Indeks Resiko Negara Undone
Indeks Resiko Negara Undone
Indeks Resiko Negara Undone
TAHUN 2006.1-2006.12
Disusun oleh :
NIM. 5553140525
I. RISIKO POLITIK
Adanya program program pemersatu bangsa dalam hal ini membuat ketetapan baru
mengenai sistematika pemerintahan yaitu
- Desentralisasi
- Dekonsentrasi
- Tugas Pembantuan (Medebewind)
Kini saatnya bagi kita untuk melangkah bersama, menjemput masa depan. Masa bersaing
telah kita lalui, kini masanya untuk bersatu. Masa berucap dan berjanji pun telah kita lalui,
kini masanya bertindak dan bekerja. Kini saaatnya bagi kita untuk bersatu dalam kreasi,
dan dalam karya bersama.
Kini sudah saatnya kita memusatkan tekad, semangat, pikiran dan perhatian untuk
mengatasi berbagai tantangan dan persoalan yang kita hadapi tantangan dan persoalan
yang dihadapi rakyat, bangsa dan negara kita. Kita harus mengatasinya secara bersama-
sama. Karena memang pemerintah yang saya pimpin tidak mungkin bisa mengatasi
tantangan dan persoalan bangsa ini, tanpa dukungan dan partisipasi rakyat, serta seluruh
komponen bangsa.
1.2.1 Pengangguran
Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini, yang masih jauh di bawah 7 %, belum cukup
untuk memberikan lapangan kerja. Lebih dari 10 juta saudara kita masih
menganggur.
1.2.2 Kemiskinan
16% dari jumlah penduduk kita masih hidup dibawah garis kemiskinan. Walaupun ada
kecenderungan rasio hutang terhadap PDB menurun, namun masalah hutang telah menjadi
beban besar yang melilit perekonomian kita. Sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para
supir angkot harus mensubsidi setiap liter premium yang dibelinya kepada pemerintah.
Sungguh ironis ditengah kelangkaan minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap
liter solar yang dibelinya kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah
bahkan memperoleh keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada
rakyatnya sendiri.
Kita juga bergembira bahwa sumber pertumbuhanpun makin berimbang. Investasi telah
pulih, ekspor telah tumbuh secara signifikan, dan konsumsi masyarakat tetap tumbuh sehat.
Dengan serangkaian reformasi ekonomi, seperti perbaikan iklim investasi dan amandemen
Undang-Undang Perpajakan, saya yakin, momentum ini akan terus berlanjut. Insya Allah,
dalam waktu dekat, laju pertumbuhan ekonomi kita akan kembali pada prestasi yang pernah
kita alami selama 30 tahun sebelum krisis ekonomi.
Dalam pada itu, alhamdulillah, di samping utang luar negeri kita kepada IMF telah kita
bayar lunas, cadangan devisa kita pun terus meningkat. Bahkan pada bulan Juli 2008 ini,
cadangan devisa kita untuk pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia mencapai lebih
dari US $ 60 milyar. Hal ini semakin memperkokoh dasar-dasar perekonomian kita, dan
menambah kepercayaan dunia usaha pada khususnya, dan publik pada umumnya, akan
kuatnya perekonomian kita.
Pada situasi ini kelompok Islam yang terlibat konflik di poso dan ambon dengan sebutan
teroris dan menangkapi semua veteran konflik poso yang beragama Islam dengan tuduhan
teroris hanya karena menyimpan sisa sisa amunisi. Padahal aksi tangkap menangkap
tersebut tidak menyelesaikan masalah dan bahkan rentan menimbulkan aksi aksi yang lain.
Dari kasus diatas menyimpulakan bahwa adanya kekerasan politik yang perlu dibahas
karena target atau dalang yang terjadi pada konflik poso belum tuntas, serta unsur politik
yang menyatakan bahwa melakukan tindaan pengeboman diwilayah tersebut adalah seorang
muslim sehingga menyebabkan masalah baru yang timbul.
Demikian pula, kita masih harus terus melakukan pemberantasan pembalakan liar,
pencurian ikan, dan peredaran gelap narkoba.Khusus untuk kejahatan narkoba, pemerintah
bertekad untuk memberantas sampai ke akar-akarnya. Pemerintah melalui Kepolisian dan
Kejaksaan Agung akan melakukan penyidikan dan penuntutan untuk memberikan hukuman
yang seberat-beratnya, bagi pengedar narkoba. Mereka ini secara langsung membahayakan
generasi muda bangsa, membahayakan masa depan dan kelangsungan hidup anak-anak kita.
1.5 Konflik Eksternal
1.5.1 Perang
Kesejahteraan dan keamanan Indonesia semakin erat berkaitan dengan situasi internasional.
Karena itu, Pemerintah terus menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang diabdikan
untuk kepentingan nasional kita. Postur diplomasi Indonesia yang semakin tampil
mengemuka, tidak terlepas dari perkembangan demokrasi kita yang semakin mapan,
stabilitas politik yang semakin mantap, situasi hak asasi manusia yang terus membaik, serta
ekonomi yang terus tumbuh.
Dalam menegakkan kedaulatan negara, kebijakan pertahanan negara kita arahkan pada
peningkatan profesionalisme dan kemampuan TNI. Kemampuan pertahanan negara, juga
terus kita tingkatkan, antara lain dengan pemeliharaan kekuatan pokok minimum (minimum
essential force), kesiapan alutsista, dan terselenggaranya latihan secara teratur. Pada bulan
Juli lalu, telah dilaksanakan Latihan Gabungan TNI yang pertama sejak tahun 1996. Latihan
gabungan ini, harus dilakukan secara berkala, agar Prajurit dan Satuan TNI tetap siaga,
profesional, dan berkemampuan tinggi, untuk mempertahankan setiap jengkal wilayah
kedaulatan NKRI.Khusus pembangunan wilayah perbatasan, kita lakukan melalui
pendekatan beberapa aspek, terutama aspek demarkasi dan delimitasi garis batas Negara,
disamping melalui pendekatan pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan keamanan.
Prinsipnya adalah, wilayah perbatasan kita harus dianggap sebagai beranda depan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan bukannya halaman belakang negara kita.
1.6 Korupsi
Pemerintah secara aktif akan melancarkan program pemberatasan korupsi, yang akan
saya pimpin sendiri dan juga Pemerintah akan berusaha keras membentuk Pemerintahan
yang bersih dan baik ( good governance ) serta tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
1.7 Militer Dalam Politik
Militer, baik sebagai institusi maupun personal memilih untuk terlibat aktif ataupun pasif
dalam penyelenggaraan Negara memiliki berbagai alasan penguat. Alasan ini mencakup
berbagai hal yang dipandang oleh militer sebagai sebuah ancaman yang serius bagi eksistensi
bangsa dan Negara. Ada lima alasan mengapa militer memilih terlibat dalam
penyelenggaraan kekuasaan Negara. Pertama, militer beranggapan bahwa keterlibatannya
dalam penyelenggaraan kekuasaan Negara sebagai sebuah hak sejarah. Hak yang menjadi
legitimasi militer untuk terlibat dalam penyelenggaraan kekuasaan Negara adalah bahwa
militer memiliki ‘saham’ atas lahirnya sebuah Negara. Alasan pertama ini biasanya
menghinggapi Negara-negara yang proses kelahirannya didahului oleh perjuangan
kemerdekaan. Indonesia adalah salah satu Negara yang militernya haus akan kekuasaan
politik, karena alasan hak sejarah, hal ini dipertegas dengan adanya konsep matang Jalan
Tengah yang dirumuskan Nasution, dan kemudian ‘dipatenkan’ dengan Dwi Fungsi ABRI
pada masa Orde Baru.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan
antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan
mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang
terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri
ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-
saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup
secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan
alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
Dalam hal berdemokrasi ini, mari kita jalankan hak-hak demokrasi kita, kebebasan kita,
dengan menghargai hak-hak dan kebebasan orang lain, serta dengan menghargai ketertiban
dan pranata hukum (the rule of law). Kemampuan kita untuk menjaga keseimbangan antara
hak dan tanggung jawab, antara kebebasan dan ketertiban, akan menentukan kemajuan
demokrasi kita. Dalam hal ini, tidak ada tempat bagi anarki. Karena demokrasi terlalu
berharga untuk dirusak oleh anarki. Pada kesempatan yang terhormat ini, saya tegaskan
bahwa negara tidak boleh kalah dan tidak akan kalah terhadap anarkisme dan kekerasan.
1.10 Ketegangan Etnik/Suku
Dalam pelaksanaan agenda mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, melalui kerja keras
dan upaya yang sinergis, Pemerintah akan memberi perhatian khusus terhadap penanganan
situasi konflik di Aceh dan Papua.
Pemerintahan yang saya pimpin yang akan tetap berpegang teguh pada politik bebas aktif.
Dalam pentas internasional, Indonesia akan menjadi suara nurani untuk memajukan
perdamaian, meningkatkan kesejahteraan, dan membela keadlina. Indonesia akan terus
tumbuh menjadi negara yang demokratis, terbuka, modern, pluralistik dan toleran.Kita telah
mampu menunjukkan pada dunia, prestasi gemilang penyelenggaraan pesta demokrasi yang
begitu aman, tertib, damai, jujur dan adil pada tahun 2006. Kita harus mampu menjaga
prestasi itu, dan bahkan meningkatkannya. Ini adalah tanggung jawab kita bersama, misi kita
bersama.
Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY
mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan posisinya
berdasarkan prinsip structural Sistem Politik Indonesia, yakini berdasarkan kedaulatan rakyat.
Pada masa pemerintahan SBY, hal tersebut benar-benar terimplementasikan, dimana rakyat
bisa memilih secara langsung calon wakil rakyat melalui Pemilu untuk memilih anggota
dewan legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit eksekutif, sekalipun untuk elit yudikatif,
pemilihanya masih dilakukan oleh DPR dengan pertimbangan presiden.
Resiko Politik
Stabilitas Pemerintah Nilai
Kesatuan Pemerintah 4
Kekuatan Legislatif 3
Dukungan Yang Populer 4
Kondisi Sosial Ekonomi
Pengangguran 4
Keyakinan Masyarakat 3
Kemiskinan 4
Keberlangsungan/
Perampasan kontrak 4
Pengembalian keuntungan 4
Penundaan Pembayaran 4
Konflik Internal
Perang Sipil 4
Teroris 3
Gangguan Sipil 3
Konflik Eksternal
Perang 2
Konflik Lintas Batas 2
Tekanan Asing 2
Korupsi 4
Militer Dalam Politik 5
Pemuka Agama Dalam
Politik 4
Hukum Dan Ketertiban 5
Ketegangan Etnik 4
Akuntasbilitas Demokrasi 4
Kualitas Birokrasi 4
Sub Total 80
Hasil Interpolasi data ke dalam bentuk bulanan:
Bulan Indeks
Januari 62
Februari 62
Maret 62
April 63
Mei 63
Juni 63
Juli 63
Agustus 64
September 64
Oktober 65
November 66
Desember 66
II. RISIKO FINANSIAL
Q1 t = ( 1
12
53,4−
12 )
5,5 ( 63,4−66,8 )
Q = (53,4− )
1 4,5 ( 63,4−66,8 )
2t
12 12
Q = (53,4− )
1 3,5 ( 63,4−66,8 )
3t
12 12
Q = ( 53,4− )
1 2,5 ( 63,4−66,8 )
4t
12 12
Q = (53,4− )
1 1,5 ( 63,4−66,8 )
5t
12 12
Q = (53,4− )
1 0,5 ( 63,4−66,8 )
6t
12 12
Q = (53,4+ )
1 0,5 ( 63,4−66,8 )
7t
12 12
Q = (53,4+ )
1 1,5 ( 63,4−66,8 )
8t
12 12
Q = (53,4+ )
1 2,5 ( 63,4−66,8 )
9t
12 12
Q = ( 53,4+ )
1 3,5 ( 63,4−66,8 )
10 t
12 12
Q = ( 53,4+ )
1 4,5 ( 63,4−66,8 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(53,4+
5,5 ( 63,4−66,8 )
12 )
Hasil Interpolasi ke dalam bentuk bulanan Rasio Utang Luar Negeri terhadap GDP
Bulan Rasio Poin
Januari 0,26 10
Februari 0,27 10
Maret 0,28 10
April 0,29 10
Mei 0,30 10
Juni 0,31 10
Juli 0,32 10
Agustus 0,31 10
Septembe
r 0,33 10
Oktober 0,39 10
November 0,42 10
Desember 0,47 10
Q1 t =( 1
12
43,46−
12 )
5,5 (53,46−57,43 )
Q = (43,46− )
1 4,5 ( 53,46−57,43 )
2t
12 12
Q = ( 43,46− )
1 3,5 ( 53,46−57,43 )
3t
12 12
Q = ( 43,46− )
1 2,5 ( 53,46−57,43 )
4t
12 12
Q = ( 43,46− )
1 1,5 (53,46−57,43 )
5t
12 12
Q = ( 43,46− )
1 0,5 ( 53,46−57,43 )
6t
12 12
Q = ( 43,46+ )
1 0,5 (53,46−57,43 )
7t
12 12
Q8 t = ( 1
12
43,46+
12 )
1,5 ( 53,46−57,43 )
Q = ( 43,46+ )
1 2,5 ( 53,46−57,43 )
9t
12 12
Q = ( 43,46+ )
1 3,5 ( 53,46−57,43 )
10 t
12 12
Q = ( 43,46+ )
1 4,5 ( 53,46−57,43 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(43,46+
5,5 ( 53,46−57,43 )
12 )
Hasil Interpolasi ke dalam bentuk bulanan
Tahun Rasio
2005 4,4
2006 1,6
Q1 t =
1
12 (
0,6−
5,5 ( 1,6−4,4 )
12 )
Q2 t = ( 1
12
0,6−
12 )
4,5 ( 1,6−4,4 )
Q = ( 0,6− )
1 3,5 ( 1,6−4,4 )
3t
12 12
Q = ( 0,6− )
1 2,5 ( 1,6−4,4 )
4t
12 12
Q = (0,6− )
1 1,5 ( 1,6−4,4 )
5t
12 12
Q = ( 0,6− )
1 0,5 (1,6−4,4 )
6t
12 12
Q = ( 0,6+ )
1 0,5 ( 1,6−4,4 )
7t
12 12
Q = (0,6+ )
1 1,5 ( 1,6−4,4 )
8t
12 12
Q = ( 0,6+ )
1 2,5 ( 1,6−4,4 )
9t
12 12
Q = (0,6+ )
1 3,5 ( 1,6−4,4 )
10 t
12 12
Q = ( 0,6+ )
1 4,5 ( 1,6−4,4 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(0,6+
5,5 (1,6−4,4 )
12 )
Hasil Interpolasi ke dalam bentuk bulanan
Q1 t = ( 1
12
8,1−
12 )
5,5 ( 9,1−3,02 )
Q = ( 8,1− )
1 4,5 ( 9,1−3,02 )
2t
12 12
Q = (8,1− )
1 3,5 ( 9,1−3,02 )
3t
12 12
Q = ( 8,1− )
1 2,5 ( 9,1−3,02 )
4t
12 12
Q = (8,1− )
1 1,5 ( 9,1−3,02 )
5t
12 12
Q = (8,1− )
1 0,5 ( 9,1−3,02 )
6t
12 12
Q = ( 8,1+ )
1 0,5 ( 9,1−3,02 )
7t
12 12
Q = (8,1+ )
1 1,5 ( 9,1−3,02 )
8t
12 12
Q = (8,1+ )
1 2,5 ( 9,1−3,02 )
9t
12 12
Q = (8,1+ )
1 3,5 ( 9,1−3,02 )
10 t
12 12
Q = ( 8,1+ )
1 4,5 ( 9,1−3,02 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(8,1+
5,5 ( 9,1−3,02 )
12 )
Hasil Interpolasi ke dalam bentuk bulanan
Q1 t =( 1
12
−0,3054−
12 )
5,5 (−1,3054−1,2475 )
Q = (−0,3054− )
1 4,5 (−1,3054−1,2475 )
2t
12 12
Q = (−0,3054− )
1 3,5 (−1,3054−1,2475 )
3t
12 12
Q = (−0,3054− )
1 2,5 (−1,3054−1,2475 )
4t
12 12
Q = (−0,3054− )
1 1,5 (−1,3054−1,2475 )
5t
12 12
Q = (−0,3054− )
1 0,5 (−1,3054−1,2475 )
6t
12 12
Q = (−0,3054 + )
1 0,5 (−1,3054−1,2475 )
7t
12 12
Q8 t = ( 1
12
−0,3054 +
12 )
1,5 (−1,3054−1,2475 )
Q = (−0,3054 + )
1 2,5 (−1,3054−1,2475 )
9t
12 12
Q = (−0,3054+ )
1 3,5 (−1,3054−1,2475 )
10 t
12 12
Q = ( −0,3054+ )
1 4,5 (−1,3054−1,2475 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(−0,3054+
5,5 (−1,3054−1,2475 )
12 )
Hasil Interpolasi ke dalam bentuk bulanan
gdp gdp
Bulan perkapita dunia Rasio
41,8079
Januari 284,2 679,1 8
34,6374
Februari 286,9 858,6 9
40,5954
Maret 285,5 706,3 1
46,8296
April 286,1 605,3 1
40,6581
Mei 286,8 709,3 3
41,3965
Juni 287,5 697,2 2
41,6560
Juli 288,1 694,2 1
41,9350
Agustus 288,8 691,2 5
Septembe 42,1999
r 289,4 688,2 3
42,4846
Oktober 290,1 685,2 2
Novembe 32,7550
r 290,7 682,2 7
Desembe 42,2005
r 291,4 694,4 4
Q1 t =
1
12 (
5,1−
5,5 ( 6,1−5,1 )
12 )
Q2 t = ( 1
12
5,1−
12 )
4,5 ( 6,1−5,1 )
Q = (5,1− )
1 3,5 ( 6,1−5,1 )
3t
12 12
Q = ( 5,1− )
1 2,5 ( 6,1−5,1 )
4t
12 12
Q = (5,1− )
1 1,5 ( 6,1−5,1 )
5t
12 12
Q = (5,1− )
1 0,5 ( 6,1−5,1 )
6t
12 12
Q = (5,1+ )
1 0,5 ( 6,1−5,1 )
7t
12 12
Q = ( 5,1+ )
1 1,5 (6,1−5,1 )
8t
12 12
Q = (5,1+ )
1 2,5 ( 6,1−5,1 )
9t
12 12
Q = ( 5,1+ )
1 3,5 ( 6,1−5,1 )
10 t
12 12
Q = ( 5,1+ )
1 4,5 (6,1−5,1 )
11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(5,1+
5,5 ( 6,1−5,1 )
12 )
Bulan Rasio Poin
Januari 1,54 6
Februari 1,51 6
Maret 1,49 6
April 1,47 6
Mei 1,44 6
Juni 1,41 6
Juli 1,45 6
Agustus 1,42 6
Septembe
r 1,39 6
Oktober 1,36 6
November 1,33 6
Desember 1,30 6
3.3 Tingkat Inflasi Tahunan
Q1 t =( 1
12
1,457−
12 )
5,5 ( 2,457−2,507 )
Q = ( 1,457− )
1 4,5 (2,457−2,507 )
2t
12 12
Q = (1,457− )
1 3,5 ( 2,457−2,507 )
3t
12 12
Q = ( 1,457− )
1 2,5 ( 2,457−2,507 )
4t
12 12
Q = ( 1,457− )
1 1,5 ( 2,457−2,507 )
5t
12 12
Q = (1,457− )
1 0,5 ( 2,457−2,507 )
6t
12 12
Q = ( 1,457+ )
1 0,5 ( 2,457−2,507 )
7t
12 12
Q = (1,457+ )
1 1,5 ( 2,457−2,507 )
8t
12 12
Q9 t =
1
12 (
1,457+
12 )
2,5 ( 2,457−2,507 )
= ( 1,457+ )
1 3,5 (2,457−2,507 )
Q10 t
12 12
= ( 1,457+ )
1 4,5 ( 2,457−2,507 )
Q11 t
12 12
Q 12 t=
1
12(1,457+
5,5 ( 2,457−2,507 )
12 )
Bulan Rasio Poin
Januari 1,16 8
Februari 1,15 8
Maret 1,14 8
April 1,13 8
Mei 1,12 8
Juni 1,11 8
Juli 1,12 8
Agustus 1,11 8
Septembe
r 1,1 8
Oktober 1,09 8
November 1,08 8
Desember 1,07 8
Q1 t =( 1
12
0,16−
12 )
5,5 ( 1,16−1,34 )
Q = (0,16− )
1 4,5 ( 1,16−1,34 )
2t
12 12
Q = (0,16− )
1 3,5 ( 1,16−1,34 )
3t
12 12
Q = ( 0,16− )
1 2,5 ( 1,16−1,34 )
4t
12 12
Q5 t = ( 1
12
0,16−
12)
1,5 ( 1,16−1,34 )
Q = (0,16− )
1 0,5 (1,16−1,34 )
6t
12 12
Q = (0,16+ )
1 0,5 ( 1,16−1,34 )
7t
12 12
Q = (0,16+ )
1 1,5 ( 1,16−1,34 )
8t
12 12
Q = (0,16+ )
1 2,5 ( 1,16−1,34 )
9t
12 12
Q = ( 0,16+ )
1 3,5 ( 1,16−1,34 )
10 t
12 12
Q = ( 0,16+ )
1 4,5 ( 1,16−1,34 )
11 t
12 12
Q1 2 t=
1
12(0,16+
5,5 (1,16−1,34 )
12 )
Bulan Rasio Poin
Januari 1,2 12
Februari 1,2 12
Maret 1,1 12
April 1,1 12
Mei 1,1 12
Juni 1,1 12
Juli 1,2 12
Agustus 1,2 12
Septembe
r 1,1 12
Oktober 1,1 12
November 1,1 12
Desember 1,14 12
Akumulasi Komponen Risiko Finansial berdasarkan data bulanan
1. RISIKO POLITIK
2. RISIKO FINANSIAL
Risiko
Periode Finansial Keterangan
Januari 46 Risiko Sangat Rendah
Februari 46 Risiko Sangat Rendah
Maret 46 Risiko Sangat Rendah
April 46 Risiko Sangat Rendah
Mei 46 Risiko Sangat Rendah
Juni 46 Risiko Sangat Rendah
Juli 46 Risiko Sangat Rendah
Agustus 45.5 Risiko Sangat Rendah
September 45.5 Risiko Sangat Rendah
Oktober 45.5 Risiko Sangat Rendah
November 45.5 Risiko Sangat Rendah
Desember 45.5 Risiko Sangat Rendah
3. RISIKO EKONOMI
RISIKO NEGARA
Periode Risiko Politik Risiko Finansial Risiko Ekonomi Indeks Risiko Negara (CRI) Keterangan
Januari 62 46 36 72 Risiko Rendah
Februari 62 46 36 72 Risiko Rendah
Maret 62 46 36 72 Risiko Rendah
April 63 46 36 72.5 Risiko Rendah
Mei 63 46 35.5 72.25 Risiko Rendah
Juni 63 46 35.5 72.25 Risiko Rendah
Juli 63 46 35.5 72.25 Risiko Rendah
Agustus 64 45.5 35.5 72.5 Risiko Rendah
Septembe
r 64 45.5 35.5 72.5 Risiko Rendah
Oktober 65 45.5 35.5 73 Risiko Rendah
November 66 45.5 35.5 73.5 Risiko Rendah
Desember 66 45.5 35.5 73.5 Risiko Rendah
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
RASIO POLITIK
RISIKO POLITIK
66
65
64
63
62
61
60
ri ri et ril ei ni li s er be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju Ju
u stu mb to m m
Ja b M
Fe Ag epte Ok ve se
S No De
Dari peyebab kondisi diatas dapat siampaikan bahwa risiko politik dari bulan
januari 2004 sampai dengan desember 2004 yang dialami negara Indonesia terus
mengalami kenaikan dengan presentase risiko moderat hal ini dibuktikan dengan
grafik yang terus naik setiap bulannya.
RASIO FINANSIAL
RISIKO FINANSIAL
46
45.9
45.8
45.7
45.6
45.5
45.4
45.3
45.2
ri ri et ril ei ni li s er r r r
ua r ua ar Ap M Ju Ju stu mb obe be be
n b M u t m m
Ja Fe Ag epte Ok ve se
S No De
Dari peyebab kondisi diatas dapat siampaikan bahwa risiko finansial dari bulan
januari 2006 sampai dengan desember 2006 terus mengalami penuruna dengan
presentase risiko sangat rendah hal ini dibuktikan dengan grafik yang turun pada
bulan agustus sehingga risiko finansial dalam negara tidak terlalu berpengaruh
terhadap risiko negara.
RASIO EKONOMI
RISIKO EKONOMI
36
35.9
35.8
35.7
35.6
35.5
35.4
35.3
35.2
ar
i
ar
i et r il ei ni li s er r r r
u r u ar Ap M Ju Ju stu mb obe be be
n b M u t m m
Ja Fe Ag epte Ok ve se
S No De
Respons investor akan sangat berbeda jika stabilitas yang tercipta merupakan
akibat dari faktor-faktor internal (internally-driven stability). Misalnya, jika terjadi
peningkatan penggunaan kapasitas terpasang mendekati 90% (saat ini hanya mencapai
rata-rata 41%), produk-produk Indonesia lebih kompetitif, adanya perbaikan iklim
usaha dan law enforcement. Jika hal-hal tersebut terjadi maka stabilitas yang dicapai
akan lebih kukuh dan prospek ekonomi Indonesia akan lebih menarik bagi investor
berjangka panjang. Upaya untuk menciptakan stabilitas yang digerakkan oleh faktor-
faktor internal jauh lebih sulit, karena sangat ditentukan oleh terobosan strategi dan
kebijakan, serta kepemimpinan politik dan ekonomi yang lebih kuat.
pada 2006 mungkin ada sedikit perbaikan dalam pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian (2,5%) karena cuaca yang lebih baik. Sementara sektor mining akan
mengalami slow down, turun dari 2,9% tahun 2005 menjadi 2,5% pada 2006. Sedang di
sektor manufacturing, kecenderungan deindustrialisasi yaitu beli barang dari China
diganti capnya, kemudian di jual di dalam negeri akan berlanjut sampai 2005 sehingga
dampaknya terhadap peningkatan pengangguran makin tinggi. Sektor retail dan hotel
mungkin akan lebih baik di banding tahun 2005. Construction sedikit agak membaik.
Kemungkinan akan terjadi kenaikan angka-angka impor untuk 2006 karena kredit dari
bank-bank nasional sebagian besar dialokasikan kepada sektor konsumsi terutama
sepeda motor, pinjaman mobil dan KPR.
Perkembangan ekonomi selama tahun 2005 dan perkiraan untuk 2006,
menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih dalam tahapan sekadar 'numpang lewat'
(muddling through) atau stagnasi berkelanjutan. Perbaikan ekonomi bersifat parsial,
hanya terjadi di sektor finansial itupun masih sangat rapuh karena tidak adanya
perubahan cara-tindak dan perilaku yang signifikan di sektor perbankan. Sementara
perkembangan di sektor riil menunjukkan gejala awal dari proses deIndustrialisasi
dalam bentuk investasi dan penggunaan kapasitas terpasang yang rendah, relokasi
industri ke negara lain, industrialisasi yang berubah menjadi perdagangan produk
impor.
Dari peyebab kondisi diatas dapat siampaikan bahwa risiko ekonomi dari bulan
mengalami penurunan dengan presentase risiko rendah hal ini dibuktikan dengan
grafik yang turun antara bulan april dan mei hal ini karena adanya transisi kebijakan
sehingga risiko ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap risiko negara.
RASIO NEGARA
RISIKO NEGARA
73.5
73
72.5
72
71.5
71
ri ri et ril ei ni li s er r r r
ua r ua ar Ap M Ju Ju stu mb obe be be
n b M u t m m
Ja Fe Ag epte Ok ve se
S No De
2006 adalah tahun persimpangan jalan untuk Indonesia. Tahun yang menentukan
apakah Indonesia akan meneruskan periode stagnasi dan kemerosotan sampai dengan
tahun 2009. Dengan bom waktu berupa peningkatan pengangguran yang akan menjadi
masalah Finansial, ekonomi, dan politik. Tetapi tahun 2006 dapat dikatakan menjadi
awal dari periode kebangkitan dan kemajuan bagi bangsa Indonesia, yang
sesungguhnya memiliki potensi menjadi negara yang lebih sejahtera dan kuat di Asia.
Bagaimana dari berbagai aspek risiko pada tahun 2006 Indonesia risiko yang diperoleh
pada posisi risiko rendah dalam politik bagaimana transisi kepemimpinan dan sistem
politik yang dianut menjadi demokratis. Serta dalam ekonomi yang terus memberikan
dampak positif dengan berbagai macam kebijakan dan kerjasama luar negeri. Indonesia
adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan memegang sejumlah peluang investasi.
Manufaktur, minyak dan gas, dan sektor infrastruktur semua mewakili pilihan menarik,
sementara investasi portofolio secara tradisional menjadi sumber utama arus masuk
modal. Bisnis dapat memanfaatkan lokasi strategis Indonesia di jalur pelayaran global
utama, yang membuat impor dan ekspor biaya rendah. Namun, investor tidak dapat
mengabaikan lingkungan bisnis yang menantang negara. Oleh sebab itulah pada tahun
2006 berpeluang untuk mewujudkan hal itu.
Alasannya adalah jika kita lihat dari garafik yang dihitung menurut tingkat risiko
negara, Indonesia terus megalami peningkatan dalam artian jika presentasenya naik
maka akan semakin baik walaupun antara bulan mei sampai dengan oktober mengalami
fluktuasi karena pada bulan tersebut sedang terjadi pemilu. Akan tetapi hasil yang
diterima tidaklah berpengaruh karena masih tergolong pada presentase risiko rendah.
Sehingga risiko negara yang diterima adalah risiko rendah.