Makalah Pengertian Ushul Tafsir Kelompok 1 Alisah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DEFINISI USHUL TAFSIR


disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ushul al-Tafsir wa
Qawa’iduhu Dosen Pengampu : Hilyati Aulia, S. Thl, M.S.I

Disusun oleh :

Fatwa Hakim (3121055)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari al-Qur’an merupakan hal yang sangat penting bagi setiap


muslim. Karena dengan mempelajari al-Qur’an seorang muslim akan
mendapatkan petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia yang sangat
sementara ini. Menurut M.Quraish Shihab, al-Qur’an adalah kitab yang
memancar darinya ilmu keislaman. Karena kitab suci itu mendorong untuk
melakukan pengamatan dan penelitian. Kitab suci ini juga dipercaya oleh
umat Islam sebagai kitab petunjuk yang hendaknya dipahami.
Dalam konteks itulah lahir usaha untuk memahaminya. Lalu hasil dari
usaha itu membuahkan aneka disiplin ilmu dan pengetahuan baru yang
sebelumnya belum dikenal atau terungkap. Untuk memahami seluk-beluk al-
Qur’an, kita dikenalkan dengan suatu disiplin ilmu, yaitu ‘ulumul Qur’an.
Adapun suatu ilmu yang merupakan alat bagi umat Islam untuk dapat
memahami kitab sucinya adalah kaidah tafsir.
Sebelum masuk ke kegiatan penafsiran terhadap al-Quran, sangatlah
penting bagi setiap muslim untuk mempelajari kaidah-kaidah penafsiran
terlebih dahulu. Dalam banyak kasus, sebagian umat Islam tidak mengenal
disiplin ilmu kaidah tafsir ini. Mereka langsung saja membuka dan membaca
kitab tafsir seperti Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Qurtuby, dan kitab tafsir
lainnya. Mereka tidak terlebih dahulu memahami prosesnya yaitu qawa’id al-
tafsir sebagaimana yang dibahas dalam al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an, Al-
Itqan dan Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an.
Akibatnya, ketika muncul suatu penafsiran ayat yang berbeda
dikarenakan proses penafsirannya dengan kaidah yang berbeda, mereka
menjadi bingung dan menolak perbedaan-perbedaan itu. Maka dari itu,
mempelajari kaidah tafsir adalah suatu keharusan agar bisa memahami ayat
al-Qur’an dengan baik dan benar.Al-Quran adalah kitab yang bersumber dari
berbagai ilmu keislaman, dan umat Islam meyakini bahwa kitab suci ini
adalah buku pedoman yang harus dipahami. Oleh karena itu, Al-Qur'an
mendorong umat muslim melakukan observasi dan penelitian. Yang
kemudian dari konteks
usaha untuk memahaminya tersebut, melahirkan aneka disiplin ilmu
pengetahuan baru yang sebelumnya belum dikenal atau terungkap, salah
satunya ialah ilmu Tafsir.1
Sementara itu, untuk dapat mengaplikasikan ilmu maka perlu mendalami
ilmu-ilmu dasar yang menunjang bidang keilmuan yang ditekuninya. Antara
lain, penafsiran yang membutuhkan pengetahuan tambahan untuk
memperoleh produk tafsir berdasarkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh
para ulama yang mendalami Alquran. Sebab perlu diakui, selain Allah SWT.
Hakikat ayat Al-Quran tidak bisa dicapai dengan pasti. Manusia hanya dapat
mengartikan Al- Qur'an sesuai dengan kemampuannya menurut disiplin ilmu
yang harus dimilikinya. Hal ini menimbulkan berbagai corak penafsiran.
Maka sebab itu, seorang mufasir dalam menafsirkan ini biasanya disebut
metode (kaidah) interpretasi (tafsir).2

B. Rumusan Masalah

Makalah ini memahas secara rinci mengenai beberapa hal saja. Lebih
lanjut mengenai hal tersebut dapat dipahami dalam rumusan masalah, yaitu:
1. Apa Definisi Ushul Tafsir?
2. Bagaimana Perkembangan disiplin ilmu tafsir?
3. Apa saja Karya Ulama Tafsir?

C. Tujuan Makalah
Makalah ini secara singkat menjelaskan mengenai Ushul dan Tafsir yaitu:
1. Untuk mengetahui Definisi Ushul.
2. Untuk mengetahui Perkembangan disiplin ilmu tafsir.
3. Untuk mengetahui Apa saja Karya Ulama Tafsir.

1
Quraish SHihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan,dan aturan yang patut anda ketahui dalam
memahami al- quran, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), h.5.
2
Novizal Wendry, URGENSI KADAH TAFSIR DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN, Jurnal
Ulunnuha vol.6 No.2/Desember 2016, h.23-24.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ushul
Tafsir
Ushul atau qowa’idh dengan tafsir terdiri dari dua kata yang berbeda,
baik kata maupun maknanya. Kaidah tafsir berasal dari bahasa Arab yaitu
‫ ﺪﻋﺎﻗة‬Qa’idah yang akar katanya terdiri dari huruf ‫ د‬- ‫ ع‬- ‫ ق‬adalah bentuk
jamak dari kata-kata qâ’idah.
( ‫ﻰﻨﻌﻣ اﻮﻘﻟاﺔﻐﻟ ﺪﻋ اﻞﺻﻻ و اﺎﺳﻻس اﺬﻟى ﺮﯿﻏ ﮭﯿﻠﻋ ﻰﻨﺒﯾه و ﻢﺘﻌﯾ )ﺪﻋﺎﻗة‬
Qawa’id dalam pengertian bahasa adalah asal dan dasar tempat
membangun sesuatu atau,

‫ا اﻢﯿﻈﻌﻟ و ﮭﯿﻔﯿﻛ ﺔﻓﺮﻌﻣ اﺎﻔﺘﺳﻻةد ﻣﻨﮭ‬llllllll‫اﺎﻜﺣﻻم اﺔﯿﻠﻜﻟ اﺎﮭﺑ ﻞﺻ ﻮﺘﯾ ﻲﺘﻟ اﻰﻟ اﺎﺒﻨﺘﺳط ﻰﻧﺎﻌﻣ اﺮﻘﻟن‬/‫اﻮﻘﻟاﺪﻋ‬
makna dipahaminya kepada menyampaikan yang umum “Aturan-aturan
(aturan-aturan penggunaannya cara diketahuinya dan al‘Azhim AlQur’an
itu).3
Qawa’id secara etimologi adalah asal dan dasar tempat membangun
sesuatu. Makna lain dari qawa'id adalah, sesuatu yang ditetapi oleh perkara
tertentu atau sesuatu yang menjadi dasar perkara lain. Sesuatu memiliki asal
muasal, seperti roti yang berasal dari tepung terigu dan telur, maka
Qawaid merupakan bahan dasar dari segala sesuatu yang ada. Dengan
demikian Qâ’idah adalah asal dari sesuatu yang ada diatasnya baik sesuatu
itu nyata atau sesuatu yang abstrak.4
Memahami Ushul atau Qawaid maka akan mampu menjelaskan asal
usul dan bagaimana proses terjadinya suatu perkara. Perubahan yang terjadi
dari asal dan dasar mampu diidentifikasi dengan jelas. Pemahaman yang
mendalam sampai asal dari suatu perkara akan mengarahkan pada
terjaganya maksud, makna dan arti dari suatu hal. Sehingga mampu
meminimalisir kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memaknai dan
menafsirkan suatu perkara.

3
Salman Harun, perkembangan Saintifik Ilmu Qawa’id al-Tafsir, Journal of Qur’an and
Hadith Studies-vol.3, No.1, (2014), h.18.
4
Syofrianisda, RELEVANSI DAN KORELASI QAWA’ID AL-TAFSIR DENGAN USHUL AL-FIQH,
ALHURRYAH : Journal Hukum Islam, vol. 02, No.02., juli-Desember 2017, h.201.
Tafsir berasal dari kata fassara yang artinya “menjelaskan”,
“menyingkap”, atau “menerangkan” makna yang abstrak. Sedangkan secara
istilah, definisi tafsir ialah ilmu guna mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya.5
Sedangkan secara terrminologi, menurut Abu Hayyan istilah tafsir
dapat diartikan sebagai ilmu yang membahas bagaimana cara mengucapkan
bacaan Al- Quran, mengenai petunjuk, hukumnya kekita berdiri sendiri
ataupun ketika tersusun, dan kemungkinan makna bagi lafadz ketika
tersusun, serta lain-lain yang melengkapinya.6
Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat ditegaskan bahwa tafsir
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi sains (ilmu) dan produk. Sebagai ilmu,
tafsir adalah seperangkat ilmu yang dapat mengungkapkan makna
Alquran, petunjuknya, hukumnya, dan hikmah. Sekaligus sebagai produk,
tafsir adalah bentuk penjelasan petunjuk-petunjuk, hukum dan hikmah yang
terkandung dalam Al Quran.7
Dari penjabaran kedua definisi dapat disimpulkan bahwa, yang
dimaksud dengan Ushul al-Tafsir wa Qowa’id adalah:

‫اﺮﻘﻟنا‬ ‫اﺮﯿﺴﻔﺘﻟ و ھﻰ اﺎﻜﺣﻻم اﺔﯿﻠﻜﻟ اﺎﮭﺑ ﻞﺻﻮﺘﯾ ﻰﺘ اﻰﻟ اﻰﻧﺎﻌﻣ ﻂﺒﻨﺘﺳ‬


‫اﻟﻌﻈﯿﻢ‬ ‫ﻟ‬

‫و ﺔﯿﻔﯿﻛ ﺔﻓﺮﻌﻣ اﺎﻔﺘﺳﻻةد ﻮﻗ ﻰﻨﻌﻣ ﺎﮭﻨﻣاﺪﻋ‬

“kaidah umum yang berkaitan atau berhubungan dengan metode


pengistimbatkan atau menggali makna Alquran dan mengetahui tatacara
menggunakan kaidah tersebut untuk memahami makna- makna Alquran”.8

5
Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Ilmu Untuk Memahami Wahyu (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2016). h.130.
6
Shoki huda, tafsir al-Qur’an: konsep dasar, klasifikasi, dan perkembanannya, 03 februari 2018.
h.2.
7
Op. cit, Syofrianisda, Relavansi dan Korelasi Qawa’id al-Tafsir dengan Ushul al-fiqh, Al-
huriyah, h.205.
8
Op.cit, Sokhi Huda, Tafsir al-Qur’an : konsep dasar, klasifikasi, dan perkembangannya.,h. 3
Pembahasan Qowa’id al-Tafsir berbeda dengan Ulumul Qur’an.
Menurut ‘Al-Qathathan, Ulumul Qur’an adalah Ilmu yang berisi pembahasan
yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi informasi perihal asbab an-
nuzul (sebab turunnya Al-Qur’an), ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota
Mekkah maupun Madinah, kodifikasi dan tertib penulisan Al-Qur’an, serta
hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Sehingga dari pengertian tersebut
bisa dipahami ada banyak cabang ilmu-ilmu yang terkait Al Qur’an.
Sementara Qowa’idh al-Tafsir, adalah salah satu sub cabang
pembahasan Tafsir yang terdapat dalam Ulumul Qur’an, meningat keluasan
cabang ilmu-ilmu terkait Al-Qur’an. Merupakan bagian terpenting dari
Ulmul Quran, sebab sangat relevan dengan penetapan istinbath
(kesimpulan hukum) dalam fiqh dan penentuan Iman (tauhid, keyakinan)
yang benar. Selain itu, Qowa’idh al-Tafsir ini berfungsi sebagai aturan
bahasa (kaidah) untuk mengetahui tafsir Al-Qur’an perkata dan arti
berdasarkan maknanya.

B. Objek Kajian Ushul Al-Tafsir Wa Qawaidih


Al-Qur’an adalah akar ajaran Islam yang dapat memberikan petunjuk
kepada umat Islam kapanpun dan dimanapun. Untuk mengimplementasikan
petunjuk tersebut, isi kandungan harus dipelajari agar dapat dipahami dan
dipraktikkan.9
Keindahan bahasa Al-Qur’an merupakan pertanda keindahan Allah swt.,
oleh karena itu Allah azzawajjala adalah sumber segala bahasa. Bahkan jika
manusia dianugerahi kemampuan berfikir kreatif yang luar biasa oleh Allah,
bahasa AlQur’an tidak bisa dikalahkan oleh bahasa manusia. Penggunaan
kaidah bahasa ini, berorientasi pentingnya mengkaji makna bahasa di dalam
Al-Qur’an. Sehingga dengan begitu, akan didapatkannya banyak ilmu yang
terkandung dalam Al-Qur’an, serta sungguh-sungguh mengaplikasikan
maupun mengimplementasikan kandungan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup.

9
Tasbih, KEDUDUKAN DAN FUNGSI KAIDAH-KAIDAH TAFSIR, journal Farabi vol. 10 No.
2 Desember 2013, H.107
Al-Qur’an yang diturunkan Allah swt mempunyai berbagai macam
makna, jika orang tidak mengerti bahasa Al-Qur’an (Arab), maka tidak
mudah bahkan sulit untuk memahaminya. Di sini peran dan fungsi bahasa
(khususnya bahasa Arab), karena hanya dengan cara inilah isi Al-Qur’an
dapat dipahami. Merujuk pada penjelasan demikian, maka sudah tentu
bahwa yang menjadi obyek kajian dari ilmu Qowa’id al-Tafsir ialah Al-
Qur’an al-Karim.10

C. Urgensi Mempelajari Ushul Tafsir Wa Qawaidih


Sesungguhnya al-ushul dan qawâ’id bagi sebuah ilmu adalah
menempati pondasi bagi sebuah bangunan dan akar bagi sebuah pohon,
karena itu mestilah ada dia bagi setiap sesuatu. Karena itu mestilah seseorang
memahami ashal untuk menghasilkan pembeda bagi persoalanpersoalan
yang berkembang disekitar kita. Pendapat ulama tentang penting dan
tingginya kedudukan mengetahui qawâ’id Al Tafsir:
1. Al-Sa’adi dalam pendapatnya tentang kitab Syeikh Islam berkata bahwa
yang membuat buku ini besar dan penting adalah pengarangnya
bersungguhsungguh dalam menjaga dan memeliharanya dengan
menambahkan alqawâ’id al-kulliyah, al-ushul al-jami’ah, dan Al Dabhit
Al Muhith dalam pembicaraannya tentang undang-undang.
2. Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa sebuah keharusan bagi manusia
untuk mengetahui dan mempelajari tentang ushul kulliyah (kaedah
umum) karena dia adalah tempat mengembalikan hal-hal yang terperinci
agar dapat berbicara dengan ilmu dan adil, dan juga dapat mengetahui
bagaimana memperlakukan dan mempergunakan kaedah yang
terperinci. Jika tidak memahami ini maka akan ditemukan dusta dan
kejahilan dalam juz’i dan kebodohan dan kezaliman dalam kulli yang
pada akhirnya akan melahirkan kerusakan yang besar.
3. Imam Zarkasi dalam kitabnya al-mantsur berpendapat bahwa
sesungguhnya menghimpun persoalan yang banyak tersebar dalam satu
undang-undang adalah dalam rangka memelihara dan menguatkanya
serta

10
Ismail Pangeran, BEBERAPA KAIDAH PENAFSIRAN ALQURAN,Journal Hunafa vol. 4 ,
No.2, juni 2007: 281-290, h.282
menjadi salah satu bentuk kebijaksanaan dalam menempatkan waktunya.
Oleh sebab itu seorang hakim jika ingin memberikan pembelajaran
maka dia harus menghimpunnya dalam dua bentuk penjelasan yaitu
berupa ijmali untuk melihat faktor kejiwaan dan berupa tafsili untuk
memberikan kedamaian.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penjelasan dan pemahaman terhadap qawâ’id al-tafsir sangat penting dan
utama karena maudu’nya adalah Alquran. Alquran merupakan asal dari
semua ilmu yang mengandung kebaikkan, baik masa sekarang maupun masa
yang akan datang.
BAB III
KESIMPULA
N
Tafsir secara etimologi bermakna; menyingkap/membuka dan penjelasan
mengeluarkan sesuatu dari tempat tersebunyi/samar ke tempat yang jelas/terang.
Definisi tersebut menegaskan bahwa kaidah mencakup semua bagian-bagiannya.
Maka kaidah tafsir didefinisikan sebagai “Ketentuan umum yang membantu
seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan-pesan Al-Qur’an.
Namun dalam kenyataan sering ditemukan bagian yang menyimpang dari
kaidah umum itu. Ada ulama yang menyatakan ketika melihat kenyataan tersebut
bahwa memang demikian sifat kaidah, terutama dalam hal-hal yang bersifat
teoritis. Maksudnya, walaupun rumusan definisi “kaidah” mengandung makna
bahwa ia mencakup segala rinciannya, namun secara substansial sejak awal para
perumus tidak memaksudkan dari kata kully/ umum mencakup segala sesuatu
tanpa kecuali.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J. (2013, Agustus 31). Mengenal Ilmu Ushul Tafsir. Diambil kembali
dari Wordpress: https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/08/31/
mengenalilmu-ushul-tafsir/
Efendi, N., & Fathurrohman, M. (2014). Studi Al-Qur’an (Memahami Wahyu
Allah secara Lebih Integral dan Komperehensif). Yogyakarta: Teras.
Harun, S. (2014). Perkembangan Saintifik Ilmu Qawa’id al-Tafsir. Journal of
Qur’an and Hadith Studies, Vol. 3, No. 1.
Hermawan, A.(2016). Ulumul Qur'an Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.
Huda, S.(2018, Februari 03). Tafsir al-Qur'an: Konsep Dasar, Klasifikasi,
danPerkembangannya. Diambil kembali dari Researchgate:
https://www.researchgate.net/publication/321110175
Shihab, Q. (2013). Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
Syamsuri. (2011). PENGANTAR QAWA`ID AL-TAFSIR. Jurnal Sulesana, Vol. 6,
No. 2.
Syofrianisda. (2017). Relevansi Dan Korelasi Qawa’id Al-Tafsir Dengan Ushul
AlFiqh. Jurnal Hukum Islam, Vol. 02 , No. 02.
Tasbih. (2013). Kedudukan Dan Fungsi Kaidah-Kaidah Tafsir. Jurnal Farabi,
Vol. 10, No. 2.
Wendry, N. (2016). Urgensi Kaedah Tafsir dalam Penafsiran Al-Qur'an. Jurnal
Ulinnuha, Vol. 6, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai