ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ELIMINASI Alvi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ELIMINASI Alvi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH ELIMINASI Alvi
ALVI
PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan
Pola defekasi
q Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu)
berkaitan dengan BAB (konstipasi, diare, kembung, merembes /
inkontinensia{tidak tuntas}) ?
q Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?
q Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ? Makanan apa
yang biasa anda makan ? yang biasa anda hindari, berapa kali anda makan
dalam sehari ?
q Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam sehari ?
(misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
q Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian apa yang biasa
dilakukan ?
q Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda mengira
berpengaruh pada pola BAB (defekasi) anda ? Bagaimana ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum
palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus
meliputi inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
Pemeriksaan Diagnostik
DIAGNOSA
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada pedoman diagnosa NANDA yang meliputi
tujuan dan intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area fungsi manusia dan dapat
menjadi etiologi diagnosa NANDA yang lain, seperti :
a. Diare berkepanjangan
b. Inkontinensia alvi
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
PERENCANAAN
Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. Perawat seharusnya
menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri
untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin
perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam
jangkauan pembicaraan dengan klien.
Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi
peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi
dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang
terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu
defekasi normal.
Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan jus
buah, juga masukkan serat dalam diet.
Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam porsi kecil dapat membantu
karena lebih mudah diserap. Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari
sebab merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat
mencetuskan diare. Untuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal
- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah BAB untuk mencegah iritasi
- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum
produk-produk susu fermentasi.
Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusi; untuk
meningkatkan pencernaan udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti
kubis, buncis, bawang dan bunga kol.
Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. Klien dengan
kelemahan otot abdomen dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin
dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut :
Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. Posisi pada
toilet adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami
kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan alat bantu BAB seperti
commode, bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.
Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah katarsis dan
laxantive, antidiare dan antiflatulensi
Mengurangi flatulensi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10 cm). Rectal tube akan
merangsang peristaltik. Jika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih
dalam. Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk menghindari iritasi. Jika terjadi
distensi abdomen, masukkan tube setiap 2 – 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian
suppository, enema atau obat-obatan yang lain.
Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan usus besar. Cara kerja
enema adalah untuk mengembangkan usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa
usus, meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan feses dan flatus.
Jenis enema :
Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan rendah. Tinggi jika pembersihan
dimungkinkan mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri ke dorsal recumbent
dan kemudian lateral kanan selama pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 – 46
cm dari klien. Rendah jika pembersihan hanya pada rektum dan sigmoid. Posisi klien
dipertahankan lateral kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer tidak lebih
dari 30 cm dari klien.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan dimasukkan ke dalam rektum
mengeluarkan gas yang menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan 60 – 80 cc.
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Cairan
dipertahankan dalam waktu yang relatif lama (misalnya 1 – 3 jam), untuk melunakkan
feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu keluarnya feses. Antibiotik enema
digunakan untuk menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk membunuh cacing
parasit, nutritive enema untuk memberikan cairan dan nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi / inkontinensia
feses, program bowel training dapat membantu mengatasinya. Program ini didasarkan
pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan
kembali defekasi normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan,
latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus
memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis besar program ini adalah sebagai
berikut :
o Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat
defekasi normal.
b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di
Commode atau bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan
keinginan defekasi.
c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 –
40 menit.
o Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif
feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan
untuk mencapai keberhasilan
EVALUASI