Proposal Devi Vindia Anggraeni
Proposal Devi Vindia Anggraeni
Proposal Devi Vindia Anggraeni
Oleh :
Devi Vindia Anggraeni
2019406405106
i
HALAMAN PERSETUJUAN
(Proposal Penelitian)
Oleh
Devi Vindia Anggraeni
2019406405106
Mengetahui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT. Sehingga proposal ini dapat di selesaikan
tepat waktu dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA Kelas IV
SD N 1 Parerejo”.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap keterampilan berfikir
kritis pada pembelajaran IPA kelas IV di SD N 1 Parerejo. Selain itu,
penyususnan proposal ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya Pringsewu.
Ucapan terimakasih peneliti ini ditunjukan kepada
1. Ibu Rahma Faelosifi, S.Mc. sebagai pihak dekan FKIP Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2. Ibu Yunni Arnidha, S.Pd., M.Pd sebagai ketua program studi pendidikan
guru sekolah dasar fkip universitas muhammadiyah pringsewu lampung
3. Dr. Arman, M.Pd selaku pembimbing I
4. Ibu Deny Apriyani Jurri,M.Pd selaku pembimbing II
Semoga ALLAH SWT. Selalu memberi rahmat, hidayah, taufik serta
ridhonya kepada kita semua. Penulis juga berharap proposal skripsi yang
dibuat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
umumnya. Aamiin
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Larat Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................6
E. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
A. Berfikir Keritis.............................................................................................8
B. Model Pembelajaran Discovery Learning..................................................13
C. Pembelajaran IPA SD................................................................................19
D. Penelitian yang Relevan.............................................................................22
E. Kerangka Konsep.......................................................................................24
F. Hipotesis.....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Aktivitas pembelajaran peserta didik di sekolah dasar terdapat peserta didik
yang memililik kemampuan berfikir kritis dan ada juga peserta didik yang
tidak memiliki kemampuan berfikir kritis. Peserta didik yang memiliki
keterampilan berfikir kritis dapat diungkapkan dari suatu proses berfikir dalam
mengelolah suatu pengetahuan yang diperoleh secara berstruktur dengan
menganalisis, memilih, memecahkan masalah, membuat keputusan, menilai
fakta dan logika dengan alasan yang logis dan dapat di pertanggung jawabkan.
Selain itu dengan memiliki keterampilan berfikir kritis peserta didik dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara mandiri peserta didik bisa
memiliki kemampuan dalam menyusun dan mengungkapkan, menganalisa,
dan menyelesaikan masalah. dengan memiliki keterampilan berfikir kritis
peserta didik akan mampu memecahkan masalah dengan langkah-langkah
yang dapat melatih berfikir secara terstruktur dalam setiap proses
pembelajaran.
2
dipahami secara mendalam, dengan demikian peserta didik dituntut untuk
dapat berfikir kritis dengan membangun pengetahuan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran IPA disekolah dasar merupakan mata pelajaran
yang tersusun secara sistematis yang mempelajarai tentang gejala-gejala alam,
melalui serangkaian proses yang disebut dengan proses ilmiah, sikap ilmiah,
hasilnya sebagai produk ilmiah. Pembelajaran IPA dapat digunakan untuk
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam
sekitar dalam menerapkan kehidupan sehari-sehari. Jadi pembelajaran IPA di
SD menekankan pengalaman belajar secara langsung dengan mengembangkan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
3
soal tentang soal menganalisis, menyimpulkan dari hasil eksperimen yang
dapat melatih keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam pembelajaran.
Selain itu peserta didik kurang dapat memberikan alasan atau pendapat dengan
jawaban yang diberikan. Hal ini lah yang menyebabkan peserta didik kurang
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan menerapkan konsep-konsep
yang dipelajari di sekolah kedalam kehidupan sehari-hari
4
serta peserta didik dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan baik dengan
peserta didik lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
Apakah ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap
keterampilan berfikir kritis siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD N 1
Parerejo ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap
kreativitas berfikir kritis siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SD N 1
Parerejo.
5
3. SD N 1 Parerejo dijadikan sebagai objek penelitian.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat
praktik maupun manfaat teoritis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan wawasan, menambah
refrensi dan menambah ilmu bagi pembaca.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan pembelajaran di kelas dapat meningkatkan
kreativitas berfikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA.
b. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini di harapkan pendidik dapat menerapkan model
pembelajaran discovery learning terhadap pembelajaran IPA, agar
peserta didik memiliki kemampuan kreativitas berfikir kritis.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan refrensi bagi sekolah dalam
rangka perbaikan sistem pembelajaran sebagai inovasi sekolah
tersebut.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan untuk
mengembangkan penelitian berikutnya.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Berfikir Kritis
1. Pengertian Keterampilan Berfikir Kritis
Kata kritis diturunkan dari Bahasa Yunani Kuno, ‘krities’ artinya “orang
yang memberikan pendapat beralasan “atau“analisis“pertimbangan nilai“,
“ interpretasi”, atau “ pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk
mengembangkan seseorang pengikut yang berselisih dengan atau
menebeng objek kritikan. Dalam pengertian ini istilah “berfikir kritis“
umumnya digunakan untuk menunjukan tingkat keahlian kognitif dan
disposisi intelektual yang dibutuhkan untuk berbaggai kegiatan, yakni
mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi argument dan klaim,
memformulasikan dan menghadirkan alasan-alasan yang mendukung
kesimpulan.
Menurut Nories dan Ennis berfikir kritis adalah berfikir masuk akal dan
reflektif yang difokuskan terhadap pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan atau diyakini, berdasarkan fakta-fakta untuk
menghasilkan keputusan terbaik dan terarah pada tujuan.
7
Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi berfikir kritis di atas
dapat disimpulkan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan intelektual
untuk menganalisis suatu informasi yang yang luas untuk mendapatkan
suatu fakta informasi yang diperoleh atau argument yang disampaikan.
8
WGCTA ( Watson-Glaser Critical Thinking Apprasial) telah
didefinisikan sebagai tes yang melopori pengukuran berfikir kritis
( Grimard & Wagner, 1981) indikator diantaranya:
a. mendefinisan masalah.
b. memilih informasi yang relevan dengan solusi masalah.
c. menyatakan asumsi yang dinyatakan dan tidak dinyatakan.
d. merumuskan dan memilih hipotesis yang relevan dan menjajikan, dan
e. menarik kesimpulan secara valid dan menilai validitas pada
kesimpulan.
Namun dalam hal ini peneliti akan memfokuskan indikator dari klasifikasi
keterampilan berfikir kritis sebagai bahan penelitian, yaitu peserta didik
mampu memberikan penjelasan sederhana, peserta didik mampu
menyimpulkan, peserta didik mampu membangun keterampilan dasar,
peserta didik mampu memberi penjelasan lanjut, dan peserta didik mampu
mengatur strategi dan taktik.
9
3. Karakteristik Keterampilan Berfikir Kritis
Gambrill (2009) mengemukakan bahwa berfikir kritis memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
a. Mengetahui tujuannya.
b. Bersifat yang responsive dengan berdasarkan standar, seperti
relevansi, akurasi, presisi, kejelasan, kedalaman, dan keluasan.
c. Dapat mendukung untuk mengembangkan sifat-sifat rendah hati,
integritas, ketekunan, empati, dan disiplin diri.
d. Pemikir dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang dipikirkan untuk
memecahkan masalah, sehingga pemikir dapat membuat hubungan
yang logis dan masuk akal antara unsur yang ada dipikiran dan
masalah yang dihadapi.
e. Menilai diri sendiri, berfikir untuk mengambil langkah-langkah untuk
menilai pemikirannya sendiri dengan menggunakan standar
intelektual yang tepat.
f. Integrasi seluruh sistem, pemikir mampu memeriksa pemikirannya
secara keseluruhan dan menempatkan pada bagian-bagiannya.
10
Menurut Endang (2018) ciri-ciri kemampuan berfikir kritis adalah
kemampuan:
a. Mengetahui isu, masalah, kegiatan atau keputusan yang sedang
dipertimbangkan.
b. Mengetahui sudut pandang masalah.
c. Menjelaskan suatu kejadian.
d. Membuat asumsi-asumsi.
e. Menggunakan bahasa yang jelas dan efektif.
f. membuktikan asumsi-asumsi.
g. Membuat kesimpulan.
h. Mengetahui konsekuensi dari keputusan yang diambil.
11
Sedangkan menurut Zamroni dan Mahfudz (2009:30) mengemukakan
empat upaya dalam meningkatkan keterampilan berfikir kritis diantarnya:
a. Penggunaan model pembelajaran.
b. Pemberian tugas menganalisis sebuah buku.
c. Penggunaan cerita.
d. Penggunaan model pembelajaran yang tepat.
12
juga bias belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
masalah yang dihadapi.
13
2. Jenis Dan Bentuk Discovery Learning
Menurut Suprihartiningrum (2014:244) terdapat dua cara dalam
pembelajaran Discovery learning pada proses pembelajaran yaitu :
a. Pembelajaran penemuan bebas (free discovery learning) yaitu
pembelajaran dengan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
b. Pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning) yaitu
pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran.
14
Demikian juga menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:204-205) model
discovery atau pengajaran penemuan dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Penemuan murni, pada pembelajaran dengan penemuan murni terpusat
pada peserta didik dan tidak terpusat pada pendidik. Kegiatan
penemuan ini hamper tidsak mendapatkan bimbingan dari pendidik.
b. Penemuan terbimbing, pada penemuan ini pembelajaran pendidik
mengarahkan tentang materi pelajaran, berupa: petunjuk, arahan,
pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan peserta didik dapat
menyimpulkan (mengnalisis sesuai dengan rancangan peserta didik)
15
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk
kerja secara bersamaan yang efektif, saling berbagi suatu informasi,
serta mendengar dan menggunakan pendapat dari orang lain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip yang dipelajarai melalui
penemuan yang lebih bermakna.
f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dari
beberapa kasus, lebih mudah di terima dalam aktifitas baru dan
diterapkan dalam situasi belajar yang baru.
16
susah payahnya dalam melakukan penemuan. Kadang berhasil
dan kadang gagal
4) Memberikan waktu peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kemampuan dirinya sendiri
5) Membantu meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik.
(Suryosubroto 2009:185)
17
didik dihadapkan pada suatu yang dapat menimbulkan pertanyaan
agar peserta didik mempunyai suatu keinginan untuk menyelidiki
sendiri permasalahan yang dihadapinya.
b. Problem statement (identifikasi masalah) pada tahap ini pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah-masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudai salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis.
c. Data collection (pengumpulan data) siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan, benar atau
tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan
narasumber, kunjungan lapangan dengan mengamati objek,
melakukan eksperimen dan lain sebagainnya.
d. Data processing (pengolahan data) pada tahap ini dilakukan
pengolahan data dan informasi yang telah di dapatkan oleh peserta
didik baik melalui wawancara maupun observsi dan sebagainnya, lalu
ditafsirkan.
e. Verification (pembuktian) pada tahap ini peserta didik melakukan
pemeriksaan secara teliti dan benar tu tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
f. Generalization (menarik kesimpulan) pada tahap ini peserta didik
menyimpulkan jawaban atas permasalahan yang telah diselesaikan
dengan merumuskan prisip-prinsip yang mendasari, dan tentunya
dengan memperhatikan verifikasi atau pembuktian.
C. Pembelajaran IPA SD
1. Definisi Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran IPA disekolah dasar merupakan mata pelajaran yang
tersusun secara sistematis yang mempelajari tentang gejala-gejala alam,
melalui serangkaian proses yang disebut dengan proses ilmiah, sikap
ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah. Pembelajaran IPA
dapt digunakan untuk menjadi wahana bagi peserta didik untuk
18
mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Jadi,
pembelajaran IPA di SD menekankan pemberian pengalaman belajar
secara langsung dengan mengembangkan keterampilan proses dan
ilmiah. (Yudi Wijayanorko,2017:55).
19
Perubahan fisika dan kimia merupakan kajian yang penting karena
adanya perubahan fisika dan kimia dapat dikenali dari keawalan materi
yang berbeda dengan keadaan akhir materi setelah mengalami perubahan.
Hal ini menandakan bahwa sifat-sifat setiap materi perlu dipelajari
sebelum dan sesudah terjadi perubahan. Untuk itu dalam penelitian ini
memfokuskan pada satu bidang dasar IPA SD yaitu bidang fisika dengan
materi cahaya dan sifat-sifatnya. Materi cahaya dan sifat-sifatnya pada
bidang fisika ditandai dengan adanya sinar.
20
adalah teori belajar tentang bagaimana peserta didik memperoleh
pengetahuan dari pengalaman, serta pembelajaran kontruktivisme ini
berpusat pada peserta didik dan pengalaman sebanyak mungkin sehingga
dalam hal ini peserta didiklah yang berperan secara aktif dalam aktivitas
pembelajaran.
Penelitian yang relevan yang pertama dari penelitian yang dilakukan oleh
Dianita Eka Prastiwi tahun (2019) dengan judul penelitian “Peningkatan
Keterampilan Berfikir Kritis san Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Discovery Learning di Kelas IV SD”. Hasil dari penelitian yang dilakukan
oleh Dianita Eka Prastiwi tahun (2019) pada pembelajaran Matematika sangat
memuaskan dan hasil dalam penelitian meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Negeri Tegalrejo 02 Salatiga. Hal
ini dibuktikan melalui hasil dalam penelitian yang melalui siklus dalam PTK.
Prasiklus mendapatkan hasil dengan rata-rata 12,15 selanjutnya dilakukan
siklus 1 menghasilkan rata-rata 16,54. Serta siklus ke II menghasilkan rata-
rata 19,27 atau terdapat 22 siswa dari 26 siswa yang berhasil meningkatkan
21
keterampilan berfikir kritis dan hasil belajar pada pembelajaran matematika
kelas IV.
Penelitian relevan yang ke dua dari penelitian Karlina Wong Lieung pada
tahun (2019) yang berjudul “pengaruh model discovery learning terhadap
keterampilan berfikir kritis siswa sekolah dasar”. Pada penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data pre test
dan post test serta penilaian aktivitas belajar siswa dengan hasil penelitian pre
test kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukan hasil rata-rata 61,86 dan
62,50 namun setelah dilakukan post tes mengasilkan nilai rata-rata kelas
control 76,44 dan kelas eksperimen 83,81. Dari hasil post test menunjukan
bahwa model discovery learning berpengaruh positif terhadap keterampilan
berfikir kritis secara signifikan pada siswa kelas IV.
Penelitian yang dilakukan oleh Karlina Wong Lieung memiliki persamaan
dan perbedaan dengan penelitian ini, persamaan terletak pada hasil penelitian
dan metode penelitian. Sedangkan perbedaan terletatak pada mata pelajaran.
Penelitian yang selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Wahyu Candra pada
tahun 2021 yang berjudul “penerapan model discovery learning dalam
pembelajaran ipa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil
belajar siswa sekolah dasar”. Pada penelitian ini menggunakan penelitian
tindak kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui penerapan model
discovery learning yang dibuktikan melalui persentase pada siklus 1 dengan
hasil 42% dan kategori sangat rendah 8%, serta siklus yang ke II dengan hasil
54% dengan kategori tinggi 30%. Dari hasil persentase dapat disimpulkan
22
bahwa model discovery learning dapat meningkatkan keterampilan berfikir
kritis dan hasil belajar peserta didik.
E. Kerangka Konsep
Model pembelajaran discovery learning memiliki langkah-langkah dalam
pembelajaran diantaranya perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan
evaluasi,dalam tahap pelaksanannya kondisi peserta didik sebelum
menggunakan model pembelajaran discovery learning memiliki keterampilan
berfikir kritis yang rendah ditandai dengan adanya peserta didik yang tidak
dapat memberikan penjelasan sederhana, menyimpulkan, mendefinisikan
masalah, bertanya dan menjawab, dan menganalisis hasil observasi.
Kemudian setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning peserta
didik memiliki keterampilan berfikir kritis yang baik oleh karena ditandai
dengan peserta didik dapat memberikan penjelasan, menyimpulkan,
mendefinisikan masalah, bertanya dan menjawab dan menganalisis hasil
observasi pada pembelajaran IPA.
23
Model Pembelajaran
Discovery Learning
Pelaksanaan
Perencanaan pembembelajaran Evaluasi
Pembelajaran IPA
24
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
sebuah kalimat pertantaan(Sugiyono, 2017:96). Adapun hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
25
BAB III
METODE PENELITIAN
O1 X O2
Keterangan:
26
O1 : Nilai pretest (sebelum diberi diklat)
Pada desain ini tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan eksperimen. Tes yang dilakukn sebelum
mendapat perlakuan disebut posttest. Posttest diberikan pada kelas eksperimen
(O1). Setelah dilakukan pretest, dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning (X). Pada tahap akhir peneliti memberikan posttest (O2).
27
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelituan
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Parerejo kelas IV yang beralamatkan
di jl. Raya Parerejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu,
Provinsi Lampung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran
2022/2023.
2. Sampel
Setelah menentukan populasi penelitian, selanjutnya harus menentukan
sampel untuk memudahkan proses pelaksanaan penelitian sehingga jumlah
abjek yang diamati menjadi lebih sedikit namun akurat. Sugiyono
(2017:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
28
sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel
tersebut, kesimpulannya akan dapat diberlakuan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul reprensitatif
(mewakili).
29
2) wawancara
teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data empiris
terkait dengan penelitian. Sugiyono (2017:194) menyatakan
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dengan arah tujuan yang terarah, wawancara
dilakukan dengan pendidik kelas IV SD N 1 Parerejo ( dalam hal
ini sebagai narasumber) untuk mengetahui sejumlah permasalahan
yang akan diteliti.
3) kuisoner (angket)
kuisoner merupakan teknik pengumpulan data yang akan dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab, selain itu kuisoner juga
cocok digunakan bila responden cukup besar.
b. teknik tes
Teknik tes digunakan untuk tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi pembelajaran IPA. Menurut Arikunto (2013:193) tes adalah
deretan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes berupa
soal uraian, tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
masing-masing sebanyak 2 kali yaitu awal pembelajaran (pretest) dan
di akhir pembelajaran (posttest).
30
menggunakan pola ukur yang sama. (Sugiyono, 2017:148) instrument
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
1) definisi konsep
Keterampilan berfikir kritis meliputi kemampuan intelektual dalam
menganalisis suatu informasi yang luas untuk mendapatkan suatu
fakta informasi dengan adanya diperoleh atau argument yang
disampaikan.
Dengan ini model pembelajran discovery learning adalah model
pembelajaran penemuan dimana dalam proses pembelajaran yang
menuntut peserta didik dengan menemukan suatu konsep yang
belum diketahui sebelumnya dengan cara melakukan suatu
pengamatan atau sebuah peneliti dari masalah yang diberikan.
2) definisi operasional
Definisi Oprasional Variabel
Definisi operasional merupakan definisi suatu variable dengan
mengkategorikan sifat-sifat menjadi elemen yang dapat diukur.
Penjelasan mengenai variable-variabel yang dipilih dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a) Model pembelajaran discovery learning
Model discovery learning adalah proses mental siswa sehingga
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Pada
pengajaran penemuan, isi dari apa yang harus dipelajari tidak
disajikan oleh guru, tetapi dikemukakan oleh siswa selama
bekerja melalui masalah yang diatur oleh guru.
b) Kemampuan berfikir kritis adalah kecakapan seseorang
memperoleh pengetahuan yang melibatkan aktivitas mental
seperti memecahkan masalah, pembuatan keputusan yang
masuk akal, menganalisis dan membuat keputusan berdasarkan
fakta yang diyakini kebenarannya.
31
d. Kisi-Kisi Instrument
1) soal tes kemampuan berfikir kritis peserta didik
Tes dalam penelitian ini terdiri dari menjadi dua tahap yaitu pretest
dan posttes. Soal tes dalam bentuk uraian digunakan untuk
mengukur krmampuan berfikir kritis kritis peserta didik. Adapun
instrument soal tes dan kisi-kisi soal tes sebagai berikut.
Tabel 1.1
kisi kisi instrument soal tes uraian kemampuan berfikir kritis peserta didik
2. Mengajukan 9,13
pertanyaan/ masalah
yang relevan
2. Menyimpulkan 3. Menarik sebuah 6,7
kesimpulan
7. Menunjukan 4,6
pemahaman siswa
terhadap suatu masalah
8. Menjawab pertanyaan 2,8
dengan menyatakan
alasan yang logis
32
5. Mengatur strategi dan taktik 9. Memberikan solusi 15
berdasarkan masalah
Jumlah soal 15
n Ʃxiyi−(Ʃxi)( Ʃyi)
r xy=
√ {NƩ x −¿ ¿
2
1
Keterangan
r xy= koefisien korelasi yang dicari
N = Banyaknya subjek pemilik nilai
x = jumlah skor item
y = jumlah skor total
Relebilitas instrument
Setelah tes diuji tingkat validnya, tes yang valid kemudia diukur tingkat
relebilitasnya relebilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu
tes dikatakan relibel apabila instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama
secara berulang-ulang namun hasilnya tetap sama atau relative sama,
menghitung relebilitas digunakan rumus KR.20 (Kuder Richarson) dengan
rumus sebagai berikut
33
k s
2−Ʃpiqi
r 1= { t }
(k −1) s t2
Keterangan :
r i = relebilitas instrument seluruh instrumen
K = jumlah item dalam instrument
Pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
qi = 1-pi
2
st = varian total
2. Uji prasyarat
34
Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan terlebih dahulu uji
prasyarat yaitu pengkonversian skor menjadi nilai, uji normalitas dan uji
homogenitas dan uji hipotesis. Langkah-langkah uji prasyarat yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data skor
pretest dan posttest siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Chi Kuadrat dengan
ketentuan sebagai berikut:
Taraf signifikan
Tarf signifikan yang digunakan ɑ = 5%
Hipotesis
Ho = data yang berdistribusi normal
Ha = data yang berdistribusi tidak normal
Rumus yang digunakan yaitu chi-kuadrat dengan rumus sebagai
berikut:
Statistik Uji
2
x=
Keterangan:
= Frekuensi harapan
= Frekuensi yang diharapkan
K = Banyaknya pengamatan
Keputusan Uji
Tolak H0 jika x2 ≥ x dk = (k-1) dengan taraf α 5% = taraf nyata
untuk pengujian.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan banwa kedua
atau lebih kelompok sampel berasal dari populasi yang dimiliki variasi
35
sama atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan
uji-F berikut langkah-langkah homogenitas.
1) menentukan hipotesis
Ha: varians pada tiap kelompok sama (homogeny)
Ho: varians pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogeny)
2) Menentukan taraf signifikan, dalam penelitian ini taraf
signifikannya adalah ɑ= 5% atau 0,05.
3) Uji homogenitas menggunakan uji-F dengan rumus
varian terbesar
F=
varianterkecil
c. Uji hipotesis
Jika sampel atau data dari populasi berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh X (model
pembelajaran discovery learning) terhadap Y (keterampilan berfikir
kritis) maka diadakan uji kesamaan rata-rata. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan model t-test yang digunakan untuk
menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang
independent. Rumus statistik:
X 1−X 2
t=
√( n −1 ) s
1 1+¿ ¿ ¿¿¿
Keterangan
x 1= Nilai rata-rata kelompok eksperimen
x 2= Nilai rata-rata kelompok kontrol
2
s1= varians eksperimen
s22= varians kontrol
36
n1 = Banyaknya sampel pada kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya sampel pada kelompok kontrol.
Hipotesis statistik
hipotesis statistik yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H O= µ1 = μ2
H a =μ1 ≠ μ2
37
38