Model Pembelajaran PBL
Model Pembelajaran PBL
Model Pembelajaran PBL
Masih melansir dari jurnal 'Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)',
ciri-ciri dari problem based learning, yaitu:
1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan
Pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang nyata dan penting bagi
siswa. Pertanyaan dan masalah yang diajukan harus memenuhi kriteria autentik, jelas,
mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
2. Keterkaitan dengan Berbagai Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam proses pembelajaran sebaiknya berkaitan atau
melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan dilakukan pada masalah yang autentik. Selain itu, penyelidikan juga
diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata.
Dalam penyelidikan, siswa akan menganalisis dan merumuskan masalah,
mengembangkan, dan membuat hipotesis, serta menggambarkan hasil akhir.
4. Menghasilkan Karya
Pada problem based learning, siswa bertugas untuk menyusun hasil penelitiannya
dalam sebuah karya dan menunjukkan hasilnya. Artinya, siswa diminta untuk
membuat laporan dari hasil penyelesaian masalah.
5. Kolaborasi
Pada problem based learning, tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan secara
kolaboratif. Kerja kolaboratif dapat dilakukan baik antarsiswa dalam kelompok besar
atau kecil, maupun antara siswa dan guru.
B. Sintaks Model Pembelajaran PBL
Berikut ini langkah-langkah untuk menerapkan problem based learning.
Guru memberikan apresiasi (berupa alat tulis yang dijadikan alat peraga) kepada
kelompok yang sudah maju untuk mempresentasikan hasilnya.
Guru menjelaskan rencana pertemuan berikutnya
Guru menyampaikan kepada peserta didik bahwa pertemuan berikutnya adalah
ulangan BAB V : SPLDV
Peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
Peserta didik menjawab pertanyaan : “Bagaimana perasaan kalian setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran matematika hari ini?”
Berdoa dan memberi salam
(https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JEUJ/article/download/21599/9068
1. Menurut Duch, Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata . Masalah ini digunakan untuk
mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
2. Menurut Arends, Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga
diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya
3. Menurut Glazer, mengemukakan Problem Based Learning merupakan suatu strategi
pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam
situasi yang nyata
Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning dapat disimpulkan
bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan
yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2 No. 2 Tahun 2021 Elfrida Kolo, dkk
PBL pertama kali dikenalkan oleh Don Woods berdasarkan penelitiannya dengan para
mahasiswa kimia di universitas Mc. Master di Kanada pada tahun 1960an (Mayasari dkk,
2016). Problem Based Learning merupakan metode instruksional yang menantang peserta
didik agar belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi dari masalah yang
nyata (Gunantara dkk, 2014 : 2). Problem Based Learning merupakan model pembelajaran
yang diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
(Fathurrohman, 2015 : 4). Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata (Gunantara dkk, 2015 : 2). Dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning apabila dijalankan
dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang lebih tinggi daripada
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Menurut Heriawan (dalam Usman
& Ekasatya, 2017 : 72) Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual. Hal ini disebabkan metode pembelajaran Problem Based Learning
menghadirkan suasana yang penuh dengan motivasi dan saling ketergantungan secara positif.
Guru membimbing siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara bekerja
sama satu dengan yang lain, membagi siswa dslam kelompok yang bervariasi, masing –
masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang, dan membagikan LKS untuk dikerjakan.
Guru meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
dan membantu jika siswa mengalami kesulitan.
A. Orientasi siswa pada masalah Langkah pertama meliputi; orientasi siswa pada
masalah, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan siswa permasalahan,
dan memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Permasalahan
yang termuat dalam aktivitas belajar dan latihan soal memberikan kesempatan siswa
untuk mencapai setiap indikator penalaran matematis menurut Agustin (2016) yang
meliputi; menganalisis situasi matematik, merencanakan proses penyelesaian,
memecahkan permasalahan dengan langkah-langkah yang sistematis, dan menarik
kesimpulan yang logis. Pada awal setiap bab terdapat tujuan kompetensi yang
menuliskan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan tujuan
pembelajaran, sehingga siswa mengetahui tujuan mempelajari materi bab tertentu
yang disajikan dalam modul matematika.
B. Mengorganisasikan siswa untuk belajar Langkah yang kedua yaitu mengorganisasikan
siswa untuk belajar. Pada langkah ini guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar melalui bertanya “apa yang kalian ketahui dari
permasalahan di atas?”. Kemudian siswa dapat mengetahui informasi dalam soal,
mengetahui faktafakta matematis dalam soal, dan mengetahui apa yang ditanyakan
pada soal. Sehingga indikator penalaran matematis yaitu menganalisis situasi
matematik dapat terfasilitasi pada langkah pembelajaran ini.
C. Membimbing pengalaman individu/kelompok Pada langkah ini siswa
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu siswa dalam
memecahkan permasalahan, dan siswa menyiapkan karya yang sesuai (laporan
tertulis). Hasil karya merupakan hasil pemikiran siswa, sehingga siswa harus mampu
menyelesaikan masalah matematika melalui kegiatan atau pengalaman belajar.
Pada langkah ini siswa juga diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil
pemikirannya dengan teman yang lain. Fungsi modul sebagai bahan ajar menurut
(Prastowo, 2012) salah satunya adalah pengganti fungsi pendidik. Maksud pengganti
yaitu modul yang dikembangkan mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan
baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan maupun usia mereka
D. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Langkah terakhir dalam
pembelajaran Problem Based Learning yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Guru memiliki peran penting dan bertugas untuk menganalisis
maupun mengevaluasi apakah pemecahan masalah yang dilakukan siswa sudah benar
atau belum dengan melihat kunci jawaban/feedback. Selain itu, dalam tahap ini guru
juga harus melakukan klarifikasi apabila terdapat kesalahan yang dilakukan siswa.
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/
mv11n2_14/1108
Artikel ini menyajikan bagaimana model Pembelajaran Berbasih Masalah diterapkan pada
materi pola bilangan di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah,
termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Adapun langkah-langkah dari model
pembelajaran tersebut memiliki 5 tahapan yaitu 1) Tahap orientasi peserta didik pada
masalah, 2) Tahap mengorganisasi peserta didik dalam belajar. 3) Tahap membimbing
penyelidikan secara individu maupun kelompok. 4) Tahap mengembangkan dan menyajikan
hasil karya. 5) Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Selanjutnya
bagaimana aktifitas guru dan siswa dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) dalam materi pola bilangan akan dibahas dalam artikel ini. Kata Kunci:
Pembelajaran Berbasis Masalah, berfikir kritis, keterampilan pemecahan masalah.
Tahap ke-1 (Fase 1): orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini, pembelajaran
dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat
mengetahui pembelajaran yang akan dilakukan.
Tahap ke-2 (fase 2), mengorganisasi peserta didik dalam belajar. Pada tahap ini aktivitas
utama guru adalah membantu peserta didik untuk belajar (mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar yang berhubungan dengan masalah yang diberikan)
Tahap ke-3 (fase 3), membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok. Pada
tahap ini, guru membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan
individu maupun kelompok.
Tahap ke-4 (fase 4), mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru dapat
membimbing peserta didik untuk mengembangkan hasil penyelidikannya dan meminta
peserta didik mempresentasikan hasil temuannya.
Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap
ini guru memandu/memfasilitasi peserta didk untuk menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah yang diperolehnya.