pasien,
kegiatan konseling, penyuluhan dan membuat perjanjian untuk kunjungan rumah.
Kegiatan di luar gedung berupa kunjungan rumah. Kegiatan tersebut
meliputi inspeksi sanitasi lingkungan tempat tinggal pasien, penyuluhan yang lebih
terarah kepada pasien, keluarga dan tetangga sekitar. Inspeksi sanitasi lingkungan
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dan ketepatan jenis intervensi yang
akan dilakukan.
Strategi operasional dari program sanitasi meliputi:
1. Inventarisasi masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan
yang dihadapi oleh masyarakat dengan cara pengumpulan data dan pemetaan yang
berkaitan dengan penyakit, perilaku, sarana sanitasi, dan keadaan lingkungan.
2. Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan program terkait di
puskesmas dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.
74
3. Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan penanganan
masalah kesehatan lingkungan
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada dengan melibatkan lintas
program dan lintas sektor terkait, baik dalam lingkup kabupaten maupun puskesmas.
4. Menumbuh kembangkanperan serta masyarakat melalui kemitraan dengan
kelembagaan yang ada.
5. Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten/kecamatan yang merupakan satuan
ekologis atau satuan epidemiologis penyakit.
6. Menciptakan perubahan dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
7. Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain masyarakat, swasta,
pengusaha, dan pemerintah.
G. Asuhan Laboratorium
1. Metode
a. Jika pasien berada di ruang UGD/Rawat Inap
1) Petugas mengambil atau menerima sample/bahan sesuai dengan form permintaan
pemeriksaan yang telah di tulis oleh perawat jaga
2) Petugas jaga membawa sample/bahan yang telah di peroleh ke ruang laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan
b. Jika pasien berasal dari poli rawat jalan
1) Petugas menerima form permintaan pemeriksaan laboratorium dari pasien
2) Petugas menyapa pasien sembari menerima form permintaan pasien
3) Petugas memanggil pasien sesuai urutan sembari menanyakan identitas pasien
yang tercantum dalam form permintaan laboratorium
4) Petugas menjelaskan pemeriksaan apa yang akan dilakukan
5) Petugas menerima atau mengambil sample/bahan pada pasien sesuai prosedur
pengambilan sample
6) petugas menginformasikan lamanya waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan
tersebut
7) Petugas segera menganalisa bahan/sample yang telah di peroleh
8) Data pasien pada form permintaan pemeriksaan laboratorium dicatat pada buku
register laboratorium
75
c. Penerimaan spesimen
1) Petugas poli/UGD/rawat inap memeriksa dan mendata pasien yang akan periksa
di laboratorium
2) Petugas poli/UGD/rawat inap mengarahkan pasien dan keluarga untuk datang ke
laboratorium dengan menyertakan form permintaan pemeriksaan laboratorium
3) Petugas melakukan pengambilan specimen sesuai jenis pemeriksaan yang diminta
4) Petugas menampung spesimen pada tempatnya dan diberi label sesuai identitas
pasien yang meliputi nama, alamat, jenis kelamin, dan tanggal pengambilan
specimen
5) Petugas segera membawa sample ke ruang laboratorium berserta form permintaan
pemeriksaan
6) Petugas laboratorium memeriksa kesesuaian identitas yang tertera pada specimen
dengan data diri pasien yang tertera pada formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
76
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan alat – alat untuk pemberian layanan klinis di Puskesmas Mangaran diperoleh
dari penanggung jawab sarana prasarana yang sebelumnya sudah mengajukan pengadaan ke
Dinas Kesehatan, sedangkan kebutuhan obat – obatan untuk pemberian layanan klinis di
Puskesmas Mangaran diperoleh dari penanggung jawab obat setelah sebelumnya memasukkan
permintaan ke GFK dan sebagian melakukan pengadaan sendiri oleh Puskesmas Mangaran.
77
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (pasien safety) secara sederhana di defenisikan sebagai suatu upaya
untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan
secara menyeluruh dan terpadu.
Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :
1.Memastikan identitas pasien untuk menghindari kesalahan tindakan atau pengobatan terhadap
pasien
2. Memberikan asuhan sesuai dengan kasus pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Melengkapi catatan tenaga klinis sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan
5. Membuat system identifikasi dan pelaporan kejadian tidak diharapkan.
78
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan dapat menimbulkan bahaya
bagi petugas termasuk petugas yang memberikan layanan klinis. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam upaya kesehatan dan keselamatan kerja yaitu ruangan kerja dirancang
sedemikian rupa untuk memudahkan proses kerja, pencahayaan yang cukup, suhu, kelembaban
ruangan dan kebersihan ruangan dari binatang seperti kecoa dan tikus serta hal-hal yang
berkaitan dengan faktor ergonomic dan psikososial, serta penggunaan APD saat memberikan
layanan klinis.
79
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
80
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini dibuat sebagai acuan dalam pemberian layanan klinis di Puskesmas
Mangaran dan jaringannya yang merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk menunjang
tercapainya layanan yang paripurna dan komprehensif dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Mangaran. Untuk keberhasilan penanganan klien/pasien di
Puskesmas Mangaran ini diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
terkait. Hal tersebut akan menjadikan layanan klinis di Puskesmas Mangaran semakin optimal
dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyakat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan citra Puskesmas Mangaran dan kepuasan pasien atau masyarakat.
81