MAKALAH FRAKTUR KMB III Tya
MAKALAH FRAKTUR KMB III Tya
MAKALAH FRAKTUR KMB III Tya
DISUSUN OLEH :
Nama : Fatia Salsabila A.R. Tjanu
Nim : 20010005
Mata Kuliah : KMB III
Dosen Pengampu : Indrawan Manitu.,M.Kep.,Ns
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang Faktur dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga penyusunan makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan atau petunjuk bagi pembaca.
Fatia Salsabila
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang ........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................5
A. Pengertian Fraktur....................................................................................................5
B. Etiologi Fraktur........................................................................................................5
C. Patofisiologi Fraktur................................................................................................6
D. Manifestasi klinis Fraktur........................................................................................7
E. Komplikasi Fraktur..................................................................................................7
F. Penatalaksanaan Fraktur..........................................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang Fraktur…………………………………………………...8
H. Pathway....................................................................................................................9
I. Konsep Dasar Keperawatan Fraktur………………………………………………9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Fraktur ?
2. Apa etiologi dari Fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Fraktur ?
4. Apa saja manifetasi klinis dari Fraktur ?
5. Apa saja komplikasi dari Fraktur ?
6. Apa saja penatalaksanaan Fraktur ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Fraktur ?
8. Apa saja konsep keperawatan dasar dari Fraktur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Fraktur
2. Mengetahui etiologic dari Fraktur
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi Fraktur
4. Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Fraktur
5. Mengetahui apa saja komplikasi dari Fraktur
6. Mengetahui apa saja penatalaksanaan dari Fraktur
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Fraktur
8. Mengetahui apa saja konsep dasar keperawatan dari Fraktur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Fraktur adalah patahan yang terjadi didalam kontinuitas struktural tulang. Hal
ini mungkin tidak lebih dari sebuah retakan, suatu pengisutan, atau pecahnya korteks;
lebih sering disebut sebagai patahan yang sempurna. Fragmen tulang yang dihasilkan
mungkin akan berada di tempatnya atau keluar dari tempatnya. Jika kulit atasnya tetap
utuh, maka disebut juga fraktur tertutup. Namun jika kulit atau salah satu dari rongga
tubuh menerobos keluar atau tertembus, maka disebut juga fraktur terbuka (atau
compound) yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi ( Apley & Solomon,
2018).
B. Etiologi
Menurut Apley & Solomon (2018), Fraktur disebabkan oleh:
1. Cedera, yang terbagi atas :
a. Cedera langsung, yaitu tulang patah pada titik benturan; jaringan lunak juga
rusak. Pukulan langsung biasanya membagi tulang secara melintang atau
membengkokkannya di atas titik tumpu sehingga menciptakan patahan dengan
fragmen kupu-kupu‘. Kerusakan pada kulit diatasnya adalah umum; Jika
penghancuran terjadi atau dalam cedera energi tinggi, pola fraktur akan
diperhitungkan dengan kerusakan jaringan lunak yang luas. Cedera langsung
adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan
b. Cedera tidak langsung, yaitu tulang patah pada jarak dari tempat gaya
diterapkan; kerusakan jaringan lunak di situs fraktur tidak bisa dihindari.
Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
2. Stress berulang, atau fraktur kelelahan, fraktur ini terjadi pada tulang normal yang
mengalami pemuatan berat berulang, biasanya pada atlet, penari atau personil
militer yang memiliki program latihan yang melelahkan atau ketika intensitas
latihan meningkat secara signifikan dari baseline. Pembebanan berat menciptakan
deformasi menit yang memulai proses normal remodelling - kombinasi dari
resorpsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff. Ketika
paparan stres dan deformasi berulang dan berkepanjangan, resorpsi tulang terjadi
lebih cepat daripada penggantian (pembentukan tulang baru) dan meninggalkan
daerah yang bisa patah. Masalah serupa terjadi pada pasien dengan penyakit
inflamasi kronis yang sedang dalam pengobatan dengan steroid atau methotrexate,
yang mengubah keseimbangan normal dari resorpsi tulang dan penggantian.
3. Kelainan tulang yang abnormal (fraktur 'patologis'), yaitu fraktur yang dapat
terjadi bahkan dengan tekanan normal jika tulang telah dilemahkan oleh
perubahan dalam strukturnya atau karena proses penyakit (misalnya pada pasien
dengan osteoporosis, osteogenesis imperfecta atau penyakit Paget, terapi
bifosfonat) atau melalui lesi lisis (misalnya kista tulang atau metastasis).
C. Patofisiologi
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh,yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu, dapat mengenai tulang dan terjadi neurovascular
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak
dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit (Andra & Yessie, 2013).
D. Manifetasi Klinis
D. Komplikasi
Menurut Sulistyaningsih (2016) komplikasi fraktur post ORIF yaitu:
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF, nyeri
yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
3. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala nyeri
otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan
sistem muskuloskeletal.
4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali dirasakan.
F. Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin, 2015) :
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya
boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk
mengembalikan tulang ke posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari
kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
5. Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa periksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa fraktur adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rontgen, Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI, Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram, Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada mulltipel
5. Kreatinin, Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil kagulasi Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cidera hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Risiko syok hipovelemik berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
4. Intervensi Keperawatan
Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan
penyeybab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Risiko syok Setelah dilakukan Observasi :
hipovelemik tindakan keperawatan - Monitor status
selama 3x24 jam, maka kardiopulmonal
diharapkan tingkat syok (frekuensi dan
menurun dengan kriteria kekuatan nadi,
hasil : frekuensi napas,
- Akral dingin tekanan darah)
menurun - Monitor status
- Pucat menurun cairan
- Letargi menurun - Monitor tingkat
- Tekanan darah kesadaran dan
sistolik membaik respon pupil
- Tekanan darah
Terapeutik :
diastolic
- Pertahankan jalan
membaik
napas
- Tekanan nadi
- Berikan oksigen
membaik
untuk
- Pengisian kapiler
mempertahankan
membaik
saturasi oksigen
- Frekuensi nadi
Kolaborasi :
membaik
- Kolaborasi
- Frekuensi napas
pemberian infus
membaik
cairan, kristalold 1-
2 L pada orang
dewasa
Gangguan mobilitas Mobilitas fisik : Observasi :
fisik - Pergerakan - Identifikasi adanya
ekstremitas nyeri atau keluhan
meningkat fisik lainnya
- Kekuatan otot - Identifikasi
meningkat toleransi fisik
- Rentang gerak melakukan
(ROM) pergerakan
meningkat - Monitor frekuensi
- Nyeri menurun jantung dan
- Kecemasan tekanan darah
menurun sebelum memulai
- Kaku sendi mobilisasi
menurun - Monitor kondisi
- Gerakan tidak umum selama
terkoordinas melakukan
menurun mobilisasi
- Gerakan terbatas
Terapeutik :
menurun
- Fasilitasi aktivitas
- Kelemahan fisik mobilisasi dengan
menurun alat bantu (mis.
pagar tempat tidur)
- Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
4. Implementasi
5. Evaluasi
Menurut teori Nursalam (2016) evaluasi merupakan sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan sistemik pada status kesehatan klien. Perawat dapat
menentukan efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dangan
menlihat dan mengukur perkembangan klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya diskontinuitas susunan tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik (Rendy & Margareth, 2012). Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada
jenis trauma, kekuatan dan arahnya.
B. Saran
Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan untuk mengatasi nyeri dengan
cara memberikan Health Educatiaon (HE) pada klien dan juga keluarganya sehingga
dapat meminimalisir terjadinya fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Astanti, feni yuni. 2017. Pengaruh Rom Terhadap Perubahan Nyeri Pada Pasien
Ekstermitas Atas.
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta.
I. Pathway
Fraktur
Pergeseran
fegmen
tulang
Laserasi kulit
Reaksi nosiseptor
Perawatan post
Op
Putus
vena/arteri Respon reflek
protektif pada tulang
Gangguan fungsi
Perdarahan tulang
Nyeri Akut
Kehilangan
volume cairan Gangguan
mobilitas fisik
Resiko syok
hipovelemik