LP BBLR Wiyah
LP BBLR Wiyah
LP BBLR Wiyah
LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
KEPERAWATAN ANAK
WIYAH
5022031124
1. Pengertian
Menurut prawirohardjo dalam buku mencegah kematian neonatal dengan
p4k tahun ( 2018 ) mengatakan bahwa BBLR adalah bayi baru lahir yang
berat badanya 2500 gram atau kurang. Menurut WHO BBLR adalah bayi
yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram atau sampai dengan 2.499 gram
(Rohmatin, Widayati, & Narsih , 2018).
2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Manifestasi Klinis
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering diumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupu
kehamilannya sudah agak lanjut.
4) Pertabahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi
BBLR :
1) Berat kurang dari 2500 gram
2) Panjang kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm
4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7) Kepala lebih besar dari badan
8) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10) Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan
aktif pada lengan dan sikunya
11) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12) Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
13) Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak
efektif dan tangisnya lemah.
14) Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
4. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dn mortlitas bayi berat lahir rendah masih
menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun waktu sedang hamil, lebih serng menghasilkan bayi BBLR.
Faktor – faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat,
komplikasi kehamilan, kurang gizi keadaan stres paa hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa
ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transport zat – zat
gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik
oleh karena itu ia kan sulit utuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek
usia kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat – alat dalam
tubuhnya, denga akubat mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggii
angka kematiannya. Berkaitan kurang sempurnanya alat – alat dalam
tubuhnya baik anatomi maupun fisiologi maka mudah tinmbul maslah
misalnya :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya jarigan lemak dibawah kulit permukaan tubuh yang relatif
lebih luas dibandingkan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi
panas yang berkurang.
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit pada BBLR,
hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru belum
sempurna, otot pernafasan yang masih lemah.
c. Gangguan alat pencernaan dan problrm nutrisi, distensi abdomen
akibat dari mortilitas usus kurang, volumme lambung kurang, ehingga
waktu pengosongan lambung bertambah.
d. Ginjal yang immatur baik secara anatoms maupus fisiologi, produksi
urine berkurang.
e. Gangguan immunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya produksi kadar igG. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya faositas serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi
prematur sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernafasan
akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperapnea, dan
dimana keadan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan
keadaan ini disebabkan oleh karena idak adanya otoregulasi serebral
pada bayi prematr sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
kapiler yang rapuh.
Pathway
5. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti
bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-
lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut
untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
7. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Identitas bayi : nama, jenis kelamin, berat badan tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar dada.
2) Identitas orangtua : nama. Usia, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Berat badan <2500 gr, timggi badan <45 cm, lingkar dada <30 cm,
lingkar kepala <33 cm, hipotermia
c. Riwayat kesehatan sekarang
1) Masalah berkaitan dengan ibu (Pantiawati,2010)
Penyakit yang berkaitan dengan ibu seperti hipertensi, toksemia,
plasenta previa, absorpsio lasenta, inkompeten servikal, kehamilan
kembar, malnutrisi, dan diabetes melitus, status sosial ekonomi
yang rendah dan tidak adanya perawatan sebelum kelahiran/
prenatal care, infeksi seperti TORCH
2) Bayi pada saat kelahiran (Pantiawati,2010)
Usia kehamilan biasanya antara 24 – 37 minggu, rendahnya berat
badan pada saat kelahiran, berat badan biasanya kurang dari 2500
gram, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala
relatife lebih besar dibandingkan badan, apgar pada 1 sampai 5 menit,
0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami abortus sebelumnya, Ibu memliki riwayat kelahiran
prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
g. Pemerikasaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik persistem
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
9. RENCANA KEPERAWATAN
Pola napas
abnormal (mis. BBLR
Takipnea, Imaturitas organ paru Paru
tidak optimal
bradipnea,
hiperventilasi,
dsb) pembentukan cairan surfaktan
Pernapasan
cuping hidung Defesiensi cairan surfaktan
BBLR
DO :
Berat badan
Refleks menelan dan
menurun
menghisap kurang baik
minimal 10%
dibawah
rentang ideal Intake nutrisi tidak adekuat
Otot penguyah
lemah Asupan gizi kurang
Otot menelan
lemah
Sel – sel kekurangan nutrisi
Membran
mukosa pucat
Kekurangan sel
Penurunan BB / Kematian
Defisit nutrisi
Hiperbilirubin
Ikterik neonatus
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Terapeutik
Menganjurkan
asupan cairan 2000
ml/hati, jika tidak
terjadi
kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
mukolitik, jika perlu
Membran
mukosa pucat Terapeutik Terapeutik
Hentikan pemberian Menghentikan
makan melalui selang pemberian makan
nasogastritik jika melalui selang
asupan oral dapat nasogastritik jika
ditoleransi asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, Edukasi
jika mampu Menganjurkan
posisi duduk, jika
Anjurkan diet yang
mampu
diprogramkan
Menganjurkan diet
Kolaborasi
yang diprogramkan
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum Kolaborasi
Kolaborasikan
makan pemberian medikasi
sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan Kolaborasikan
jumlah kalori dan jenis dengan ahli gizi
nutrien untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
Rohmatin, H., Widayati, A., & Narsih , U. (2018). Mencegah Kematian Neonatal
Dengan P4K . Probolinggo.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawan Indonesia . jakarta: PPNI.