Diabetes Melitus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 130 mg/dl (Padila, 2013). DM Tipe I merupakan DM yang bersifat
bawaan dari lahir yang disebabkan karena kelainan organ tubuh dalam memproduksi
hormon insulin sehingga umumnya diderita oleh orang yang berumur kurang dari 30
tahun. Terapi yang di berikan untuk DM tipe II melalui pengaturan diet dan suntikan
insulin. DM Tipe II sifatnya bukan bawaan dari lahir tetapi disebabkan oleh faktor
gaya hidup dan makanan yang di konsumsi setiap hari serta faktor degeneratif
sehingga pada umumnya penderita DM Tipe II di temui berumur lebih dari 30 tahun.
Pada DM Tipe II terapi insulin tidak begitu diutamakan tetapi terapi di utamakan
pada pengaturan gaya hidup yang sehat yaitu dengan diet DM yang seimbang serta
olahraga yang teratur, agar tubuh dapat mempertahankan kadar glukosa dalam
darah dalam batas normal, (Shara, 2013).
Gejala DM tipe II hampir sama dengan tipe I, antara lain polyuria (sering
berkemih), polydipsia (sering haus), polifagia (sering lapar), dan berat badan turun.
Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat diagnosis antara lain: adanya riwayat
penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi vagina berulang, dan
kelelahan. Jika tidak dilakukan secara rutin menyebabkan komplikasi seperti: dua
sampai empat kali lipat risiko penyakit kardiovaskular, antara lain penyakit jantung
iskemik dan stroke, 20 kali lipat kemungkinan amputasi tungkai bawah dan
meningkatnya angka perawatan rumah sakit, (Wahyuningsih Retno, 2013)
Menurut data WHO, 171 juta penderita Diabetes Mellitus dan akan
meningkat dua kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi Diabetes Mellitus di
Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 yang diproyeksikan mencapai 21.257.000
pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun.
Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, tingkat prevalensi
global penderita DM pada Tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di
dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387juta kasus.
Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM
sejumlah 8,5 juta penderita setelah cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia,
Mexico. Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari
1,1% di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari keseluruhan
penduduk sebanyak 250 juta orang.
Aceh masuk dalam daftar Sembilan besar daerah Indonesia yang
penduduknya banyak menderita penyakit DM. Diperkirakan jumlahnya mencapai
417.600 orang atau sekitar 8,7% dari total penduduk Aceh, penyakit DM menduduki
ranking ke 6 dari 35 jenis penyakit yaitu sebanyak 4.573 penderita.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus?

c. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan hasil pengkajian pada pasien Diabetes Melitus
b. Mampu menggambarkan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus
c. Mampu menggambarkan rencana keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
d. Mampu menggambarkan tindakan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
e. Mampu menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

d. Manfaat
1. Bagi peneliti
Dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan Dan wawasan
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diabetes Melitus (Kencing Manis) adalah penyakit gangguan metabolisme
gula darah yang di sebabkan oleh kekurangan hormon insulin, resistensi insulin atau
keduanya sehingga kadar gula darah meningkat dan kelebihan yang akan keluar
melalui urine sehingga jumlah urine banyak mengandung gula. Dikatakan Diabetes
Melitus jika hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa 2 126 mg/dl atau>200 mg/dl
gula darah sewaktu (American Diabetes Association 2012).
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 130 mg/dl (Padila, 2013).

2. Etiologi
Diabetes mellitus terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. (Margareth TH
2015).
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
kencendrungan genetik ini di tentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang diangggapnya seolah-olah sebaga jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel ẞ pancreas, seagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel B pancreas
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum di ketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes
melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan sistem transport
glukosa kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akirnya skresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan cuglikemia. Diabetes Mellitus tipe II
disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen
ben.uk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa,
tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cendrung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik.

3. Patofisiologi
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi Co2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai
40% diubah menjadi lemak Pada Diabetes Mellitus semun proses tersebut terganggu
karena terdapat defisiensi insulin penyerapan glukosa kedalam sel macet dan
metabolismenya terganggu.keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia (Margareth, 2015).
Karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa
tidak dapat diubah menjadi gikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas
untuk gula darah adalah 180 mg sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal
tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama
urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuna, Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi
(Margareth,2015)
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat,
lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan
pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan
banyak makan yang disebut poliphagia (Margareth,2015).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi Diabetes Melitus menurut Ali Maghfuri (2016), meliputi
a. Banyak kencing (poliuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing
b. Banyak Minum (polidipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus dan banyak minum
c. Banyak makan (polifagia)
Penderita diabetes melitus mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga
timbul rasa lapar yang sangat besar.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain, yaitu sel lemak dan
otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi
kurus:
e. Peningkatan angaka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
ulkus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah padapenderita diabetes
kronik.

5. Klasifikasi
Menurut margareth (2015) klasifikasi Diabetes Melitus dari national diabetus
data group: classification and diagnosis of Diabetes Melitus and other categories of
glucosa intolerance terbagi menjadi dua yaitu:
1. Klasifikasi klinis
a) Diabetes mellitus
1. Tergantung insulin (DMTT), tipe I
2. Tak tergantung insulin (DMTTI), tipe II
a) DMTTI yang tidak mengalami obeitas
b) DMTTI dengan obesitas
c) Gangguan toleransi glukosa (GTG).
d) Diabetes kehamilan (GDM).
2. Klasifikasi risiko statistik
a) Sebelum nya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
b) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe I sel-sel B pancreas yang secara normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, akibatnya
penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah yang
terjadi pada usia 30 tahun.

Diabetes Mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin


(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Ali Maghfuri (2016) Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa,
kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar:
1. Gejala klasik DM disertai dengan hasil kadar glukosa darah sewaktu 2 200 mg/dl
(11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Gejala klasik DM disertai dengan hasil kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl (7,0
mmol/L). Glukosa darah puasa adalah hasil pemeriksaan glukosa pada pasien yang
tidak mendapat kalori sedikitnya delapan jam.
3. Kadar glukosa darah dua jam PP 200 mg/dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) dilakukan dengan standar:
a. WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhid
at yang dilarutkan ke dalam air.
b. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau
Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT) bergantung pada hasil yang diperoleh,
sebagai berikut:
1. TGT: menunjukkan hasil glukosa darah plasma dua jam setelah beban antara
140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L)
2. GDPT: menunjukkan hasil glukosa darah puasa antara rentang 100-125
mg/dl (5,6-6,9 minol/L)

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komlikasi
vaskuler serta neuropati tujuan trapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai
kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan kesehatan

8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes melitus menurut (Margareth,2015).
1. Akut
a. Hipoglikemia dan Hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati,nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gasstro intestinal kardio vaskuler.
2. Kronik
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Proteinuria
d. Kelainan coroner

B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan menurut Padila (2015).
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah.
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare.
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Padila (2015).
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan.
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan integritas kulit.

3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan pemasukan oral.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Tentukan program diet dan Mengkaji pemasukan makanan.
pola makan makan pasien dan
bandingkan dengan makanan
yang dapat dihabiskan pasien.
2 Timbang berat badan setiap Mengkaji pemasukan makanan
hari atau sesuai indikasi. sesuai indikasi.
3 Kolaborasi pemberian Mengendalikan kadar gula darah.
pengobatan insulin.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diurisis osmotik.


Tujuan: kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau tanda-tanda vital, nadi Untuk mengetahui tekanan darah
tidak teratur dan catat adanya pada klien.
perubahan TD ortostatik.
2 Kaji tugor kulit,dan membran Merupakan indikator dari tingkat
mukosa. dehidrasi. Volume sirkulasi yang
adekuat.
3 Pertahankan untuk Mempertahankan hidrasi volume
memberikan cairan paling sirkulasi.
sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat di toleransi
jantung.

c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik


(neuropatik perifer).
Tujuan: gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukan
penyembuhan.
Kriteria hasil: kondisi luka menunjukan adanya perbaikan jaringan dan tidak
terinfeksi.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji adanya nyeri dan infeksi. Mencegah terjadinya infeksi
akibat bakteri.
2 Kaji tanda-tanda vital. Untuk mengetahui tekanan darah
pada klien.
3 Kolaborasi pemberian Untuk mengurangi rasa nyeri pada
antibiotik. infeksi klien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
klien. Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan.
Implementasi adalah perencanaan keperawatan yaitu suatu proses di
dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa
yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan 2012).
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asukahn keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di
terapkan (Asmadi 2008).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Ali (2009), evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang telah di capai sebagai keluaran dari
tindakan.
Menurut Nursalam (2008), evaluasi juga di perlukan pada tahap intervensi
untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara efektif.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau
sama dengan 130 mg/dl (Padila, 2013).
Diabetes Melitus penyebab utamanya adalah hiperglikemi atau tingginya gula
darah dalam tubuh yang disebabkan sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya
(Ayu, 2017).
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai