0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan20 halaman

LP CHF Al-Ihsan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CHF DI RUANG POLI JANTUNG RSUD AL-IHSAN


PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Keperawatan


Medical Bedah 1 (PPKMB 1)

Disusun Oleh :
RIKI HANAFI
(KHGD22056)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2022
A. Definisi Penyakit

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis


dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan
jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong, 2010).

Gagal jantung yaitu suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi


jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau peningkatan tekanan pengisian diastolik dari
ventrikel kiri atau keduanya, sehingga tekanan kapiler paru meningkat (Asikin,
2018).

Gagal jantung (dekompensasi kordis) dapat pula dikatakan sebagai


sekumpulan tanda dan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan kelelahan
(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung (Sudoyo, 2011).

Berdasarkan sejumlah definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure merupakan suatu keadaan
dimana jantung gagal memompakan darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran
oksigen ke organ tubuh

B. Etiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit
miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afterload.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
C. Klasifikasi Gagal Jantung (New York Heart Association/NYHA)
Kelas 1 Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik (tidak ada lemas,
palpitasi, atau sesak saat aktivitas fisik biasa).

Kelas 2 Keterbatasan aktivitas fisik minimal (lemas, palpitasi,


atau sesak muncul saat aktivitas biasa dan menghilang
saat istirahat).
Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik jelas (lemas, palpitasi, atau
sesak muncul saat aktivitas ringan dan menghilang saat
istirahat).

Kelas 4 Tidak nyaman dalam beraktivitas fisik (gejala muncul


saat istirahat dan memberat bila beraktivitas).

D. Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)

Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan
tugasnya sebagai pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada
tingkat awal, disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal
jantung. Jika cadangan jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan,
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua
respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital
tetap normal. Terdapat empat mekanisme respons primer terhadap gagal jantung
meliputi:

a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis


b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
c. Hipertrofi ventrikel
d. Volume cairan berlebih (overload volume).

Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.


Mekanisme – mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada
keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah
jantung biasanya tampak pada saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal
jantung, maka kompensasi akan semakin kurang efektif (Muttaqin, 2012).

E. Manifestasi Klinis CHF

Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,


beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang
terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan
penampilan jantung.

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal


dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium.

F. Komplikasi CHF

1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena


dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli
sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan
pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan
denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan
dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden
cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil
diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin
turut mempunyai peranan.
Pathway (Sumber : (WOC) dengan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia dalam (PPNI,2017)
G. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan elektrokardiogram: dilakukan rutin untuk mencari
etiologi pencetus gagal jantung akut seperti aritmia dan sindroma
coroner akut.
 Pemeriksaan radiologi (rontgen toraks): dilakukan untuk
mengkonfirmasi adanya kongesti.
 Pemeriksaan ekokardiografi: umumnya tidak perlu dilakukan pada
48 jam pertama, namun perlu dilakukan segera bila hemodinamik
tidak stabil (syok karddiogenik).
 Pemeriksaan laboratorium: natriuretic peptide (BNP) pada semua
pasien yang dicurigai gagal jantung akut, serta blood urea nitrogen
(BUN), kreatinin, dan elektrolit yang dilakukan rutin per 1-2 hari
saat dirawat di rumah sakit.
 Cardio Thoracic Rasio (CTR)
Cardio Thoracic Rasio (CTR) atau Cardio Thoracic Index (CTI)
merupakan salah satu pengukuran jantung secara kasar dan
mendekati jantung yang sebenarnya.

H. Penatalaksanaan CHF meliputi:

a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melaui istirahat atau pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatanyang memperparah seperti NSAIDs
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air
dan natrium.
d) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari).
e) Olahraga secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (< 1,5 liter/hari).
b. Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs; diuretic
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan
menguirangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah: thiazide dieuretics untuk CHF sedang, loop
diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk
meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic.
2) Secon Line Drugs; ACE inhibitor
Tujuan: membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja
jantung.
Obatnya adalah:
a) Digoxin: meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak di gunakan
untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi
b) Hidralazin: menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c) Isobarbide dinitrat: mengurangi preloaddan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calsium channel bloker: untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai
pada CHF kronik).
e) Beta Blocker: sering dikontraindikasikan karena menekan respon
miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi
HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertopi
ventrikel kiri.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah proses melakukan pemeriksaan/
penyelidikan yang dilakukan perawat untuk mempelajari keadaan pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan data pengambilan keputusan
klinik keperawatan (Rohman dan Walid, 2019)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Padila (2012) dan Aspiani (2015) yaitu
mengumpulkan informasi yang sitematis tentang klien, dikumpulkan
dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik, rekam medis,
hasil pemeriksaan diagnistic, perawatan lain dan keputusan
1) Biodata
Pada umumnya gagal jantung dapat dialami oleh setiap orang
dari berbagai usia, misalnya neonatus, orang dewasa, usia
pertengahan dan lanjut usia (Padila, 2012).
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dengan gagal jantung yaitu:
sesak saat bekerja, dispnea nokturnal paroksimal, ortopnea,
lelah, pusing, nyeri dada, bengkak pada kaki, nafsu makan
menurun, nausea, distensi abdomen, urine menurun.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya pendekatan riwayat kesehatan sekarang
menggunakan pendekatan PQRS (Paliative/Provokatif-
Quality-Region-Skala-Time)
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien mempunyai riwayat infark
miokard akut (IMA), penyakit jantung koroner, tekanan darah
tinggi, diabetes militus.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Data keluarga dikumpulkan dengan pertanyaan apakah
dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama
dan apakah ada penyakit keturunan seperti asma, hipertensi,
DM dan lain-lain.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik
meningkat, peningkatan frekuensi jantung (takikardi),
hipertensi, suara jantung dengan S1, S2 menurun, kontraksi
miokard menurun, S3 meningkat, volume sisa meningkat,
murmur kadang juga terjadi, bunyi S3 gallop, peningkatan vena
juguralis, distrimia, fibrilasi atrial, nyeri dada.
b) Sistem pernapasan
Pada umumnya klien akan dispnea pada saat istirahat atau saat
beraktivitas, respirasi meningkat, suara paru menurun, basilar
rates mengakibatkan cairan pada jaringan paru, terdapat ronkhi,
adanya pernafasan cuping hidung, batuk kering, sputum pekat
bercampur darah.
c) Sistem penglihatan
Konjungtiva pucat (anemis), biasanya tidak ada keluhan pada
sistem penglihatan.
d) Sistem pendengaran
Pada fungsi pendengaran klien dengan gangguan gagal jantung
tidak ditemukan masalah.
e) Sistem gastrointestinal
Nafsu makan menurun, mual, muntah, nausea, distensi
abdomen, pembesaran hepar (hepatomegali), diare.
f) Sistem genitaunaria
Penurunan volume urine, urine berwarna pekat, nokturia
(berkemih pada malam hari).
g) Sistem neurosensorik
Latergi, pusing, pingsan, kesakitan, bingung, disorientasi.
h) Sistem integumen
Kulit bersisik, CRT >2 detik, warna kulit kebiruan/sianosis,
pucat, perubahan pada kulit/determitas.
i) Sistem muskuloskeletal
Klien dengan gagal jantung akan mengalami edema pada
anggota gerak terutama pada kaki.
4) Aktivitas sehari-hari
Klien dengan gagal jantung biasanya terdapat kelelahan,
insomnia, latergi, kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat
istirahat atau saat beraktivitas.
5) Pengkajian psikologis
Klien dengan gagal jantung akan mengalami perubahan status
mental seperti cemas, ketakutan, gelisah, marah, stress
berhubungan dengan penyakitnya, dan juga stress akibat finansial
untuk pengobatan (Aspiani, 2015).
Pemeriksaan Fisik
a. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransiaktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis,
tekanan darah, meanarterial presure, bunyi jantung, denyut jantung,
pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
b. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi,rales,wh
eezing)
c. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular
refluks.
d. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/
takut yangkronis
e. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
f. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
g. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin,
A. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a) Penurunan curah jantung
b) Intoleransi aktivitas
c) Hipervolemia
d) Gangguan pertukaran gas
e) Nyeri akut
f) Perfusi perifer tidak efektif
g) Ansietas
h) Deficit nutrisi
i) Gangguan integritas kulit
j) Pola nafas tidak efektif
B. Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Penurunan curah Luaran utama: Curah Perawatan Jantung
jantung jantung Observasi:
Luaran Tambahan:  Identifikasi tanda/gejala
 Perfusi primer penurunan curah
miokard jantung
 Perfusi renal  Identifikasi tanda/gejala
 Perfusi sekunder penurunan curah
perifer jantung
 Perfusi  Monitor tekanan darah
serebral  Monitor intake dan output
 Status cairan cairan
 Status  Monitor saturasi oksigen
neurologis  Monitor keluhan nyeri
 Status dada
sirkulasi  Monitor EKG 12 sandapan
 Tingkat Terapeutik:
keletihan  Posisikan pasien semi
fowler atau fowler dengan
kaki ke bawah atau posisi
nyaman
 Berikan diet jantung yang
sesuai
 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk memotivasi
gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
bila perlu
 Beri dukungan spiritual
dan emosional
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi:
 Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
2. Intoleransi Luaran utama: Manajemen Energi
aktivitas Toleransi aktivitas Observasi:
Luaran tambahan:  Identifikasi gangguan
 Ambulasi fungsi tubuh yang
 Curah mengakibatkan kelelahan
jantung  Monitor pola dan jam tidur
 Konservasi  Monitor kelelahan fisik
energy dan emosional
 Tingkat Edukasi:
keletihan  Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Teraputik:
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
3. Hipervolemia Luaran utama: Manajemen Hipervolemia:
Keseimbangan Observasi:
cairan  Periksa tanda dan gejala
Luaran tambahan: hypervolemia
 Curah  Identifikasi penyebab
jantung hypervolemia
 Keseimbanga  Monitor status
n asam-basa hemodinamik
 Keseimbanga  Monitor intake danoutput
n elektrolit cairan
 Manajemen  Monitor tanda
kesehatan hemokonsentrasi
 Perfusi renal Teraupetik:
 Status cairan  Timbang berat badan
 Tingkat setiap hari pada waktu
kepatuhan yang sama
 Batasi asupan cairan dan
garam
 Tinggikan kepala 30-40O
Edukasi:
 Anjurkan melapor jika
haluaran urine <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
 Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam
sehari
 Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian
diuretik
4. Gangguan Luaran utama: Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas Pertukaran Gas Observasi:
Luaran tambahan:  Monitor pola nafas,
 Keseimbanga monitor saturasi oksigen
n asam-basa  Monitor frekuensi, irama,
 Konservasi kedalaman dan upaya
energy nafas
 Perfusi paru  Monitor adanya sumbatan
 Respons jalan nafas
ventilasi Terapeutik:
mekanik  Atur interval pemantauan
 Tingkat respirasi sesuai kondisi
delirium pasien
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
5. Nyeri akut Luaran utama: Manajemen nyeri
Tingkat nyeri Observasi:
Luaran tambahan:  Identifikasi lokasi,
 Control karakteristik, durasi,
gejala frekuensi, kulalitas,
 Control nyeri intensitas nyeri
 Mobilitas  Identifikasi skala nyeri
fisik  Identifikasi respons nyeri
 Status non verbal
kenyamanan  Identifikasi faktor yang
 Pola tidur memperberat dan
 Tingkat memperingan nyeri
agitasi  Identifikasi pengaruh nyeri
 Tingkat pada kualitas hidup
ansietas  Monitor efek samping
 Tingkat penggunaan analgetik
depresi Teraupetik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
memperingan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik, bila perlu
6. Perfusi Perifer Luaran utama : Perawatan sirkulasi
Tidak Efektif Perfusi perifer tidak Observasi :
efektif  Periksa sirkulasi perifer
Luaran tambahan :  Identifikasi faktor resiko
 Fungsi gangguan sirkulasi
sensori  Monitor panas,
 Mobilitas kemerahan, nyeri atau
fisik bengkak pada ekstermitas
 Penyembuha Teraupetik :
n luka  Hindari pemasangan infus
 Status atau pengambilan darah di
sirkulasi area keterbatasan perfusi
 Tingkat  Hindari pengukuran
cedera tekanan darah pada
 Tingkat ekstermitas dengan
pendarahan keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
 Lakukan hidrasi
Edukasi :
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan olahraga rutin

7. Ansietas Luaran utama : Reduksi ansietas


Tingkat ansietas Observasi :
Luaran tambahan :  Identifikasi saat tingkat
 Dukungan ansietas berubah
sosial  Identifikasi kemampuan
 Harga diri mengambil keputusan
 Kesadaran  Monitor tanda ansietas
diri Teraupetik :
 Control diri  Ciptakan suasana
 Proses teraupetik untuk
informasi menumbuhkan
 Status kepercayaan
kognitif  Temani pasien untuk
 Tingkat mengurangi kecemasan
agitasi  Pahami situasi yang
 Tingkat membuat ansietas
pengetahuan  Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang
Edukasi :
 Jelaskan prosedur,
termasuk situasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
prognosis
8. Defisit nutrisi Luaran utama : Manajemen nutrisi
Status nutrisi Observasi :
Luaran tambahan :  Identifikasi status nutrisi
 Berat badan  Identifikasi alergi dan
 Eliminasi intoleransi makanan
fekal  Monitor asupan makanan
 Fungsi  Monitor berat badan
gastrointestin Teraupetik :
al  Lakukan oral hygiene
 Nafsu makan sebelum makan
 Perilaku  Sajikan makanan secara
meningkatka menarik dan suhu yang
n berat badan sesuai
 Status Edukasi :
menelan  Anjurkan posisi duduk,
 Tingkat jika mampu
depresi  Ajarkan diet yang di
 Tingkat nyeri programkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
9. Gangguan Perawatan integritas kulit
integritas kulit Observasi :
Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit
Teraupetik :
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
Edukasi :
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air putih yang
cukup
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan menhindari terpapar
suhu extrem

10. Pola nafas tidak Luaran utama : Pemantauan respirasi


efektif Pola nafas Observasi :
Luaran tambahan :  Monitor pola nafas,
 Berat badan monitor saturasi oksigen
 Keseimbanga  Monitor frekuensi, irama,
n asam-basa kedalaman, upaya napas
 Konservasi  Monitor adanya sumbatan
energy jalan napas
 Status Teraupetik :
neurologis  Atur interval pemantauan
 Tingkat respirasi sesuai kondisi
ansietas pasien
 Tingkat Edukasi :
kelelahan  Jelaskan tujuan dan
 Tingkat nyeri prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A., Afiyanti, Y. (2017). Keperawatan Medikal Bedah I. Healty-Mu, 1-


(1). Congestive Heart Failure Pada Perubahan Posisi. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jakarta: EGC.
Karson. Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: SAlemba
Medika. 2018
Le Mone, Burke, & Bauldoff. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa.
Medikal Bedah, 2(1), 1.Khasanah, S. (2019). Perbedaan] Saturasi Oksigen Dan
Respirasi Rate Pasien
Tamsuri. Konsep & penatalaksanaan nyeri. Jakarta EGC; 2012
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Udjianti W. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika; 2018
Wijaya AS, Putri YM. Keperawatan Medikal Bedah 2. Keperawatan Dasar Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.

Anda mungkin juga menyukai