Contoh-Contoh Demokrasi Gagal Di Indonesia
Contoh-Contoh Demokrasi Gagal Di Indonesia
Contoh-Contoh Demokrasi Gagal Di Indonesia
· Disusun Oleh :
7. Zailanty Anggit
● Referensi
2. Tragedi Trisakti
● Analisa :
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan yang terjadi pada tanggal
12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut
Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta Indonesia serta puluhan lainnya
terluka. Tragedi Trisakti dipicu oleh ekonomi Indonesia yang mulai goyah
pada awal tahun 1998 akibat pengaruh krisis finansial Asia (krisis
moneter) sepanjang 1997-1999. Mereka melakukan aksi damai dari
kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara. Namun aksi mereka
dihambat oleh blokade dari Polri dan Militer datang. Kemudian beberapa
mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri yang pada akhirnya
pihak kepolisian menyarankan mahasiswa untuk kembali ke dalam
universitas dan membuat mahasiswa bergerak mundur mengikuti usulan
aparat keamanan. Peristiwa penembakan terjadi akibat adanya pancingan
dari kedua pihak baik dari mahasiswa sendiri maupun aparat Keamanan
yang memancing emosi. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan, bersamaan dengan aparat
keamanan yang mulai melemparkan gas air mata dan penembakan yang
membabi buta. Dari kejadian tersebut, dipastikan empat mahasiswa tewas
dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan
membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan
kematian disebabkan peluru tajam. Peristiwa penembakan itu memicu
kemarahan dan amukan masyarakat dari berbagai daerah yang pada
akhirnya melakukan demokrasi menuntut keadilan.
Kasus Trisakti dinyatakan sebagai demokrasi gagal karena pelanggaran
HAM yang berat dan melanggar ketentuan pelaksanaan demokrasi
Pancasila di Indonesia. Diantaranya melanggar hak dalam kebebasan
menyampaikan pendapat serta bertentangan dengan Sila Pancasila ke-5
‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’.
● Referensi :
a. https://www.sikkabola.wordpress.com/2012/08/28/kasus-pelanggaran
-ham-tragedi-trisakti/ Diarsipkan 2020-02-23 di Wayback Machine.
Kasus Pelanggaran HAM pada Tragedi Trisakti
b. https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti#Pranala_luar
c. https://nasional.tempo.co/read/1591350/kronologi-tragedi-kerusuhan-
12-15-mei-1998-gugur-4-mahasiswa-trisakti
d. https://kalender-peristiwa.blogspot.com/2013/05/tragedi-trisakti-krono
logis-peristiwa.html Kronologis Peristiwa Tragedi trisakti
3.Pemasangan Threshold 20% pada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
● Analisa :
Undang-undang Threshold 20% diambil dari pasal 222 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017.Hal ini merupakan suatu pelanggaran demokrasi yang dimana hal
ini,membatasi jumlah pasangan calon presiden dan wakil presiden.Hal ini
tentunya,akan memperkecil kemungkinan pasangan calon yang berelektabilitas
timbul karena keterbatasan dukungan,dana ataupun lain
sebagainya.Sebagaimana ditetapkan pada UURI Nomor 2 Tahun 1999 Pasal 1
ayat (3),hal ini akan terlihat kontras karena melalui undang-undang threshold ini
akan menguntung salah satu partai politik yaitu partai politik yang memenangkan
pemilu sebelumnya.Sehingga saat memungkinkan,apabila pasangan calon yang
memenangkan pemilu berikutnya ialah yang berasal dari partai yang sama.Ini
menghilangkan kesempatan setiap individu yang berkompetensi untuk menjadi
presiden.
● Referensi :
Politik uang dapat merusak paradigma bangsa dan juga melanggar HAM karena
memanipulasi pilihan nurani setiap manusia yang ditukar dengan materi. Untuk
membentuk Pemilu yang adil harus ada kebebasan dalam memilih sesuai nurani
tanpa ada paksaan dari luar, baik berupa intimidasi atau iming-iming. Rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap akibat dari politik uang bagi sistem demokrasi
menyebabkan hal tersebut menjadi budaya yang mengakar karena terjadi dari
generasi ke generasi. Selain itu, tingkat kesenjangan ekonomi yang tinggi
menjadi kendala bagi perkembangan demokrasi. Dalam kerangka itu, politik
uang merupakan subsidi yang mengalir ke kelompok-kelompok tertentu secara
masif.
● Referensi :
a. Insetyonoto (Gatra), 2019. "Terbukti Politik Uang, Caleg Gerindra Divonis 1,5
Bulan Penjara"
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.gatra.com/
news-419085-politik-terbukti-politik-uang-caleg-gerindra-divonis-15-bulan-penjar
a.html&ved=2ahUKEwji97TevsH6AhXl-DgGHXQuBaoQFnoECAcQAQ&usg=AO
vVaw1qPQTVuT_Z-4KzNxUv0tYO
c. Faisal Affan, Muh Radlis (Jateng Tribunnews), 2019. "Tiga Kasus Politik Uang
di Jateng Libatkan Caleg dari Partai Gerindra, PKS dan Golkar"
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jateng.tribunnew
s.com/amp/2019/05/22/tiga-kasus-politik-uang-di-jateng-libatkan-caleg-dari-partai
-gerindra-pks-dan-golkar&ved=2ahUKEwji97TevsH6AhXl-DgGHXQuBaoQFnoE
CBMQAQ&usg=AOvVaw36gAlB-_CNmJitYl3nzxjM
5. Penggelembungan Suara Caleg di Pileg 2019
● Analisis :
Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2019
menyebutkan pengumuman rekapitulasi hasil pemilu di tingkat kecamatan
dilakukan dalam rentang waktu 18 April hingga 5 Mei 2019. Setelah itu,
rekapitulasi diserahkan dari kecamatan ke KPU Kabupaten/Kota, terhitung mulai
18 April hingga 5 Mei 2019.
● Referensi
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/21/penggelembungan-suara-caleg
-terjadi-di-pileg-2019-jumlahnya-bisa-sampai-ribuan