0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
323 tayangan92 halaman

Tugas Kel 2 - Prakonsepsi (Kasus Infertilitas Primer)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 92

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA MASA PRAKONSEPSI


DAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT PADA Ny. A 33 dan Tn. D 35
TAHUN DENGAN INFERTILITAS PRIMER

JAMBI TAHUN 2022

Pembimbing Akademik :
Ruwayda, SST, M.Kes

Di susun oleh:
Kelompok 2
Tri susanti
Hasrita octaliana
Lamtiar nainggolan
Dame lidya nababan
Ade suryani
Nazlah sofiani hutagalung
Lusiatun
Herawati florida
Putri dewi anggraini
Rita zahara
Erni anggraeni
Rawiyah
Novita yuninda
Handaiyani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANANPRODI PROFESI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan. Kedua kalinya Sholawat serta Salam semoga tercurahkan pada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita menuju kezaman terang
benderang saat ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb
Pemberdayaan Perempuan di Komunitas yang membahas tentang “Asuhan Kebidanan
Kopherensif Pada Masa PraKonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat Pada Ny.T
33th Tn.D 35 Tahun Dengan Infertilitas Primer Tahun 2022 ”. Semoga Laporan Kasus
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca. Kami sadar bahwa askeb ini masih banyak kekurangan dan jauh
untuk disebut sempurna.

Jambi Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum ........................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 5
D. Manfaat .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)
1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi ...................... 8
2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan ..................................... 9
3. Persiapan kehamilan ................................................................. 11
B. Infertilitas Primer
1. Pengertian Infertilitas ................................................................ 21
2. Pemeriksaan Dasar Infertilitas Primer ....................................... 22
3. Penulusuran Riwayat (History Taking) ...................................... 23
4. Klasifikasi Infertilitas ................................................................ 26
5. Etiologi Infertilitas ................................................................... 27
6. Faktor Penyebab........................................................................ 30
7. Penatalaksanaan Infertilitas ....................................................... 32
C. Tinjaun Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian manajemen kesehatan .............................................. 33
2. Tahapan dalam manajeman kesehatan menurut Helen Varney... 34
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) .......................... 36
C. Teoari Evidence Based Midwifery (EBM)
1. Pengertian EBM ....................................................................... 37
2. Tujuan EBM ............................................................................. 37
3. Manfaat EBM dalam praktek kebidanan.................................... 37
4. Katagori EBM menurut WHO................................................... 38
5. Sumber EBM ............................................................................ 38

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Data .............................................................................. 39
B. Interprestasi Data ............................................................................ 48
C. Identefikasi Diagnosa dan masalah Potensial ...................................... 48
D. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi................................ 48
E. RencanaAsuhanMenyeluruh ........................................................... 48
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan ...................................................... 48
G. Evaluasi .......................................................................................... 52

iii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Langkah I (Pengkajian Data).......................................................... 54
B. Langkah II (interprestasi data)…………………………………… 57
C. Langkah III (DentefikasiDiagnosadanmasalahPotensial) ................ 59
D. Langkah IV (IdentifikasiTindakanSegeradanatauKolaborasi) ......... 61
F. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan Kebidanan) ................................ 63
G. Langkah VII (Evaluasi)................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 66
B. Saran .............................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan infertilitas sebagai

ketidakmampuan pasangan untuk hamil setelah satu tahun (wanita berusia di bawah

35 tahun) atau 6 bulan (wanita usia di atas 35 tahun) dengan frekuensi hubungan

seksual yang reguler (3 sampai 4 kali seminggu) tanpa menggunakan alat

kontrasepsi apapun. Infertilitas juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk

mempertahankan kehamilan sampai proses persalinan. Berdasarkan data dari

population-based diketahui 10-15% pasangan di dunia mengalami kasus infertilitas.

Kondisi yang menyebabkan infertilitas dari faktor istri sebesar 65%, faktor suami

20%,kondisi lain lain yang tidak diketahui 15%. Etiologi infertilitas dibagi ke

dalam beberapa kategori yaitu gangguan ovulasi, faktor tuba, endometriosis, faktor

uterus, faktor suami, dan unexplained. (Retno, Dewi. 2020:144)

Infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami istri untuk

mendapatkan kehamilan secara alamiah setelah selama 1 tahun menjalani hubungan

seksual tanpa kontrasepsi. (Djuwantono. 2012:33)

Sebagian besar pasangan di dunia hampir semua mengiginkan kehadiran

seorang anak, namun tidak semua perkawinan beruntung memiliki keturunan.

Infertilitas menjadi salah satu gangguan reproduksi yang kadang terjadi. Di mana

Infertilitas merupakan masalah yang di hadapi pasangan suami istri yang telah

menikah selama minimal satu tahun tanpa kontrasepsi,dengan melakukan hubungan

suami istri rutin tetapi belum berhasil mendapatkan kehamilan. Infertilitas pada

1
wanita dibedakan atas infertilitas primer dan infertilitas sekunder. (Fauziah, dkk

2020:31)

Dari semua wanita yang mengalami infertilitas di Amerika Serikat, infertilitas

primer terdapat 65 % wanita dan infertilitas sekunder terdapat 35 % wanita. Secara

global dapat disimpulkan penyebab terjadinya infertilitas diakibatkan dari faktor

laki-laki sekitar 30% meliputi kelainan pengeluaran sperma, penyempitan saluran

mani karena infeksi bawaan, faktor immunologik/antibodi, antisperma, serta faktor

gizi dan gangguan dari perempuan 30% yang mempunyai masalah pada vagina,

serviks, uterus, kelainan pada tuba, ovarium dan pada peritoneum. gangguan dari

keduanya 30% dan yang tidak di ketahui sekitar 10%. Penyebab seorang wanita dan

pria menjadi infertil juga dapat disebabkan oleh faktor risiko yang meningkat yaitu

gaya hidup yang tidak terkontrol yang diterapkan sejak usia remaja. Faktor-faktor

tersebut adalah usia, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, stress, diet yang

buruk, olah raga berat, mengalami overweight ataupun underweight, penyakit

menular seksual, keadaan lingkungan yang buruk (polusi udara dan air), juga

masalah kesehatan yang berhubungan dengan perubahan hormon. (WHO Global

prevalence of infertility, 2018:16)

Angka infertilitas di Indonesia yang dikemukan oleh Sumapraja berkisar (12-

15 %). Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat di perhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih

hidup. Menurut sensus penduduk terdapat (12%) baik di desa maupun di kota atau

sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh Indonesia, dari Jumlah tersebut

terdapat perempuan infertil 15% pada Usia 30-34 , 30 % pada usia 35-39, dan 64 %

pada usia 40-44 tahun. Berdasarkan jenis infertilitas dari 215 pasangan yang infertil

terdapat 172 kasus (80 %) pasangan yang mengalami infertilitas primer dan 43

2
kasus (20 %) pasangan yang mengalami infertilitas sekunder. (Ribka, Flora

2020:244)

Kondisi infertilitas memiliki pengaruh secara psikologis. Hasil penelitian

menyatakan bahwa ketika menghadapi pengalaman infertilitas, individu merasa

sedih, cemas, stres pada saat menjalani intervensi medis untuk memperoleh anak

atau selama mengikuti program kehamilan. Perasaan tertekan atau stres yang

disebabkan karena kondisi infertilitas dikenal dengan sebutan infertility related

stress. Tingkat stres yang tinggi memiliki kaitan dengan lamanya waktu untuk

hamil dan peningkatan risiko infertilitas. (Widiawati, Diah. 2021:64)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Aquindo Coresy.

2020:38) Subjek dalam penelitian ini merupakan istri yang mengalami infertilitas.

Apabila dilihat berdasarkan usia, sebagian besar subjek dalam penelitian ini berusia

28 tahun dengan persentase sebesar 21,7%. Apabila dilihat berdasarkan infertilitas,

sebagian besar subjek dalam penelitian ini mengalami infertilitas primer, dengan

persentase sebesar 70%. Apabila dilihat berdasarkan usia pernikahan sebagian besar

subjek berada pada usia pernikahan 3 tahun dengan persentase sebesar 33,3%.

Apabila dilihat berdasarkan pekerjaan, sebagian besar subjek memiliki pekerjaan

diluar rumah dengan persentase sebesar 78,3%.

Penelitian ini juga di perkuat dengan hasil penelitian dari (Susilawati, Dewi.

2019:4) penyebab lain dari infertilitas adalah obesitas. Dalam 10 tahun terakhir ini,

angka prevalensi atau kejadian obesitas diseluruh dunia menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa diseluruh dunia mengalami berat

badan lebih (obesitas), dan sekurangkurangnya 400 juta diantaranya mengalami

obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami

overweight dan 700 juta diantaranya mengalami obesitas. Di Indonesia, angka

3
prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi

nasional obesitas umum pada penduduk berusia >15 tahun adalah 10,3% terdiri dari

laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%

Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan yang akan berpengaruh

kepada berbagai aspek kehidupan seseorang. Sangat manusiawi dan normal bila

pasangan infertilitas mempunyai perasaan yang berpengaruh kepada kepercayaan

diri dan citra diri. Pasangan yang mengalami infertilitas akan timbul perasaan sedih,

depresi atau putus asa. Memiliki anak penting bagi semua masyarakat di dunia dan

perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mendapat keturunan. Pada beberapa

pasangan, impian untuk memiliki keturunan bukanlah sesuatu yang mudah untuk

diwujudkan. Memiliki anak yang baik dapat merupakan kebanggan tersendiri dan

secara ekonomi juga dianggap menguntungkan sebagai investasi di masa tua. Anak

mempunyai peranan sosial yang cukup penting, keberadaan anak menyebabkan

ikatan keluarga menjadi kokoh tidak mudah goyah, anak merupakan sumber

motivasi keluarga menata masa depan lebih baik.

Berdasarkan uraian latar belakang tentang permasalahan di atas maka penulis

tertarik untuk membuat laporan kasus dengan judul “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dumusan masalah dalam kasus ini adalah
bagaimana: “Asuhan Kebidanan Kopherensif Pada Masa PraKonsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Sehat Pada Ny.T 33th Tn.D 35 Tahun Dengan Infertilitas Primer Tahun 2022 ”?

4
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ibu dengan Infertilitas Primer

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data pada kasus Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

b. Mampu menentukan interpretasi data pada kasus Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

c. Mampu merencanakan diagnosa dan masalah pada kasus Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas

d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi

pada kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas

Primer

5
e. Mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada kasus Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

h. Mampu melakukan pendokumentasian kebidanan pada kasus Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ibu dengan Infertilitas Primer

D. Manfaat

1. Penulis

Diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan

komprehensif pada masa pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat pada

ibu dengan infertil primer.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan fikiran untuk perkembangan

ilmu dalam penerapan asuhan kebidanan komprehensif pada masa pra konsepsi

dan perencanaan kehamilan sehat pada ibu dengan infertilitas primer.

6
3. Lahan Praktek

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menerapkan

asuhan kebidanan komprehensif pada masa pra konsepsi dan perencanaan

kehamilan sehat pada ibu dengan infertilitas primer.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)

1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi

Kesehata prakonsepsi adalah kondisi kesehatan orang tua sebelum terjadi

pembuahan. Kesehatan prakonsepsi harus tetap di optimalakan sekalipun

perempuan tidak merencanakan kehamilan, mengingat banyak perempuanyang

tidak menyadari bahwa dirinya hamil padahal dirinya tidak merencanakan

kehamilan. Kesehatan prakonsepsi harus mendapat perhatian dari usia 18

sampai 44 tahun. (Vicky, Eka. 2020:8)

Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa

prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan

kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui

perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu

faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga

jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan,

namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga. Merencanakan

kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan

kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan

menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga

(Nurul, 2013:20).

Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan

kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga

8
saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat

(Kemenkes, 2020:18).

Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi

biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya

sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang

bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan

social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui

pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang

harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini

untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016:72).

2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan

Masa subur adalah suatu masa dalam siklus mentruasi perempuan dimana

terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan

tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.

(Retnaningtyas, 2020:1)

Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk

menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang

mampu menghamilkannya. Masa subur adalah suatu masa dalam siklus

menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga

bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan

terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang

terjadi “sebulan sekali”. (Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum

menstruasi selanjutnya terjadi, untuk perhitungan masa subur dipakai rumus

9
siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18. (Indriarti,

dkk, 2013:50).

Tanda-tanda masa subur pada wanita menurut (Kemenkes RI, 2020:12),

diantaranya :

a. Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung ovulasi/masa subur

pada wanita.

b. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari pertama haid,

sedangkan masa subur biasa akan terjadi kurang lebih tiga hari sebelum

dan sesudah menuju puncak masa subur tersebut.Tanda-tanda masa subur

c. Perubahan lendir serviks

Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket dan kental. Perubahan

terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan

dan perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan lebih cair.

d. Dorongan seksual meningkat

Hormon estrogen dan progesteron akan meningkat dalam masa subur

sehingga meningkatkan hasrat seksual.

e. Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak

Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan

memicukenaikan suhu tubuh, namun kenaikan suhu tubuh hanya sedikit (±

0,5 0C), maka cukup sulit mengamati kenaikan masa subur hanya dengan

memperhatikan kenaikan suhu tubuh pada wanita.

10
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur

menurut (American Society for Reproductive Medicine, 2012) antara lain:

a. Umur

Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan

dan persalinan adalah 20-35 tahun. Rentang usia risiko tinggi adalah <20

tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik

dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar

mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan

prematur. Sedangkan pada usia ≥ 35 tahun kondisi fisik mulai melemah.

Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil,

namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut.Usia reprodukstif

perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan

secara bertahap menurun pada usia 30 tahun, terutama setelah usia 35

tahun.

Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara

perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas

ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun.

Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur

20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan

umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25

tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana

keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ

reproduksi. Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40

tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal,

11
dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga

meningkatkan risiko kecacatan janin.

b. Frekuensi sanggama

Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara

spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung

pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup

selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih

mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.

Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24

jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan

besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri

mengadakan hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur

istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi

pembuahandan tidak akan terjadi kehamilan pada istri.

c. Lama berusaha

Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan

hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1%

dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4%

dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk

menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.Jadi lama suatu pasangan

suami istri berusaha secara teraturmerupakan faktor penentu untuk dapat

terjadi kehamilan.

12
3. Persiapan kehamilan

BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang

sehat diantaranya:

a. Pemeriksaan kesehatan

Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari

pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan

calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan

selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat

dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.

b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh

Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas

fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali

dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat

olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat

badan.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan

membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar

dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk

wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai

dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.

Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan

jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan

dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,

kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi,

seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.

13
c. Menghentikan kebiasaan buruk

Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan

narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga

janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan

hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki

kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum

alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat

testosteron dan bisa menyebabkan testis layu.

Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan

maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan

kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan

estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang

kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh

kualitas dan kuantitas spermatozoa.

d. Meningkatkan asupan makanan bergizi

Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan

makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak

konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang mengandung zat-

zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna. Kandungan radikal

bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada

anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat kongenital.

Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang

dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus

14
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat.

Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :

1) Protein

Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber

protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.

2) Asam folat

Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,

cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf

sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang

cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat

membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi.

Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna

hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya,

jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,

seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun

mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu

memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil yang

rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk

yang berkualitas tinggi.

15
3) Konsumsi berbagai Vitamin

a) Vitamin A

Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.

Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak,

brokoli, wortel, bayam, dan tomat.

b) Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan

hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan

bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur,

susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.

c) Vitamin E

Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi

sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga

kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak

tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

d) Vitamin B6

Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber

vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai,

kacang tanah, pisang, dan sayur kol.

e) Vitamin C

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung

telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan

(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C

16
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas

(oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi .

Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya,

mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.

f) Cukupi zat seng

Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga

pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu

produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain

makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting),

daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji

labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.

g) Cukupi zat besi

Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel

telur) ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung

zat besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan

menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil.

Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk,

dan serealia yang diperkaya zat besi.

h) Fosfor

Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada

di susu, dan ikan teri.

i) Selenium (Se)

Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala

kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi

17
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah

beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

j) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak

Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak

goreng dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang

terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan

jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan

endokrin yang sehat.

k) Membatasi Kafein

Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein

yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.

Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan

dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200

miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.

l) Hindari konsumsi

a) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab

toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli

yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.

b) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang

baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.

c) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan

ada bakteri salmonella penyebab diare berat.

d) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di

darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan

ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,

18
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian

perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan

kualitas air maupun rantai makanan.

e. Persiapan secara psikologis dan mental

Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan

tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai

tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila

Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai

untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah

penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan

melahirkan bayi yang sehat pula.

Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang

berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang

persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber

yang terpercaya.

Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,

hindari hal-hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan

hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses

ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi

umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar

mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.

Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan

yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan

19
selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga

semakin siapuntuk menjadi ibu baru.

a) Perencanaan financial/keuangan

Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan

pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak

terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian besar

disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal financial/keuangan.

Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk

biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri

karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah

tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan

ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan,

obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi,

pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal

yang tak terduga.

b) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi

Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan

dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu

dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah

yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan

keluarga yang perlu mendapat perhatian.

20
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak

diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,

termasuk selama kehamilan.

B. InfertilitasP Primer

1. Pengertian Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami istri yang telah

menikah satu tahun atau lebih dan telah melakukan hubungan seksual secara

teratur dan adekuat tanpa menggunakan kontrasepsi tapi tidak memperoleh

kehamilan. (Kurniawan, Hendra. 2020:1)

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun

2016, mendefenisikan infertilitas sebagai suatu penyakit pada sistem reproduksi

yang ditandai dengan kegagalan untuk memperoleh kehamilan secara klinis

setelah melakukan hubungan seksual selama 12 bulan atau lebih tanpa

menggunakan alat kontrasepsi (Anggaraini, 2020:8)

Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami

kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu

tahun. Ketidak suburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami

istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual

sebanyak 2-3 kali seminggu dalan kurun waktu 1 tahun dengan tanpa

menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun. (Dewi, Hema, dkk. 2015:47)

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah keadaan dimana seseorang tidak

dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh.

Defenisi standar infertilitas adalah kondisi yang menunjukkan tidak terdapatnya

21
pembuahan dalam waktu 1 tahun setelah melakukan hubungan seksual tanpa

perlindungan kontrasepsi (Susilawati, Dewi. 2017:3)

Infertilitas adalah ketidak mampuan pasangan untuk mencapai sebuah

kehamilan meski sudah rutin melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan

kontrasepsi selama 12 bulan atau lebih. (Ayu, Ida Dewi. 2020:23-23)

Infertilitas didefinisikan sebagai ketidak mampuan pasangan suami istri

untuk mendapatkan kehamilan secara alamiah setelah selama 1 tahun menjalani

hubungan seksual tanpa kontrasepsi. (Djuwantono. 2012:33)

2. Pemeriksaan Dasar Infertilitas Primer

Beberapa pemeriksaan dasar infertilitas primer menurut (Kurniawan,

Hendra. 2020:2) yaitu diantaranya :

1) Anamnesis

Memperoleh data apakah pasangan suami istri atau salah satunya

memiliki kebiasaan merokok atau minum, minuman beralkohol. Data

tentang terapi khusus seperti hipertensi, kartikosteroid dan sitostatika. Siklus

haid merupakan variabel yang sangat pentig. Perlu dilakukan anamnesis

terkait dengan frekuensi senggama.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan tinggi badan, penilaian berat bdan, dan pengukuran

lingkar pinggang. Pentuan indeks masa tubuh perlu dilakukan dengan

menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).

Perempuan dengan IMT >25 kg/m2 termasuk kedalam kelompok kriteria

berat badan lebih sedangkan IMT >19 kg/m2 kriteria berat badan kurang,

22
adanya pertumbuhan rambut abnormal atau pertumbuhan jerawat yang

banyak dan tidak normal pada perempuan seringkali terkait dengan kondisi

hiperandrogenisme, baik kliniks maupun biokimia.

3) Pemeriksaan penunjang

Penilaian kadar progesteron pada fase luteal media yang kurang lebih

7 hari sebelum perkiraan datangnya haid. Penilaian kadar progesteron pada

fase luteal media menjadi tidak memiliki nilai diagnotik yang baik jika

terdapat siklus haid yang tidak normal. Pemeriksaan kadar TSH dan

prolaktin banyak dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak

berevolusi, terdapat kekurangan latore atau kelainan kelenjer tyroid.

Pemeriksaan kadar LH dan FSH dilakukan pada fase proliferasi awal (hari

ke 3-5) terutama jika dipertimbangkan dengan peningkatan LH atau FSH

pada kasus sindrom ovrium polikistik (SOPK).

3. Penulusuran Riwayat (History Taking)

Penelusuran riwayat pada kedua pasangan wanita dan pria. Penelusuran

riwayat pada pasangan wanita dan pria dapat mengidentifikasikan kemungkinan-

kemungkinan masalah-masalah yang menyebabkan infertilitas. Berikut ini

adalah beberapa hal yang harus di kaji dan dipertimbangkan pada saat

penelusuran riwayat pasangan infertil menurut Djuwantono. 2012:33) yaitu:

a. Pasangan Wanita

1) Riwayat Saat ini

Masalah/keluhan saat ini, usia, pekerjaan, hasil apusan sel leher

rahim terkini, perubahan payudara seperti keluarnya cairan menyerupai

susu, pertumbuhan rambut, yang berlebih, dengan disertai atau pun

23
tanpa timbulnya jerawat di wajah dan dada, hot flush. Gangguan nafsu

makan, penyakit medis yang sedang diderita seperti diabetes dan/atau

hipertensi, pengobatan yang sedang dijalani seperti mengkomsumsi

non-steroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) steroid seks dan obat-

obatan sitotoksik atau obat-obatan relaksasi, seperti ganja dan kokain,

kebiasaan merokok, alkohol, dan konsumsi kafein.

2) Riwayat Menstruasi

Usia menarche karakteristik siklus (lama siklus; siklus normal =

24-35 hari) dan adanya gejala nyeri saat menstruasi atau

intersmenstrual spotting. Riwayat amenorea primer atau sekunder.

Aliran menstruasi (hipermenorea mengarah pada dugaan fibroid atau

anovulasi)

3) Riwayat Obstetri

Ada atau tidak adanya kehamilan sebelumnya, jika ada,

bagaimana luarannya? Apakah terdapat riwayat keguguran berulang,

aorsi yang diinsuksi, infeksi pascaborsi atau spesis purpuralis.

4) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Adakah riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya? Terutama

metode kontrasepsi IUD dan masalah yang menyertainya.

5) Riwayat Aktivitas Seksual

Bagaimana frekuensi dan jadwal berhubungan seksual terkait

dengan siklus? Apakah terdapat penggunaan lubrikasi vagina atau

vaginal douching setelah berhubungan, hilangnya libido, dan juga.

24
6) Riwayat Medis Sebelumnya

Pembedahan pelvik atau infeksi pelvik, tuberkulosis, ista

ovarium, appendectomy, laparatomi, seksio sasaea dan cervical

conization. Tanyakan juga tentang status Rubella pasien.

7) Riwayat Keluarga

Selidiklah apakah terdapat riwayat endometriosis, aborsi berulang

ataupun permasalahan yang sama pada saudara perempuan, atau

riwayat diabetes militus, hipertensi, kelahiran kembar, kangker

payudara dalam keluarga.

b. Pasangan Pria

1) Riwayat Sekarang

Masalah/keluhan pada saat ini, usia, pekerjaan, hasil temuan

analisis semen sebelumnya, perubahan payudara, penyakit medis yang

diserita seperti diabetes dan/atau hipertensi, konsumsi obat, baik yang

bersifat medis ataupun relaksasi, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol

dan kafein.

2) Riwayat Aktivitas Seksual

Teanyakan frekuensi dan waktu berhubungan, apakah terdapat

masalah yang menyertai saat berhubungan seperti disfungsi ereksi atau

masalah ejakulasi, dan hilangnya libido. Tanyakan pula riwayat

pernikahan sebelumnya, atau adanya hubungan seksual di luar

pernikahan.

25
3) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Tanykan apakah terdapat penggunaan metode kontrasepsi

sebelumnya, baik yang bersifat sementara/temporer seperti kondom

ataupun permanen seperti vasektomi.

4) Riwayat Sebelumnya

Apakah terdapat penyakit medis atau operasi pembedahan seperti

penyakit gondok, tuberkulosis, infeksi menular seksual, hydrocele,

varicocele, testis yang tidak turun, appendicectomy, perbaikan inguina

hernia, atau operasi leher kantung kemih.

5) Riwayat Keluarga

Tanyakan kepada pasien apakah terdapat permasalahan yang

sama di antara anggota keluarga laki-laki, atau adanya riwayat diabetes

militus, dan hipertensi dalam keluarga.

4. Klasifikasi Infertilitas

Menurut (Triwani 2018:9), klasifikasi infertilitas dapat dibedakan menjadi

dua jenis yaitu :

a. Infertilitas Primer

Infertilitas primer merupakan keadaan wanita yang telah menikah dan

belum pernah mengalami kehamilan meskipun telah melakukan hubungan

seksual secara teratur tanpa perlindungan alat kontrasepsi dalam selang

waktu kurang lebih 12 bulan dikategorikan dalam infertilitas primer.

b. Infertilitas Sekunder

Infertilitas sekunder merupakan keadaan wanita yang telah menikah

dan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan alat

26
kontrasepsi namun tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam waktu 1

tahun atau lebih, akan tetapi perbedaannya dengan infertilitas primer kondisi

infertilitas sekunder seorang wanita yang sebelumnya pernah hamil.

5. Etiologi Infertilitas

Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu

faktor usia. Pada umumnya pertambahan usia dapat menimbulkan munculnya

infertilitas. Pada wanita, usia reproduktif biasanya terjadi pada usia awal sampai

pertengahan 20-an, namun secara perlahan akan menurun ketika usia 30 tahun

ke atas dan terus menurun secara signifikan pada usia pertengahan hingga akhir

30-an. Selain itu, ada pula faktor-faktor pada wanita seperti gangguan pada tuba

fallopi, uterus, serviks, dan vagina. Serta faktor-faktor infertilitas pada pria

seperti varikokel, kelainan bentuk, jumlah, maupun motilitas sperma. (Ayu, Ida

Dewi. 2020:23-23)

a. Etiologi Infertilitas pada Wanita

Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa faktor

menurut Nurjannah (2019:10) yaitu antara lain :

1) Gangguan Hormonal

Gangguan hormonal yang dimaksud disini adalah adanya indikasi

kelainan hormon reproduksi,yang disebabkan oleh kelenjar hipotalamus

pituitari yang abnormal karena faktor genetik, tumor atau kanker atau

adanya lutein dan perangsang folikel yang menghalangi terjadinya

pelepasan sel telur (ovulasi). Kacaunya siklus menstruasi yang

disebabkan oleh Kelainan pada kelenjar tiroid, kelebihan dan

kekurangan hormon tiroid juga dapat mengakibatkan gangguan

27
hormonal. Gangguan hormonal inilah yang kemudian menjadi salah

satu faktor terjadinya Infertilitas pada wanita.

2) Endometriosis

Endometriosis merupakan gangguan sistem reproduksi wanita

dimana endometrium (lapisan rahim) tumbuh diluar (rahim) rongga

uterus. Jaringan endometrium yang terus menerus tumbuh ini dapat

menyebabkan iritasi. Endometriosis sangat erat kaitannya dengan

infertilitas, sehingga diperkirakan 20% sampai dengan40% perempuan

yang menderita endometriosis akan mengalami infertilitas. Peradangan

dari jaringan endometrium ini dapat merusak sperma atau sel telur

bahkan mengganggu gerakan mereka melewati tuba falopi dan uterus.

3) Polycystic Ovary Sindrome (PCOS)

Sindrom Ovarium Polikistik merupakan suatu kumpulan gejala

yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin yang sering terjadi

pada wanita, ini menyebabkan banyaknya kista ovarium dan

berlebihnya reproduksi androgen dan testosterone. Hal ini

menyebabkan terjadinya anovulasi

4) Penyumbatan atau Kerusakan pada Tuba Falopi (Tuba Non Paten)

Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak

penyebab infertilitas. Rusak atau tersumbatnya tuba fallopi ini biasanya

disebabkan oleh salpangitis atau infeksi. Salpangitis adalah peradangan

dan infeksi pada saluran fallopi, yang dapat menghambat kehamilan

atau menyebabkan kehamilan diluar kandungan. Kerusakan pada Tuba

Fallopi ini diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu grade 1

(ringan), grade 2 (sedang), grade 3 (berat).

28
Grade 1 (ringan) yaitu pada grade ini terjadi oklusi tuba proksimal

tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada distensi, mukosa

tampak baik dan terdapat perlekatan ringan (peritiba-ovarium). Grade 2

(sedang) yaitu pada grade ini terjadi kerusakan tuba berat unilateral (15-

25%). Grade 3 (berat) yaitu pada grade ini terjadi kerusakan tuba berat

bilateral (60-75%), fibrosis tuba sudah luas, trrjadi distensi tuba >1.5

cm, mukosa tampak abnormal, okulasi tuba bilateral dan perlekatan

berat dan luas.

5) Alergi Sperma / ASA Tinggi (Anti Sperm Antibody)

Alergi sperma bisa terjadi karena adanya cairan antibodi di mulut

rahim (serviks) yang anti atau menolak kedatangan sperma karena

menganggap sperma sebagai benda asing dan membunuh sel sperma

yang datang, peristiwa dimana mulut rahim menolak kedatangan

sperma menimbulkan reaksi alergi dimana sel sperma akan mati

sebelum sampai pada sel telur atau ovum.

b. Etiologi Infertilitas pada Pria

Peyebab infertilitas pada pria diakibatkan oleh gangguam kesuburan .

gangguan kesuburan tersebut dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu faktor

Pretestikular, faktor testikular, faktor post testikular menurut Gaziansyah,

(2019:15) yait:

1) Faktor Pretestikular merupakan gangguan yang terdapat diluar testis.

Gangguan pretestikular umumnya berkaitan dengan gangguan

hormonal yang dapat mempengaruhi proses spermatogenesis, misalnya

menurunnya produksi hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

29
Luteinizing Hormon (LH). Pria penderita infertilitas dengan gangguan

ini dutemukan sekitar 2% yang diseabkan karena hipopituitarisme,

gangguan kelenjer adrenal, hipotirodisme.

2) Faktor testikular merupakan faktor gangguan yang terjadi pada testis,

sehingga proses spermatogenesis akan terganggu. Gangguan testikuler

terjadi di dalam tubulus seminiferus akibat berbagai hal seperti kelainan

kromosom, varikokel, gonadotoksin, trauma, torsi, dan peradangan.

3) Faktor post testikular merupakan faktor gangguan yang terjadi di luar

testis setelah spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus. Gangguan

ini meliputi epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius, seperti

congenital absence of the vas deferens, gangguan koitus dan gangguan

dalam pembentukam sperma.

6. Faktor Penyebab

Menurut Kurniawan, Hendra (2020:1) faktor penyebab terjadinya

infertilitas primer, yaitu :

a. Faktor non-organik

1) Usia, usia istri sangat menentukan kehamilan. Dimana, adanya

hubungan terbalik antara bertambahnya usia istri dengan penurunan

kemungkinan untuk mengalami kehamilan.

2) Faktor senggam, kemungkinan terjadinya kehamilan ketika pasangan

suami istri melakukan senggama dengan frekuensi 2-3 kali dalam

seminggu.

3) Pola hidup (alkohol, merokok, berat badan), pada perempuan, minum

alkohol tidak adanya hubungannya dengan peningkatan resiko kejadian

30
infertil tetapi pada lelaki terdapat sebuah laporan bahwa minum alkohol

dalamjumlah banyak dapat menurunkan kualitas sperma. Dari beberapa

penelitian bahwa merokok dapat menurunkan fertilitas perempuan.

Sehingga dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok.

Perempuan dengan indeks masa tubuh >29 kg/m2 atau tergolong

obesitas terbukti mengalami keterlambatan kehamilan.

b. Faktor Organik

Masalah vagina, masalah vagina yang memiliki kaitan erat dengan

peningkatan kejadian infertilitas adalah sebagai berikut :

1) Dispareunia

Ditandai dengan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri saat

melakukan senggama.

2) Vaginismus

Dintandai dengan rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi

kedalam vagina.

3) Vaginitis

Infeksi kuman seperti Klamidiatrakomatis, Nisemia gonore dan

bakteri al vaginosis seringkali tidak menimbulkan gejala klinik sama

sekali.

4) Masalah uterus

Faktor yang memilki kaitan erat dengan kejadian infertilitas

adalah serviks, kavumuteri dan korpusuteri.

31
7. Penatalaksanaan Infertilitas

Menurut Dewi, Hema, dkk. (2015:47), penanganan infertilitas pada

prinsipnya didasarkan atas 2 hal yaitu :

a) Mengatasi faktor penyebab/etiologi

b) Meningkatkan peluang untuk hamil

Penalalaksanaan tergantung pada penyebab infertilitas :

a) Air Mani yang abnormal : nasehat untuk melakukan senggama berencana

pada saat-saat subur istri

b) Varikokel : varikokelektomi

c) Sumbatan va deferens : vasoepididimostomi

d) Infeksi traktus genitalis : antibiotika

e) Defisiensi gonodotropin : terapi hormon

f) Stimulasi ovulasi

Terjadinya infertilitas bukan berarti kehamilan tidak dapat terjadi sama

sekali. Pada infertilitas, kehamilan masih dapat diupayakan dengan beberapa

jenis bantuan, tidak sama halnya dengan sterilitas atau kemandulan.3 Saat ini

berbagai teknologi untuk membantu terjadinya kehamilan pada pasangan infertil

telah diakui keberhasilannya. Teknologi tersebut sering disebut sebagai Assisted

Reproductive Technology (ART) atau dalam bahasa Indonesia berarti Teknologi

Reproduksi Berbantu (TRB). Salah satu jenis TRB yang memiliki angka

keberhasilan cukup tinggi yaitu In Vitro Fertilization (IVF) atau yang lebih

dikenal sebagai bayi tabung.

In Vitro Fertilization adalah proses yang mencakup pengambilan oosit

secara langsung dari calon ibu untuk dilakukan pembuahan oleh sperma di

laboratorium dan apabila pembuahan telah terjadi akan terbentuk embrio yang

32
akan dikembalikan ke dalam rahim ibu. Teknologi IVF dalam beberapa dekade

terakhir telah terbukti menjadi pilihan terpercaya sebagai terapi untuk mengatasi

infertilitas.5 In Vitro Fertilization telah berhasil membantu kelahiran lebih dari

empat juta anak. Prosedur IVF biasanya diikuti dengan tambahan teknologi ICSI

(Intracytoplasmic Sperm Injection). Intracytoplasmic Sperm Injection

merupakan prosedur tambahan yang dilakukan dengan cara menyuntikkan

sebuah sperma secara langsung ke dalam plasma ovum. Intracytoplasmic Sperm

Injection sangat membantu apabila pada pasien didapatkan kualitas sperma yang

sangat buruk maupun jumlah sperma yang sangat sedikit.

Tingkat keberhasilan IVF bervariasi, dapat bergantung pada usia,

diagnosis infertilitas, jumlah embrio yang ditransfer, penambahan teknologi

lainnya seperti ICSI, riwayat kehamilan, keguguran, ataupun siklus IVF. Oleh

karena itu, hasil dari prosedur IVF tidak selalu sama pada setiap siklus, karena

bergantung pada faktor masing-masing individu. (Ayu, Ida Dewi. 2020:23-23)

C. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

33
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah menurut (Gusti Nella,

2019:74)yaitu :

a. Pengkajian

Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk

menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan

klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan

sekarang, pemeriksaan laboratorium.Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi Diagnose/Masalah Actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan

dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan

yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

34
d. Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama

klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data

baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana Asuhan Kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan

oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi

ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan.Pada tahap evaluasi bidan

harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien.

35
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Menurut (Gusti Nella, 2019:75), alur berfikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang

bidan melalui proses berfikir sistemtis, didokumetasikan dalam bentuk subjektif,

objektif, assesmen, planning (SOAP) yaitu :

a. Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata

mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta

keluhankeluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien

atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah

yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah

pasien/klien.

36
D. Evidence Based Midwifery

1. Pengertian Evidence Based Midwifery

Evidence Based Midwifery (EBM) adalah usaha meningkatakan mutu

informasi yang dijadikan dasar pengambilan keputusan pelayanan kesehatan,

EMB membentu peraktisi untuk menghindari kelebihan informasi, tetapi pada

saat yang sama mencari dan menerapkan informasi yang paling berguna

(Kusumawardani & Rafhani, 2020:1)

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru

dunia.Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi

(Jayanti, 2020:20).

2. Tujuan Evidence Based Midwifery

Implementasi praktik berbasis bukti mempunyai maksud untuk

memberikan respon terbaik dan menambah derajat asuhan kebidanan.

Pentingnya untuk melaksanakan sebuah Evidence Based Midwiferyyaitu

cikal bakal atau merupakan kondisi utama terbentuknya bidan professional yang

memerlukan strategi untuk dapat meningkatkan keahlian, keterampilan dan

pengetahuan serta pemahaman yang bertahap terhadap kasus nyata yang terjadi

di lapangan atau di masyarakat (Kusumawardani & Rafhani, 2020:3-4)

3. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

37
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

4. Kategori Evidence Based

Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017),

Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam

waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi

terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

5. Sumber Evidence Based Midwifery

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD.Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain.

38
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (ANC)

RS/PUSKESMAS/RB/BPS : Pj. Ruangan :


Tanggal/Pukul Pengkajian : NOMOR RM :

Mahasiswa : Sumber Informasi Tempat Pelayanan


NIM : Teman Keluarga
Pembimbing : √ Nakes Sendiri

A. Identitas Pasien

1. Biodata

ISTRI SUAMI

Nama Klien/Ibu : Nn. “A “ Tn. “ D “

Umur : 33 Tahun 35 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA S1

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat Rumah : Desa Sungai Itik Desa Sungai Itik

No.Telp/ Hp :- -

Bahasa : Jawa Jawa

Penanggung Jawab

Nama :- Pekerjaan :-

Umur :- Alamat :-

Hubungan dengan klien :- No.Telp/HP :-


39
2. Data Subjektif

a. Tujuan Kunjungan : Ingin program hamil

b. Keluhan : Klien mengatakan sudah 2 tahun menikah tapi

belum pernah hamil.

c. Riwayat Menstruasi :

1) Menarche : 14 Tahun

2) Lama Menstruasi : 7 hari

3) Konsistensi : Cair

4) Siklus : 28 hari (teratur/tidak)

5) Dismenorhoe : Tidak ada

6) Frekuensi Ganti Duk : 3 x sehari

d. Riwayat Perkwinan

1) Perkawinan ke :1 th, kawin : 2019

2) Lamanya : 2 tahun

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

No Tgl/Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan

Partus Partus Hamil Kelamin Persalinan Kel/BB Sekarang

1 -
2
3
4
5

40
f. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) G : - P :- A:- H :-

2) HPHT : Tidak ada

3) Tafsiran persalinan : Tidak ada

4) Pemeriksaan kehamilan pertama kali oleh : Tidak ada

5) Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan : Tidak ada

6) Gerakan janin

a) Gerakan Janin dirasakan pertama kali sejak : Tidak ada

b) Gerakan Janin dalam 24 jam terakhir : Tidak ada

7) Tanda Bahaya

a) Perdarahan pervaginam : Tidak ada

b) Bengkak pada wajah, tangan / kaki : Tidak ada

c) Demam tinggi : Tidak ada

d) Keluarair ketuban : Tidak ada

e) Bayi tidak bergerak : Tidak ada

f) Muntah terus menerus : Tidak ada

8) Keluhan

a) Hamil Muda : Tidak ada

b) Hamil tua : Tidak ada

c) Gerakan Janin : Tidak ada

9) Kekhawatiran - kekhawatiran khusus : Tidak ada

10) Obat – obatan yang di konsumsi : Tidak ada

11) Riwayat Imunisasi

✓ TT Bayi Tanggal : Ada

✓ TT SD Tanggal : Ada

41
✓ TT Caten Tanggal : Ada

✓ TT Hamil I Tanggal : Tidak ada

✓ TT Hamil II Tanggal : Tidak ada

g. Riwayat penyakit/operasi yang lalu : (jenis penyakit, dimana dan

kapan)

Tidak ada

h. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang

pernah menderita penyakit

Kangker Penyakit hati Hipertensi

Myoma Epilepsy Kelainan bawawan

DM Alergi Peny. Ginjal

Hamil kembar

Lain-lain : Tidak ada

i. Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

Infertilitas Infeksi virus PMS

Myoma Polip servix Kangker kandungan

Servisitis kronis Endometriosis

Operasi kandungan Lain-lain : -

j. Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah dipakai : Tidak ada Lama : -

Komplikasi/masalah :-

42
k. Pola Makan/minum

Makan : 3-4 kali/hari

Minum : 7-8 kali/hari

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : Nasi, daging, ikan,

tahu, tempe, susu, teh, kopi dan lain-lain

(bila terdapat gangguan pada pola makan minum, hitung

kuantitas/kualitas di lembar lain)

l. Pola Eliminasi

BAB : 1-2 kali/hari

BAK : 3-4 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada

m. Pola Istirahat

Tidur : 6-7 jam/hari, Tidur terakhir jam : 22:00 WIB

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat : Tidak ada

n. Pola Seksualitas

Frekuensi : 1x/minggu

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola seksualitas : Tidak ada

m. Riwayat Psikososial

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Tidak ada

Diharapkan Tidak diharapkan

Alasan :

Social support dari :

Suam Orang tua Mertua Keluarga lain

43
Masalah Psikososial :

Kekerasan RT Fisik

Dan lain-lain : Tidak ada

n. Perilaku Kesehatan :

Penggunaan miras : Ada √ Tidak

Penggunaan zat adiktif : Ada √ Tidak

Merokok : √ Ada Tidak

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :

Mememakai benda tajam

Lain-lain : -

Membawa tumbuh-tumbuhan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Sikap tubuh : Lordosis Kiposis

Scolios √ Normal

d. Tanda-tanda Vital

1) TD : 100/70 mmHg

2) Nadi : 80 x/i

3) RR : 20 x/i

4) Suhu : 36 oC

Turgor : √ Baik Kurang Jelek

TB : 168 cm

BB sebelum hamil : Tidak ada

44
BB sekarang : 83 kg

Kenaikan BB selama hamil : Tidak ada

LILA : 29 cm

e. Kepala

1) Keadaan Rambut

• Kebersihan : Bersih

• Ketor : Tidak ada

• Rontok : Tidak ada

• Lain-lain : Tidak ada

f. Mata

1) Sclera : Tidak ikterus

2) Konjungtiva : Tidak pucat

3) Penglihatan : Jelas

4) Alat bantu : Tidak ada

g. Muka

1) Hiperpigmentasi : Tidak ada

2) Edema : Tidak ada

3) Lain-lain : Tidak ada

h. Mulut dan Gigi

1) Bibir : Tidak pecah-pecah

2) Gigi : Tidak ada karies

3) Lidah : Bersih

4) Stomatis : Tidak ada

i. Telinga

1) Kelainan : Tidak ada

45
2) Alat bantu dengar : Tidak ada

j. Leher

1) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada

2) Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

3) Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

k. Payudara

1) Pembesaran : Simetris

2) Bengkak : Tidak ada

3) Puting susu : Menonjol

4) Areola mamme : Hyperpigmentasi

5) Pengeluaran : Tampak kolostrum

l. Abdomen

1) Bekas luka operasi : Tidak ada

2) Pembesaran : Tidak ada

3) Gerakan janin : Tidak ada

4) Striae : Tidak ada

5) Linea : Tidak ada

6) Palpasi : √ Kelembutan Pembesaran hati/lien

Mass

Suprapubis tenderness

7) TFU : Tidak ada

8) TBBJ : Tidak ada

9) Lain-lain : Tidak ada

10) Auskultasi

• DJJ : Tidak ada

46
• Frekuensi : Tidak ada

• Punctum Maximum : Tidak ada

• Punggung dan pinggang :

CVAT Ada √ Tidak ada

Nyeri Ketuk Ada √ Tidak ada

11) Ekstremitas

• Cacat : Tidak cacat

• Edema : Tidak ada

• Reflek Patela : (+/+)

• Akral : Normal

12) Pengeluaran Pevulva

Darah Lendir Air ketuban

Tanda-tanda PMS : Tidak ada

Skene Bartholini Lymfe

Palpasi Pembekakan kelnjer

Lain-lain : Tidak ada

4. Pemeriksaan Penunjang

a. HCG : - Hb: - CT/BT: - Ht :-

b. Gol. Darah : Tidak ada Tempat/tgl : -

Lain-lain : Tidak ada

c. Urine : Tidak ada

Lain-lain : Tidak ada

d. CTG : USG : Teradapat tumor adnexa

e. Ro : Tidak ada

47
B. Interprestasi Data

Pasangan usia subur Ny. T Usia 33 tahun dan Tn. D Usia 35 Tahun

perencanaan kehamilan dengan infertilitas primer.

C. Identefikasi Diagnosa dan masalah Potensial

Tidak ada

D. Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi

Tidak Ada

E. Rencana Asuhan Menyeluruh

1. Lakukan Pemeriksaan TTV dan menjelaskan hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan kepada suami untuk berhenti merokok

3. Menganjurkan klien untuk menjaga personal hygien saat terjadi keputihan

4. Menganjurkan berhubungan suami istri 2-3x seminggu atau sesering mungkin

5. Menganjurkan pola hidup sehat dengan makan-makan bergizi

6. Menganjurkan makan-makanan tinggi asam folat

7. Menganjurkan menghindari makan-makan instan dan siap saji

8. Menganjurkan pola hidup sehat dengan olah raga rutin 3x seminggu

9. Menganjurkan mengurangi berat badan pada pada ibu yang obesitas

10. Pemberian obat dan vitamin Suami Biosan dan Oligocare dan Istri Folic Acid

dan Ovacare sesuai dengan anjuran dokter

F. PelaksanaanTindakan Asuhan Kebidanan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa secara umum keadaan ibu

baik-baik saja, tanda-tanda vital dalam batas normal, hasil pemeriksaan

laboratorium dalam batas normal dan terdapat tumor adnexa di rahim ibu.

Rasionalisasi: Dengan mengetahui kondisinya dalam keadaan baik akan

48
membuat psikologis pasangan tenang dan tidak khawatir sehingga

keadaannya tetap dalam keadaan baik. Tumor adnexa tidak bergejala dapat

dilakukan observasi, dan hanya dilakukan operasi apabila terjadi pertumbuhan

atau kemudian menimbulkan gejala pada penderitanya. Tumor adnexa yang

terdapat di tuba falopi dan mengganggu jalannya sperma bertemu sel telur,

akan mengakibatkan pembuahan sulit terjadi. Tetapi ibu tidak perlu khawatir

karna wanita memiliki 2 saluran telur dan indung telur.

2. Menjelaskan dampak buruk merokok terhadap kesehatan suami dan istri serta

bahaya dari kandungan zat-zat adiktif dan karsinogenik dari rokok yang dapat

mengurangi kualitas sperma, membahayakan kehamilan bilasaat hamil

terpapar asa prokok. Serta menganjurkan catin laki-laki untuk mulai

mengurangi rokok, serta menyarankan merokok di luar rumah sehingga

keluarga terhindar dari paparan asap rokok

Rasionalisasi: Agar suami termotivasi berhenti merokok karena bukan hanya

berdampak pada dirinya akan tetapi berdampak pada keluarganya dan

pasangan mengetahui informasi mengenai bahaya merokok.

3. Menjelaskan kepada ibu bahwa keputihan yang dialami merupakan keputihan

yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam,

menggunakan celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap keringat

seperti berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan pembersih genitalia

untuk menjaga tingkat keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan

pantyliner untuk mencegah agar vagina tidak lembab.

Rasionalisasi: Agar ibu mengerti personal hygiene, khususnya kebersihan

daerah kewanitaan dimana organ wanita yang bersih dan sehat dapat

menimbulkan rasa percaya diri, rasa nyaman, sekaligus perlindungan dari

49
berbagai penyakit yang masuk di area kewanitaan, pemakaian sabun

pembersih vagina menganggu keseimbangan alami bakteri dalam organ

vagina atau yang biasa disebut vagina flora dan penggunaan pantyliner tidak

didesain untuk menyerap dan mengalirkan udara seperti yang dilakukan oleh

celana dalam.

4. Menganjurkan berhubungan suami istri 2-3x seminggu atau sesering mungkin

Rasionalisasi : Berhubungan suami istri 2-3 x seminggu itu normal untuk bisa

cepat hamil, bagi pasangan yang subur, baik pria dan wanitanya dan tidak

punya masalah kesehatan reproduksi.

5. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang untuk persiapan kehamilan sehat pada ibu dengan cara mencukupi

kebutuhan energi, karbohidrat yaitu beras, jagung, sagu, dan umbi-umbian,

protein yaitu telur, daging, ikan, kacang-kacangan, tahu, tempe, asam folat

yaitu dari sayuran hijau, zat besi yaitu telur, hati daging, buah-buahan,

Vitamin A yaitu hati, susu dan lainnya, Vitamin D yaitu ikan, hati dan sinar

matahari pagi, Vitamin E yaitu tauge, gandum dan lain-lain dan Vitamin C

jambu biji, jeruk, mangga dan buah-buahan lainnya

Rasionalisasi: Sebaiknya wanita sudah mempersiapkan tubuhnya sejak masih

dalam tahap perencanaan untuk hamil, tidak hanya menyehatkan, berbagai

jenis makanan tersebut juga membantu calon ibu mempersiapkan diri dalam

menghadapi kehamilan sehat supaya saat hamil, wanita sudah siap memenuhi

gizi yang dibutuhkan tubuh dan janinnya.

6. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan mengandung

asam folat seperti pada sayuran berwarna hijautua atau minuman susu yang

terdapat kandungan asam folat, meminum suplemen asam folat 0,4 mg dan

50
tablet setiaphari minimal 1 bulansebelummenikah dan tablet fe 1x seminggu

sekali dan setaip hari selama masa haid dan untuk persiapan kehamilan.

Rasionalisasi: Kebutuhan penting pada masa kehamilan dan membantu

mencegah cacat lahir pada bagian otak dan sumsum tulang belakang pada bayi,

sehingga tercapai kehamilan yang optimal dan sehat.

7. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant seperti mie

instan atau pun makanan siap saji lainnya.

Rasionalisasi : Konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kurang dan

banyak bahan pengawet. Mengkomsumsi makanan instant dan siap saji

dikatagorikan masih aman apabila dikomsumsi dengan sewajarnya tidak

terlalu sering dan berlebihan, kerena bagi para calon ibu hamil asupan nutrisi

sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan calon bayi.

8. Menganjurkan untuk olahraga rutin 2-3 kali/seminggu dengan lama 30 menit

Rasionalisasi : Selain baik untuk menjaga kebugaran tubuh, olahraga juga

penting dilakukan jika ingin memiliki momongan. Olahraga rutin dapat

meningkatkan kesuburan, melancarkan proses ovulasi dan menstruasi, serta

mempersiapkan tubuh untuk menyambut kehamilan dan persalinan nantinya.

9. Menganjurkan mengurangi berat badan pada pada ibu yang obesitas

Rasionalisasi : IMT ibu 29 kg/m2 atau masuk katagori obesitas >27,0 atau

kelebihan BB tingkat berat. Wanita yang memiliki berat badan berlebih atau

justru kurang dari normal cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk

hamil. Berat badan ideal dan kadar lemak yang berimbang diperlukan untuk

mempermudah terjadinya kehamilan. Berat badan mempengaruhi kesuburan

melalui kadar hormon. Hormon memiliki peran penting pada semua proses sel

51
telur, pembuahan sel sperma, hingga perkembangan hasil pembuahan menjadi

janin di rahim.

10. Pemberian obat dan vitamin Suami Biosan dan Oligocare dan Istri Folic Acid

dan Ovacare sesuai anjuran dokter

Rasionalisasi : Vitamin untuk suami yaitu Biosan tablet merupakan herbal yang

mengandung ektrak Tribulus Terrestris. Herbal ini digunakan untuk membantu

memelihara stamina dan Oligocare merupakan suplemen penunjang untuk

memenuhi kebutuhan mikronutrien untuk mendukung kesehatan tubuh pria.

Vitamin untuk istri yaitu Folic Acid merupakan suplemen yang digunakan pada

wanita yang merancang kehamilan dan selama 12 minggu pertama kehamilan

dan Ovacere adalah nutrisi yang mengandung asam amino, vitamin, dan

berbagai mikronutrien di berikan untuk membantu memenuhi kekurangan

nutrisi sebelum konsepsi.

F. Evaluasi

1. Klien dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan untuk berhenti merokok

3. Klien mengerti dan bersedia melakukan yang di sampaikan bidan untuk selalu

menjaga personal hygine

4. Klien dan suami mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang di sampaikan

5. Klien dan suami bersedia menjaga pola hidup sehat dengan makan-makan

bergizi seimbang

6. Klien dan suami mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang di sampaikan

7. Klien dan suami mengerti dan bersedia mengurangi makan-makan istan dan

siap saji

52
8. Klien dan suami mengerti penjelasan yang diberiakan

9. Klien mengerti dan bersedia menurunkan berat badan untuk mendapatkan

berat badan ideal

10. Klien dan suami mengerti dengan penjelasan yang disampaikan

53
FORMAT PENGKAJIAN DATA KELUARGA

I. Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan Perbulan : > 1 juta
Status Pernikahan : (M), usia menikah suami: 33 th, istri: 31 th
Alamat : Desa Sungai Itik, Kec. Sadu

II. Anggota Keluarga


No Nama Tgl Lahir L/P Hub. Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
1 Ny. A 21-07- P Istri SMA IRT
1989

III. Status Kesehatan Keluarga 1 Tahun Terakhir


No Nama Tgl Lahir L/P Penyakit yang sedang/ Pekerjaan
pernah diderita
1 Tn. D 12-01- L Tidak ada Wiraswasta
1987
2 Ny. A 21-07- P Tidak ada IRT
1989

IV. Kematian anggota keluarga (dalam 1 tahun terakhir)


No Nama Tgl Lahir L/P Penyebab kematian Pekerjaan

V. Ibu Hamil
1. Apakah ibu saat ini sedang hamil ?
 Ya (jika ya lanjut ke pertanyaan no 2 )
 Tidak

2. Riwayat kehamilan sekarang


G…..P…..A…..H HPHT : …....TP: ……… Usia kehamilan : ….. .. minggu

54
TB : ..… m BB : … Kg BB sebelum hamil : … ….Kg
TD : … …mmHg N : … x/i S : …0C RR : …. x/i
TFU : …. Edema : …… Hb : ….gr% LILA : cm

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :


Kehamilan Persalinan Bayi Laktasi
Tempat
Tgl/t dan
N Usia Komplika Komplika ASI Lama
h penolon P B J Keadaa
o Kehamila si si Eksklus pemberia
lahir g B B K n
n kehamilan persalinan if n ASI
pesalina
n
B E L U M P E R N A H

4. Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC)


 Ya, berapa kali …  Tidak periksa
5. Alasan tidak melakukan ANC
 Transportasi sulit  Sosial ekonomi
 Sosial budaya  Lain-lain, sebutkan ………..
6. Kepada siapa ibu memeriksakan kehamilannya
 Bidan  Dukun
 Dokter  Lain-lain, sebutkan ………..
 Perawat
7. Dimana tempat ibu memeriksakan kehamilan
 RS  Posyandu  Lain-lain, sebutkan….
 Puskesmas  Dokter
 Polindes  Bidan
8. Apakah ibu mempunyai KMS/Buku KIA
 Ya  Tidak
9. Imunisasi TT
 Ada, TT Caten: TT 1 tanggal : TT II tanggal :
Tempat : RS/PKM/RB,BPM/Posyandu/Poskesdes
 Tidak ada, alasan :…………….
10. Diet/makanan sehari-hari : 3-4 kali/hari

55
Menu makanan ibu selama hamil :
 Nasi putih  Hewani
 Lauk pauk  Nabati
 Sayuran  Buah
 Susu
 Makanan selingan lainnya, sebutkan .........
11. Cara pengolahan makanan (sayuran)
 Dipotong baru dicuci  Dicuci baru dipotong
12. Perubahan pola makanan selama hamil :
 Ada, sebutkan:  Tidak ada
13. Pemasukan cairan/minuman per hari :
 < 8 gelas/hari  8-10 gelas/hari  > 10 gelas/hari
14. Apakah ada pantangan makanan selama hamil :
 Ada, sebutkan  Tidak ada
15. Apakah ibu melakukan senam hamil setelah usia kehamilan 28 minggu?
 Ya, dimana  Puskesmas  Di rumah sendiri
 Di rumah bidan
 Tidak
16. Apakah ibu melakukan perawatan payudara
 Ya  Tidak

17. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita


 Jantung  Hepatitis  Campak
 Hypertensi  Anemia  lain-lain, sebutkan
 DM  PHS/HIV/AIDS
18. Apakah ibu mendapat obat penambah darah (Fe) selama kehamilan
 Ya, konsumi dengan benar  Ya, tidak dimakan  Tidak pernah
19. Apakah ibu ada mengkonsumsi obat lain selama kehamilan
 Ada, sebutkan:  Tidak ada
20. Perilaku kesehatan
 Penggunaan alkohol  Ada, kapan  Tidak pernah
 Jamu/obat yang sering digunakan:  Ada, sebutkan  Tidak ada
 Merokok :  Ada, berapa banyak  Tidak ada
 Ganti pakaian dalam  Ada, berapa kali  Tidak, alasan
 Ganti pakaian sehari-hari  Ada, berapa kali  Tidak, alasan : …………..
21. Rencana penolong persalinan
 Bidan  Dukun
 Dokter  Lain-lain, sebutkan…..
 Perawat
56
22. Rencana tempat persalinan
 RS  PKM  POLINDES  BPM  RB  Rumah sendiri

VI. Ibu Bersalin dan Nifas (sampai dengan 40 hari)


1. Tanggal persalinan : ……… Jam persalinan : ……… Nifas hari ke : ……...
2. Jenis persalinan :
 Spontan  Vakum  Forceps  Sectio Sesaria
3. Penolong persalinan :
 Dokter  Perawat  Dukun  Lain-lain, sebutkan……..
4. Penyulit persalinan dan nifas : ………….
 Ada, sebutkan : …………..  Tidak ada
5. Keluhan : …………
6. Pemeriksaan fisik :
 TD : …..mmHg  S : …C  N : … x/i  P : ….x/i
 Lochea : ………..
 Jahitan perineum :  Ada, keadaan  Tidak ada
7. Apakah ibu memeriksakan diri selama nifas/dikunjungi oleh Nakes
 Ya, Beberapa kali Kapan : Dimana: Oleh :
 Tidak
8. Apakah ibu mendapat obat-obatan selama nifas
 Ya, jenis ………………….  Tidak
9. Konsumsi vitamin A nifas
 Ya  Tidak
10. Kapan ibu melakukan hubungan intim dengan suami setelah melahirkan?
 < 40 hari  Setelah 40 hari
11. Apa saja menu makanan ibu setelah melahirkan
 Nasi putih  Hewani
 Lauk pauk  Nabati
 Sayuran  Buah
 Susu  Makanan selingan lainnya
12. Apakah ibu ada minum jamu setelah melahirkan
 Ya, sebutkan jenisnya : ………… Tujuan : ……………
 Tidak, alasan
13. Apakah ibu melakukan senam nifas
 Ya, dimana : ……..  Tidak
14. Apakah ibu melakukan vulva hygiene, bagaimana melakukan vulva hygiene?
 Ya  Tidak
15. Apakah ibu melakukan perawatan payudara selama masa nifas
 Ya  Tidak
57
16. Bagaimana cara ibu mandi segera setelah melahirkan
 Mandi keramas dengan air hangat-hangat kuku
 Mandi keramas dengan air biasa
 Mandi dengan air biasa
 Tidak mandi
 Dan lain-lain, sebutkan ......
17. Apakah ibu sudah merencanakan untuk ber KB dan sudah menentukan Metode KB apa?
 Belum  Sudah
Jenis Kontrasepsi:
 Pil Kondom Suntik Implant AKDR  Kontap  MAL
18. Apakah ada mitos-mitos yang masih berlaku di masyarakat tentang masa nifas?
 Ada, sebutkan : …………
 Tidak ada

VII. Buteki (≤ 2 tahun)


1. Apakah ibu menyusui segera setelah bayi lahir
 Diberikan  Tidak diberikan
2. Apakah ASI yang pertama kali keluar diberikan pada bayi
 Diberikan  Tidak diberikan
3. Apakah ibu memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan/PASI ?
 Ya  Tidak, alasan
4. Rencana ibu memberikan ASI Ekslusif
 < 6 bulan  6 bulan
5. Apakah ibu mempunyai masalah dalam menyusui
 Ya, sebutkan : ……….  Tidak
6. Apa usaha ibu untuk memperbanyak ASI
 Minum jamu, sebutkan : ………..  Lain-lain, sebutkan
 Memperbanyak makan sayur
7. Kapan ibu merencanakan untuk menyapih/memberhentikan anak menyusu (tidak diberikan ASI)
 < 2 tahun  2 tahun  > 2 tahun

VIII. Kesehatan akseptor KB


1. Apakah ibu menjadi akseptor KB?
 Ya, jenis alat kontrasepsi yang digunakan : …………….. sejak : ………..
 Tidak, alasan : …………….
2. Efek samping selama menggunakan alat kontrasepsi :
 Ada, sebutkan : …………. Pengobatan : ……………
 Tidak ada

58
3. Dimana mendapatkan pelayanan KB
 Dokter  RB  Polindes  Pustu
 BPM  Puskemas  Dan lain-lain, sebutkan ......

IX. Bayi (Umur 0-12 bulan)


1. Usia kehamilan ibu saat bayi dilahirkan
 28-36 minggu  37-42 minggu  > 42 minggu
2. Berat badan lahir
 < 2500 gr  > 4000 gr
 2500-4000 gr  Tidak ditimbang
3. Keadaan bayi waktu lahir
 Segera menangis  Tidak segera menangis
4. Kepemilikan KMS
 Ya, terisi lengkap  Ya, tidak terisi lengkap
 Ya, tidak terisi  Tidak punya
5. Keadaan gizi bayi dilihat dari KMS
 BGM  Pada garis kuning  Pada garis hijau
6. Apakah pernah kunjungan ke posyandu
 Ya, teratur  Ya, tidak teratur  Tidak, alasan :
7. Bayi mendapat vitamin A (umur 6-12 bulan)
 Ya  Tidak, alasan : ……..
Pada bulan :  Februari  Agustus
8. Status imunisasi bayi :
Jenis Tanggal Usia Tempat Keterangan
Imunisasi Pemberian Pemberian Pemberian
BCG
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Campak
Hepatitis B0
Hepatitis B1
Hepatitis B2
Hepatitis B3

59
Lain-lain
 Bila tidak diimunisasi, alasan : ……………
 Bila tidak lengkap, alasan : ……………
9. Jika anak ibu perempuan apakah disunat
 Ya, oleh siapa :…………… Apanya yang disunat :……………
 Tidak, alasan : …………...

X. Balita (umur >1 sampai 5 tahun)


1. Kepemilikan KMS
 Ya, terisi lengkap  Ya, tidak terisi lengkap
 Ya, tidak terisi  Tidak punya
2. Keadaan gizi balita dilihat dari KMS
 BGM  Pada garis kuning  Pada garis hijau
3. Apakah balita mendapat vitamin A
 Ya  Tidak, alasan : ……..
Pada bulan :  Februari  Agustus
4. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
 Kejang-kejang  Campak  Malaria
 Diare  DBD  Lain-lain
5. Status imunisasi Balita
Jenis Tanggal Usia Tempat Keterangan
Imunisasi Pemberian Pemberian Pemberian
BCG
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Campak
Hepatitis B1
Hepatitis B2
Hepatitis B3
Lain-lain
 Bila tidak diimunisasi, alasan : ……………
 Bila tidak lengkap, alasan : ……………

XI. Remaja Putri (umur 10-19 tahun)

60
1. Apakah remaja putri pernah memeriksakan diri untuk kesehatannya
 Pernah, dimana : ……….. Dan apa jenis pemeriksaannya : ………….
 Tidak pernah, alasan : …………..
2. Apakah remaja putri pernah cek HB
 Pernah, kapan : ………. HB: …….gr%
 Tidak pernah
3. Kapan mendapat haid pertama
 Belum  < 10 thn  10-18 thn  > 18 thn
4. Jika sedang haid memakai pembalut apa : ……….
 Berapa kali ganti pembalut : …… x/hari
 Siklus : Teratur/Tidak teratur Lamanya berapa hari : hari
5. Adakah keluhan organ reproduksi eksterna dan interna :
 Ada, sebutkan :  Tidak ada
6. Pemanfaatan waktu luang :
 Membaca  Olah raga  Pengajian  Lain-lain
7. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita remaja putri
 Keputihan  Dismenore  Lain-lain
8. Pernahkan mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi
 Pernah, tentang : ………..  Tidak pernah
9. Sebagai remaja putri apakah anda pernah merasa tertekan dengan norma yang berlaku
 Ada, sebutkan …….  Tidak ada
10. Pernahkah anda melakukan hubungan seksual sebelum menikah?
 Pernah  Tidak pernah
11. Pernahkah anda mendengar tentang HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya?
 Pernah, dari mana : …………….  Tidak pernah
12. Bagaimana pendapat anda tentang pernikahan dini
 Setuju  Tidak setuju  Tidak tahu
13. Kegiatan sosial yang pernah diikuti : ………………….

XII. Pra Menopause


1. Apakah ibu sudah berhenti haid :
 Ya, pada usia …. tahun  belum
2. Keluhan yang dirasakan saat ini…
 Ada, sebutkan …………..  Tidak ada
3. Apakah ibu mempunyai kegiatan/pekerjaan saat ini :
 Ada, sebutkan : ………….  Tidak
4. Kegiatan sosial yang diikuti, sebutkan .................

XIII. Kepemilikan

61
1. Jaminan sosial kesehatan : ada
Jenis : BPJS
2. Kegiatan, jaringan sosial yang diikuti : arisan
(khusus tanyakan, arisan, ambulan desa, tabungan ibu bersalin, kumpulan donor darah, dan
sebagainya yang berkaitan)
3. Informasi kesehatan pernah diperoleh dari :
 Tahu sendiri
 Petugas kesehatan
 Media massa, jenis …………………………………………………
4. Kendaraan yang dimiliki dan dapat digunakan sewaktu-waktu :
 Sepeda/kendaraan bermotor  Lain-lain : (sebutkan) : …………..
 Sepeda motor
 mobil
XIV. Kebiasaan kesehatan keluarga (tanyakan perilaku kesehatan yang sering dilakukan oleh
keluarga)

1. Gizi
a. Frekuensi makan : 3-4 kali sehari
b. Waktu makan :
 Teratur  Tidak teratur
c. Porsi makan :
 1 piring penuh  ½ piring
d. Jenis makanan :
o Makanan pokok : nasi
o Lauk pauk : ayam, ikan, telur
o Sayuran : bayam, kangkung, wortel
o Buah-buahan/selingan :  ada  Tidak ada
Jika ada sebutkan : jeruk, keripik, roti
e. Cara mengolah makanan :
 sayur di potong dulu baru dicuci  Sayur dicuci dulu baru dipotong
Alasannya : lebih sehat
f. Variasi menu dalam seminggu :
 Ada  Tidak ada, alasan : ……….
g. Cara penyajian makanan :
 Saji langsung, setelah masak
 Sisa kelebihan makanan (dibuang, dipanaskan, langsung makan)
h. Makanan pantangan keluarga :
 Ada  Tidak ada

62
Jika ada sebutkan : ………..
Alasan : ……………
i. Makanan kesukaan keluarga :
 Ada  Tidak ada
Jika ada sebutkan : ……..
Alasannya : ………….

j. Kebiasaan minum, keluarga :


 Ada  Tidak ada
Bila ada sebutkan jenisnya : …………..
2. Pola kebiasaan keluarga
a. Pola istirahat : Waktu istirahat :6-7 jam/hari
b. Rekreasi :
o Kesempatan untuk rekreasi :  Ada  Tidak
o Kapan : libur lebaran
o Berapa kali dalam seminggu/sebulan/setahun : 1 kali/tahun
c. Hygiene keluarga :
o Kebiasaan mandi : 2 kali sehari
o Menggunakan sabun mandi :  Ya  Tidak, alasan :
o Menggosok gigi :  Ya, frekuensi : 2x/hari
 Tidak, alasan : ……….
o Ganti pakaian :  Ya, frekuensi : 2x/hari
 Tidak, alasan : …….
o Cuci tangan sebelum makan :  Ya  Tidak, alasan :
3. Tanaman obat keluarga (Toga)
 Ada, letaknya : …….
 Tidak, alasannya : tidak memiliki lokasi

XV. Fasilitas kesehatan/sosial yang ada di desa

 Praktek dokter swasta  Kader kesehatan

 BPM  Tabulin

 Rumah/Klinik Bersalin  Dukun urut

 PUSTU  Dasa wisma

 Puskesmas  Koperasi

 Polindes  BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim)

63
 Posyandu  Karang taruna

 POD  Dana sehat

 Dukun beranak (Paraji)  Ambulan desa

XVI. Kegiatan yang ada didesa

 Posyandu  Pengajian

 GSI  Arisan

 Karang Taruna  LKMD

 Remaja Masjid  Lain-lain

XVII. Sarana

1. Pendidikan
 PAUD  TK  SD  SMP  SLTA

 Madrasah  Pesantren  Akademi/PT

2. Sarana Ibadah :  Mesjid/Mushola  Pura


 Gereja  Wihara

3. Sarana olah raga :  Lapangan bulu tangkis


 Lapangan sepak bola

 Lapangan volley

Jambi, ……………..2022

Pembimbing Praktik Pewawancara

NIP : NIM :

64
KUESIONER KERANGKA PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
Nama KK : Tn. D

Nama Istri : Ny. A

Alamat : Desa Sungai Itik Kec.Sadu

ASPEK KESEJAHTERAAN

1. Berapa kali rata-rata dalam satu hari Ibu makan ?


a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. Tidak tentu, jelaskan .....
2. Apakah ada perbedaan menu makanan yang disediakan untuk:
Ayah : tidak
Ibu : tidak
Anak laki-laki: tidak
Anak perempuan: tidak
3. Dalam 1 hari berapa kali ibu berganti pakaian............?
a. 1 kali, b. 2 kali c. 3 kali d. Tidak tentu,jelaskan...
4. Apakah ibu memiliki waktu istirahat yang cukup setiap harinya ?
a. Ya, kapan waktu istirahatnya : siang dan malam hari
b. Tidak, jelaskan kenapa ………………………………..
5. Apakah ibu memiliki penghasilan sendiri ?,
 Ya, Jika ya, berapa penghasilan ibu sebulannya?
a. < 500,000.- b. 500,000 – 1.000,000. c. 1 juta – 2.000,000. d.> 2 juta
 Tidak
6. Jika tidak memiliki penghasilan sendiri, Apakah penghasilan suami diserahkan sepenuhnya kepada
Ibu untuk mengelolanya?
a. Ya, berapa rata-rata sebulan : 1-4 jt
b. Tidak, jelaskan ….........................................
7. Dari penghasilan keluarga, apakah ibu sudah mengalokasikan dana untuk kepentingan pemeliharaan
kesehatan Ibu ?
a. Sudah, berapa rata-rata per bulannya : 500.000
b. Belum, mengapa ......................................
8. Apakah Ibu memiliki persiapan dana untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan ?
a. Sudah, berapa dana yang telah dipersiapkan 8.000.000
b. Belum, mengapa .............................................................
65
9. Apakah pada saat ibu menyusui bayi ada alokasi dana khusus untuk keperluan ibu?
a. Ada, untuk keperluan apa saja, jelaskan................................
b. Tidak, alasan: Belum memiliki anak
4. Apakah ibu memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan oleh suami atau keluarga ?
a. Ya, dalam bentuk apa : mengikuti kegiatan desa
b. Tidak, mengapa ........................................................................
5. Apakah ibu pernah mengalami tindakan kekerasan dalam bentuk fisik, seperti; ditampar, dipukul,
ditendang, dianiaya oleh suami ?
a. Ya, apa alasannya suami.............................................................................
b. Tidak.
6. Apakah ibu pernah mengalami tindakan kekerasan psikis, seperti; dihina, disudutkan atau dilecehkan
oleh suami ?
a. Ya, apa alasan suami.............................................................................
b. Tidak.
7. Apakah ibu pernah mengalami tindakan kekerasan sosial, seperti; dilarang bergaul dengan tetangga,
dilarang mengikuti kegiatan di masyarakat oleh suami ?
a. Ya, apa alasan suami.............................................................................
b. Tidak

B. AKSES
1. Apakah ibu mengetahui dimana saja tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi setiap saat ?
a. Ya, jelaskan: puskesmas, pustu, polindes, praktik dokter, BPM
b. Tidak, jelaskan ...........................................................
2. Dimanakah ibu memeriksakan kesehatan jika sakit ?
a. Bidan b. Puskesmas c. Rumah Sakit d. Lainnya, sebutkan .......................

3. Berapa jauh tempat pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal ibu ?


a. < 1 km b. 1 – 5 km c. 5 – 10 km d. > 10 km

4. Apakah tenaga kesehatan, misalnya Bidan desa selalu ada ditempat dan dapat dengan mudah ditemui
oleh Ibu ?
a. Ya, jelaskan : bidan desa selalu siaga
b. Tidak, jelaskan ...........................................
5. Apakah saat mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dilayani dengan baik dan ramah oleh petugas
kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah biaya pelayanan kesehatan yang ada di tempat ibu terjangku dengan kondisi keuangan
keluarga ?
66
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah pelayanan KB yang ada cukup lengkap sesuai dengan pilihan Ibu ?
a. Ya, jelaskan ........................................................
b. Tidak, jelaskan ........................
8. Apakah harga kontransepsi yang ada terjangkau oleh kondisi keuangan Ibu ?
a. Ya, jelaskan ........................................
b. Tidak, jelaskan .......................
9. Apakah ibu memiliki jamban keluarga sendiri ?
a. Ya, jelaskan : jamban leher angsa
b. Tidak, mengapa ...................
10. Apakah ibu dan keluarga telah memiliki tempat tinggal/rumah sendiri ?
a. Ya, jelaskan sejak kapan : awal menikah
b. Tidak, jelaskan .............................................
11. Apakah ibu memiliki ruang/kamar tempat istirahat sendiri bersama suami ?
a. Ya
b. Tidak, jelaskan ............................
12. Apakah ibu memiliki tabungan sendiri ?
a. Ya, jelaskan untuk apa .......................................
b. Tidak, jelaskan mengapa : karena sudah memiliki tabungan keluarga
13. Apakah ibu dapat dengan mudah memperoleh pinjaman kredit untuk peningkatan ekonomi dari
pemerintah ?
a. Ya, jelaskan ...................................................
b. Tidak, jelaskan : belum pernah
14. Apakah ibu memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
?
a. Ya, jelaskan ...........................................
b. Tidak, jelaskan ......................................
15. Apakah ditempat ibu ada fasilitas sosial yang dapat digunakan untuk tempat berkumpul kaum
perempuan ?
a. Ya, jelaskan : aula kantor camat
b. Tidak jelaskan,..................................
C. KESADARAN KRITIS
1. Apakah ibu mengetahui tentang adanya hak-hak perempuan atau isteri ?
a. Ya, sebutkan contohnya: nafkah menuntut ilmu, hak mengeluarkan pendapat
b. Tidak, jelaskan mengapa .............................................................
2. Apakah ibu tahu tentang hak-hak kesehatan reproduksi ?

67
a. Ya, sebutkan contohnya: mengambil keputusan atas kesehatannya
b. Tidak, jelaskan mengapa .............................................................
3. Apakah ibu masih percaya bahwa kodrat perempuan adalah disekitar sumur, kasur dan dapur ?
a. Ya, jelaskan alasannya ..........................................................
b. Tidak, mengapa : karena kodrat wanita yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui
4. Apakah ibu percaya bahwa perempuan terbuat dari tulang rusuk laki- laki?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ibu percaya jika tidak mau melayani suami dalam berhubungan intim akan dikutuk oleh
malaikat sampai subuh ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ibu percaya untuk menghentikan kehamilan dapat dilakukan dengan minum air tape, minum
sprit, atau melompat-lompat setelah berhubungan suami-isteri ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ibu mengetahui bahwa setiap jenis alat KB punya efek samping?
a. Ya, jelaskan salah satu contohnya : menstruasi tidak teratur
b. Tidak, mengapa ..............................................................................
8. Apakah ibu mengetahui kapan waktunya melakukan kontrol terhadap kehamilan ?
a. Ya, jelaskan kapan saatnya .............................................................
b. Tidak, mengapa : belum pernah hamil
9. Apakah ibu masih percaya terhadap mitos-mitos atau pantangan- pantangan yang harus dihindari saat
sedang hamil ?
a. Ya, jelaskan contohnya ...............................
b. Tidak, mengapa belum pernah hamil
10. Apakah ibu masih percaya, jika seorang ibu meninggal karena melahirkan disebut mati sahid ?
a. Ya, jelas mengapa : sering mendengar
b. Tidak, mengapa ........................................
D. PARTISIPASI
1. Apakah ibu selalu diajak berdiskusi oleh suami dalam pengambilan keputusan di keluarga ?
a. Ya, sebutkan contohnya: diskusi sebelum membeli sepeda motor
b. Tidak, mengapa .................................................................
2. Apakah ibu diberikan kesempatan oleh suami untuk mengikuti kegiatan diluar rumah?
a. Ya, alasannya agar tidak bosan dan bisa bergaul
b. Tidak, alasannya ..........................................................
3. Apakah pendapat atau saran ibu selalu diterima atau didengar oleh suami ?
a. Ya,
b. Tidak,

68
4. Apakah ibu memiliki kesempatan untuk memutuskan hamil atau tidak hamil dan jumlah anak dalam
keluarga ?
a. Ya, alasannya: karena ibu berhak mengeluarkan pendapat
b. Tidak, alasannya ..............................................................
5. Apakah ibu selalu dilibatkan dalam kegiatan sosial di masyarakat, seperti PKK, Posyandu ?
a. Ya,
b. Tidak,
6. Apakah ibu selalu diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapat atau saran-saran pada setiap
kegiatan di masyarakat ?
a. Ya,
b. Tidak, alasannya ................................................................
7. Apakah ibu mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada bidan atau dokter/nakes lainnya saat
memperoleh pelayanan kesehatan ?
a. Ya, contohnya
b. Tidak, alasannya................................................................
8. Apakah bidan atau dokter/nakes lainnya menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan-keluhan
yang ibu sampaikan ?
a. Ya
b. Tidak, alasannya ....................................................................
9. Pernahkah ibu diundang untuk ikut serta membahas kebijakan pembangunan di desa Ibu ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ibu mendapatkan kesempatan untuk berpendapat ?
a. Ya,
b. Tidak, alasan ..........................................................
E. KONTROL
1. Apakah ibu memiliki kuasa untuk menentukan keputusan hamil, tidak hamil dan menentukan berapa
jumlah anak yang diinginkan di keluarga ?
a. Ya, alasannya karena ibu memiliki hak berpendapat
b. Tidak, alasannya ..............................
2. Apakah ibu memiliki kuasa untuk menentukan pilihan ber KB atau tidak?
b. Ya, alasannya karena ibu memiliki hak berpendapat
c. Tidak, alasannya ....................................................
3. Apakah ibu memiliki kuasa untuk mengatur hak-hak kesehatan reproduksi
ibu sendiri ?
a. Ya, alasannya karena ibu memiliki hak berpendapat
b. Tidak, alasannya .........................................................
4. Apakah ibu memiliki kuasa menolak ajakan suami untuk melakukan hubungan intim ketika ibu tidak
siap ?
a. Ya, alasannya karena ibu memiliki hak berpendapat
69
b. Tidak, alasanya..........................................................
5. Apakah ibu memiliki kuasa untuk memilih sendiri pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
ke bidan atau ke dokter ?
a. Ya, alasannya karena ibu memiliki hak berpendapat
b. Tidak, alasannya ..................................................
6. Apakah ibu memiliki kuasa untuk mengatur pengelolaan penghasilan keluarga ?
a. Ya, alasannya karena ibu yang mengatur keuangan keluarga
b. Tidak, alasannya ........................................................
7. Apakah ibu memiliki kuasa untuk mengatur penghasilan ibu sendiri ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ibu memiliki kuasa untuk mengontrol kebijakan pembangunan di desa ibu yang berkaitan
dengan pemberdayaan perempuan ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ibu memiliki kuasa untuk menolak kebijakan pembangunan yang akan merugikan kaum
perempuan ?
a. Ya
b. Tidak

Jambi, 2020

Pembimbing Praktik Pewawancara

NIP : NIM :

70
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan

komprehensi pada masa pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat.

1. Asuhan kebidanan dengan 7 langkah Varney

Pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan

diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

perencanaan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan

mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I (Pengkajian Data)

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien, riwayat

kesehatan klien, pemeriksaan fisik secaralengkap sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data

laboratorium.Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Pada langkah ini, bidan

mengumpulkan data dasar awal secara lengkap. (Mangkuji, dkk 2014:5)

Pada tanggal 9 januari 2022 pukul 09:30 WIB datang ingin program

kehamilan, klien mengatakan sudah 2 tahun menikah tapi belum pernah hamil.

Klien tidak memiliki penaykit dari keluarga sepeti kangker, penyakit hati,

hipertensi, myoma, epilepsi, kelainan bawaan, DM, alergi, penyakit ginjal dan

71
hamil kembar. Dan klien tidak memiliki riwayat yang bergubungan dengan

masalah kesehatan reproduksi seperti Infeksi virus, PMS, myoma, polip servix,

kangker kandungan, servisitis kronis dan endometrium.

Klien mengatakan makan 3-4 x/hari dan minum 7-8 gelas x/hari, jarang tidur

siang dan tidur malam 6-7 jam perhari, dan pola seksualitas 1x seminggu dan

perilaku kesehatan yang mempengaruhi kesehatan yaitu suami yang selalu

merokok.

Pada pemeriksaan fisik klien kesadaran composmentis, BB: 83 kg, TB: 168

cm, pemeriksaan TTV TD: 100/70mmHg, N: 80x/menit, P:21x/menit S:36ᵒC,

IMT 29 kg/m2 dan LILA 29 cm. Sikap tubuh normal, keadaan rambut bersih, tidak

kotor dan tidak rontok, keadaan mata sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat

dan penglihatan jelas, keadaan muka hiperpigmrntasi tidak ada dan edema tidak

ada, keadaan mulut dan gigi bibir tidak pecah-pecah, tidak ada kries, lidah bersih

dan stomatitis tidak ada, keadaan telinga kelainan tidak ada alat bantu

pendengaran tidak ada, keadaan leher kelenjer tyroid, getah bening dan jugularis

tidak ada, keadaan payudara, pembesaran simetris, bengkak tidak ada, puting susu

menonjol, areola mamae hyperpigmentasi dan pengeluaran tampak colostrum dan

keadaan abdomen bekas luka operasi tidak ada, ekstremitas tidak cacat,

pengeluaran pevulva tidak ada dan pemeriksaan USG terdapat tumor adnexa pada

tuba fallopi.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infertilitas adalah

umur,stres, merokok, masalah kesehatan yang menyebabkan perubahan hormon,

masalah ovulasi. Beberapa tanda-tanda bahwa wanita tidak berovulasi biasanya

mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi yang disebabkan oleh

beberapa hal seperti Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) yaitu masalah

72
ketidaksinambungan hormon yang dapat mengganggu ovulasi normal, dan adanya

hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul, endometriosis, atau

operasi pengangkatan kehamilan ektopik. (Susilawati, Dewi. 2019: 3)

Bahaya yang di timbulkan dari merokok dapat mengurangi kualitas sperma,

dapat terjangkit penyakit jantung koroner, asma, bronchitis, stroke, terganggunya

pertumbuhan janin bagi ibu yang sedang hamil sehingga bayi lahir prematur.

(Sulung Neila, 2021:20)

Kehadiran anak memberi dampak psikologis yang positif dalam kehidupan

pernikahan. Kehadiran anak merupakan pencapaian bagi pasangan yang telah

menikah, karena kehadiran anak merupakan pelengkap kehidupan pernikahan.

Namun sayangnya, tidak semua pasangan dapat segera memiliki anak setelah

menikah. Hal ini disebabkan karena kondisi infertilitas (Widiawati, Diah.

2021:64)

Orangtua yang memiliki anak akan merasa bahagia karena melihat anak

yang beranjak dewasa, anak akan merawat orangtuanya, membentuk anak sesuai

keinginan orangtua, merasa dicintai dan menjadi teman terbaik bagi orangtua. Hal

positif yang diperoleh pasangan atas kehadiran anak dalam pernikahannya,

diantaranya anak memberikan kasih sayang kepada orangtua, orangtua

memperoleh kesenangan dengan melihat perkembangan anak, anak memberikan

kebahagiaan, anak melengkapi status pasangan menjadi sebuah keluarga dan anak

membawa pemenuhan dan kepuasan kepada orangtua (Aquindo, Coresy. 2020:36)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widiawati, Diah.

2021:64) Kondisi infertilitas memiliki pengaruh secara psikologis. Hasil penelitian

menyatakan bahwa ketika menghadapi pengalaman infertilitas, individu merasa

sedih, cemas, stres pada saat menjalani intervensi medis untuk memperoleh anak

73
atau selama mengikuti program kehamilan. Perasaan tertekan atau stres yang

disebabkan karena kondisi infertilitas dikenal dengan sebutan infertility related

stress. Tingkat stres yang tinggi memiliki kaitan dengan lamanya waktu untuk

hamil dan peningkatan risiko infertilitas.

Berdasarkan pengkajian asuhan kebidanan komprehensif pada masa

prakonsepsi tanggal 9 Januari 2022 dengan kasus infertilitas primer di dapatkan

data subjektif klien ingin program kehamilan dan sudah 2 tahun menikah belum

memiliki kturunanan. Hasil peemeriksaan fisik ibu memiliki IMT di atas >27,0

atau memiki kelebihan BB tingkat berat dan suami merupakan prokok aktif. Hal

ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus.

B. Langkah II (Interprestasi Data)

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalahmenginterpretasikan semua

data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau maslah.Diagnosis

yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang

tergolong pada nomen klatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaian

dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian (Mangkuji dkk, 2014:5).

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan

klien dan suami ingin program kehamilan dan sudah 2 tahun menikah belum

memiliki kturunanan. Hasil peemeriksaan fisik ibu memiliki IMT di atas >27,0

atau memiki kelebihan BB tingkat berat dan klien mengalami infertilitas primer.

Seorang wanita memiliki berat badan yang berlebih (overweigth) atau

kegemukan (obesitas), atau memiliki lemak tubuh 10-15% dari lemak tubuh

74
normal, maka wanita tersebut akan menderita gangguan pertumbuhan folikel di

ovarium yang terkait dengan sebuah sindrom yaitu sindrom ovarium polikistik

(SOPK). Mayoritas wanita dengan sindrom ovarium polikistik memiliki masalah

kegemukan atau obesitas dan mengalami resistensi insulin yang menyebabkan

keadaan hiperandogen (kadar androgen yang tinggi) pada ovarium, dengan akibat

akan menghambat perkembangan folikel dan memicu terjadinya siklus

anovulatorik. (Susilawati, Dewi. 2019)

Terjadinya infertilitas bukan berarti kehamilan tidak dapat terjadi sama

sekali. Pada infertilitas, kehamilan masih dapat diupayakan dengan beberapa jenis

bantuan, tidak sama halnya dengan sterilitas atau kemandulan. Saat ini berbagai

teknologi untuk membantu terjadinya kehamilan pada pasangan infertil telah

diakui keberhasilannya. Teknologi tersebut sering disebut sebagai Assisted

Reproductive Technology (ART) atau dalam bahasa Indonesia berarti Teknologi

Reproduksi Berbantu (TRB). Salah satu jenis TRB yang memiliki angka

keberhasilan cukup tinggi yaitu In Vitro Fertilization (IVF) atau yang lebih

dikenal sebagai bayi tabung. (Ayu, Ida. 2020:24)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Susilawati, Dewi.

2019) pada kejadian infertilitas, diketahui bahwa sekitar 61% sebabnya datang

dari istri dan 36% dari pihak suami. Dari istri sebabnya adalah faktor tuba 15%,

ovulasi 21%, endometriosis 8%, vagina, serviks, korpus dan endometrium 8%,

psikogenik 8%, serta tak terjelaskan 15-20%. Sedangkan dari suami istri sebab

endrokinologik dalam infertilitas adalah sebesar 20% dan sebab immunologik

cukup rendah, sekitar 2%. Sekitar 10% pasangan usia subur telah menikah

menderita infertilitas primer, 10% lainnya telah mempunyai anak satu atau dua

dan tidak berhasil untuk hamil lagi.

75
Berdasarkan uraian diatas maka klien dan suami ingin melakukan program

dan perencanaan kehamilan sehat. Masalah yang dialami klien yang itu obesitas

yang merupakan salah satu penyebab terjadinya infertilitas primer pada klien.

Demikian penerapan tinjauan pustaka pada kasus klien dan suami secara garis

besar tampak adanya persamaan antara teori dengan diagnosis actual yang

ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya

C. Langkah III (Identefikasi Diagnosa dan masalah Potensial)

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian diagnosis danmasalah yang sudah teridentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini

benar-benar terjadi. (Tresnawati, 2012:3-4)

Penerimaan diri merupakan perilaku positif yaitu ketika individu menerima

dirinya sebagai manusia. Penerimaan diri merupakan kondisi ketika seseorang

sudah menerima seluruh hal yang terdapat pada dirinya, termasuk kelemahan-

kelemahan serta kekurangan-kekurangan dan tidak menyerah kepada kelemahan-

kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut. Individu yang menerima dirinya

juga merupakan individu-individu yang sehat, mampu hidup sesuai kodrat

manusia dengan terdapat konflik dalam dirinya atau pada masyarakat, serta

berusaha bekerja dan membenah diri menjadi lebih baik dari sebelumnya

(Anggriani, Indah. 2020:11)

Reaksi-reaksi stres yang dapat timbul seperti reaksi fisik, reaksi emosional,

reaksi kognitif dan interpersonal. Reaksi fisik seperti susah tidur, sakit kepala, dan

tekanan darah naik. Reaksi emosional seperti mudah tersinggung, cemas dan

76
moody. Reaksi kognitif seperti mudah lupa, daya konsentrasi menurun dan pikiran

menjadi kacau. Reaksi interpersonal seperti curiga pada orang lain, menyalahkan

orang lain dan masalah seksual dengan pasangan. Psikologis pada seorang istri

yang tidak memiliki anak. Penelitian ini menyebutkan bahwa stres yang dialami

oleh seorang istri yang tidak memiliki anak diantaranya denyut jantung menjadi

lebih cepat, sedih, suasana hati tidak menentu, pendiam, pola tidur berubah,

murung dan tidak bersemangat, malu dan bingung. Gangguan perasaan seperti

sedih, merasa Tuhan tidak adil, mudah tersinggung, iri, menghindari keramaian,

merasa tidak sempurna dan menyalahkan diri sendiri atau suami. (Aquindo,

Coresy. 2020:36)

Pada kasus pada klien dan suami adalah tidak ada masalah potensial yang

akan terjadi. Pemberian aduaksi pendidikan kesehatan sangat dibutuhkahn klien

dan suami agar segara mendapatkan momongan, maka di perlukan perencanaan

kehamilan sehat.

D. Langkah IV (Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi)

Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan

kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan

yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa

menunggu beberapa waktu lagi. (Tresnawati, 2012:3-4)

Orang yang mengalami obesitas, biasanya cenderung mengkomsumsi

makanan dengan kalori gula, dan lemak yang tinggi. Ketika tubuh mengkomsumsi

terlalu banyak lemak maka akan muncul hormone leptin. Semakin tinggi kadar

77
leptin menjadikan leptin resisten sehingga akan mengalami gangguan leftin dan

dapat mempengaruhi ketidakseimbangan kadar hormone seksual speeti liteinizing

hormone dan esradiol yang merupakan hormon kesuburan wanita. (Adelia, Renny.

2019:37)

Dasar trapi dan pravensi penyakit obesitas adalah memperhatikan

keseimbangan antara energi yang dikomsumsi dan energi yang dipergunakan. Jadi

komsumsi energi harus dikurangi dan kegiatan otot ditinggikan, agar kelebihan

jaringan lemak sebagai bentuk timbunan energi menjadi kurang. Pengurangan

berat badan ini harus dilakukan secara berangsur, jangan terlalu drastis, karena

akan memberikan gejala-gejala sampingan yang merugikan. (Anggaraini Sri.

2015:50)

Pada kasus klien dan suami tidak ada tindakan segera yang dilakukan.

Menganjurkan klien untuk mengurangi berat badan, makan-makanan bergizi dan

melakukan olahraga minimal 2-3 seminggu selama 30 menit.

E. Langkah V (RencanaAsuhanMenyeluruh)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah

ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi-

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu

merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,

78
kultural atau masalah psikologis (Th. Endang, dkk, 2014:65).

Lakukan Pemeriksaan TTV dan menjelaskan hasil pemeriksaan,

menganjurkan kepada suami untuk berhenti merokok, menganjurkan klien untuk

menjaga personal hygien saat terjadi keputihan, menganjurkan berhubungan suami

istri 2-3x seminggu atau sesering mungkin, menganjurkan pola hidup sehat

dengan makan-makan bergizi, menganjurkan makan-makanan tinggi asam folat,

menganjurkan menghindari makan-makan instan dan siap saji, menganjurkan pola

hidup sehat dengan olah raga rutin 3x seminggu, menganjurkan mengurangi berat

badan pada pada ibu yang obesitas dan pemberian obat dan vitamin.

Dengan meningkatnya usia semakin sulit pula, untuk mendapatkan anak,

usia 20-24 tahun fertilitas wanita mencapai 100% sedangkan pada 30-40 tahun

fertilitas wanita turun menjadi 85%. Selain usia, obesitas juga diketahui sebagai

salah satu faktor yang menghubungkan dengan infertilitas. Obesitas diketahui

menjadi salah satu faktor resiko terjadinya infertilitas karena obesitas dapat

memacu terjadinya resistensi insulin dimana tubuh tidak mampu mengelola

glukosa secara cepat. Resistensi insulin menyebabkan peningkatan kadar insulin

darah (hiperinsulinemia) sehingga semakin tinggi insulin semakin besar hambatan

perkembagan folikel (sel telu) dalam ovarium. (Faiziah, 2020:32)

Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan

diagnosa/masalahaktual dan potensial, hal ini menunjukan tidak ada kesenjangan

antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus

dilahan praktek.

79
F. Langkah VI (Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan)

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan

ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien, atau

anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap

memikul tangung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaannya (memastikan

langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Tresnawati, 2012:3-4)

Pada kasus kedua klien dan suami semua tindakan yang direncanakan

terlaksana dengan baik. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin

bahwa secara umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal,

hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dan terdapat tumor adnexa di

rahim ibu, menjelaskan dampak buruk merokok terhadap kesehatan suami dan istri

serta bahaya dari kandungan zat-zat adiktif dan karsinogenik dari rokok yang dapat

mengurangi kualitas sperma, menjelaskan kepada ibu bahwa keputihan yang

dialami merupakan keputihan yang fisiologis, menganjurkan berhubungan suami

istri 2-3x seminggu atau sesering mungkin, menganjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menganjurkan ibu untuk lebih banyak

mengkonsumsi makanan mengandung asam folat, menganjurkan klien untuk

mengurangi konsumsi makanan instant seperti mie instan atau pun makanan siap

saji lainnya, menganjurkan untuk olahraga rutin 2-3 kali/seminggu dengan lama 30

menit, menganjurkan mengurangi berat badan pada pada ibu yang obesitas dan

pemberian obat dan vitamin.

80
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fauziah. 2020:33)

diamana infertilitas anovulasi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan. Variasi

etnik yang penting pada kejadian resistensi insulin. IMT> 30 kg,m2 biasanya

meningkatkan resiko resitensi insulin. Obesitas menjadi faktor yang perlu

diwaspadai karena kelebihan berat badan cukup untuk meningkatkan resiko

gangguan metabolisme.

G. Langkah VII (Evaluasi)

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan

dimana pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi

masalah yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses

manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan

permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa

adanya komplikasi. Hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, klien dan suami ingin

melakuakn program perencanaan kehamilan sehat.

Klien dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan, suami

mengerti dengan penjelasan yang diberikan untuk berhenti merokok, klien

mengerti dan bersedia melakukan yang di sampaikan bidan untuk selalu menjaga

personal hygine, klien dan suami mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang di

sampaikan, klien dan suami bersedia menjaga pola hidup sehat dengan makan-

makan bergizi seimbang, klien dan suami mengerti dan bersedia mengikuti

anjuran yang di sampaikan, klien dan suami mengerti dan bersedia mengurangi

makan-makan istan dan siap saji, klien dan suami mengerti penjelasan yang

diberiakan, klien mengerti dan bersedia menurunkan berat badan untuk

mendapatkan berat badan ideal dan klien dan suami mengerti dengan penjelasan

81
yang disampaikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Anisya. 2019:267) dimana

peningkatan produksi endrogen menyebabkan terganggunya perkembangan folikel

sehingga tidak dapat memproduksi folike yang matang. Hal ini mengakibatkan

berkurangnya estrogen yang di hasilkan oleh ovarium dan tidak adanya lonjokan

LH yang memicu terjadinya ovulasi. Selain itu adanya resitensi insulin

menyebabkan keadaan hiperandrogen, karena insulin merangsang sekresi endro/gen

dan menghambat sekresi SHBG hati sehingga endrogen bebas berkaitan. Pada

sebagaian kasus diikuti dengan tanda klinis akatosis nigrikans dan obesitas.

2. Pembahasan Format Pengkajian Keluarga

Berdasarkan data diatas, maka pengkajian menggunkan kerangka kerja Sara

Longwe adalah sebagai berikut :

A. Kesejahteraan

Kesejahteraan mencakup kebutuhan dasar hidup manusia. Kebiasaan makan

keluarga Tn. D setiap hari makan 3 kali, dan tidak ada perbedaan menu makan

antara Bapak dan Ibu. Ibu memiliki waktu istirahat yang cukup. Penghasilan dari

Tn.D setiap bulannya semuanya diserahkan ke ibu untuk mengelolanya. Dari

penghasilan tersebut ibu telah mengalokasikan untuk pemeliharaan kesehatan,

termasuk dana persiapan persalinan. Tingkat kesejahteraan dalam keluarga Tn.D

sama antara perempuan dan laki-laki.

B. Akses

Keluarga Tn.D mengetahui dimana saja tempat pelayanan Kesehatan yang

dapat dikunjungi setiap saat.. Fasilitas kesehatan terdekat yaitu puskesmas 1-5km.

Keluarga Tn.D mendapatkan pelayanan Kesehatan dengan baik dan ramah oleh

petugas Kesehatan yang melayani serta biaya untuk pelayanan Kesehatannya

terjangkau dan dapat diakses kapan saja.


82
Dalam kelarga Tn.D memiliki akses yang sama perempuan dan laki-laki

terhadap faktor produksi: tanah, pekerjaan, fasilitas dan semua pelayanan dan

keuntungan yang tersedia secara publik. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi.

C. Kesadaran Kritis

Ibu menetahui hak-haknya sebagai perempuan dan istri. Ibu mendapatkan hak

reproduksnya dengan baik dan diberikan kesempatan mencurahkan keluahannya

dan selalu didengarkan oleh suami. Ibu bebas memilih ha katas kesetaraan dan

bebas dari segala bentuk diskriminasi dan lain sebagainya, seperti pembagian kerja

antara laki-laki dan perempuan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.D sudah memiliki kesadaran

kritis yang baik dalam kesetaraan pemberdayaan perempuan didalam keluarga.

D. Partisipasi

Dalam keluarga Tn.D, ibu dilibatkan dalam pengambilan keputusan di

keluarga. Ibu dibebaskan untuk melakukan aktivitas positif diluar rumah dan

pendapatnya didengarkan oleh suami. Ibu terlibat dalam kegiatan sosial seperti

arisan dan PKK.

Sehingga dapat disimpulkan dalam keluarga Tn.D terdapat kesetaraan

partisipasi perempuan dan laki-laki dalam proses pengambilan keputusan,

pembuatan kebijakan, perencanaan dan administrasi.

E. Kontrol

Ibu memiliki kontrol atas dirinya sendiri, seperti berhak memutuskan kapan

hamil, memilik KB yang diinginkan, mengatur hak-hak reproduksinya, dan terlibat

dalam pembangunan desa.

Sehingga dalam keluarga Tn.D terdapat keseimbangan kontrol perempuan dan

laki-laki terhadap faktor produksi, sehingga tak ada satu pihak yang berada dalam

posisi dominan.
83
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada klien dan suami ,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keluarga telah memahami tentang kesetaraan gender untuk mewujudkan

keluaarga kejahtera

2. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dan suami dengan infertilitas

primer ingin melakukan perencanaan kehamilan sehat penulis telah mampu

melakukan pengkajian dengan baik. Dilakukan dengan teknik pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa data

dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari

anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan

keterangan tambahan yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi

klien.

3. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan pada klien dan suami dengan program hamil dan perencanaan

kehamilan sehat, yang didapat dari data subjektif dan objektif dari hasil

pengkajian. Pada kasus ini klien dan suami mengalami infertilitas primer.

4. Diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada klien dan

suami adalah tidak ada, hal ini ditunjukkan dengan tujuan pemeriksaan adalah

ingin program hamil dan perencanaan kehamilan sehat.

5. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap klien

dan suami. Hal ini dikarenakan klien dan suami hanya ingin program hamil dan

perencanaan kehamilan sehat.


84
6. Rencana tindakan yang telah disusun terhadap klien dan suami adalah dengan

memberikan rencana asuhan menyeluruh meliputi asuhan prencanaan

kehamilan sehat dan penanganan infertilitas primer.

7. Pelaksanaan Asuhan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun

tercapai dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar

dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan kepada pasien.

8. Tindakan evaluasi klien dan suami ingin konseling pranikah dan perencanaan

kehamilan sehat telah diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar

pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang

mungkin terjadi dapat teratasi.

B. Saran

1. Bagi Klien

• Anjurkan klien untuk menjaga personal hygien saat terjadi keputihan.

• Anjurkan menganjurkan berhubungan suami istri 2-3x seminggu

atausesering mungkin.

• Anjurkan pola hidup sehat dengan makan-makan bergizi

• Anjurkan makan-makanan tinggi asam folat

• Anjurkan menghindari makan-makan instan dan siap saji

• Anjurkan pola hidup sehat dengan olah raga rutin 3x seminggu

• Anjurkan mengurangi berat badan pada pada ibu yang obesitas

2. Saran untuk Bidan

• Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu

manajemenkebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat

yang mendasari

85
bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan berbagai kasus.

• Seorang bidan hendaknya menganggap bahwa semua klien dengan

infertilitas primer harus deberikan asuhan secara komprehensif.

3. Saran untuk Institusi Kebidanan

• Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik

perlu menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang

pelaksanaan tugas.

• Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan

teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan atau semacam pelatihan-pelatihan.

86
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Hema, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Obstetri dan Genekologi. Fakultas Kedokteran.
Semarang

Djuwantono, tono. 2012. Buku Penganan kelainan Endokrinologi Reproduksi dan


Fertilitas dalam Praktik Sehari-hari. Dapertemen Obstetri dan Genekologi.
Bandung

Kemenkes RI. 2020. Buku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin.Hlm.1-40

Kurniawan, Hendra. 2020. Infetilitas Kumpulan Jurnal Penelitian Infertilitas.


Univeritas Andalas. Padang

Nurjannah. (2019). 30 hari Bimbingan Positif Hamil. Elif medika.

Anisya Veny. 2019. Policystic Ovary Syndrom: Resiko Infertilitas yang dapat dicegah
melalui penurunan berat badan pada wanita obesitas. Fakultas Kedokteran.
Lampung

Adlia, Renny. 2019. Pengaruh IMT (Indeks Masa Tubuh) Terhadap Terjadinya
Infertilitas Sekunder pada Perawat Wanita di RSUD. STIkes Mitra Bunda. Batam

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.

Anggrini, Indah. 2020. Penerimaan diri Pasangan Suami Istri yang Mengalami
Infertilitas di Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten Simalungun. Fakultas
Keperawatan Medan

Aquindo, Coresy. 2020. Peran problem focused coping dan emotional focused coping
terhadap. kepuasan pernikahan pada istri yang mengalami infertilitas. Jurnal
Psikologi Udayana

Ayu, Ida Dewi. 2020. Hubungan Antara Faktor-Faktor Penyebab Infertilitas Terhadap
Tingkat Keberhasilan Ivf-Icsi Di Rsia Puri Bunda Denpasar. Jurnal medika
udayana. Fakultas Kedokteran Universitas Udayan

BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiap kankehamilan yang sehat. BKKBN dan
UMM.Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/
file/informasi%20progra%20insentif%20
ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf.

Fauziah, dkk 2020. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infertilitas
Primer Pada Wanita Usia Subur Di Kota Samarinda Tahun 2020. MIDWIFERY
JOURNAL. Samarinda.

87
Gaziansyah M. Prido, Anggraeni Janar Wulan, Anisa Nuraisa Djausal. (2019). Efek
Rujak Polo (Tribulus terrestris) dan Ginseng India (Withania somnifer) Sebagai
Terapi Mutakhir Terhadap Infertilitas. Vol. 8, No. 2, Desember 2019.Fakultas
kedokteran Universitas Lampung

Retno, Dewi. 2020. Luaran Kehamilan pada Pasien dengan Infertilitas Berkaitan
dengan Endometriosis, Infertilitas karena Faktor Tuba, dan Unexplained
Infertility, setelah Menjalani Prosedur IVF/ICSI di Klinik Aster RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science.
Bandung

Ribka, Flora 2020. Analisis Faktor Resiko Kejadian Infertilitas Pada Perawat di RSU
Sembiring. Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.Medan

Retnaningtyas, Erma. 2020. Analisis Kemampuan Aplikasi Metode Kelender Keluarga


Berencana Wanita Usia Subur (WUS) Dalam Menetukan Masa Subur di
Puskesmas Balowerti Kota Kediri. Institusi Ilmu Kesehatan STRADA
Indondesia. Kediri. Hlm.1

Susilawati, Dewi. 2017. Hubungan Obesitas Dan Siklus Menstruasi Dengan Kejadian
Infertilitas Pada Pasangan Usia Subur Di Klinik Dr.Hj. Putri Sri Lasmini Spog
(K) Periode Januari-Juli Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Mercusuar. Padang.

Vicky, Eka. 2020. Modul Pratikum Asuhan Pranikah dan Prakonsepsi. Program studi
pendidikan profesi Bidan. Yogyakarta

WHO. Global prevalence of infertility. 2018. Infecundity and childlessness [Internet].


Available from: http://www.who.int/reproductiveheal
th/topics/infertility/burden/en/

88

Anda mungkin juga menyukai