Penetapan Tasyri Pada Masa Modern - Kelompok 11

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PENETAPAN TASYRI PADA MASA MODERN

Makalah

Dibuat dan Dipresentasikan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tarikh Tasyri, Prodi Hukum Ekonomi Syariah 3 Semester 1

Fakultas Syariah dan Hukum Islam

Oleh:

Rinaldi Aprliliyansyah
NIM.742342022095

Fajar Adi Anugrah


NIM.742342022075

Khofifah
NIM.742342022091

Dosen Pengajar :
Mariana, S.H., M.H

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

WATAMPONE

2022

3
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas

berkat dan ridho-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah dengan judul “Penetapan Tasyri pada Masa Modern” ini disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri.

Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini ataupun di

kemudian hari. Penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan

makalah ini, mudah-mudahan dengan adanya kekurangan tersebut penulis ataupun

pembaca dapat memperbaikinya dengan memberikan kritik dan saran sehingga

akan ada kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Watampone, 11 Desember 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

A. Tarikh Tasyri ............................................................................................... 3

B. Faktor Muncul Tasyri Di Era Modern ....................................................... 3

C. Tanda- Tanda Tasyri Di Era Modern .......................................................... 6

D. Karakteristik Perkembangan Tasyri Di Era Modern................................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................... 12

B. Saran.......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lahirnya ide pembaharuan islam dimulai dengan mulai sadarnya umat

islam akan tidur panjang dan mimpi indahnya, kemudian bangun dan

membenahi diri serta bangkit kembali menjadi suatu kekuatan yang

setidaknya setara dengan kekuatan barat. Pada waktu itu, umat islam sudah

terpecah-pecah ada yang masih terhimpun dalam tiga kerajaan islam, yakni

Turki Usmani, Mughol dan Safawi, ada yang lepas dari tiga kekuatan itu

dengan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, ada juga yang tidak termasuk

dari kedua kategori tersebut.Ada dua peristiwa yang membuat umat islam

terbangun dan bangkit, yakni:

1. Perang Salib.

2. Adanya ekspansi Barat ke Timur (ekspansi bangsa Eropa ke Asia dan

Afrika). M a k a d a r i i t u , m a s a m o d e r n l a h i r k a r e n a s e t e l a h

m a s a t r a n s i s i y a n g menyebabkan umat islam terjajah oleh bangsa

barat yang menyengsarakan umat islam. Untuk itu, guna mengatasi

permasalahan tersebut, maka lahirlah Masa Modern. Sekarang kita

hidup di era yang modern, semua yang kita butuhkan langsung tersedia

secara instant. Fenomena ini, bisa kita lihat di beberapa bidang.Di bidang

komunikasi, di bidang kedokteran, dan di bidang-bidang yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Tarikh Tasyri?

2. Apa Saja Faktor Muncul Tasyri Di Era Modern?

3. Jelaskan Tanda- Tanda Tasyri Di Era Modern?

1
2

4. Bagamana Karakteristik Perkembangan Tasyri Di Era Modern?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui Pengertian Tarikh Tasyri

2. Mengetahui Apa Saja Faktor Muncul Tasyri Di Era Modern

3. Mengetahui Tanda- Tanda Tasyri Di Era Modern

4. Mengetahui Karakteristik Perkembangan Tasyri Di Era Modern


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarikh Tasyri

Tarikh Tasyri merupakan disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan

ilmu fiqih maupun usul fiqih. Tarik berarti ketentuan waktu, sebagaimana

disebutkan arakha al kitab, arrakhahu, dan arakhahu. Maksudnya adalah

waqqatahu yaitu menjelaskan waktunya. Pengertian ilmu Tarikh adalah ilmu

yang mempelajari tentang kisah-kisah waktu terjadinya, peristiwa penting

yang terjadi padanya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Ejarah

ilmu mencakup latar belakang munculnya ilmu tersebut, fase-fase

perkembangannya, kisah hidup para pembawanya, serta buah pemikiran yang

mereka sumbangkan demi tegaknya ilmu tersebut. Tujuan Penulis Syekh

Manna Al-Qaththan menulis Tarikh Tasyri adalah untuk mengetahui

bagaimana latar belakang munculnya suatu hukum atau sebab-sebab

ditetapkannya suatu hukum Syariah, yang terjadi pada periode Rasulullah.

Tentunya pada periode Rasulullah itu tidak sama atau memungkinkan adanya

perbedaan dengan periode-periode setelahnya.1

B. Faktor Munculnya Tasyri’ di Era Modern

Pada zaman para sahabat dahulu, apabila mereka menjumpai suatu

nash dalam Al-Qur’an atau Sunnah yang menjelaskan hukum dari peristiwa

yang mereka hadapi, mereka berpegang teguh pada nash tersebut dan

mereka berusaha memahami maksudnya untuk menerapkannya pada

peristiwa-peristiwa itu. Apabila mereka tidak menjumpai dalam nash maka

1
Khazanah,”Sejarah Legislasi Hukum Islam Melakui Tarikh Tasyi”, Republika.Co.Id. 03 Oktober
2019.

3
4

mereka berijtihad untuk menetapkan hukumnya. Dalam

berijtihadnya mereka berpegang pada kemampuan mereka dalam bidang

syari’at. Karena ijtihad pada zaman modern ini merupakan suatu kebutuhan,

bahkan merupakan suatu keharusan bagi masyarakat yang ingin hidup pada

masa Islam. Sedangkan di zaman modern ini, kemajuan pesat yang terjadi

dalam bidang pengatahuan dan teknologi menimbulkan perubahan-

perubahan besar dalam segala bidang kehidupan manusia. Kalau pada masa

awal Islam masih menggunakan pedang, sekarang sudah menggunakan

senjata canggih. Begitu juga dengan transportasi, pada awal mula Islam.

Jelasnya dengan kemunculan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak sekali

muncul hal baru dalam kehidupan manusia dan menimbulkan perubahan-

perubahan baru dalam masyarakat, baik perubahan struktur sosial dan

munculnya masalah-masalah baru seperti masalah trannfusi darah, bayi

tabung dan lain-lain yang perlu diatur dan diselesaikan sesuai dengan kaidah

Islam.2

Agar agama Islam mampu menghadapi perkembangan zaman, maka

hukum Islam perlu dikembangkan dan pemahaman tentang Islam harus

terus menerus diperbaharui dengan memberikan penafsiran-penafsiran

terhadap nash syara’ dengan cara menggali kemungkinan atau alternatif


dalam syari’at yang diyakini bisa menjawab masalah-masalah baru. Jadi,

pembaharun hukum Islam dimaksudkan agar hukum Islam tidak

ketinggalan zaman dan mampu menjawab pertanyaan yang

berkesinambungan di dalamnya.

2
Tasyri Dan, Politik Hukum, and Pengaturan Usia Perkawinan, “Bab Ii
Tasyri’ Dan Politik Hukum Pengaturan Usia Perkawinan,” 2015, 24–78.
5

Lahirnya ide pembaharuan Islam dimulai sadarnya umat Islam akan

tidur panjang dan mimpi indahnya, kemudian bangun dan membenahi diri

serta bangkit kembali menjadi suatu kekuatan yang setidaknya setara

dengan kekuatan Barat. Pada waktu itu, umat Islam sudah terpecah-pecah

ada yang masih terhimpun dalam tiga kerajaan Islam, yakni Turki Utsmani,

Mughol dan Safawi, ada yang lepas dari tiga kekuatan itu dengan

mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, ada juga yang tidak termasuk dua

kategori tersebut.3

Di awal fase ini, mulai bangkit semangat kebangsaan, artinya

manusia lebih cenderung untuk menghimpun diri dalam suatu kesatuan

berdasarkan suku bangsa (nation state) ketimbang terhimpun dalam suatu

kesatuan berdasarkan agama (religion state). Namun, yang menarik adalah

hampir seluruh suku bangsa yang dijajah menganut agama Islam,

melakukan perjuangan yang berbarengan untuk memperjuangkan lahirnya

sebuah negara bangsa yang berdaulat di satu sisi, disisi lain agama juga

sedang giat melakukan modernisasi dan tidak jarang dalam proses lahirnya

sebuah negara bangsa ini tampillah tokoh-tokoh agama sebagai pioner

perjuangannya. Hal ini, disebabkan karena bangsa Barat dianggap

menginjak-injak nilai kehormatan suatu bangsa yang dikuasainya dan


mengusik agama (Islam) yang dianut oleh bangsa tersebut.

Ada dua peristiwa yang membuat umat Islam terbangun dan bangkit, yakni:

1. Perang Salib. Perang ini merupakan peperangan yang banyak memakan

waktu, biaya, dan korban baik korban jiwa maupun korban harta.

Tetapi, disamping hal yang merugikan, ada faktor positif dari Perang

3
“Perkembangan Tasri Modern” 2, no. 11 (2020): 11–24,
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.
6

Salib ini, yakni kedua belah pihak berupaya mencari tahu dan mengenal

pihak lawannya secara baik. Dan ini merupakan awal dari sebuah

dialog.

2. Adanya ekspansi Barat ke Timur (ekspansi Bangsa Eropa ke Asia dan

Afrika). Diketahui bahwa Barat kebanyakan menganut agama Kristen

dan Timur kebanyakan menganut agama Islam, sehingga keduanya pun

mengalami kontak yang tidak dapat dihindarkan. Di sisi lain, Barat

adalah negara-negara yang telah mencapai kemodernan dan kemajuan

di segala bidang, sedangkan Timur adalah masih tradisional dan

terbelakang.4

C. Tanda-Tanda Tasyri’ di Era Modern

Tanda-tanda kebangkitan hukum Islam pada masa modern dapat kita lihat

pada sistem mempelajari dan segi-segi penulisan tentang hukum Islam,

kedudukan hukum-hukum Islam dalam perundang-udangan negara, dan

penilaian orang-orang orientalis terhadap hukum Islam. Atas dasar segi-segi

tersebut maka tinjauan berikut ini diadakan.


1. Sistem Mempelajari Dan Menuliskan Hukum-Hukum Islam

Kebangunan hukum Islam pada masa modern banyak bergantung

kepada cara mempelajarinya, yaitu sistem perbandingan. Yakni


mempelajari hukum-hukum Syara’ dengan berbagai pendapat tentang

satu persoalan dan alasannya masing-masing, serta aturan-aturan dasar

yang menjadi pegangannya. Kemudian pendapat-pendapat tersebut

4
Hasyim Nawawie, “Sejarah Tasyri,” 2014, http://publikasi.uniska-
kediri.ac.id/data/Buku/TarikhTasyri-HasyimNawawie/TarikhTasyri-
HasyimNawawie.pdf.
7

diperbandingkan satu sama lain, untuk di pilih pendapat mana yang

lebih benar dan diperbandingkan pula dengan hukum positif. Di sana

tidak hanya satu madzab saja yang dikaji dan dipelajari, akan tetapi

keempat aliran hukum ahlussunah wal jama’ah. Memang para fuqaha

masa-masa dahulu sudah mengenal sistem perbandingan hukum

dengan menyebutkan pendapat berbagai ulama mujtahidin meskipun

dalam bentuk yang sederhana. Akan tetapi semenjak abad ke empat

hijriah dengan mengecualikan karya Ibnu Rusyd yang sangat bernilai

yaitu Bidayatul Mujtahid, perbandingan tersebut hanya di maksudkan

untuk mengadakan pembelaan terhadap pendapat imam yang dianutnya

dan mengusahakan melemahkan pendapat imam lain. Oleh karena itu,

maka tidak ada penguatan (tarjih) suatu pendapat atas pendapat lain

karena kekuatan dalil itu sendiri. Selanjutnya kemungkinan untuk

mencari pendapat yang lebih tepat dan yang lebih sesuai dengan rasa

keadilan orang banyak tidak ada lagi. Karena penguatan salah satu

pendapat dalam hukum Islam hanya terjadi dalam lingkungan satu

mazhab.

Apa yang menyebabkan tidak adanya sistem perbandingan antara

pendapat-pendapat fuqaha antara mazhab ialah karena adanya fatwa


untuk bertaqlid semata-mata, dan taqlid inipun harus terbatas dalam

lingkungan mazhab empat saja yang suda terkenal dan di setujui oleh

golongan Ahlussunnah. Bahkan di fatwakan pula, bahwa bagi orang-

orang yang sudah mengikuti mazhab tertentu tidak boleh berpindah

kepada mazhab lain ataupun mengikuti mazhab lain pula dalam waktu

yang sama, kecuali dengan syarat-syarat tertentu. Fatwa lain ialah

bahwa fuqaha-fuqaha yang datang kemudian tidak boleh meninjau


8

kembali apa yang telah di putuskan oleh fuqaha-fuqaha angkatan

terdahulu.

2. Kedudukan Hukum-Hukum Islam Dalam Perundang-Undangan

Negara

Usaha-usaha perundang-undangan negara sebenarnya sudah pernah

dilakukan beratus-ratus tahun yang lalu, seperti yang diperbuat oleh

Ibnul Muqoffa’ pada abad kedua Hijrah, di masa Khalifah Abbasiyah.

Ia pernah mengirim surat kepada Khalifah Al- Mansyur untuk membuat

suatu Undang-undang yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah, dan

apabila tidak ada nas pada keduanya bisa diambil dari fikiran dengan

syarat bisa mewujudkan rasa keadilan dan kepentingan orang banyak.

Surat tersebut dikirim karena adanya perbedaan pendapat antara para

fuqoha dan hakim dalam memutuskan suatu masalah yang sama. Akan

tetapi surat tersebut tidak mendapatkan sambutan yang cukup pada

masa itu, karena para fuqoha tidak mau memaksa orang untuk

mengikuti pendapat-pendapatnya, serta memperingatkan murid–

muridnya untuk tidak berfanatik buta serta mengingatkan bahwa

ijtihad–ijtihad yang dilakukan bisa kemasukan salah.

Pada abad kesebelas Hijrah, As-Sultan Muhammad Alamkir (1038-


1118 H), salah seorang raja India, membentuk suatu panitia yang terdiri

dari ulama-ulama India terkenal dengan diketuai oleh Syekh Nazzan.

Panitia tersebut diberi tugas untuk membuat satu kitab yang

menghimpun riwayat-riwayat yang disepakati oleh madzab Hanafi;

Kitab tersebut terkenal dengan nama: ”Al-Fatawi al Hindiyah” (fatwa-

fatwa India).

3. Penilaian Orang-Orang Oreitalis Terhadap Hukum Islam


9

Perhatian orang-orang orientalis (orang-orang Barat yang suka

mempelajari apa yang berasal dari Timur) terhadap peninggalan-

peninggalan Islam pada umumnya berasal dari abad-abad pertengahan,

ketika mereka hendak mengetahui faktor-faktor kebesaran kaum

muslimin sehingga mereka bisa memegang tampuk pimpinan dunia

pada waktu itu.

Perhatian para orientalis tersebut diwujudkan dalam bentuk

mempelajari, menyelidiki, menerjemahkan dan membahas, serta

menerbitkan terhadap berbagai buku fiqh standart. Tidak sedikit juga

yang mendalami persoalan hukum Islam baik dalam bentuk buku-buku

yang mereka tulis atau pembahasan-pembahasan yang mereka muatkan

majalah-majalah khusus mengenai hukum.

Dengan mengesampingkan beberapa orientalis yang sengaja

memberikan gambaran yang salah, maka banyak penghargaan yang

tinggi terhadap hukum Islam sudah banyak diberikan oleh sarjana-

sarjana hukum Eropa dan Amerika. Antara lain Kohler dari Jerman,

Wignore dari Amerika, dan Delvices. Sarjana-sarjana ini menyebutkan

adanya flexibilitas dan kemampuan yang dimiliki hukum Islam

sehingga bisa mengikuti perkembangan masa. Mereka juga


mensejajarkan hukum Islam dengan hukum Romawi dan hukum

Inggris, sebagai hukum-hukum yang telah menguasai dunia dan yang

masih terus menguasainya. Penghargaan terhadap hukum Islam

tersebut dikemukakan sendiri oleh Sarjana Hukum Barat terkenal dari


10

Perancis, yaitu Lambert, dalam Seminar Internasional untuk

Perbandingan Hukum, yang diadakan pada tahun 1932.5

D. Karakteristik perkembangan Tasyri’ di Era Modern

Beberapa karakteristik kebangunan kembali tasyri’ Islam antara lain adalah

1. Munculnya semangat tajdid, atau yang sering disebut sebagai

pembaharuan sebagai manifestasi dari seruan terbukanya kembali

ijtihad di kalangan orang muslim. Terminologi tajdid berasal dari kata

jadda yajiddu jiddatan wa tajdiidan yang berarti pembaharuan. Tradisi

pembaharuan ini pada hakikatnya menggambarkan usaha perseorangan


atau kelompok untuk mewujudkan Islam secara terang-terangan dan

tegas sesuai dengan wahyu Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW,

tanpa adanya sesuatu yang mengada-ada. Tajdid dalam konteks ini

meliputi upaya keimana, seruan kembali kepada al-qur’an dan al-

Hadits, dengan demikian masyarakat muslim ketika itu memiliki dasar

paradigmatic keagamaan yang kokoh.

2. Munculnya jargon kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadits. Pada


hakikatnya apa yang disebut dengan pembaharuan atau yang identik

dengan kebangkitan hanya akan terjadi jika tradisi dasar yang

mendasari gerak secara total telah ada dan telah dirumuskan. Dengan
berdasar pada dua sumber sebagai dasar paradigma kehidupannya,

yaitu al-Qur’an dan al-Hadits maka masyarakat muslim baru dapat

menggunakannya sebagai dasar penilaian dan dasar menemukan

hokum suatu permasalahan, perkara, peristiwa, dan praktik-praktik

yang terjadi dalam masyarakat. Atas dasar itu John L. Esposito

5
Dan, Hukum, and Perkawinan, “Bab Ii Tasyri’ Dan Politik Hukum
Pengaturan Usia Perkawinan.”
11

mengatakan bahwa dengan adanya dasar dua sumber tersebut

memungkinkan dikeluarkan seruan membentuk kembali masyarakat

atas dasar ketetapan yang ada dalam kitab suci.

3. Dibukanya kembali pintu ijtihad, secara bahasa ia berarti upaya

sungguh-sungguh untuk merealisasikan salah satu permasalahan.

Sedangkan secara istilahi M. al-Khudlary mengatakan bahwa ijtihad

adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan istinbath hokum

syara’dari dalil-dalil terperinci dalam syari’ah. Sebab ketika itu, ijtihad

telah ditutup. Dengan demikian aktifitas kreatif dan dinamis melakukan

istimbat hokum dalam masyarakat otomatis terjadi stagnan. Tentu saja

dengan kondisinya seperti itu para ulama ketika itu tidak dapat

melakukan aktivitas apa-apa. Dengan demikian apa yang disebut

sebagai proses tasyri’ atau penetapan hokum ketika itu tidak mengalami

perkembangan sama sekali.

4. Berkembangnya tasyri’ pada masa modern. Banyak beberapa masail

fiqhiyah yang belum pernah muncul pada masa-masa sebelumnya, pada

masa modern ini berkembang. Suatu contoh persoalan perubahan

kelamin, pencangkoan jantung, cloning, nikah melalui SMS, dan masih

banyak permasalahan-permasalahan hukum yang lain yang harus


diselesaikan pada era itu. Yang hingga kini masih menyisakan persolan

tersendiri.6

6
“Perkembangan Tasri Modern.”
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Faktor tarikh tasyri’ di era modern

Agar agama Islam mampu menghadapi perkembangan zaman, maka

hukum Islam perlu dikembangkan dan pemahaman tentang Islam harus

terus menerus diperbaharui dengan memberikan penafsiran-penafsiran

terhadap nash syara’ dengan cara menggali kemungkinan atau alternatif

dalam syari’at yang diyakini bisa menjawab masalah-masalah baru. Jadi,


pembaharun hukum Islam dimaksudkan agar hukum Islam tidak

ketinggalan zaman dan mampu menjawab pertanyaan yang

berkesinambungan di dalamnya Lahirnya ide pembaharuan Islam

dimulai sadarnya umat Islam akan tidur panjang dan mimpi indahnya,

kemudian bangun dan membenahi diri serta bangkit kembali menjadi

suatu kekuatan yang setidaknya setara dengan kekuatan Barat. Pada

waktu itu, umat Islam sudah terpecah-pecah ada yang masih terhimpun
dalam tiga kerajaan Islam, yakni Turki Utsmani, Mughol dan Safawi, ada

yang lepas dari tiga kekuatan itu dengan mendirikan kerajaan-kerajaan

kecil, ada juga yang tidak termasuk dua kategori tersebut.


2. Tanda- tanda tasyri’ di era modern

Tanda-tanda kebangunan hukum Islam pada masa modern dapat kita

lihat pada sistem mempelajari dan segi-segi penulisan tentang hukum

Islam, kedudukan hukum-hukum Islam dalam perundang-udangan

negara, dan penilaian orang-orang orientalis terhadap hukum Islam.

3. Karakteristik perkembangan Tasyri’ di Era Modern

12
13

Munculnya semangat tajdid, atau yang sering disebut sebagai

pembaharuan sebagai manifestasi dari seruan terbukanya kembali ijtihad

di kalangan orang muslim. Munculnya jargon kembali kepada al-Qur’an

dan al-Hadits. Pada hakikatnya apa yang disebut dengan pembaharuan

atau yang identik dengan kebangkitan hanya akan terjadi jika tradisi

dasar yang mendasari gerak secara total telah ada dan telah dirumuskan.

Dibukanya kembali pintu ijtihad, secara bahasa ia berarti upaya sungguh-

sungguh untuk merealisasikan salah satu permasalahan. Berkembangnya

tasyri’ pada masa modern. Banyak beberapa masail fiqhiyah yang belum

pernah muncul pada masa-masa sebelumnya, pada masa modern ini

berkembang. Suatu contoh persoalan perubahan kelamin, pencangkoan

jantung.

B. Saran

Kami sebagai penulis tentu berusaha menyajikan makalah yang

terbaik. Tetapi kami menyadari bahwa tiada hal yang sempurna, termasuk

makalah kami. Sehingga kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar

selanjutnya kami bisa menyajikan makalah yang lebih baik lagi serta

diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bagi penulis makalah

selanjutnya agar dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Dan, Tasyri, Politik Hukum, and Pengaturan Usia Perkawinan. “Bab Ii Tasyri’ Dan
Politik Hukum Pengaturan Usia Perkawinan,” 2015, 24–78.
Nawawie, Hasyim. “Sejarah Tasyri,” 2014. http://publikasi.uniska-
kediri.ac.id/data/Buku/TarikhTasyri-HasyimNawawie/TarikhTasyri-
HasyimNawawie.pdf.
“Perkembangan Tasri Modern” 2, no. 11 (2020): 11–24.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results.
Khazanah,”Sejarah Legislasi Hukum Islam Melakui Tarikh Tasyri”, Republika.Co.Id. 03
Oktober 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai