Industri
Industri
Industri
PENDAHULUAN
dengan industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan baku obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat
yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri
untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (PerMenkes RI, 2010).
penerbitan izin, pembinaan dalam proses produksi dan distribusi hingga kegiatan
obat jadi maupun bahan baku perlu disusun pedoman yang dapat digunakan
1
2
sebagai acuan oleh petugas kesehatan di pusat dan daerah (Dirjen Binfar dan
CPOB dalam kegiatannya. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu bertujuan menjamin mutu obat yang
mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi
dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit &
menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah
pengalaman praktis yang cukup, yang salah satunya dapat diperoleh melalui
3
Kerja Profesi Apoteker di Industri, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT.
Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) Industri Farmasi yang berlokasi di Jl. Besar
Namo Rambe Km. 8,50 No. 68 Kelurahan Deli Tua Kecamatan Deli Tua
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan selama satu bulan lebih dari
tanggal 14 Mei 2019 sampai dengan 29 Juni 2019 di PT. Mutiara Mukti Farma
(PT. MUTIFA) Industri Farmasi yang berlokasi di Jl. Besar Namo Rambe Km.
8,50 No. 68 Kelurahan Deli Tua Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.
BAB II
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
Farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai dengan tujuan
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
Industri Farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah
jawab dalam pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan (PerMenkes RI, 2010).
4
5
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi diperlukan persetujuan prinsip. Tata cara
menolaknya.
6
6. Pemohon izin industri farmasi dengan status Penanaman Modal Asing atau
Gambar 2.1 Tata Cara Pemberian Persetujuan Prinsip (Ditjen Binfar dan
Alkes RI,2011).
setempat.
d. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
persyaratan CPOB.
e. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
Gambar 2.2 Tata cara pemberian izin usaha industri farmasi (Ditjen Binfar
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
3. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
Cara Pembuatan Obat yang Baik adalah pedoman pembuatan obat bagi
industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan
mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Badan POM RI, 2018).
Berikut adalah aspek-aspek yang diatur dalam CPOB No. 34 Tahun 2018:
semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu sesuai
ditambah dengan factor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
Sistem Mutu Industri Farmasi yang tepat bagi pembuatan obat hendaklah
menjamin bahwa:
siklus hidup.
bahan awal dan pengemas yang benar; seleksi dan pemantauan pemasok,
yang disetujui.
(outsource).
pencegahannya.
dan proses.
relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan
produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya
dinilai memuaskan.
13
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
diinvestigasi.
e. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
g. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi
2.2.2 Personalia
sebab itu industri farmasi harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel
tugas. Tanggung jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan
termasuk instruksi higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya (Badan POM RI,
2018).
menetapkan dan menyediakan sumber daya yang memadai dan tepat (manusia,
finansial, bahan, fasilitas dan peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi Sistem
Pengawasan Mutu.
15
Pengawasan Mutu, dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain (BPOM RI, 2018).
yang karena tugasnya berada di area produksi dan gudang penyimpanan atau
hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi (Badan POM RI, 2018).
yang berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.
Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel yang
hendaklah didorong oleh manajemen dan dibahas secara luas selama sesi
pelatihan.
diperlukan.
16
yang memadai, atau kombinasinya, untuk memberi saran atas subjek yang mereka
kuasai.Data yang mencakup nama, alamat, kualifikasi, dan jenis layanan yang
kontruksi, letak yang memadai dan kondisi yang sesuai serta perawatan yang
dilakukan dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
pencemaran tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Badan POM RI, 2012).
17
RI, 2012).
ASHRAE)
berlaku
- Pelunakan air
klorinasi
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain, tindakan pencegahan dapat dilihat pada
Tabel 2.2. Tindakan pencegahan terhadap pengaruh lingkungan (Badan POM RI,
2012).
yang higroskopis
berlaku
serangga dan
hewan lain
Masuk benda dan - Memasang saringan udara kasar atau kasa pada jalur
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
Kelas
A 3.520 20 3.520 20
ditetapkan ditetapkan
ditetapkan ditetapkan
2.2.4 Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
produk jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau mengasorbsi, yang dapat
ditentukan.
produk.
diolah.
21
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
dan kelengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan hygiene yang menyeluruh serta
Sanitasi dan hygiene yang diatur dalam pedoman CPOB 2012 adalah
efektivitas prosedur dan selalu memenuhi persyaratan (Badan POM RI, 2018).
2.2.6 Produksi
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
22
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (Badan POM RI, 2018).
kompeten. Seluruh penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi
dan penggunaan akhir di mana bahan tersebut digunakan dalam produk obat.
Personel yang terlibat dalam kegiatan ini hendaklah memiliki pengetahuan terkini
tentang pemasok, rantai pasokan, dan risiko yang terkait. Jika memungkinkan,
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
tanggal daluarsa.
2. Validasi
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
hendaklah dicatat.
pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
Kontaminasi bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain
hendaklah dicegah. Risiko kontaminasi silang ini dapat timbul akibat tidak
24
terkendali debu, gas, uap, aerosol, bahan genetis atau organisme dari bahan aktif,
bahan lain (bahan awal maupun yang sedang diproses), dan produk yansedang
diproses, residu yang tertinggal pada alat, dan pakaian kerja serta kulit operator.
antara kontaminan yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh kontaminasi silang adalah sediaan parenteral atau yang diberikan
pada luka terbuka dan sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan
b. area produksi terkungkung dengan alat pengolahan dan sistem tata udara
antar peralatan.
25
pengungkungan.
ekstraksi di tempat.
tertentu.
tidak memadai.
efektivitasnya.
dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum
5. Pengembalian
7. Kegiatan Pengemasan
menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas.Semua kegiatan
a. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
jadi dari Industri Farmasi ke distributor. Aneks ini harus mengacu kepada Bab–
Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam penyimpanan dan
1. Pesrsonalia
pengiriman hendaklah dilatih dalam semua persyaratan dalam Aneks ini dan
3. Bangunan-Fasilitas Penyimpanan
a. Area Penyimpanan
tercatat.
c. Penerimaan
tertulis.
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan persyaratan.
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
mutu
5. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk
sesuai untuk jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
30
sebagai berikut:
d. Validasi
e. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat
g. Pengujian stabilitas
keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku, produk obat
ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat (Badan POM RI, 2018).
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
31
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
untuk membantunya
c. Penangganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi, dari
oleh pemalsuan
f. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
lain juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang
mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup:
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian
produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius mengenai mutu produk.
oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali
terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala
kembali
tiap saat
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan
dengan segera
Produk
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif (Badan POM RI, 2018).
untuk membantunya.
dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan
o. Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah
bersangkutan
hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan
pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala hal lain yang serius
ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan
kembali.
tiap saat.
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai
dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
2.2.10 Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
menerima uraian tugas yang secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko
terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
Dokumentasi meliputi:
a. Spesifikasi
d. Dokumen Produksi
e. Prosedur
1. Penerimaan
untuk tiap pengiriman bahan awal, bahan pengemas primer dan bahan pengemas
c. Tanggal penerimaan
dan penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan bahan lain, sesuai keperluan.
2. Pengambilan Sampel
mencakup personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode dan alat
yang harus digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan
3. Pengujian
yang diperoleh dari tiap tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang
dengan mutu yang tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara
Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi dari Pemberi
Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala Pemastian Mutu.
pekerjaan yang dialihdayakan secara benar sesuai peraturan yang berlaku dan Izin
bahan atau produk lain; dan Pemberi Kontrak hendaklah memantau dan mengkaji
a. bertanggung jawab untuk mengkaji dan menilai semua catatan dan hasil
Pemastian Mutu dari Penerima Kontrak, bahwa semua produk dan bahan
yang dikirim oleh Penerima Kontrak telah diproses sesuai dengan CPOB
Penerima Kontrak tidak boleh melakukan perubahan apa pun, di luar kontrak,
yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk alih daya dari Pemberi Kontrak.
komunikasi terkait dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak
hendaklah dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang
sesuai dengan kegiatan alih daya dan CPOB. Semua pengaturan kegiatan alih
daya harus sesuai dengan peraturan dan Izin Edar produk terkait dan disetujui oleh
A. Kualifikasi
1. Kualifikasi Desain
atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangunan) sesuai
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang berlaku. Jadi kualifikasi desain
(termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli atau dipasang atau
dibangun.
2. Kualifikasi Instalasi
yang diinstalasi atau dipasang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada
3. Kualifikasi Operasional.
instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan
4. Kualifikasi Kinerja.
B. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil
1. Validasi Proses
ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang
untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu
a. Validasi Prospektif
produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan dan dilaksanakan sebelum
1. Produk baru,
2. Modifikasi pada proses produksi yang dapat berdampak pada
b. Validasi Konkuren
rutin produk untuk dijual yang oleh suatu hal belum dilakukan validasi
prospektif. Produk yang tidak divalidasi secara prospektif, karena hal tertentu
seperti:
c. Validasi Retrospektif
2. Validasi Pembersihan
membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan untuk proses
pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba pada tingkat yang
dapat diterima.
a. Uji identifikasi
d. Uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau
Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan
ukuran partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi (Badan
berikut:
a. Akurasi
b. Presisi
c. Ripitabilitas
d. Intermediate precision
e. Spesivisitas
f. Batas deteksi
g. Batas kuantitasi
h. Linearitas
i. Rentang.
4. Validasi Ulang
mendapatkan izin edar. Izin edar diberikan oleh mentri yang dilimpahkan kepada
Kepala Badan POM. Pengajuan registrasi obat dengan paten dapat dilakukan oleh
perlindungan hak paten izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
Untuk mendapatkan izin edar, obat yang akan diregistrasi oleh Industri
Aman dan berkhasiat, dibutuhkan melalui uji praklinik dan uji klinik sesuai
1. Memenuhi persyaratan mutu yang dinilai dari proses produksi yang sesuai
pengujian bahan baku dan produk jadi dengan bukti yang sahih (ada
sertifikatnya).
4. Khusus untuk kontrasepsi untuk program nasional dan obat untuk program
tahun 2011 Tentang kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat mengatur
1. Registrasi Baru
Registrasi baru disebut juga dengan registrasi obat copy. Registrasi baru
indonesia.
2. Registrasi variasi
khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang
3. Registrasi Ulang
Pada tahun 1975 didirikan Industri Farmasi di kota Medan dengan nama
perusahaan tersebut dalam suatu akte notaris tertanggal 31 Januari 1980 dengan
nama PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) yang berlokasi di Jl. Besar Namo
Rambe Km. 8,50 No. 68 Kelurahan Deli Tua Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang.
kepada PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) untuk memproduksi obat-
RI. Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81. PT. Mutiara Mukti
operasinya dalam menghasilkan berbagai jenis maupun bentuk sediaan obat untuk
48
49
(CPOB), bahwa setiap industri farmasi harus mengacu pada pedoman tersebut,
maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah membangun pabrik
yang baru di Jl. Besar Namo Rambe Km. 8,50 No. 68 Kelurahan Deli Tua
Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Pada bulan Mei 1994 produksi
telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan administrasi
juga telah dilakukan dilokasi tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1994 PT. MUTIFA
Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini adalah tablet, sirup,
Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
berdasarkan sistem skala prioritas, yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku
di pasaran. Hal ini tidak berlaku untuk obat Inpres dan Askes.
50
Visi dari PT. Mutifa adalah menjadi perusahaan farmasi andalan dan
Misi dari PT. Mutifa adalah membuat obat yang berkualitas tinggi sesuai
dengan standar mutu obat yang telah ditetapkan secara berkesinambungan dengan
granulator, mesin pencetak tablet lubrikator, FBD (Fluid Bed Dryer), mesin strip
dan mesin blister. Hal-hal yang diperiksa selama produksi adalah keseragaman
bobot, waklu hancur, ketebalan, kekerasan, kadar zat berkhasiat, friabilitas, LOD
Setiap tahapan proses pembuatan tablet dibuat dalam ruangan terpisah dari
produksi tablet dengan gudang bahan baku sedemikian rupa sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkat bahan baku dari gudang bahan baku ke gudang
51
produksi relatif cepat dan tidak melalui ruangan produksi lainnya sehingga
pencampuran bahan, mesin pengisi kapsul dan oven. Pada produksi kapsul perlu
25ºC. Hal-hal yang diperiksa selama produksi adalah keseragaman bobot, kadar
Untuk liquida memproduksi sedian bentuk cair seperti suspensi dan sirup.
Unit ini dilengkapi dengan mesin pencampuran dan mesin pengisi obat kedalam
wadah. Hal-hal yang diperiksa selama poduksi adalah pH, Berat Jenis (BJ)
kebocoran wadah.
Research and Development (R&D ) di PT. Mutifa baru dibentuk pada tahun
baru tersebut adalah formulasi yang meyusun semua protokol validasi maupun
laporan validasi proses yang diperlukan di PT. MUTIFA. R&D menyusun protap
untuk mengetahui stabilitas obat jadi. Kondisi penyimpanan yang cocok dan
tanggal kadaluarsa.
52
1. Jumlah contoh dan jadwal pengujian berdasarkan sifat zat yang diuji.
2. Kondisi penyimpanan.
suatu produk yang dihasilkan oleh industri farmasi, agar senantiasa memiliki
Sistem pengawasan mutu harus di rancang dengan tepat untuk menjamin bahwa
tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang tepat
yang terpisah dan memiliki alat pengujian masing masing. Selain itu, ruang
ruang High Permance Liquid Chromatography (HPLC) dan terdapat juga lemari
Sampah dan sisa bahan laboratorium QC dibuang pada tempat yang sudah
disediakan. Bahan beracun dan bahan yang mudah terbakar disimpan pada tempat
53
khusus dan tempat terpisah. Limbah yang dihasilkan dari bagian QC dibuang ke
Tugas dan wewenang personil diterangkan dalam protap yang disimpan oleh
keadaan peralatan apakah berfungsi baik atau tidak. Tanggal dan waktu kalibrasi
Penerimaan dan pembuatan pereaksi serta media biakan dicatat dalam buku
pembuatan yang tertulis dan setiap pereaksi diberi label yang sesuai seperti
dengan memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada. Spesifikasi dan prosedur
pengujjian untuk setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi
masing-masing bahan atau produk dan diperiksa oleh supervisor. Catatan analisa
meliputi:
4. Perhitungan dalam unit ukuran, rumus yang digunakan dan range yang
diperbolehkan
7. Nama pemasok, jumlah keseluruhan dan jumlah bahan awal yang diterima
Contoh pertinggal diberi identitas yang jelas, mewakili tiap bets bahan
baku yang diterima dan obat jadi dalam kemasan lengkap disimpan dalam jangka
waktu tertentu (sampai batas waktu kadaluarsa) dengan kondisi yang sesuai
55
dengan label penandaan. Jumlah sampel pertinggal adalah minimal 2 kali dari
persyaratan yang ada dalam farmakope dan senantiasa direvisi secara rutin.
Spesifikasi dibuat dalam bentuk dokumen dan disimpan tersendiri yang meliputi:
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sebagian kecil dari bets yang ada.
Sampel yang diambil hendaklah mewakili bets yang ada dan berdasarkan prosedur
tetap yang telah dibuat. Jumlah sampel yang diambil mengikuti rumus √ n + 1.
Sampel bahan awal, produk antara, diambil secara acak mewakili tiap
wadah dengan menggunakan peralatan yang sesuai yang diambil pada proses
56
awal, tengah dan akhir. Pengambilan sampel dilakukan dengan tepat untuk
mencegah kontaminasi silang. Wadah untuk bahan sampel diberi label yang
menunjukkan isi wadah, nomor bets, tanggal pengambilan dan tanda bahwa
sampel telah diambil dari wadah tersebut, Pengambilan sampel bahan baku
dilakukan pada tempat yang bersih, dan dilakukan pemeriksaan awal terlebih
Bahan baku.yang akan diuji telah dilengkapi dengan sertifikat analisis dari
produsen atau supplier, bahan pengemas dilihat dari segi fisiknya. Pengawasan
pada kemasan diperiksa oleh IPC sebelum kegiatan pengemasan berjalan, selama
proses berlangsung, dan pada produk akhir yang sudah dikemas. Untuk menjamin
keseragaman bets, sampel diambil mewakili setiap bets produk antara dan produk
ruahan untuk diuji identitas, kekuatan, kemurnian dan kualitasnya. Produk antara
dan produk ruahan yang ditolak diberi penandaan dan diawasi dengan sistem
karantina.
disetujui oleh bagian QA. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang telah diuji dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan diberi
label “DILULUSKAN”
Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi telah
ditetapkan batas waktu penyimpanannya. Jika obat telah melewati batas waktu
tanggal pengujian ulang. Jika masih memenuhi syarat maka bahan diberi label
“DILULUSKAN”.
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang
perusahaan.
keputusan serta tindakan atas hasil penilaian, bila perlu bekerja sama
pelayanan.
12. Bertanggung jawab dalam pelulusan atau penolakan obat jadi sesuai protap
terkait.
3.5.4 Produksi
pengawasan selama proses atau yang disebut dengan In Proces Control baik
terhadap produk antara maupun produk ruahan dari tiap tahap produksi. Bagian
ruahan yang sedang diperiksa, apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan diberi label merah dan tidak boleh diteruskan sebelum persyaratan
yang ditentukan atau bahan tersebut akan dimusnahkan jika tidak memungkinkan
untuk diproses ulang. Sedangkan produk yang diperiksa atau yang berstatus
karantina diberi label kuning, dan jika lulus dari pemeriksaan akan diberi label
Tugas dan fungsi bagian produksi PT. MUTIFA antara lain sebagai berikut :
jadi.
59
Sasaran utama yang harus dicapai oleh bagian produksi antara lain :
Sebelum proses berlangsung ada beberapa hal yang perlu dipersiapan yang
agar produksi dapat berjalan lancar dan menghasilkan suatu produk sesuai dengan
yang diharapkan.
dengan sifat bahan yang akan digunakan. Bila perlu dapat digunakan Air
4. Alat-alat yang digunakan harus selalu dalam keadaan bersih dalam kondisi
baik.
60
yang bertujuan untuk dokumentasi, sehingga jika terjadi kekeliruan atau kesalahan
pada proses produksi, maka segera diketahui pada proses mana kesalahan terebut
Laporan proses produksi berguna untuk menghitung jam kerja yang diperlukan
dalam mengerjakan suatu bets sediaan. Laporan ini dibuat dan ditandatangani oleh
berlangsung harus dilakukan pengawasan selama proses atau yang disebut dengan
In Proces Control (IPC) baik terhadap produk antara maupun produk ruahan dari
tiap tahap produksi. Bagian pengawasan mutu akan melakukan In Proces Control
maupun produk ruahan yang sedang diperiksa, diberi label kuning, dan jika lulus
Produk yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan diberi label merah
dan tidak boleh diteruskan sebelum persyaratan yang ditentukan atau bahan
Setelah tahap pengemasan selesai, obat jadi dikarantina dan kemudian dibuat
Ruangan produksi dengan gudang bahan baku, gudang kemasan dan obat
jadi dibuat sedemikian rupa sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
bahan baku ke ruang produksi, bahan kemasan ke ruang pengemasan, obat jadi
dari ruang karantina ke gudang obat jadi relatif singkat dan tidak melalui ruang
61
dihindari.
3.5.5 Gudang
bahan baku, kemasan, dan sediaan jadi. Gudang melaksanakan penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku, sediaan jadi dan kemasan dengan memakai prinsip FIFO
(First In First Out) maupun FEFO (First Expired First Out). Gudang terbagi 3
yaitu gudang bahan baku, gudang sediaan jadi dan gudang kemasan yang dibuat
4. Bon faktur ditanda tangani oleh kepala gudang, lalu diserahkan ke kasir
industri.
5. Bahan baku yang masuk tersebut langsung dibuat Bukti Barang Masuk
(BBM).
belum diperiksa atau dalam tahap pemeriksaan diberi label karantina. Label
karantina ini diberi warna kuning berisi nama barang, jumlah, nomor bets tanggal
62
diterima, unit penerimaan dan tanda tangan. Barang yang diluluskan diberi label
“diluluskan” berwarna hijau, serta berisi nama barang, tanggal diterima, jumlah,
pembuat atau penyalur nomor bets asal dan data yang diisi oleh unit Quality
Control (QC) (tanggal tes, nomor lot, tanda tangan dan tanggal kadaluarsa),
sedangkan barang yang ditolak diberi label “ditolak” yang berwarna merah dan
berisi nama barang, jumlah, nomor bets, tanggal diterima, dan tanda tangan bagian
QC.
Bahan baku atau kemasan dianalisis oleh unit Quality Control (QC)
setelah menerima Surat Pengiriman contoh bahan baku atau kemasan. Unit ini
kemasan berdasarkan hasil analisis. Bahan baku atau kemasan yang diluluskan
oleh unit Quality Control (QC) akan merobek label hijau (di luluskan) ditempel di
atas label kuning (karantina) dan ditempatkan di daerah yang diluluskan. Bahan
baku atau kemasan yang ditolak oleh unit Quality Control (QC) akan merobek
label “karantina” dan ditempelkan label “ditolak” yang berwarna merah serta
menempatkannya didaerah ditolak. Khusus bahan baku dan kemasan yang ditolak,
unit Quality Control (QC) harus membuat surat penolakan kepada pemasok
atau persyaratan selanjutnya disimpan di gudang obat jadi atau bahan baku, dan
jenis bahan baku, sedangkan untuk bahan baku cair disimpan terpisah. Untuk
63
dalam pengambilan maupun penyusunannya. Bahan baku dan kemasan yang tidak
tahan pada suhu kamar, disimpan pada ruangan khusus yang dilengkapi dengan
AC.
Masuknya obat jadi atau sediaan jadi digudang obat jadi diserahkan oleh
kepala limit kemasan sekunder kepada kepala gudang obat jadi, kemudian kepala
gudang obat jadi membuat surat Bukti Penyerahan Hasil Produksi (BPHP) yang
menerangkan nama obat jadi, kemasan, jumlah, nomor bets yang ditanda tangani
oleh kepala gudang obat jadi. Penyimpanan sediaan jadi berdasarkan bentuk
bahan baku, obat jadi dan kemasan secara komputerisasi maupun manual.
a. Production Planning
terdiri dari rencana produksi tahunan, yang kemudian dipilah menjadi rencana
periodik dipilah lagi menjadi rencana produksi bulanan, mingguan dan harian.
b. Inventory Control
pemesanan.
(stockout).
3.5.7 Limbah
A. Limbah cair
Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian
2. Pada bak netralisasi kalau perlu ditambahkan air kapur untuk menetralkan
limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral
3. Pada bak aerasi cairan limbah dialirkan dengan menggunakan aerator yang
Diagram sistem pengolahan limbah cair dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut ini:
66
Bak Netralisasi
Bak aerasi
Bak Sedimentasi
Bak biokontrol
baku mutu air limbah yang diisyaratkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara
B. Limbah Padat
b. Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses, produk antara atau
ruahan yang rusak atau kotor, kemasan (alumunium foil, botol, dus dan lain-
lain)
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah padat adalah kualitas
lingkungan atau kebersihan didalam area industri, dimana tidak didapat lagi
limbah padat yang berserakan dipabrik. Diagram sistem pengolahan limbah padat
C. Limbah Udara
bahan kimia/reagensia
b. Debu produksi
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah udara adalah kualitas
udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar NH2, SO2, CO,
NO2, TSP. Sistem penanggulangan limbah udara antara lain tertera pada tabel
berikut :
69
D. Limbah Suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin system
penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi
Tolak ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka
kebisingan dan getaran didalam dan diluar area pabrik yang diukur sesuai dengan
Jenis limbah beta laktam dapat berupa limbah cair, padat, udara dan suara.
Limbah cair berasal dari gedung produksi beta laktam berupa pencucian alat atau
mesin. Limbah padat berupa wadah bekas bahan baku antibiotik beta laktam,
bahan baku beta laktam yang rusak, tong plastik, buangan bekas proses produksi
dan produk jadi antibiotik beta laktam yang rusak. Limbah udara berupa debu
produksi antibiotik beta laktam. Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset,
A. Limbah Cair
Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bak atau kolam
perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah itu
dialirkan atau digabung dengan limbah cair non beta laktam di bak penampungan
B. Limbah Padat
Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik beta
laktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih diruang pencucian didalam
gedung beta laktam.air pencucian tersebut merupakan limbah cair dari gedung
beta laktam yang dialirkan ke bak perusak cincin beta laktam, sedangkan wadah
yang telah dicuci dan dibilas bersih tersebut dikeluarkan dari gedung beta laktam
dan ditangani limbahnya seperti pada pengolahan limbah padat non beta laktam.
C. Limbah Udara
Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust collector.
D. Limbah Suara
menggunakan Air Handling System (AHS) yang dibagi menjadi 3 zona. Zona A
untuk tablet dan kapsul, zona B untuk koridor dan zona C untuk krim dan
fresh air.
71
Sumber air yang digunakan di PT. MUTIFA berasal dari air sumur
11.000 L.
1. Air disaring dengan menggunakan filter 25 µm, lalu dialirkan kedalam sand
didalam air.
2. Kemudian air akan masuk kedalam carbon filter, tujuanya adalah untuk
menghilangkan bau, rasa dan warna yang terdapat di dalam air, air yang keluar
3. Kemudian air akan masuk kedalam resin penukar kation, tujuannya adalah
4. Tahap selanjutnya air masuk kedalam resin penukar anion, tujuanya untuk
5. Kemudian air akan masuk kedalam mixbed, tujuanya adalah untuk menyaring
kembali kation anion yang masih mungkin terdapat di dalam air, air yang
maksimal 20 s.
yang merupakan suatu metoda penyaringan berbagai molekul dan ion dari
b. Kemudian air akan masuk kedalam mixbed untuk tahap polising anion
dan kation.
c. Setelah itu air akan masuk kedalam filter 0,2 µm untuk partikel yang
Apabila resin telah jenuh akan diregenerasi, regenerasi resin kation ini
dapat dilakukan dengan cara penambahan HCl dan resin anion dapat dilakukan
mengalir terus-menerus dan sanitasi pipa dilakukan dengan pemanasan pada suhu
BAB IV
PEMBAHASAN
bahwa produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan terus menjaga
digunakan industri farmasi untuk menghasilkan produk yang bermutu adalah Cara
PT. MUTIFA Medan sebagai salah satu PMDN (Pemegang Modal Dalam
Negeri) yang memproduksi obat telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun
1994. Penerapan CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu
langkah untuk menjamin mutu obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang
produk harus dibentuk di dalam produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari
memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB 2018. Hal ini dapat dilihat dari
mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
73
74
berdasarkan CPOB.
mengendalikan protap
3. Melaksanakan validasi
kembalian.
pengawasan dan pengujian seluruh bahan awal yang akan digunakan dalam
produksi, melakukan pengawasan selama proses produksi dan pengujian obat jadi.
mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan mutu obat yang telah
polisi yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai
75
dari rencana design industri (R&D), pembelian bahan, proses produksi hingga
4.2 Personalia
QA dan QC dipimpin oleh manager yang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu dengan yang lain. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT.
MUTIFA memerlukan personil yang terampil dan terlatih. Status dan jumlah
personil dilihat pada tabel 3.3. Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB,
dengan cara mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai
Lokasi PT. MUTIFA Medan dibangun di kawasan yang jauh dari pusat
kota dan keramaian. Bangunan produksi antibiotik beta laktam terpisah dengan
bangunan produksi non beta laktam. Area penimbangan bahan awal dilakukan di
area penimbangan yang terpisah dan didesain khusus untuk kegiatan tersebut.
Area ini merupakan bagian dari area produksi. Ruang produksi dirancang
kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang
serta mengendalikan suhu dan kelembaban. Area di mana dilakukan kegiatan yang
tablet memiliki dust collector. Area penyimpanan PT. MUTIFA terdiri dari
gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, dan obat jadi. Gudang bahan baku
brosur dan label, penyimpanan kemasan sekunder seperti master dus, kotak karton
dan botol. Gudang bahan jadi terdiri dari ruang karantina, penolakan,
terbuat dari kayu, berfungsi agar tidak berkontak langsung dengan lantai, tidak
tercemar debu, kotoran dan terhindar dari rembesan air. Area pengawasan mutu
4.4 Peralatan
Alat timbang dan alat ukur untuk proses produksi dan pengawasan
dikalibrasi secara berkala. Dalam tiap ruang produksi dapat terdapat satu atau dua
3. Ruang pengeringan hanya terdapat alat granulator dan Fluid Bed Dryer
(FBD)
Setiap personil yang masuk ke dalam area produksi (grey area) harus
mengenakan pakaian pelindung, masker, sarung tangan dan penutup kepala. Hal
ini dilakukan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
Sarana toilet dan tempat cuci tangan mudah diakses dari area produksi.
peralatan dan bahan pembersih pada ruangan terpisah dengan ruang pengolahan.
4.6 Produksi
produk jadi. Produk jadi dikarantina pada area produksi. Bagian pengawasan mutu
meluluskannya. Produk jadi kemudian diserahkan ke gudang obat jadi dan siap
didistribusikan.
Bahan baku yang baru datang masuk ke gudang diberi status karantina.
untuk semua bahan aktif dan bahan penolong. Setiap bahan baku yang masuk
harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang akan digunakan sebagai acuan
label released (warna hijau) kemudian disimpan di gudang. Apabila bahan baku
ditolak ditempelkan label rejected (warna merah) dan ditempatkan pada area
Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
pada awal, tengah dan akhir proses. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai
dengan spesifikasinya. Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh
Pengambilan contoh dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah
Inspeksi diri PT. MUTIFA diadakan satu tahun sekali. Inspeksi diri
dilakukan oleh tim inspeksi diri yang diketuai oleh manager QA. Inspeksi diri
dilakukan terhadap departemen Produksi, R&D, QC, QA, dan Teknik. Laporan
dibuat setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan. Inspeksi yang dilakukan pada
1. Personalia
2. Bangunan
5. Peralatan
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
saran tindakan perbaikan. Audit mutu dilakukan oleh badan POM. Audit ini
1. Kategori A
bagi pasien, laporan negatif dari media massa yang berkaitan dengan keamanan
2. Kategori B
resiko terhadap pasien (nomor kode tidak ada) dan cacat estetik. Tindak lanjutnya
81
dapat berupa penggantian produk atau penarikan produk (recall). Penarikan obat
kemasan) atau keinginan badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan
4.10 Dokumentasi
6. Dokumen registrasi
7. Catatan kalibrasi
8. Catatan Verifikasi
untuk memastikan bahwa setiap karyawan mendapat instruksi yang jelas dan rinci
terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya
dan pengemasan batch) harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch
tersebut dipasarkan.
82
83
menyebabkan produk atau pekerja dengan mutu yang tidak yang tidak
memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus
di buat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tangungg jawab penuh kepada bagian
validation. Validasi yang dilakukan oleh PT. MUTIFA adalah validasi proses
terhadap produk yang telah diproduksi dan dipasarkan tetapi belum pernah
validasi untuk produk yang akan divalidasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh
validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai
yang menunjukan bahwa suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang dan proses
Kualifikasi mencakup:
Dokumen awal yang harus disiapkan mencakup desain alat dan spesifikasi
dengan desain yang telah ditentukan dan memenuhi kriteria penerimaan. Protap
memberikan kinerja yang baik atau berfungsi menghasilkan produk sesuai standar
mutu yang telah ditetapkan. PQ untuk peralatan dapat juga mengambil data dari
validasi proses.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Diharapkan kepada pihak PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) untuk
secara berkala. Dan dapat memberikan Pelatihan dan pembekalan CPOB kepada
Operator produksi secara berkala agar terus menjaga kualitas obat yang
dihasilkan.
85
86
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2012). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang
BPOM RI. (2018). Perubahan atas Peraturan kepala badan pengawas obat dan
Dirjen Binfar dan Alkes RI. (2011). Pedoman Pelayanan Perizinan Industri
LAMPIRAN
Mgr
Asisten direktur bidang CPOB Keuangan
Plant manajer
Dra. Nuranti Rumela Sirait, S. Farm
Dr. Nerdy, S. Farm, M. Si, Apt
Mgr
Akuntansi
MGR. QA MGR PRODUKSI MGR Teknik MGR QC MGR R&D MGR
Donald situmeang, S. Si, Apt Drs. Budiono, Apt Edi Dasa P, ST Linda M.S, Farm, Regristrasi Mgr
Edric Luis, S.
Farm, Apt Apt Jehan N. Amd Penjualan
Mgr
SPV QA SPV PRODUKSI Pesonalia
Apriani, Siti Aisyah. S. SPV QC
S.Farm, Apt Farm, Apt Yenny Purnama sari,
S. Farm, Apt
Kabag PPIC
Waryanti. K.
Ningsih
Kabag CS/Laundry Rut Nanci
88
Penimbangan
Pelarutan
Pencampuran
Penyaringan
IPC :
- pH lautan
- Bj Karantina
- Kadar zat
Berkhasiat
- Viskositas
Pengisian ke bawah
IPC :
- Keseragama volome Karantina
- Kadar zat berkhasiat
- Kebocoran wadah
Pengemasan
Penimbangan
Pencampuran
Cetak tidak
langsung
Slugging
Granulasi basah
Pengeringan di
oven suhu 60⁰
Granulasi kering
IPC:LOD
Lubrikasi/
penambahan
bahan pelicin
IPC : Pencetakan
- Pemerian
- Diameter
- Friabilitas
Karantina
- Keseragaman
bobot
- Waktu hancur
- Tebal
- Kekerasan
- Kadar zat Pengemasan
Pencetakan Karantina
BETALAKTAM
NON BETALAKTAM
Sediaan
MF
MU
Hydrochloride MF
500 mg
Chlorpheniramine maleat 1 mg
37. Omegavit kapsul Fero Fumarat 89,5 Mg, Mn- Sulfat 0,2 Kapsul
Dexhlorfeniramine maleat 2 mg
400 mg
47. Omeneuron tablet Vit B1, Vit B6, Vit B12 Tablet SS
500 mg
98
mg
150 mg
Simetikon 50 mg
72. Vidabion Cal Fero Fumarat 360 mg, Asam Folat 1,5 Kapsul
74. Vitalamin kaplet Vit A 5000 UI, Vit B1 18,57 mg, Vit B2 Kaplet
PRODUK POT
Sediaan
100
B3 7,5 mg
PRODUK SYRUP
Sediaan
Hipofosfit 500 mg
Ca-Pantothenate 4 mg
166,66 mg
166,66 mg
mg
mg
Trimethorprim 40 mg
5 ml
HCl 200 mg
Ethanol
kloramfeniramin maleat 1 mg
kloramfeniramin maleat 1 mg
Simethicone 30 mg
104
Amonium Klorida 5 mg
Sediaam
0,35%
0,35%
mg
As.salisilat 2%
As.salisilat 2%