0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan21 halaman

MAKALAH FRAKTUR KMB III Tya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

MAKALAH FRAKTUR

DISUSUN OLEH :
Nama : Fatia Salsabila A.R. Tjanu
Nim : 20010005
Mata Kuliah : KMB III
Dosen Pengampu : Indrawan Manitu.,M.Kep.,Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang Faktur dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga penyusunan makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan atau petunjuk bagi pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknik penulisan maupun konsep materi, mengingat kemampuan yang dimiliki
saya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak saya harapkan demi penyempurnaan
penyusunan asuhan keperawatan ini. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini saya
menyampaikan banyak terima kasih.

Poso, 17 September 2022

Fatia Salsabila
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang ........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................5
A. Pengertian Fraktur....................................................................................................5
B. Etiologi Fraktur........................................................................................................5
C. Patofisiologi Fraktur................................................................................................6
D. Manifestasi klinis Fraktur........................................................................................7
E. Komplikasi Fraktur..................................................................................................7
F. Penatalaksanaan Fraktur..........................................................................................8
G. Pemeriksaan penunjang Fraktur…………………………………………………...8
H. Pathway....................................................................................................................9
I. Konsep Dasar Keperawatan Fraktur………………………………………………9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya diskontinuitas susunan tulang, biasanya disebabkan


oleh trauma atau tenaga fisik (Rendy & Margareth, 2012). Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada
jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang
yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang yang disebut fraktur dislokasi (Sjamsuhidayat,
2011). Badan kesehatan dunia mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi
cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden
kecelakaan yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Fraktur ?
2. Apa etiologi dari Fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Fraktur ?
4. Apa saja manifetasi klinis dari Fraktur ?
5. Apa saja komplikasi dari Fraktur ?
6. Apa saja penatalaksanaan Fraktur ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Fraktur ?
8. Apa saja konsep keperawatan dasar dari Fraktur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Fraktur
2. Mengetahui etiologic dari Fraktur
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi Fraktur
4. Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Fraktur
5. Mengetahui apa saja komplikasi dari Fraktur
6. Mengetahui apa saja penatalaksanaan dari Fraktur
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Fraktur
8. Mengetahui apa saja konsep dasar keperawatan dari Fraktur.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Fraktur adalah patahan yang terjadi didalam kontinuitas struktural tulang. Hal
ini mungkin tidak lebih dari sebuah retakan, suatu pengisutan, atau pecahnya korteks;
lebih sering disebut sebagai patahan yang sempurna. Fragmen tulang yang dihasilkan
mungkin akan berada di tempatnya atau keluar dari tempatnya. Jika kulit atasnya tetap
utuh, maka disebut juga fraktur tertutup. Namun jika kulit atau salah satu dari rongga
tubuh menerobos keluar atau tertembus, maka disebut juga fraktur terbuka (atau
compound) yang dapat menyebabkan kontaminasi dan infeksi ( Apley & Solomon,
2018).

B. Etiologi
Menurut Apley & Solomon (2018), Fraktur disebabkan oleh:
1. Cedera, yang terbagi atas :
a. Cedera langsung, yaitu tulang patah pada titik benturan; jaringan lunak juga
rusak. Pukulan langsung biasanya membagi tulang secara melintang atau
membengkokkannya di atas titik tumpu sehingga menciptakan patahan dengan
fragmen kupu-kupu‘. Kerusakan pada kulit diatasnya adalah umum; Jika
penghancuran terjadi atau dalam cedera energi tinggi, pola fraktur akan
diperhitungkan dengan kerusakan jaringan lunak yang luas. Cedera langsung
adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan
b. Cedera tidak langsung, yaitu tulang patah pada jarak dari tempat gaya
diterapkan; kerusakan jaringan lunak di situs fraktur tidak bisa dihindari.
Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
2. Stress berulang, atau fraktur kelelahan, fraktur ini terjadi pada tulang normal yang
mengalami pemuatan berat berulang, biasanya pada atlet, penari atau personil
militer yang memiliki program latihan yang melelahkan atau ketika intensitas
latihan meningkat secara signifikan dari baseline. Pembebanan berat menciptakan
deformasi menit yang memulai proses normal remodelling - kombinasi dari
resorpsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff. Ketika
paparan stres dan deformasi berulang dan berkepanjangan, resorpsi tulang terjadi
lebih cepat daripada penggantian (pembentukan tulang baru) dan meninggalkan
daerah yang bisa patah. Masalah serupa terjadi pada pasien dengan penyakit
inflamasi kronis yang sedang dalam pengobatan dengan steroid atau methotrexate,
yang mengubah keseimbangan normal dari resorpsi tulang dan penggantian.
3. Kelainan tulang yang abnormal (fraktur 'patologis'), yaitu fraktur yang dapat
terjadi bahkan dengan tekanan normal jika tulang telah dilemahkan oleh
perubahan dalam strukturnya atau karena proses penyakit (misalnya pada pasien
dengan osteoporosis, osteogenesis imperfecta atau penyakit Paget, terapi
bifosfonat) atau melalui lesi lisis (misalnya kista tulang atau metastasis).

C. Patofisiologi
Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh,yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik patologik. Kemampuan
otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu, dapat mengenai tulang dan terjadi neurovascular
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
Disamping itu, fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak
dapat mengakibatkan kerusakan integritas kulit (Andra & Yessie, 2013).

D. Manifetasi Klinis

Manifestasi klinis menurut UT Southwestern Medical Center (2016) adalah


nyeri, hilangnya fungsi, deformitas/perubahan bentuk, pemendekan ekstermitas,
krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus akan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur bagian yang tidak dapat digunakan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa) membukanya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ekstermitas dapat diketahui dengan membandingkan
ekstermitas normal. Ekstermitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat pada atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sama 5 cm (1 sampai 2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitusakibat gesekan antara fragmen 1 dengan yang lainnya (uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dapat terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah terjadi cidera.

D. Komplikasi
Menurut Sulistyaningsih (2016) komplikasi fraktur post ORIF yaitu:
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF, nyeri
yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama.
2. Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
3. Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi. Gejala nyeri
otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dam kelemahan dapat terjadi akibat kelelahan
sistem muskuloskeletal.
4. Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga sering kali dirasakan.

F. Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin, 2015) :
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena
benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien
mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya
boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk
mengembalikan tulang ke posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari
kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap stabil.
5. Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa periksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa fraktur adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan rontgen, Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI, Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram, Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada mulltipel
5. Kreatinin, Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil kagulasi Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cidera hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016)

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no
register, tanggal MRS, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan. Untuk
memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan :
1. Provoking incident: apakah ada pristiwa yang menjadi factor presipitasi
nyeri.
2. Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
3. Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4. Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur
patologis yang sering sulit untuk menyambung.
e. Riwayat Penyakit Keluarg
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis, yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cendrung
diturunkan secara genetik.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun masyarakat.
g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakuatan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, dan apakah pasien berolahraga atau
tidak.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan.
3. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas pasien
terutama pekerjaan pasien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur.
4. Pola Hubungan dan Peran
Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat.
Karena pasien harus menjalani rawat inap.
5. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketidakuatan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan atau
melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya salah.
6. Pola Sensori dan kognitif
Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indra yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga
pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.
7. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan
karena nyeri dan keterbataan gerak pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Meliputi pengkajian kesadaran dan tanda-tanda vital klien. Pada fase awal
cedera disertai perubahan nadi, perfusi yang tidak baik (akral dingin pada sisi
lesi), dan CRT<3 detik pada bagian distal kaki yang merupakan respons
terhadap pembengkakan pada bagian proksimal betis (Muttaqin, 2012).
b. Kepala dan muka
Pada pemeriksaan kepala umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Dapat dikaji untuk penyebaran dan ketebalan rambut, bentuk
kepala, adanya lesi, adanya edema, dan nyeri tekan.
c. Mata
Pada pemeriksaan mata umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Namun dapat dikaji kesimetrisan antara mata kanan dan kiri,
adanya strabismus dan nistagmus, adanya ptosis, warna konjungtiva apakah
anemis atau tidak, warna sklera, dan reflek pupil.
d. Hidung
Pada pemeriksaan hidung umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Dari pemeriksaan hidung dapat diamati posisi septum, rongga
hidung (adanya lesi, perdarahan, secret, polip), dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Telinga
Pada pemeriksaan telinga umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Namun dapat dikaji kesimetrisan telinga kanan dan kiri, adanya
lesi, adanya perdarahan, adanya serumen, dan adanya nyeri tekan pada telinga.
f. Mulut
Pada pemeriksaan mulut umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Dapat dikaji ada tidaknya kelainan kongenital, bibir sumbing,
warna bibir ada sianosis atau tidak, adanya lesi, kesimetrisan ovula, dan ada
tidaknya pembengkakan tonsil.
g. Leher
Pada pemeriksaan leher umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Dari pemeriksaan leher dapat dikaji mengenai kesimetrisan leher,
adanya pembesaran kelenjar tiroid, adanya pembengkakan vena jugularis, dan
adanya nyeri tekan.
h. Dada/ Thorax
1. Paru
Dikaji bentuk dada, adanya retraksi intercosta, kesimetrisan dada saat
inspirasi dan ekspirasi, adanya lesi, fokal fremitus antara dada kanan dan
kiri, adanya nyeri tekan, perkusi paru umumnya sonor, dan auskultasi
suara nafas adakah suara nafas tambahan.
2. Jantung
Dikaji adanya bayangan vena di dada, adanya kardiomegali, palpasi
jantung normalnya berada di ICS 5 sepanjang 1 cm, perkusi jantung
normalnya pekak, dan auskultasi jantung normalnya bunyi jantung 1 di
ICS 5 midklavikula ICS 4 terdengar tunggal dan bunyi jantung 2 di ICS 2
sternum kanan dan kiri terdengar tunggal.
i. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen umumnya pasien fraktur femur tidak mengalami
gangguan. Dapat dikaji adanya lesi dan jaringan parut, adanya massa atau
acsites, auskultasi bising usus, perkusi abdomen normalnya timpani, palpasi
adanya nyeri tekan.
j. Ekstremitas
Hasil pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/keterbatasan gerak
tungkai, didapatkan ketidakmampuan menggerakkan kaki dan penurunan
kekuatan otot ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan. Adanya nyeri
tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha. Klien fraktur femur
mengalami komplikasi delayed union, non-union, dan malunion.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Risiko syok hipovelemik berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Perencanaan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi
Agen Pencedera Fisik selama 3x24 jam, maka karakterisitik nyeri
diharapkan nyeri (mis. Pencetus,
menurun dengan kriteria Pereda, kualitas,
hasil : lokasi, intensitas,
- Tidak mengeluh frekuensi, durasi)
nyeri - Identifikasi skala
- Tidak meringis nyeri
- Ytidak bersikap - Identifikasi respon
protektif nyeri non verbal
- Tidak gelisah - Identifikasi factor
- Kesulitan tidur yang memperberat
menurun dan memperingan
- Frekuensi nadi nyeri
membaik - Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor efek
samping pengunaan
analgetik

Terapeutik :
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan
penyeybab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Risiko syok Setelah dilakukan Observasi :
hipovelemik tindakan keperawatan - Monitor status
selama 3x24 jam, maka kardiopulmonal
diharapkan tingkat syok (frekuensi dan
menurun dengan kriteria kekuatan nadi,
hasil : frekuensi napas,
- Akral dingin tekanan darah)
menurun - Monitor status
- Pucat menurun cairan
- Letargi menurun - Monitor tingkat
- Tekanan darah kesadaran dan
sistolik membaik respon pupil
- Tekanan darah
Terapeutik :
diastolic
- Pertahankan jalan
membaik
napas
- Tekanan nadi
- Berikan oksigen
membaik
untuk
- Pengisian kapiler
mempertahankan
membaik
saturasi oksigen
- Frekuensi nadi
Kolaborasi :
membaik
- Kolaborasi
- Frekuensi napas
pemberian infus
membaik
cairan, kristalold 1-
2 L pada orang
dewasa
Gangguan mobilitas Mobilitas fisik : Observasi :
fisik - Pergerakan - Identifikasi adanya
ekstremitas nyeri atau keluhan
meningkat fisik lainnya
- Kekuatan otot - Identifikasi
meningkat toleransi fisik
- Rentang gerak melakukan
(ROM) pergerakan
meningkat - Monitor frekuensi
- Nyeri menurun jantung dan
- Kecemasan tekanan darah
menurun sebelum memulai
- Kaku sendi mobilisasi
menurun - Monitor kondisi
- Gerakan tidak umum selama
terkoordinas melakukan
menurun mobilisasi
- Gerakan terbatas
Terapeutik :
menurun
- Fasilitasi aktivitas
- Kelemahan fisik mobilisasi dengan
menurun alat bantu (mis.
pagar tempat tidur)
- Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)

4. Implementasi

Menurut teori Nursalam (2016) implementasi merupakan pelaksanakan dari


rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan atau hasil yang ditentukan.
Kegiatan dalam implementasi merupakan tindakan langsung kepada klien dan
mengobservasi respon klien setelah dilakukan tindakan tersebut.

5. Evaluasi
Menurut teori Nursalam (2016) evaluasi merupakan sesuatu yang
direncanakan dan perbandingan sistemik pada status kesehatan klien. Perawat dapat
menentukan efektifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dangan
menlihat dan mengukur perkembangan klien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya diskontinuitas susunan tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik (Rendy & Margareth, 2012). Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada
jenis trauma, kekuatan dan arahnya.

B. Saran
Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan untuk mengatasi nyeri dengan
cara memberikan Health Educatiaon (HE) pada klien dan juga keluarganya sehingga
dapat meminimalisir terjadinya fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi. 2015. Aplikasi Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta:MediAction

Apleys, G. A & Solomon Louis, 2018. System of Orthopaedic and Trauma.


10th edition, New York: Taylor & Francis Group, CRC Press.

Astanti, feni yuni. 2017. Pengaruh Rom Terhadap Perubahan Nyeri Pada Pasien
Ekstermitas Atas.

Apriansyah, Akbar., Romandoni, Siti dan Andriannovita. D. 2015. Hubungan


Antara tingkat Kecemasan Pre Operasi Dengan Derajat Nyeri Pada Pasien
Post Sectio Caesarea Di RS Muhammadiyah Palembang. Jurnal
keperawatan Sriwijaya, Volume 2 No.1 Januari 2015 ISSN No. 23555459

Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta.
I. Pathway

Trauma Trauma tidak


Kondisi patologis
Langsung langsung

Fraktur

Pergeseran
fegmen
tulang

Diskontuinitas Timbul respon Tindakan


tulang stimulus nyeri ORIF

Fraktur terbuka Pengeluaran Pemasangan


histamin platina/fiksasi
eksternal

Laserasi kulit
Reaksi nosiseptor
Perawatan post
Op
Putus
vena/arteri Respon reflek
protektif pada tulang
Gangguan fungsi
Perdarahan tulang

Nyeri Akut
Kehilangan
volume cairan Gangguan
mobilitas fisik

Resiko syok
hipovelemik

Anda mungkin juga menyukai