Makalah Pengertian Ushul Tafsir Kelompok 1 Alisah
Makalah Pengertian Ushul Tafsir Kelompok 1 Alisah
Makalah Pengertian Ushul Tafsir Kelompok 1 Alisah
Disusun oleh :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Makalah ini memahas secara rinci mengenai beberapa hal saja. Lebih
lanjut mengenai hal tersebut dapat dipahami dalam rumusan masalah, yaitu:
1. Apa Definisi Ushul Tafsir?
2. Bagaimana Perkembangan disiplin ilmu tafsir?
3. Apa saja Karya Ulama Tafsir?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini secara singkat menjelaskan mengenai Ushul dan Tafsir yaitu:
1. Untuk mengetahui Definisi Ushul.
2. Untuk mengetahui Perkembangan disiplin ilmu tafsir.
3. Untuk mengetahui Apa saja Karya Ulama Tafsir.
1
Quraish SHihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan,dan aturan yang patut anda ketahui dalam
memahami al- quran, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), h.5.
2
Novizal Wendry, URGENSI KADAH TAFSIR DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN, Jurnal
Ulunnuha vol.6 No.2/Desember 2016, h.23-24.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ushul
Tafsir
Ushul atau qowa’idh dengan tafsir terdiri dari dua kata yang berbeda,
baik kata maupun maknanya. Kaidah tafsir berasal dari bahasa Arab yaitu
ﺪﻋﺎﻗةQa’idah yang akar katanya terdiri dari huruf د- ع- قadalah bentuk
jamak dari kata-kata qâ’idah.
( ﻰﻨﻌﻣ اﻮﻘﻟاﺔﻐﻟ ﺪﻋ اﻞﺻﻻ و اﺎﺳﻻس اﺬﻟى ﺮﯿﻏ ﮭﯿﻠﻋ ﻰﻨﺒﯾه و ﻢﺘﻌﯾ )ﺪﻋﺎﻗة
Qawa’id dalam pengertian bahasa adalah asal dan dasar tempat
membangun sesuatu atau,
ا اﻢﯿﻈﻌﻟ و ﮭﯿﻔﯿﻛ ﺔﻓﺮﻌﻣ اﺎﻔﺘﺳﻻةد ﻣﻨﮭllllllllاﺎﻜﺣﻻم اﺔﯿﻠﻜﻟ اﺎﮭﺑ ﻞﺻ ﻮﺘﯾ ﻲﺘﻟ اﻰﻟ اﺎﺒﻨﺘﺳط ﻰﻧﺎﻌﻣ اﺮﻘﻟن/اﻮﻘﻟاﺪﻋ
makna dipahaminya kepada menyampaikan yang umum “Aturan-aturan
(aturan-aturan penggunaannya cara diketahuinya dan al‘Azhim AlQur’an
itu).3
Qawa’id secara etimologi adalah asal dan dasar tempat membangun
sesuatu. Makna lain dari qawa'id adalah, sesuatu yang ditetapi oleh perkara
tertentu atau sesuatu yang menjadi dasar perkara lain. Sesuatu memiliki asal
muasal, seperti roti yang berasal dari tepung terigu dan telur, maka
Qawaid merupakan bahan dasar dari segala sesuatu yang ada. Dengan
demikian Qâ’idah adalah asal dari sesuatu yang ada diatasnya baik sesuatu
itu nyata atau sesuatu yang abstrak.4
Memahami Ushul atau Qawaid maka akan mampu menjelaskan asal
usul dan bagaimana proses terjadinya suatu perkara. Perubahan yang terjadi
dari asal dan dasar mampu diidentifikasi dengan jelas. Pemahaman yang
mendalam sampai asal dari suatu perkara akan mengarahkan pada
terjaganya maksud, makna dan arti dari suatu hal. Sehingga mampu
meminimalisir kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memaknai dan
menafsirkan suatu perkara.
3
Salman Harun, perkembangan Saintifik Ilmu Qawa’id al-Tafsir, Journal of Qur’an and
Hadith Studies-vol.3, No.1, (2014), h.18.
4
Syofrianisda, RELEVANSI DAN KORELASI QAWA’ID AL-TAFSIR DENGAN USHUL AL-FIQH,
ALHURRYAH : Journal Hukum Islam, vol. 02, No.02., juli-Desember 2017, h.201.
Tafsir berasal dari kata fassara yang artinya “menjelaskan”,
“menyingkap”, atau “menerangkan” makna yang abstrak. Sedangkan secara
istilah, definisi tafsir ialah ilmu guna mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya.5
Sedangkan secara terrminologi, menurut Abu Hayyan istilah tafsir
dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas bagaimana cara mengucapkan
bacaan Al- Quran, mengenai petunjuk, hukumnya kekita berdiri sendiri
ataupun ketika tersusun, dan kemungkinan makna bagi lafadz ketika
tersusun, serta lain-lain yang melengkapinya.6
Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat ditegaskan bahwa tafsir
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sains (ilmu) dan produk. Sebagai ilmu,
tafsir adalah seperangkat ilmu yang dapat mengungkapkan makna
Alquran, petunjuknya, hukumnya, dan hikmah. Sekaligus sebagai produk,
tafsir adalah bentuk penjelasan petunjuk-petunjuk, hukum dan hikmah yang
terkandung dalam Al Quran.7
Dari penjabaran kedua definisi dapat disimpulkan bahwa, yang
dimaksud dengan Ushul al-Tafsir wa Qowa’id adalah:
5
Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Ilmu Untuk Memahami Wahyu (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2016). h.130.
6
Shoki huda, tafsir al-Qur’an: konsep dasar, klasifikasi, dan perkembanannya, 03 februari 2018.
h.2.
7
Op. cit, Syofrianisda, Relavansi dan Korelasi Qawa’id al-Tafsir dengan Ushul al-fiqh, Al-
huriyah, h.205.
8
Op.cit, Sokhi Huda, Tafsir al-Qur’an : konsep dasar, klasifikasi, dan perkembangannya.,h. 3
Pembahasan Qowa’id al-Tafsir berbeda dengan Ulumul Qur’an.
Menurut ‘Al-Qathathan, Ulumul Qur’an adalah Ilmu yang berisi pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi informasi perihal asbab an-
nuzul (sebab turunnya Al-Qur’an), ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota
Mekkah maupun Madinah, kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, serta
hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Sehingga dari pengertian tersebut
bisa dipahami ada banyak cabang ilmu-ilmu yang terkait Al Qur’an.
Sementara Qowa’idh al-Tafsir, adalah salah satu sub cabang
pembahasan Tafsir yang terdapat dalam Ulumul Qur’an, meningat keluasan
cabang ilmu-ilmu terkait Al-Qur’an. Merupakan bagian terpenting dari
Ulmul Quran, sebab sangat relevan dengan penetapan istinbath
(kesimpulan hukum) dalam fiqh dan penentuan Iman (tauhid, keyakinan)
yang benar. Selain itu, Qowa’idh al-Tafsir ini berfungsi sebagai aturan
bahasa (kaidah) untuk mengetahui tafsir Al-Qur’an perkata dan arti
berdasarkan maknanya.
9
Tasbih, KEDUDUKAN DAN FUNGSI KAIDAH-KAIDAH TAFSIR, journal Farabi vol. 10 No.
2 Desember 2013, H.107
Al-Qur’an yang diturunkan Allah swt mempunyai berbagai macam
makna, jika orang tidak mengerti bahasa Al-Qur’an (Arab), maka tidak
mudah bahkan sulit untuk memahaminya. Di sini peran dan fungsi bahasa
(khususnya bahasa Arab), karena hanya dengan cara inilah isi Al-Qur’an
dapat dipahami. Merujuk pada penjelasan demikian, maka sudah tentu
bahwa yang menjadi obyek kajian dari ilmu Qowa’id al-Tafsir ialah Al-
Qur’an al-Karim.10
10
Ismail Pangeran, BEBERAPA KAIDAH PENAFSIRAN ALQURAN,Journal Hunafa vol. 4 ,
No.2, juni 2007: 281-290, h.282
menjadi salah satu bentuk kebijaksanaan dalam menempatkan waktunya.
Oleh sebab itu seorang hakim jika ingin memberikan pembelajaran
maka dia harus menghimpunnya dalam dua bentuk penjelasan yaitu
berupa ijmali untuk melihat faktor kejiwaan dan berupa tafsili untuk
memberikan kedamaian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penjelasan dan pemahaman terhadap qawâ’id al-tafsir sangat penting dan
utama karena maudu’nya adalah Alquran. Alquran merupakan asal dari
semua ilmu yang mengandung kebaikkan, baik masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
BAB III
KESIMPULA
N
Tafsir secara etimologi bermakna; menyingkap/membuka dan penjelasan
mengeluarkan sesuatu dari tempat tersebunyi/samar ke tempat yang jelas/terang.
Definisi tersebut menegaskan bahwa kaidah mencakup semua bagian-bagiannya.
Maka kaidah tafsir didefinisikan sebagai “Ketentuan umum yang membantu
seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan-pesan Al-Qur’an.
Namun dalam kenyataan sering ditemukan bagian yang menyimpang dari
kaidah umum itu. Ada ulama yang menyatakan ketika melihat kenyataan tersebut
bahwa memang demikian sifat kaidah, terutama dalam hal-hal yang bersifat
teoritis. Maksudnya, walaupun rumusan definisi “kaidah” mengandung makna
bahwa ia mencakup segala rinciannya, namun secara substansial sejak awal para
perumus tidak memaksudkan dari kata kully/ umum mencakup segala sesuatu
tanpa kecuali.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J. (2013, Agustus 31). Mengenal Ilmu Ushul Tafsir. Diambil kembali
dari Wordpress: https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/08/31/
mengenalilmu-ushul-tafsir/
Efendi, N., & Fathurrohman, M. (2014). Studi Al-Qur’an (Memahami Wahyu
Allah secara Lebih Integral dan Komperehensif). Yogyakarta: Teras.
Harun, S. (2014). Perkembangan Saintifik Ilmu Qawa’id al-Tafsir. Journal of
Qur’an and Hadith Studies, Vol. 3, No. 1.
Hermawan, A.(2016). Ulumul Qur'an Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Huda, S.(2018, Februari 03). Tafsir al-Qur'an: Konsep Dasar, Klasifikasi,
danPerkembangannya. Diambil kembali dari Researchgate:
https://www.researchgate.net/publication/321110175
Shihab, Q. (2013). Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
Syamsuri. (2011). PENGANTAR QAWA`ID AL-TAFSIR. Jurnal Sulesana, Vol. 6,
No. 2.
Syofrianisda. (2017). Relevansi Dan Korelasi Qawa’id Al-Tafsir Dengan Ushul
AlFiqh. Jurnal Hukum Islam, Vol. 02 , No. 02.
Tasbih. (2013). Kedudukan Dan Fungsi Kaidah-Kaidah Tafsir. Jurnal Farabi,
Vol. 10, No. 2.
Wendry, N. (2016). Urgensi Kaedah Tafsir dalam Penafsiran Al-Qur'an. Jurnal
Ulinnuha, Vol. 6, No. 2.