PERSIMPANGAN
PERSIMPANGAN
PERSIMPANGAN
Dua tahun lalu aku telah memilih persimpangan sesuai mimpiku. Persimpangan yang
ternyata berliku, ada banyak krikil kecil hingga batu besar menghalangi jalanku. Kukira alas
kaki sudah cukup kuat untuk melintasi bebatuan tajam disepanjang jalan. Kukira bahuku cukup
tegap menghadapi terpaan sinar matahari. Bahkan tidak terpikir sebelumnya bagiku untuk
melewati guyuran hujan hingga aku meringkuh kedinginan.
Langkahku sesekali terhenti, bukan untuk menyerah. Hanya untuk meregangkan
beberapa otot yang mulai lelah. Tapi.. apakah pernah terbesit dihati untuk menyerah?
Pernah.
Ketika melihat rumput tetangga lebih hijau, ingin rasanya aku meloncat dari jalur ini dan
begabung menjadi bagian dari mereka. Ada tawa dan senyum yang terbingkai diwajah mereka.
seolah tidak ada beban yang meyeruap dari benaknya.
Bolehkah aku menginginkan seperti mereka?
Aku menoleh kebelakang. Ada jejak panjang yang telah berhasil kulewati. Beberapa
level itu berhasil kumenangkan. Kepalaku memutar kedapan kembali.
Disana! Iya…disana.
Sebuah puncak gunung yang indah. Mimpi yang masih terlihat jauh. Tapi aku bisa
melihatnya dan merasakan energinya.
Lantas…pantaskah aku menyerah?
Takut
Takut itu rasa yang yang menghantuiku dari awal memulai startup. Aku berpura-pura berani dan
tenang. Entah kenapa berani menajdi pilihanku saat itu. Ada satu kekuatan yang membutku berani
mengambil keputusan ini. Aku ingin menjadi elang bukan bebek. Hidup dengan bebas sesuai prinsipnya
terbang ke mimpi-mimpinya. Ini hidupku aku tidak hidup dari ekspektasi orang lain atau mimpi orang
lain bahkan orang tua ku tidak bisa menentukan.
Aku akan perintahkan diriku dan mengatakan bahwa aku mampu! Aku akan mengalahkan keraguan,
rasa takut, perasaan minder, dan menukarnya dengan keberanian.
------
Tiba- tiba ada satu video yang membuatku terketuk. Tentang hidup yang yang kujalani. Aku selalu
tampak kuat dan seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi sebenarnya aku rapuh, aku butuh semangat, aku
butuh dorongan. Tapi aku tidak berani bercerita atau memang gak ada waktu yang tepat. Entah kenapa
aku tidak bisa terbuka kepada orang tuaku. Aku mungkun di pandangan mereka anak yang keras kepala,
tidak mau diatur. Aku juga tidak mengiyakan ekspektasi mereka. aku tau mereka memiliki ekspektasi
yang tingi kepadaku dibanding adek-adekku. Soal pekerjaan, karir dan prestasi. Rasanya beban itu
sangat berat. Diatmbah pandangan adek2ku aku hanya pengangguran. Sedih… rasanya, ketika aku
memiliki tujuan hidup dan memilih untuk itu. Sulit mendapat dukungan. Aku tau, ayahku mengerti akan
hal itu dan dia selalu mendukungku. Tapi…mungkin karna aku todak terbuka. Pekerjaan yang aku
laukukan memang tidak tampak. Aku membuka perusahhan digital demina semua katifitas dilakukan
melalui online. Pekerjaanya diwal ini memang kita WFH. Jai terlihat aku hanya rebahan dan tidak
menghasilkan apapun. Butuh waktu untuk menjelaskan ini semua, butuh hasli untuk membuktikan
semunya. Maaf jika akutidak bercerita. Tapi ayah dan ibu tidak perlu merasa bersalah melihat aku yang
belum sekses. Ini adalah perjalananku untuk menuju itu. Dan maaf jika aku berbeda..pilihanku berbeda,
pola pikirku berbeda. Bukan karna kau tidak menuruti keinginan kalian. Tapi ini tanggung jawablu
terhadap hiduplu dan kebahagiaanku sendiri.
Jika saatnya tiba aku akan cerita, dan gurauanku yang kemaren yangterluhat hanya seperti jenaka akan
menjadi nyata.
-------
Aku beruntung bisa menemukan mimpiku dari awal, jika dibandingkan dengan yang lain yang masih
tergelut di zona nyaman. Aku sudah memulai, yang perlu aku lakukan selanjutnya menjaidkan mimpi ini
nyata. Aku tidak perlu membuktikan kesiapapun. Cukup ke diririku sendiri bahwa aku mampu dan
percaya diri.
Selamt pagi
Untuk memulai hari yang baik ditentukan oleh akhir hari yang baik.