3.2.1 SOP Pemeriksaan Nervus Kranialis
3.2.1 SOP Pemeriksaan Nervus Kranialis
3.2.1 SOP Pemeriksaan Nervus Kranialis
UPT. PUSKESMAS
HUTAGODANG
1. Pengertian
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi ke-12 saraf kranial
Teknik Pemeriksaan:
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan
dan prosedurnya.
c. Pastikan pasien tidak mengalami sistem penghidu (contoh pilek)
d. Memeriksa N.I: olfaktorius.
1. Minta pasien untuk menutup kedua matanya dan menutup
salah satu lubang hidung. Pemeriksaan dilakukan dari
lubang hidung sebelah kanan.
2. Dekatkan beberapa benda di bawah lubang hidung yang
terbuka, seperti kopi, teh, dan sabun.
3. Tanyakan kepada pasien apakah ia menghidu sesuatu, bila
ya, tanyakan jenisnya. Pemeriksa juga dapat memberikan
pilihan jawaban bila pasien merasa menhidu sesuatu
namun tidak dapat mengenalinya secara spontan, seperti,
“Apakah ini kopi, atau teh?”
4. Kemudian lakukan prosedur yang sama pada lubang
hidung yang lain.
e. Melakukan pemeriksaan pupil (N. II):
1. Pasien diminta berbaring.
2. Inspeksi kedua pupil dan catat ukuran dan bentuknya.
3. Bandingkan kanan dan kiri.
4. Tempatkan tangan diantara kedua mata.
5. Minta pasien untuk memfiksasi pandangan ke depan.
Sinari salah satu mata dari arah tepi (pasien tidak boleh
melihat kearah sinar dan sumber cahaya harus cukup
terang)
6. Catat reaksi pupil baik langsung maupun tidak langsung.
7. Lakukan prosedur yang sama pada mata yang lain.
f. Prosedur pemeriksaan lapang pandang (N. II):
1. Untuk pemeriksaan ini, pemeriksa dan pasien duduk
berhadapan dengan lutut pemeriksa hampir bersentuhan
dengan lutut pasien. Tinggi mata pemeriksa sama dengan
pasien.
2. Pemeriksaan dilakukan satu per satu (monokuler), dimulai
dengan mata kanan.
3. Pada saat memeriksa mata kanan, pasien diminta menutup
mata kiri dengan telapak tangan pasien, tidak ditekan.
Sedangkan pemeriksa menutup mata kanannya.
4. Tempatkan tangan pemeriksa yang bebas di bidang
imajiner antara lutut pasien dan pemeriksa. Jarak antara
bidang imajiner ini dengan mata pemeriksa sama dengan
jaraj bidang imajiner dengan mata pasien.
5. Pemeriksa dan pasien saling bertatapan, pasien diminta
untuk memfiksasi pandangannya kedepan. Kemudian
pemeriksa menggerakkan tangannya pada bidang imajiner
tersebut dari tepi ke tengah bidang. Saat melakukan ini,
pemeriksa dapat menggerakan jari-jarinya atau diam dan
minta pasien menyebutkannya. Tanyakan kepada pasien
apakah ia dapat melihat tangan pemeriksa atau tidak.
Lakukan pemeriksaan pada empat kuadran kuadran
(temoral atas, nasal bawah, nasal atas, temporal bawah).
6. Lakukan prosedur yang sama terhadap mata yang lain.
g. Pemeriksaan fundus mata (N. II):
1. Untuk memeriksa fundus, pupil harus cukup berdilatasi,
sehingga sebelum melakukan pemeriksaan pasien dapat
diberikan cairan midriatikum.
2. Cahaya pada ruang periksa diredupkan.
3. Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan.
4. Nyalakan oftalmoskop.
5. Atur lensa pada oftalmoskop (sesuaikan bila pemeriksa
memiliki kelainan refraksi). Atur dioptri funduskopi sesuai
dengan visus pasien, mata pemeriksa harus normal atau
menggunakan kacamata sesuai visus.
6. Atur jenis cahaya pada jenis lingkaran penuh.
7. Pasien diminta memfiksasi pandangan jauh melewati bahu
pemeriksa.
8. Saat memeriksa mata kanan pasien, pemeriksa meletakkan
oftalmoskop di depan mata kanannya, dipegang dengan
tangan kanan. Sedangkan tangan kiri pemeriksa
memfiksasi kepala pasien.
9. Amati ke dalam pupil dengan sudut aksis 0o untuk melihat
diskus optikus dan pembuluh darah retina. Nilai retina,
diskus optikus, cup-disc ratio dan pembuluh darah retina.
Kemudian arahkan 15o ke temporal untuk menilai daerah
sekitarnya.
10. Lakukan prosedur yang sama terhadap mata lainnya.
11. Pemeriksaan refleks cahaya dilakukan bersama dengan
pemeriksaan N III.
h. Pemeriksaan NIII (Occulomotorius):
Inspeksi kelopak mata
1. Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan
2. Amati kedua kelopak mata pasien, bandingkan kanan dan
kiri.
3. Amati bila pasien menengadahkan kepala atau mengangkat
alisnya untuk mempertahankan mata tetap terbuka.
4. Apabila pemeriksa mencurigai adanya ptosis pada mata
kanan, kiri atau kedua mata, minta pasien menutup
matanya beberapa menit kemudian buka mata pasien dan
nilai kembali.
Pemeriksaan nistagmus:
1. Persiapkan pasien dalam posisi duduk di hadapan
pemeriksa.
2. Minta pasien memfiksasi matanya pada jari anda yang
berjarak 75 cm di depan wajah pasien dan minta ia
mengikuti gerakan tangan anda tanpa menggerakkan
kepala.
3. Sudut pandang mata tidak lebih dari 45o. Nistagmus yang
terjadi pada sudut pandang yang lebih besar dapat bersifat
fisiologis.
4. Amati timbulnya nistagmus. Tentukan arah nistagnus,
lamanya, dan apakah terjadi pada fase cepat atau lambat.
5. Perlu disebutkan apakah kelainan bersifat sentral dan
perifer, vestibuler dan non vestibuler.
Inspeksi palatum:
1. Minta pasien untuk membuka mulutnya dan nilai posisi
arkus palatum
2. Minta pasien mengatakan “aa”.
3. Nilai apakah arkus palatum berkontaksi secara simetris.
n. Penilaian otot sternomastoid dan trapezius (N. XI):
Otot Sternocleidomastoideus:
1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan letakkan tangan
kanan pada rahang bawah kanan pasien.
2. Minta pasien untuk mendorong tangan anda dengan
menggerakkan kepala ke sisi kanan
3. Dengan cara ini, nilai kekuatan otot sternocleidomastoideus kiri.
4. Lakukan prosedur ini terhadap rahang kiri untuk menilai
kekuatan otot sternocleidomastoideus kanan
Otot Trapezius:
1. Pemeriksa berada di belakang pasien.
2. Minta pasien mengangkat kedua bahunya.
3. Tempatkan kedua tangan pemeriksa diatas behu pasien
dan coba untuk menurunkannya.
4. Nilai kekuatan otot trapezius dan bandingkan kanan dan
kiri.
o. Pemeriksaan lidah (N. XII):
1. Minta pasien untuk membuka mulutnya.
2. Nilai bentuk dan kedudukan lidah di dalam rongga mulut.
3. Nilai apakah lidah merapat kearah kanan atau kiri.
4. Minta pasien menekan pipi kanan dan kiri menggunakan
lidah sedangkan pemeriksa mendorong lidah pipi luar.
5. Nilai kekuatan lidah dan bandingkan kanan dan kiri.
6. Nilai ada tidaknya atrofi (lidah terlihat licin) dan fasikulasi
(gelombang pada otot-otot lidah).
7. Minta pasien menjulurkan lidah.
8. Nilai bentuk dan posisi lidah saat dijulurkan. Apakah lurus
ditengah, deviasi ke arah kanan atau kiri.
m. Inspeksi Patatum
Palatum tidak dapat naik pada lesi bilateral dari nervus vagus.
Pada kelumpuhan unilateral, satu sisi palatum tidak dapat
terangkat dan bersama-sama uvula tertarik ke arah sisi yang
normal
n. Penilaian otot sternomastoid dan trapezius
Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi menunjukkan
adanya gangguan saraf perifer. Saat m.trapezius mengalami
paralisis, bahu terkulai dan skapula terjatuh kebawah dan
lateral. Pada pasien dengan posisi berbaring yang mengalami
kelemahan otot strenokleidomastoideus bilateral akan
mengalami kesulitan mengangkat kepalanya dari bantal.
o. Pemeriksaan lidah
Pada pasien dengan paralisis N XII, inspeksi saat di dalam
rongga mulut, dapat terlihat lidah terdorong ke sisi yang sakit
dan saat lidah dijulurkan, maka akan terdorong ke sisi yang
sehat. Interpretasi hasil perlu disebutkan apakah paralisis
terjadi sentral atau perifer.
6. Bagan Alir -
Tanyakan Keluhan
Tambahan