Laporan Kasus CKB
Laporan Kasus CKB
Laporan Kasus CKB
A DENGAN GANGGUAN
SISTEM NEUROLOGI : CEDERA KEPALA BERAT
MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI ”SELF CARE”
DORETHA OREM DI RUANG STROKE UNIT RS GATOT
SUBROTO JAKARTA PUSAT
SOFIANI.,M.KEP.,SP.KEP.MB DISUSUN
OLEH:
EVA DESVITA
22090500011
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Korps Lalu Lintas Polisi
RI (KORLANTAS POLRI, 2018) dalam grafik kecelakaan yang dilaporkan
ke polisi lalu lintas ditampilkan per triwulan (kuartal). Grafik dihasilkan
secara online dari database kecelakaan Automatic Identification System
(AIS). Dalam grafik tersebut didapatkan data kecelakaan pada tahun 2018
sebanyak 28,784 orang dengan 6,262 korban meninggal. Kecelakaan ini
didominasi oleh pengendara sepeda motor.
Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan seseorang mengalami
kecacatan bahkan kematian. Selain itu kecelakaan dapat menyebabkan
seseorang mengalami trauma atau cedera kepala. Angka kecelakaan lalu lintas
di Indonesia dalam rentang 2010-2014 mengalami kenaikan rata-rata 9,59%
per tahun dengan diikuti kenaikan persentase korban meninggal dengan
ratarata 9,24% per tahun (Badan Pusat Statistik/BPS, 2016). Proporsi pasien
trauma yang dirawat di rumah sakit mayoritas akibat kecelakaan darat
(59,6%) dengan sebagian besar (47,5%) mengalami cedera kepala (Riyadina
et al., 2011).
Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena
jatuh atau juga karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala
atau bahkan sampai tidak sadarkan diri. Cedera kepala adalah suatu gangguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak
(Ristanto 2016).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, 2010. Cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat congenital ataupun
degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan Afisik dari luar yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala atau trauma kepala
adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia
alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal
disekitar jaringan otak. (B.Batticaca, 2010).
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit
kepala,tengkorak dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit
neurologik yangserius diantara penyakit neurologik dan merupakan proporsi
epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya (Smeltzer & Bare 2011).
2. Etiologi
Menurut Nanda (2015) mekanisme cedera kepala meliputi:
a. Cedera Akselerasi, yaitu ketika objek bergerak menghantam kepala
yang tidak bergerak
b. Cedera Deselerasi, yaitu ketika kepala yang bergerak membentur objek
yang diam
c. Cedera akselerasi-deselerasi, sering dijumpai dalam kasus kecelakaan
bermotor dan kekerasan fisik
d. Cedera Coup-countre coup, yaitu ketika kepala terbentur dan
menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat
mengenai area tulang tengkorak
e. Cedera Rotasional, yaitu benturan/pukulan yang menyebabkan otak
berputar dalam tengkorak, sehingga terjadi peregangan atau robeknya
neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.
Menurut Yasmara dkk (2012) Cidera kepala secara umum disebabkan
oleh beberapa faktor seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi,
pukulan pada kepala, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, luka tembak,
atau cidera saat lahir.
Arifin dkk (2013) menambahkan bahwa hipoksia dan hipoperfusi
merupakan faktor penyebab utama. Penyebab lainnya adalah eksititixisitas,
kerusakan akibat radikal bebas, gangguan regulasi ion, mediator inflamasi,
tekanan tinggi intrakranial dan hipertermia.
3. Manifestasi klinik
Pada pemeriksaan klinis biasanya memakai pemeriksaan GCS yang
dikelompokkan menjadi cedera kepala ringan, sedang dan berat. Kondisi
cedera kepala yang dapat terjadi yaitu:
a. Komosio serebri, yaitu kehilangan fungsi otak sesaat karna pingsan < 10
menit atau amnesia pasca cedera kepala, namun tidak ada kerusakan
jaringan otak.
b. Kontusio serebri, yaitu kerusakan jaringan otak dan fungsi otak karna
pingsan > 10 menit dan terdapat lesi neurologik yang jelas. Kontusio
serebri lebih sering terjadi di lobus frontal dan lobus temporal
dibandingkan bagian otak lain.
c. Laserasi serebri, yaitu kerusakan otak luas yang disertai robekan
durameter dan fraktur terbuka pada kranium.
d. Epidural hematom, yaitu hematom antara durameter dan tulang. Sumber
perdarahan berasal dari robeknya arteri meningea media. Epidural
hematom biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran dengan
ketidaksamaan neurologis sisi kiri dan kanan. Jika perdarahan > 20 cc atau
> 1 cm midline shift > 5 mm akan dilakukan operasi untuk menghentikan
perdarahan. Gambaran CT scan didapatkan area hiperdens dengan bentuk
bikonvek atau letikuler antara 2 sutura.
e. Subdural Hematom (SDH), yaitu terkumpulnya darah antara durameter
dan jaringan otak, dapat terjadi akut atau kronik. hematom dibawah
lapisan durameter dengan sumber perdarahan dari bridging vein, a/v
cortical, sinus venous. Gejala- gejalanya antara lain nyeri kepala, bingung,
mengantuk, berpikir lambat, kejang dan udem pupil. Secara klinis dapat
dikenali dengan penurunan kesadaran disertai dengan adanya laterasi yang
paling sering berupa hemiparese/plegi. Gambaran CT scan didapatkan
hiperdens yang yang berupa bulan sabit (cresent).
f. Subarachnoid Hematom (SAH), yaitu perdarahan fokal di daerah
subarachnoid. Gejala klinis hampir menyerupai kontusio serebri. Pada
pemeriksaan CT scan didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah
girus-girus serebri didaerah yang berdekatan dengan hematom.
g. ICH (Intracerebral Hematom), yaitu perdarahan yang terjadi pada jaringan
otak nyang terjadi akibat robekan pembuluh darah yang ada pada jaringan
otak. Pada pemeriksaan CT scan terdapat lesi perdarahan antara neuron
otak yang relatif normal.
h. Fraktur basis kranii (misulis KE, head TC), yaitu fraktur dari dasar
tengkorak (temporal, oksipital, sphenoid dan etmoid). Terbagi menjadi 2
yaitu fraktur anterior (melibatkan tulang etmoid dan sphenoid) dan fraktur
posterior (melibatkan tulang temporal, oksipital dan beberapa bagian
tulang sphenoid). Tanda-tanda dari fraktur basis kranii yaitu:
1) Ekimosis periorbital (racoon’s eyes)
2) Ekimosis mastoid (battle’s sign)
3) Keluar darah berserta cairan serebrospinal dari hidung atau
telinga (rinore atau otore)
4) Kelumpuhan nervus cranial.
4. Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut (Markam,
2011) pada cedera kepala meliputi :
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma.
Pada situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu,
setelah 16 masa ini penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus
lainnya memasuki vegetatife state. Walaupun demikian penderita masih
tidak sadar dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Penderita pada
vegetatife state lebih dari satu tahun jarang sembuh.
b. Kejang/Seizure
Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-
kurangnya sekali kejang pada masa minggu pertama setelah cedera.
Meskipun demikian, keadaan ini berkembang menjadi epilepsi
c. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan
membran (meningen) sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini
biasanya berbahaya karena keadaan ini memiliki potensial untuk
menyebar ke system saraf yang lain.
d. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan
memori merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera
kepala mengalami masalah kesadaran.
e. Penyakit Alzheimer dan Parkinson
Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit
Alzheimer tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin
tinggi tergantung frekuensi dan keparahan cedera.
c. Edema Sitotoksik
Kerusakan jaringan (otak) menyebabkan pelepasan berlebih sejenis
Neurotransmitter yang menyebabkan Eksitasi (Exitatory Amino Acid a.l.
glutamat, aspartat). EAA melalui reseptor AMPA (N-Methyl D-Aspartat)
dan NMDA (Amino Methyl Propionat Acid) menyebabkan Ca influks
berlebihan yang menimbulkan edema dan mengaktivasi enzym degradatif
serta menyebabkan fast depolarisasi (klinis kejang-kejang).
d. Kerusakan Membran Sel
Dipicu Ca influks yang mengakitvasi enzym degradatif akan
menyebabkan kerusakan DNA, protein, dan membran fosfolipid sel (BBB
breakdown) melalui rendahnya CDP cholin (yang berfungsi sebagai
prekusor yang banyak diperlukan pada sintesa fosfolipid untuk menjaga
integritas dan repair membran tersebut). Melalui rusaknya fosfolipid akan
meyebabkan terbentuknya asam arakhidonat yang menghasilkan radikal
bebas yang berlebih.
e. Apoptosis
Sinyal kemaitan sel diteruskan ke Nukleus oleh membran bound apoptotic
bodies terjadi kondensasi kromatin dan plenotik nuclei, fragmentasi DNA
dan akhirnya sel akan mengkerut (shrinkage).
d. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan
harusdiobati mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-
lahan dandpt diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan
fenitoin15mg/kgBB.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Keluhan Utama
1) Keadaan umum
4) Sistem Pernapasan
5) Sistem Kardiovaskuler
6) Sistem Perkemihan
7) Sistem Gastrointestinal
9) SistemMuskuloskeletal
3) Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala ditandai dengan
cedera kepala (D.0017).
e. Perencanaan keperawatan (menggunakan SIKI & SLKI)
No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
I Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen jalan napas (I.01011)
keperawatan selama 1 jam diharapkan Berikan oksigen
masalah pola napas tidak efektif dapat Pertahankan kepatenan jalan napas
teratasi dengan kriteria hasil : Monitor pola napas
Pola napas (L.01004) Monitor bunyi napas tambahan
Dispnea dalam batas normal dari Monitor sputum
cukup menurun 4 menjadi sedang 3
Tekanan ekspirasi dalam batas
normal dari cukup menurun 2
menjadi sedang 3
II Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan syok (I.02048)
keperawatan selama 1 jam diharapkan Monitor status kardiopulminal
masalah risiko perfusi serebral tidak Monitor tingkat kesadaran
efektif dapat teratasi dengan kriteria Berikan oksigen
hasil : untuk mempertahankan saturasi
Perfusi Serebral (L.02014) Pasang jalur iv
Tingkat kesadaran meningkat Persiapkan intubasi dan
menjadi sedang 3 dari cukup ventilasi mekanis jika perlu
menurun 2. Kolaborasi pemberian tranfusi
Kognitif meningkat menjadi sedang 3 darah jika perlu
dari cukup menurun 2.
Tekanan intra kranial menurun
menjadi sedang 3 dari cukup
meningkat 2.
III Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen syok (I.02048)
keperawatan selama 1 jam Monitor status oksigenasi
diharapkan masalah risiko syok dapat Monitor status kardiopulminal
teratasi dengan kriteria hasil : Monitor status oksigenasi
Tingkat syok (L.03032) Monitor tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran meningkat Periksa seluruh permukaan
menjadi sedang 3 dari cukup tubuh terhadap adanya DOTS
menurun 2. Pasang jalur iv
Kekuatan nadi meningkat menjadi
Kolaborasi pemberian cairan
sedang 3 dari cukup menurun 2.
kristaloid
Akral dingin menurun menjadi
sedang 3 dari cukup meningkat 2.
Tekanan darah membaik menjadi
sedang 3 dari cukup memburuk 2.
f. Evaluasi
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Data Dasar (Basic Conditioning Factor)
a. Identitas
a) Nama Klien : Tn. A
b) Usia : 21 Oktober 1999( 22 tahun )
c) Agama : Islam
d) Jenis kelamin : Laki -laki
e) Alamat : ASR Yon Zikon 13 RT 004 RW 013
Srengseng Sawah
f) Pendidikan : SMA
g) Pekerjaan : TNI
h) Status Perkawinan : Belum Menikah
i) Sumber Informasi : Ibu dan Kakak Pasien
j) Tanggal masuk RS : 08 Oktober 2022 Jam 07.52
k) Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2022 Jam 15.00
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : Penurunan Kesadaran, Patah tulang kaki kanan
sejak tgl 8 Oktober 2022.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RS Gatot Subroto dengan rujukan lepas
dari RS FMC bogor pada tanggal 8 oktober 2022 dengan Cedera
Kepala Berat, Fraktur Femur dan trauma maxilofacialis. Menurut
keluarga klien izin pergi jalan jalan dengan temannya sesama TNI.
Klien naik motor dan memboncengi temannya. Polisi yang
menemukan klien menginfokan bahwa klien menabrak pembatas jalan
di arah bogor, tidak di ketahui memakai helm atau tidak dan tidak ada
yang mengetahui mekanisme traumanya.
Klien saat datang ke RS Gatot Subroto tidak sadarkan diri, keluar
darah dari hidung dan telinga klien, Muntah 1 kali dan tidak ada
riwayat kejang. Klien di rawat di ICU RS gatot selama 14 hari dan
pindah ke ruang Stroke unit sejak tanggal 20 oktober 2022 jam 16.10.
c) Riwayat penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan Klien dulunya belum pernah mengalami
kecelakaan berat seperti sekarang inidan juga tidak ada riwayat
penyakit kronis dan akut sebelumnya seperti hipertensi dan DM.
d) Sosial budaya
Suku jawa beragama islam, sebelum sakit klien rajin
menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
e) Sistem pelayanan kesehatan
Untuk mengatasi masalah kesehatan klien memanfaatkan
Fasilitas Kesehatan terdekat, perawatan saat ini dibiayai BPJS
Kesehatan.
f) Sistem keluarga
Tn. A selama dirawat ditemani ibu dan teman teman TNI
angkatan klien secara bergantian.
g) Pola hidup
Semenjak lulus TNI, klien tingggal di asrama daerah bogor dan
jarang pulang.Pulang ke rumah orang tua nya bila klien mendapat
libur.
h) Sumber-sumber
Bapak klien adalah TNI Intel dan saat ini masih aktif bekerja
dan ibu klien adalah ibu rumah tangga, Kakak klien sebagai TNI juga
dan sudah menikah. Klien adala anak ke 2 dari 3 bersaudara. Semenjak
kecil klien jarang sakit dan bila sakit klien dan keluarga berobat
dengan menggunakan fasilitas kesehatan asuransi BPJS .
i) Barthel Index (BI) tanggal 24 oktober 2022
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah dan terdapat penurunan kesadaran.
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien semi koma GCS E1V1M3 nilai 5.
3. Tanda-tanda vital
TD : 100/ 70 mmHg
HR : 91/ menit
RR :17 x/ menit
S : 37,5 oC
SpO2 : 90 %.
4. Kepala dan leher
a) Kepala
Bentuk menshocephal, terdapat luka terbuka di os temporal sinistra
sepanjang 10 cm, tanda hitam belakang telinga (bathel sign) di bagian
sinistra.
b) Penglihatan
Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, raccoon
eyes di mata sinistra, pupil anisokor 2/4, reaksi cahaya ++/--.
c) Pendengaran
Bentuk simetris, terdapat cairan darah dari telinga sinistra
d) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinusitis, tidak ada darah,
pernafasan cuping hidung positif
e) Tenggorokan dan mulut
Terpasang ventilator dan endo tracheal tube, bibir lembab, gigi ada
yang tanggal, tidak ada stomatitis, tidak ada tonsillitis.
f) Leher
Straight vertebrae cervikalis, Tidak tampak fraktur vertebrae cervicalis,
Tidak tampak spondilitisTidak ada pembengkakan kelenjar, tidak ada
peningkatan JVP.
5. Pernafasan (breathing)
a) Inspeksi
Terpasang ventilator
d) Auskultasi
6. Kardiovaskuler (bleding)
a) Inspeksi
Tidak ada edema ekstremitas, tidak ada edema palpebra, tidak ada
asites
b) Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS 4
c) Perkusi
Pekak, tidak ada perbesaran jantung
d) Auskultasi
BJ 1 dan BJ 2 normal Lainnya: akral dingin, CRT < 3 detik
7. Pencernaan
a) Inspeksi
Turgor kulit elastis, bibir lembab Rongga mulut normal, tidak ada
stomatitis Abdomen tidak nampak jejas maupun massa, tidak nampak
pembuluh kapiler
b) Auskultasi
Bising usus 12 x/ menit Bunyi vaskuler tidak ada Bunyi peristaltic usus
normal
c) Perkusi
Tympani
d) Palpasi
Tidak teraba massa
8. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Tidak ada deformitas
b) Ekstremitas bawah
Tidak terdapat deformitas di bagian sinistra, terdapat fraktur femur.
c) Kulit Bersih, warna kulit sawo matang, akral dingin, turgor kulit baik.
9. Genitalia Normal, bersih, terpasang kateter urine
e. Terapi pengobatan
NO NAMA OBAT Gol Obat DOSIS ROUTE
7 Levofloxaxim 1 x 750 mg IV
8 Fluconazole 1 x 200 mg IV
a) Pemeriksaan Penunjang
Ro Thorak tgl 17 Oktober 2022
Kesan : pneumonia , Kardiomegali terpasang PDT dengan ujung
distal setinggi corvus vertebra thorakal 2, di atas carina.
Terpasang CVC dengan ujung distal proyeksi atrium kanan
Kesan :
Hasil CT Scant tanggal 8 oktober 2022
Benda tajam
Terjatuh Trauma tumpul Trauma tajam kena peluru
Kecelakaan
Dipukul
Trauma
persalinan
Traumatik
Pemeriksaan diagnostik
Radiologi: CT Scan, MRI, rontgen cranium
Klasifikasi:
Cidera kepala Laboratorium : BGA, Hb, Leukosit, trombosit,
Pengelolaan CKR: GCS 15-13
eritrosit, natrium, kalium
CKS : GCS 12-9
CKB : GCS ≤ 8
Pembedahan Konservatif
Pre Op - Terapi farmakologi
Cemas - Tindakan keperawatan
Kurang pengetahuan
Post Op
Potensial infeksi
Pola nafas tidak efektif
kerusakan
Peningkatan TIK Herniasi aliran darah penghentian peningkatan autoregulasi
Ke otak sekresi anti asam lambung pernafasan gangguan
Diuretik mobilitas
fisik
Kesadaran muntah Gg rasa nyaman auto regulasi edema serebri
Nyeri kepala/vertigo darah otak mual,muntah pola nafas
Terganggu perdarahan tidak efektif
gangguan lambung mati
Penurunan perfusi batang otak
Kemampuan resiko tinggi jaringan
menelan aspirasi gangguan keseimbangan Gangguan kebutuhan nutrisi
3. Diagnosa Keperawatan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun
(D.0005).
26 Oktober 2022
Wholly Compensantory
S:-
System:
O:
1. Airway Management
- Mempertahankan - Keadaan umum lemah,
bukaan jalan nafas
- Ventilasi: RR 17x/menit,
- Memberikan posisi
irama nafas teratur, suara
head up 30-40 derajat
nafas stridor.
untuk memaksimalkan
ventilasi. - Airway patency:
- Mengeluarkan secret pernapasan cuping hidung
dengan suction. (+) ventilator (+),
- Memonitor alat penggunaan otot bantu
ventilator pernafasan (-)
2. Oxygen Therapy
- Mempertahankan
- SpO2 : 90 %
jalan nafas yang paten
- Memonitor aliran - Vital Sign:
Oksigen
- Memonitor adanya TD: 115/90 mmHg,
tanda-tanda HR : 92 x/ menit,
hypoventilasi
3. Vital Sign Monitoring RR: 17x/ menit,
- Memonitor TD, Suhu, S: 37,8 0C
RR A: pola nafas tidak efektif
- Mengidentifikasi belum teratasi.
penyebab dari P: lanjutkan intervensi
perubahan vital sign
4. Berkolaborasi pemberian
therapi medis
26 Oktober 2022
Wholly Compensantory
System:
S: -
1. Airway Management O:
- Mempertahankan
bukaan jalan nafas - Keadaan umum lemah,
- Memberikan posisi
- Ventilasi: RR 17x/menit,
head up 30-40 derajat
irama nafas teratur, suara
untuk memaksimalkan
nafas stridor.
ventilasi.
- Mengeluarkan secret - Airway patency:
dengan suction. pernapasan cuping hidung
- Memonitor alat (+) ventilator (+),
ventilator penggunaan otot bantu
2. Oxygen Therapy pernafasan (-)
- Mempertahankan
- SpO2 : 100 %
jalan nafas yang paten
- Memonitor aliran
- Vital Sign:
Oksigen
- Memonitor adanya TD: 130/ 75 mmHg, HR:
tanda-tanda 85 x/ menit,
hypoventilasi
RR: 17x/menit,
3. Vital Sign Monitoring
- Memonitor TD, Suhu, S: 37 0C
RR A: pola nafas tidak efektif
- Mengidentifikasi belum teratasi.
penyebab dari P: lanjutkan intervensi
perubahan vital sign
4. Berkolaborasi pemberian
therapi medis
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi 25 Oktober 2022
Wholly Compensantory
fisik berhubungan intervensi keperawatan Wholly Compensantory S:
System:
dengan kegagalan selama 3 x 24 jam, System : - Keluarga klien
cedera jaringan diharapkan mobilitas fisik 1. Mengdentifikasi mengatakan klien sulit
sekitar/fraktur. meningkat, dengan kriteria 1. Identifikasi toleransi toleransi fisik menggerakkan extermitas
(D.0054). hasil: fisik melakukan melakukan pergerakan bawah sebelah kanan
1. Pergerakan extermitas pergerakan 2. R/: keluarga klien O:
meningkat mengatakan klien sulit - Kekuatan otat extermitas
2. Monitor kondisi umum menggerakkan sebelah kiri bagian atas
2. Kekuatan otot selama melakukan
extermitas bawah dan bawah 3.
meningkat mobilisasi
sebelah kanan: 3. A: Gangguan mobilitas fisik
3. Kolaborasi pada ahli 3. Melakukan belum teratasi
rehab medik kolaborasi ke P: Lanjutkan intervensi
reham medik
4. Kolaborasi pemberian 4. Memberikan inj
vitamin. metilcobalamin
1 amp/IV R/: obat
diberikan secara IV
tidak ada side efek
negatif
Partially Compensatory
System :
1. Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan : miring kana
dan miring kiri R/:
Partially Compensatory keluarga klien membantu
System : dan mendukung
mobilisasi klien.
1. Fasilitasi melakukan
pergerakan. Supportif dan Edukatif :
2. Libatkan keluarga 1. Menjelaskan tujuan
untuk membantu procedure
pasien dalam mobilisasi dini :
meningkatkan miring kanan/kiri
pergerakan R/: klien dan keluarga
menyatakan
Supportif dan Edukatif :
memahami penjelasan
1. Jelaskan tujuan dan yang diberikan
procedure mobilisasi
2. Menganjurkan untuk
2. Anjurkan untuk melakukan mobilisasi
melakukan dini : miring kanan
mobilisasi dini /miring kiri R/:
keluarga membantu
3. Anjurkan mobilisasi pasien miring kanan
sederhana yang harus dan miring kiri
dilakukan misalnya
duduk di tempat tidur
dengan bantuan
Wholly Compensantory 26 Oktober 2022
System S:
1. Mengdentifikasi - Klien meneluhkan
toleransi fisik susah untuk
melakukan pergerakan mengangkat kaki
R/: klien mengatakan sulit sebelah kanan
menggerakkan
extermitas bawahO :
sebelah kanan 5.
- Kekuatan otot sebelah
2. Memberikan inj
kanan bagian bawah 5
metilcobalamin 1
amp/IV R/: obat
A: Gangguan mobilitas fisik
diberikan secara IV
belum teratasi
tidak ada side efek
P: Lanjutkan intervensi
negatif
Partially Compensatory
System :
1. Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan : miring
kana dan miring kiri
R/:anak klien
membantu dan
mendukung mobilisasi
klien.
Supportif dan Edukatif :
1. Menjelaskan Kembali
tujuan procedure
mobilisasi dini : miring
kanan/kiri.
R/: klien dan keluarga
menyatakan
memahami penjelasan
yang diberikan
2. Menganjurkan untuk
melakukan mobilisasi
dini : miring kanan
/miring kiri R/:
keluarga membantu
pasien miring kanan
dan miring kiri.
Wholly Compensantory 27 Oktober 2022
System S:
- Klien meneluhkan susah
1. Mengdentifikasi
untuk mengangkat kaki
toleransi fisik
sebelah kanan
melakukan pergerakan
R/: klien mengeluhkan O:
sulit menggerakkan
extermitas bawah - Kekuatan otot sebelah
sebelah kanan 5. kanan bagian bawah 5
2. Memberikan inj
metilcobalamin 1 A: Gangguan mobilitas fisik
amp/IV R/: obat belum teratasi
diberikan secara IV P: Lanjutkan intervensi
tidak ada side efek
negatif
Partially Compensatory
System :
1. Melibatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
R/: keluarga klien
membantu dan
mendukung mobilisasi
klien
Supportif dan Edukatif
-
Gangguan komunikasi Setelah dilakukan Promosi Komunikasi : 1. Memonitor proses 25 Oktober 2022
verbal berhubungan intervensi keperawatan Defisit Bicara kognitif anatomis dan DS:
dengan penurunan selama 3 x 24 jam, fisiologis yang berkaitan - Keluarga pasien
sirkulasi serebral diharapkan kemampuan Observasi : dengan bicara. mengatakan pasien belum
(D.0119) komunikasi verbal 1. Monitor 2. Menggunakan metode bisa berbicara .
meningkat kecepatan,tekanan, komunikasi alternatif - Keluarga mengatakan
Kriteria Hasil : kuantitas,volume, dan (latihanTerapi AIUEO), berminat untuk melatih
- Kemampuan diksi bicara menulis, mata berkedip, pasien berbicara.
berbicara meningkat 2. Monitor proses papan komunikasi dan - klien belajar mengucapkan
- Kemampuan kognitif, anatomis, gambar, isyarat tangan. AIUEO
mendengar fisiologis yang 3. Mengulangia apa yang DO:
meningkat berkaitan dengan disampaikan pasien - Terpasang NGT
- Kesesuaian ekspresi bicara . - Reflek menelan 7,8 lemah
wajah atau tubuh - Klien tampak bingung
3. Identifikasi perilaku
meningkat dalam berbicara
emosional dan fisik
- Afasia menurun - Keluarga dan klien tampak
sebagai bentuk
- Pelo menurun antusias
komunikasi
- Pemahaman - Pasien di konsulkanke
Terapeutik :
komunikasi membaik therafi wicara
1. Gunakan metode - Klien bisa mengucap
komunikasi alternatif AIUEO
(terapi bicara
AIUEO), menulis, A:
mata berkedip, papan Gangg
komunikasi dengan uan
kabar dan huruf, komun
isyarat tangan, dan ikasi
komputer. verbal
2. Sesuaikan gaya belum
komunikasi dengan teratasi
kebutuhan .
3. Ulangi apa yang P: Lanjutkan intervensi
disampaikan pasien
4. Berikan dukungan
pisikologis
Edukasi :
1. Anjurkan Bicara
Perlahan
2. Ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis,dan
fisiologi yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara.
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli patologi
atau terapis
1. Memonitor proses 26 Oktober 2022
kognitif anatomis dan DS:
fisiologis yang berkaitan - Keluarga mengerti jika
dengan bicara. pasien tetap harus terapi
2. Menggunakan metode untuk mempertahankan
komunikasi alternatif kondisinya.
- Keluarga mengatakan
(latihanTerapi AIUEO), berminat untuk melatih
menulis, mata berkedip, pasien berbicara.
papan komunikasi dan - Keluarga mengatakan jika
gambar, isyarat tangan. klien sudah bisa minta
3. Mengulangia apa yang minum dengan
disampaikan pasien mengatakan minum.
4. Mengulangia apa yang - klien belajar mengucapkan
disampaikan pasien AIUEO
5. Menganjurkan berbicara DO:
perlahan - Terpasang NGT
- Reflek menelan 7,8 lemah
- Klien tampak bingung
dalam berbicara
- Keluarga dan klien tampak
antusias
- Klien bisa mengucap
AIUEO
A:
Gangg
uan
komun
ikasi
verbal
belum
teratasi
.
P: Lanjutkan intervensi
1. Memonitor proses 27 Oktober 2022
kognitif anatomis dan DS:
fisiologis yang berkaitan - Keluarga mengerti jika
dengan bicara. pasien tetap harus terapi
2. Menggunakan metode untuk mempertahankan
komunikasi alternatif kondisinya.
(latihanTerapi AIUEO), - Keluarga mengatakan
menulis, mata berkedip, berminat untuk melatih
papan komunikasi dan pasien berbicara.
gambar, isyarat tangan. - Keluarga mengatakan jika
3. Mengulangia apa yang klien sudah bisa minta
disampaikan pasien minum dengan
4. Mengulangia apa yang mengatakan minum.
disampaikan pasien - klien belajar mengucapkan
Menganjurkan berbicara AIUEO
perlahan DO:
- Terpasang NGT
- Reflek menelan 7,8 lemah
- Klien tampak bingung
dalam berbicara
- Keluarga dan klien tampak
antusias
- Klien bisa mengucap
AIUEO
- Klien tampak mampu
menjawab arahan perawat.
A:
Gangg
uan
komun
ikasi
verbal
belum
teratasi
.
P: Lanjutkan intervensi
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Wholly Compensantory 25 Oktober 2022
berhubungan dengan intervensi keperawatan Diri Wholly System
Gangguan selama 3 x 24 jam, Compensantory System : 1. Memonitor tingkat S:
neuromuskular diharapkan diri 1. Monitor tingkat kemandirian kiein R/: - Keluarga pasien
(D.0109). meningkat, dengan kemandirian klien dalam mengatakan pasien
kriteria hasil : ketergantungan berat sudah mampu bicara
1. Kemampuan mandi Partially Compensatory Partially Compensatory pelan-pelan
meningkat System : System : - Keluarga mengatakan
2. Kemampuan 1. Identifikasi kebiasaan 1. Mengidentifikasi berminat untuk melatih
mengenakan aktifitas perawatan kebiasaan aktifitas pasien berbicara.
pakaian meningkat diri sesuai usia perawatan diri sesuai -
3. Kemampuan makan 2. Sediakan lingkungan usia. - Keluarga klien
meningkat yang terapeutik R/klien selama sehat mandi mengatakan keperluan
4. Kemampuan ke 3. Fasilitasi untuk 2x sehari, cuci rambut sehari hari: makan,
toilet meningkat menerima dua hari sekali, berganti minum, BAB, BAK,
ketergantungan pakaian 2x sehari dan berpakaian, berhias
4. Bantu dalam menyisir rambut setiap dibantu keluarga dan
perawatan diri. pagi perawat
5. Identifikasi alat 2. Mengidentifikasi alat O:
kebersihan diri. kebersihan diri - Skor bartel
R/:klien memiliki sabun index :
6. Jadwalkan rutinitas
mandi, pasta gigi, ketergantungan
perawatan diri
handuk, pampers dan berat
pakaian bersih - Perawatan diri
3. Sediakan lingkungan klien dibantu
yang terapeutik perawat dan
R/: menjaga privacy keluarga
pasien dengan A: Masalah belum teratasi
menutup gorden P: Pertahankan intervensi
4. Mempasilitasi untuk
menerima
ketergantungan
5. membantu dalam
perawatan diri:
mengganti pampers
R/: pampers diganti
dengan yang baru
dan bersih
6. Menjadwalkan
rutinitas perawatan
diri
7. R/: jadwal
personal hygiene
mandi, menyisir,
mengganti
pakaian setiap
pagi, oral hygiene
pagi dan sore.
Supportif dan Edukatif: Supportif dan Edukatif :
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara 1. Menganjurkan
konsisten sesuai melakukan perawatan
kemampuan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
R/: klien menyisir endiri
dengan tangan
kanannya.
Wholly Compensantory 26 Oktober 2022
System
1. Memonitor tingkat S:
kemandirian kiein R/: - Keluarga klien
klien dalam mengatakan kelain sulit
ketergantungan berat untuk menggerakkan
Partially Compensatory kakinya.
System : - Keluarga klien
1. Mengidentifikasi mengatakan keperluan
kebiasaan aktifitas sehari hari: makan,
perawatan diri sesuai minum, BAB, BAK,
usia. berpakaian, berhias
R/klien selama sehat mandi dibantu keluarga dan
2x sehari, cuci rambut perawat
dua hari sekali, berganti O:
pakaian 2x sehari dan - Skor bartel
menyisir rambut setiap index :
pagi ketergantungan
2. Mengidentifikasi alat berat
kebersihan diri - Perawatan diri
R/:klien memiliki sabun klien dibantu
mandi, pasta gigi, perawat dan
handuk, pampers dan keluarga
pakaian bersih A: Masalah belum teratasi
3. Sediakan lingkungan P:
yang terapeutik Pertaha
R/: menjaga privacy nkan
pasien dengan interven
menutup gorden si
4. Mempasilitasi untuk
menerima
ketergantungan
5. membantu dalam
perawatan diri:
mengganti pampers
R/: pampers diganti
dengan yang baru
dan bersih
6. Menjadwalkan
rutinitas perawatan
diri
7. R/: jadwal
personal hygiene
mandi, menyisir,
mengganti
pakaian setiap
pagi, oral hygiene
pagi dan sore.
Supportif dan Edukatif :
1. Menganjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
R/: klien menyisir endiri
dengan tangan
kanannya.
Wholly Compensantory 27 Oktober 2022
System S:
1. Memonitor tingkat - Keluarga klien
kemandirian kiein R/: mengatakan kelain sulit
klien dalam untuk menggerakkan
ketergantungan berat kakinya.
Partially Compensatory - Keluarga klien
System : mengatakan keperluan
1. Mengidentifikasi sehari hari: makan,
kebiasaan aktifitas minum, BAB, BAK,
perawatan diri sesuai berpakaian, berhias
usia. dibantu keluarga dan
R/klien selama sehat mandi perawat
2x sehari, cuci rambut O:
dua hari sekali, berganti - Skor bartel
pakaian 2x sehari dan index :
menyisir rambut setiap ketergantungan
pagi berat
2. Mengidentifikasi alat - Perawatan diri
kebersihan diri klien dibantu
R/:klien memiliki sabun perawat dan
mandi, pasta gigi, keluarga
handuk, pampers dan A: Defisit perawatan diri
pakaian bersih belum teratasi
3. Sediakan lingkungan P:
yang terapeutik Pertaha
R/: menjaga privacy nkan
pasien dengan interven
menutup gorden si
4. Mempasilitasi untuk
menerima
ketergantungan
5. membantu dalam
perawatan diri:
mengganti pampers
R/: pampers diganti
dengan yang baru
dan bersih
6. Menjadwalkan
rutinitas perawatan
diri
7. R/: jadwal
personal hygiene
mandi, menyisir,
mengganti
pakaian setiap
pagi, oral hygiene
pagi dan sore.
Supportif dan Edukatif :
1. Menganjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
R/: klien menyisir endiri
dengan tangan
kanannya.
5. Implementasi
Ha
Jam Diagnosa
6. Catatan Perkembangan
Hari Diag Catatan Perkembangan
T n
a o
n s
g a
K
e
p
e
g r
a a
l w
a
t
a
n
25 Oktober 2022 Resiko ketidakefektifan S :-
perfusi jaringan cerebral O:
berhubungan dengan - Keadaan umum lemah,
cedera kepala (D.0017). - Tingkat kesadaran Semi Koma , GCS 5
- Refleks saraf (Reflex Bra instem 7)
- Vital sign
TD : 100/ 70 mmHg HR : 91 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,5 o C
- Reaksi Pupil, Pupil 2/4, RC++/
A: Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum
teratasi.
P : lanjutkan intervensi
26 Oktober 2022 Resiko ketidakefektifan S:-
perfusi jaringan cerebral O:
berhubungan dengan - Keadaan umum lemah
cedera kepala (D.0017). - Tingkat kesadaran Semi koma GCS 5
- Refleks saraf (Reflex Bra Instem 7)
- Vital sign
TD : 115/ 90 mmHg
HR : 92 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37,8 0C
- ReaksiPupil , Pupil2/3, RC++/--
A: Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi
27 Oktober 2022 Resiko ketidakefektifan S:-
perfusi jaringan cerebral O:
berhubungan dengan - Keadaan umum lemah
cedera kepala (D.0017). - Tingkat kesadaran Semi koma GCS 6
- Refleks saraf (Reflex Brainstem 9)
- Vital sign
TD : 130/ 75 mmHg
HR : 85 x/ menit
RR : 17x/ menit
S : 37 0C
- ReaksiPupil, Pupil2/3, RC++/++
A: Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi
25 Oktober 2022 Pola nafas tidak efektif S: -
berhubungan dengan O:
kegagalan otot - Keadaan umum lemah,
pernafasan (D.0005). - Ventilasi: RR 17x/ menit, irama nafas teratur, suara
nafas stridor.
- Airway patency: pernapasan cuping hidung, (+)
ventilator (+), penggunaan otot bantu pernafasan (-)
- SpO2 : 90 %
- Vital Sign: T
D: 100/70 mmHg, HR : 91 x/ menit, RR: 17x/ menit,
S: 37,5oC
A: pola nafas tidak efektif belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi
26 Oktober 2022 Pola nafas tidak efektif S:-
berhubungan dengan O:
kegagalan otot - Keadaan umum lemah,
pernafasan (D.0005). - Ventilasi: RR 17x/menit, irama nafas teratur, suara
nafas stridor.
- Airway patency: pernapasan cuping hidung (+)
ventilator (+), penggunaan otot bantu pernafasan (-)
- SpO2 : 90 %
- Vital Sign:
TD: 115/90 mmHg,
HR : 92 x/ menit,
RR: 17x/ menit,
S: 37,8 0C
A: pola nafas tidak efektif belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi
27 Oktober 2022 Pola nafas tidak efektif S: -
berhubungan dengan O:
kegagalan otot - Keadaan umum lemah,
pernafasan (D.0005). - Ventilasi: RR 17x/menit, irama nafas teratur, suara
nafas stridor.
- Airway patency: pernapasan cuping hidung (+)
ventilator (+), penggunaan otot bantu pernafasan (-)
- SpO2 : 100 %
- Vital Sign:
TD: 130/ 75 mmHg, HR: 85 x/ menit,
RR: 17x/menit,
S: 37 0C
A: pola nafas tidak efektif belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi
25 Oktober 2022 Gangguan mobilitasS:
fisik berhubungan - Keluarga klien mengatakan klien sulit menggerakkan
dengan kegagalan cedera extermitas bawah sebelah kanan
jaringan sekitar/fraktur.O :
(D.0054). - Kekuatan otat extermitas sebelah kiri bagian atas dan
bawah 3.
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
26 Oktober 2022 Gangguan mobilitasS:
fisik berhubungan - Klien meneluhkan susah untuk mengangkat kaki
dengan kegagalan cedera sebelah kanan
jaringan sekitar/fraktur.O :
(D.0054). - Kekuatan otot sebelah kanan bagian bawah 5
PEMBAHASAN
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun (D.0005).
Diagnosa keperawatan kedua pada Tn. A yaitu Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan aliran darah ke otak menurun berdasarkan SDKI batasan
karakteristik yang ditemukan adalah kedua pasien mengalami pernafasan cepat, dan
hasil CT-Scan kepala kedua pasien menunjukkan adanya hematom dijaringan diotak.
Menurut Rendy dan Margareth, (2012) patofisiologi cedera kepala berat yaitu: otak
dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan hipoksia dan gangguan perfusi.
Adapun menurut analisa Tn. A dilihat dari hasil CT-Scan menunjukkan adanya
hematom dijaringan otak atau perdarahan diotak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Adhitya Wijayanti (2013), yang mengemukakan bahwa Komplikasi lain yang terjadi
pada cedera kepala adalah peningkatan tekanan intrakranial, yaitu tekanan yang terjadi
pada ruang serebral akibat bertambahnya volume otak melebihi ambang toleransi dalam
ruang kranium. Hal ini dapat disebabkan karena edema serebri dan perdarahan serebral.
Oleh karena itu berdasarkan patofisiologi terjadinya cedera kepala, maka peneliti
mengangkat diagnosa Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan aliran darah ke
otak menurun.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kegagalan cedera jaringan fraktur.
(D.0054).
Keluhan yang dialami klien yaitu mengalami kelemahan anggota gerak badan
sebelah kiri. Dimana kekuatan otot ekstemitas atas 4444/4444 dan ekstermitas bawah
2222/4444. Kelemahan ini yang mengakibatkan klien mengalami gangguan mobilitas
fisik. Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan
terarah pada tubuh atau ekstremitas atau lebih (berdasarkan tingkat aktifitas (Wilkinson,
2011).
Stroke merupakan kondisi hilangnya fungsi neurologis secara cepat karena adanya
gangguan perfusi pembuluh darah otak (Satyanegara, 2010). Stroke umumnya
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu stroke non hemoragik dan hemoragik
(perdarahan). Stroke non hemoragik terjadi akibat adanya sumbatan pada lumen
pembuluh darah otak dan memiliki prevalensi tertinggi, yaitu 88% dari semua stroke
dan sisanya adalah stroke hemoragik (stroke perdarahan) yang terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah otak (Marsh, 2010). Gangguan vaskularisasi otak ini memunculkan
berbagai manifestasi klinis seperti kesulitan berbicara, kesulitan berjalan dan
mengkoordinasikan bagian-bagian tubuh, sakit kepala, kelemahan ototwajah, gangguan
penglihatan, gangguan sensori, gangguan pada proses berpikir dan hilangnya kontrol
terhadap gerakan motorik yang secara umum dapat dimanifestasikan dengan disfungsi
motorik seperti hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh) atau hemiparesis
(kelemahan yang terjadi pada satu sisi tubuh) (Dimitrios, 2015).
Disfungsi motorik yang terjadi mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan
dalam menggerakkan bagian tubuhnya sehingga meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi. Imobilitas dapat menyebabkan kekakuan sendi (kontraktur), komplikasi
ortopedik, atropi otot, dan kelumpuhan saraf akibat penekanan yang lama (nerve
pressure palsies) (Summers et al., 2009). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
sistem neuromuskular yaitu besarnya kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk
melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin
besar pula kekuatan yang dihasilkan oleh otot tersebut (Cahyati, 2011).