Paper 3165

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PARSIMONIA VOL 7. NO.

1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483


E-ISSN 2745-3545

PEMODERASIAN EFIKASI DIRI DALAM PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN


DUKUNGAN RELASI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMA DI
SURABAYA

Krismi Budi Sienatra


Universitas Ciputra
e-mail : krismi.budi@ciputra.ac.id

ABSTRAK

Kewirausahaan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran di Indonesia, maka dari itu
intensi berwirausaha harus dipupuk sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
pendidikan kewirausahaan dan dukungan relasi terhadap intensi berwirausaha serta efek moderasi dari
efikasi diri dalam hubungan antara pendidikan kewirausahaan, dukungan relasi dan intensi berwirausaha
siswa SMA di Surabaya. Populasinya adalah siswa SMA yang telah diajarkan pendidikan
entrepreneurship. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus, dengan jumlah populasi
yaitu 32 siswa sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda pada aplikasi
SPSS sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan
berpengaruh terhadap intensi berwirausaha, akan tetapi dukungan relasi tidak berpengaruh terhadap
intensi berwirausaha. Di sisi lain, efikasi diri dapat memoderasi hubungan antara pendidikan
kewirausahaan dan dukungan relasi terhadap intensi berwirausaha siswa.
Kata kunci: efikasi diri, dukungan relasi, intensi berwirausaha, pendidikan kewirausahaan

ABSTRACT

Entrepreneurship is one of the solutions to overcome unemployment in Indonesia, therefore the


entrepreneurial intention must be fostered since early. The purpose of this research is to examine the
influence of entrepreneurship education and relation support on entrepreneurial intention and also to
examine the moderating effect of self-efficacy in the relationship between entrepreneurship education,
relation support and entrepreneurial intention of high school students in Surabaya. The population of
this research is high school students that was taught entrepreneurship education. Sample collection
method that is used is census, with population of 32 people as sample. This research uses Moderating
Regression Analysis as analytical tool. The results show that entrepreneurship education influences
entrepreneurial intention, however relation support does not influence the entrepreneurial intention. On
the other hand, self-efficacy is able to moderate the relationship between entrepreneurship education
and relation support towards student’s entrepreneurship intention.
Keywords: self-efficacy, relation support, entrepreneurial intentions, entrepreneurship education

37
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

PENDAHULUAN
Permasalahan pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh negara
Indonesia sampai saat ini. Pengangguran di Indonesia didominasi oleh lulusan muda yang memiliki latar
belakang pendidikan. Peningkatan pengangguran masih terjadi pada lulusan muda yang berpendidikan.
Hal ini didukung dengan analisis data tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan, dimana data ini menyatakan TPT lulusan pendidikan SMA mengalami
peningkatan pengangguran sejumlah 97.742 juta orang, TPT lulusan pendidikan SMK meningkat
41.406 juta orang, TPT lulusan pendidikan Akademi/ Diploma meningkat 51.140 juta orang dan TPT
lulusan pendidikan Universitas meningkat 182.174 juta orang. Peningkatan pengangguran terjadi karena
tingginya daya saing antarlulusan dan tingkat adaptasi dunia kerja yang rendah serta relevansi kebutuhan
pekerjaan dengan kurikulum pendidikan yang ada tidak saling melengkapi (Menristek, 2018).
Peningkatan pengangguran di tingkat pendidikan terdidik (SMA, SMK, Akademi/ Diploma dan
Universitas) tidak seharusnya terjadi, hal ini membuktikan bahwa tenaga kerja pada lulusan terpelajar
tersebut tidak dapat terserap dengan baik. Pengangguran dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara jumlah penawaran kesempatan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia (Puspitaningtyas,
2017). Keadaan ini dapat diatasi dengan mewujudkan kegiatan kewirausahaan, dimana kewirausahaan
dapat menjadi sarana penciptaan lapangan pekerjaan yang baru yang bisa mengurangi pengangguran.
Kewirausahaan penting untuk perkembangan ekonomi negara dan mengatasi pengangguran
dengan penciptaan lapangan kerja (Puni et al., 2018). Lulusan muda yang berpendidikan diharapkan
dapat berperan dalam memajukan kewirausahaan dan mendorong mereka untuk mengambilnya sebagai
alternatif karir (Trivedi, 2016). Terdapat tantangan yang cukup sulit untuk mewujudkan kewirausahaan
adalah merubah pola pikir para lulusan muda dari seorang peminat pencari kerja (job seeker) menjadi
seorang pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Kenyataannya penduduk Indonesia dengan status
pekerjaan utama yang terbesar sebagai karyawan/ pegawai (39,13%) barulah menyusul status wirausaha
(19,17%).
Hal ini berarti intensi berwirausaha masyarakat Indonesia masih kurang, padahal dengan adanya
wirausaha dapat tercipta lapangan kerja yang nantinya akan membantu mengatasi masalah
pengangguran. Berdasarkan hal itu intensi berwirausaha sangat dibutuhkan dan sebisa mungkin dipupuk
sejak dini dan penting untuk mengetahui serta meneliti mengenai faktor penentu dari intensi
berwirausaha. Penelitian terdahulu menunjukkan intensi berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya ialah pendidikan kewirausahaan, dukungan relasi dan efikasi diri (self efficacy) (Ambad &
Damit, 2016; Gelaidan & Abdullateef, 2017; Santi et al., 2017; Trivedi, 2016). Seorang wirausaha harus
38
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

memiliki keahlian serta wawasan mengenai hal berwirausaha dan dapat dibentuk dari personality trait
dari pendidikan formal yang akan membentuk kewirausahaan (Vanessa & Sienatra, 2020).
Seperti yang telah dipaparkan bahwa intensi berwirausaha sangat dibutuhkan dan sebisa
mungkin dipupuk sejak dini, maka dari itu pendidikan kewirausahaan mulai diperkenalkan di beberapa
SMA di Surabaya melalui pembelajaran entrepreneurship yang dibina oleh universitas yang memiliki
profil universitas berbasis entrepreneurship. Adapun materi pendidikan kewirausahaan yang
diperkenalkan disusun dengan tahap dasar pembelajaran road map dan goal setting, dilanjutkan dengan
ideasi bisnis beserta teorinya (peluang, kebutuhan/masalah, passion dan lainnya), kemudian belajar
karakter entrepreneurs (persistence, creativity & innovation dan long life learning), ilmu komunikasi
bisnis, hingga mengarah pada pembentukan business plan (Business Model Canvas) dan prototyping
bisnis. Seluruh rangkain materi bertujuan memberikan pengetahuan dasar terkait kewirausahaan serta
kemampuan dalam menentukan peluang yang mendorong pengembangan ide kreatif dengan harapan
pendidikan kewirausahaan akan menumbuhkan serta meningkatkan intensi berwirausaha pada siswa.
Dukungan relasi ialah dukungan secara emosional maupun modal dari keluarga, sanak saudara
dan teman terdekat juga menjadi faktor pertimbangan dalam mengambil tindakan berwirausaha (Ambad
& Damit, 2016; Gelaidan & Abdullateef, 2017; Trivedi, 2016). Relasi pihak internal merujuk kepada
keluarga, lalu untuk relasi pihak eksternal mengarah pada koneksi teman, guru/fasilitator/mentor dan
orang terdekat. Efikasi diri ialah suatu keyakinan atas kemampuan yang dimiliki dalam diri untuk
melakukan suatu perilaku (Gelaidan & Abdullateef, 2017; Puni et al., 2018; Puspitaningtyas, 2017;
Trivedi, 2016). Berangkat dari hal itu, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh pendidikan
kewirausahaan dan dukungan relasi terhadap intensi berwirausaha serta efek moderasi dari efikasi diri
dalam hubungan antara pendidikan kewirausahaan, dukungan relasi dan intensi berwirausaha dengan
objek siswa SMA di Surabaya yang belajar entrepreneurship secara khusus dalam kurikulumnya.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi intensi
berwirausaha seseorang. Puni et al. (2018) peran mediasi dari entrepreneurial self-efficacy (ESE)
terhadap hubungan antara pendidikan kewirausahaan dan intensi berwirausaha dengan sampel sejumlah
357 mahasiswa akhir di universitas negeri di Ghana, Afrika. Penelitian ini menemukan pendidikan
kewirausahaan dan efikasi diri secara positif mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa. Gelaidan
& Abdullateef, (2017) juga meneliti adanya pengaruh dukungan relasi dan dukungan pendidikan dengan
kepercayaan diri sebagai variabel moderasi pada intensi kewirausahaan dari mahasiswa di universitas
bisnis. Sampel berjumlah 227 mahasiswa jurusan bisnis di universitas di Malaysia. Penelitian ini
menunjukkan intensi kewirausahaan secara signifikan dipengaruhi oleh dukungan pendidikan dan

39
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

dukungan relasi, namun efek moderasi dari efikasi diri terhadap dukungan pendidikan, dukungan relasi
dan intensi berwirausaha tidak signifikan.
Muhammad et al., (2017) meneliti pengaruh dari family background, big five personality traits dan
self-efficacy terhadap intensi berwirausaha dari mahasiswa di universitas swasta di Pakistan. Sejumlah
306 data responden diolah dengan hasil penelitian terdapat hubungan positif dari family background,
beberapa faktor dari big five personality traits (conscientiousness, extroversion dan openness to
experiences) dan self-efficacy terhadap intensi berwirausaha, sedangkan pada agreeableness dan
neuroticism (faktor lainnya dari big five personality traits) tidak menunjukkan hubungan apapun.
Santi et al., (2017) menganalisis efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan
kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri, norma
subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap intensi
berwirausaha. Trivedi, (2016) bertujuan menumbuhkan kewirausahaan di kalangan mahasiswa serta
menuntut universitas untuk memainkan peran penting selaku lingkungan yang dapat mendorong minat
kewirausahaan siswa untuk mau mengambil kewirausahaan sebagai alternatif karir. Penelitian ini
dilakukan berdasarkan Theory of Planned Behaviour (TPB). Total sampel adalah 1.097 mahasiswa lintas
negara. Hasil penelitian adalah variabel University Environment And Support memiliki hubungan positif
yang signifikan hanya dengan variabel Perceived Behavioural Control (PBC) sebagai mediasi dalam
meningkatkan Entrepreneurial Intention dan tidak adanya hubungan positif dengan variabel Attitude
Towards Entrepreneurship (ATE) sebagai mediasi.
Ambad & Damit, (2016) mengidentifikasi faktor penentu intensi berwirausaha di kalangan
mahasiswa sarjana di universitas negeri Malaysia dengan mengacu pada Theory of Planned Behaviour
(TPB). Hasil penelitian menunjukkan personal attitude, perceived behavioral control, perceived
relational support berpengaruh terhadap intensi berwirausaha sedangkan perceived structural support
dan perceived educational support ditemukan tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha.
Penelitian Adnyana & Purnami, (2016); Anggraeni & Nurcahya, (2016); Wirananda, Kusuma, &
Warmika, (2016) yang juga meneliti pengaruh pendidikan kewirausahaan dan efikasi diri terhadap
intensi berwirausaha mahasiswa S1 FEB Universitas Udayana. Penelitian tersebut menemukan bahwa
pendidikan kewirausahaan dan efikasi diri berpengaruh signifikan dan positif terhadap intensi
berwirausaha.
Penelitian terdahulu menjadi dasar bagi penelitian ini dalam meneliti faktor intensi
berwirausaha. Intensi berwirausaha dalam penelitian ini memiliki definisi sebuah refleksi dari keadaan
pikiran yang mendorong orang untuk mengambil tindakan menjadi pelaku yang mempekerjakan
pegawai (wirausaha) daripada dipekerjakan sebagai pegawai (Gelaidan & Abdullateef, 2017). Intensi

40
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

berwirausaha diukur berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) oleh Ajzen (1985) untuk
memahami perubahan perilaku yang terencana seseorang. Faktor yang diprediksi oleh peneliti terdahulu
dapat mempengaruhi bertumbuhnya intensi berwirausaha seseorang antara lain ialah pendidikan
kewirausahaan. Puni et al. (2018) mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah proses
mentransfer pengetahuan mengenai penciptaan bisnis dan manajemen bisnis untuk siswa guna
membangkitkan minat mereka dalam penciptaan usaha.
Selain itu faktor penentu intensi berwirausaha ialah dukungan relasi yang merupakan presepsi
seseorang terhadap pemikiran dari sekelompok orang terdekat atau terpenting yang mempengaruhi
tindakan atau perilaku orang tersebut (Trivedi, 2016). Pemahaman yang sama datang dari (Ambad &
Damit, 2016) yang mengatakan dukungan relasi adalah dukungan yang mengacu pada sebuah
persetujuan dari keluarga, teman, dan orang terdekat yang pendapatnya dianggap penting untuk terlibat
dalam kegiatan kewirausahaan. Lebih lagi, dukungan relasi, yang menjadi faktor pertimbangan dalam
mengambil tindakan berwirausaha, dapat berwujud secara emosional maupun modal dari keluarga,
sanak saudara dan teman terdekat (Gelaidan & Abdullateef, 2017). Dukungan relasi dibagi menjadi dua
yaitu relasi pihak internal yang merujuk kepada keluarga atau saudara, lalu ada relasi pihak eksternal
yang mengarah pada koneksi teman, guru/ fasilitator/ mentor dan orang terdekat.

Menurut theory of planned behavioral (Ajzen, 1991), efikasi diri yang merupakan komponen
dalam Perceived Behavioral Control (PBC) yang berarti persepsi mengenai tingkat mudah atau sulit
dalam berperilaku. Efikasi diri mencerminkan keyakinan diri dalam mengakses sumber daya dan
peluang untuk melakukan perilaku. Definisi dari efikasi diri yakni kepercayaan diri seseorang pada
kemampuannya dalam melakukan suatu perilaku (Trivedi, 2016). Secara teoritis, kepercayaan diri atau
efikasi diri adalah perasaan manusia yang percaya akan kualitas, kemampuan, dan penilaian yang
dimilikinya (Gelaidan & Abdullateef, 2017). Penilaian efikasi diri memberikan respon positif atau
negatif saat mengambil suatu tindakan dan dalam aplikasi kewirausahaan.

Penelitian secara empiris dalam mencari faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha
telah banyak dilakukan dengan menghasilkan hipotesis dari penelitian ini. Pertama adalah penelitian
Puni et al., (2018) yang menyatakan bahwa semakin banyak program pendidikan kewirausahaan yang
diberikan pada siswa terkait pengetahuan umum kewirausahaan dan pengembangan kemampuan dalam
mengenali peluang di lingkungan mereka, maka semakin tinggi kecenderungan siswa dalam
mengembangkan niat untuk terlibat perilaku kewirausahaan.Sehingga hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa.
H1: Pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMA di Surabaya.

41
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Gelaidan & Abdullateef, (2017) yang meneliti mahasiswa di Malaysia menunjukkan hasil
positif bahwa dukungan relasi merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi intensi berwirausaha
pada mahasiswa. Sehingga hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah dukungan relasi
berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa.
H2: Dukungan relasi berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMA di Surabaya.
Trivedi, (2016) mengatakan semakin besar persepsi efikasi diri tentang berwirausaha, maka
semakin besar niat melakukan perilaku wirausaha, demikian sebaliknya, jika seseorang merasa tidak
berhasil dengan sumber daya yang dimiliki serta tidak melakukan perilaku yang diperlukan, maka dia
tidak akan membentuk niat untuk memulai bisnis. Tingkat efikasi diri dapat ditingkatkan jika siswa
cukup siap dan tingkat dukungan relasi dianggap tinggi, jika seseorang mengetahui bahwa ia memiliki
dukungan kuat dari relasi seperti orang tua, keluarga, teman dan kerabat mereka serta memiliki akses
informasi bisnis, maka intensi mereka untuk menjelajahi bisnis baru akan cenderung ditingkatkan
(Gelaidan & Abdullateef, 2017). Selain itu Gelaindan & Abdullateef (2017) juga menetapkan hipotesis
yaitu efikasi diri memoderasi hubungan antara pendidikan pendidikan dan intensi kewirausahaan serta
efikasi diri memoderasi hubungan antara dukungan relasi dan intensi kewirausahaan. Sehingga hipotesis
yang dibangun dalam penelitian ini adalah efikasi diri memoderasi hubungan pendidikan pendidikan
dan hubungan dukungan relasi terhadap intensi kewirausahaan.
H3: Efikasi diri memoderasi hubungan antara pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha
siswa SMA di Surabaya.
H4: Efikasi diri memoderasi hubungan antara dukungan relasi dengan intensi berwirausaha siswa SMA
di Surabaya

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menguji pengaruh pendidikan kewirausahaan dan dukungan relasi terhadap intensi
berwirausaha serta untuk menguji menguji efek efikasi diri sebagai variabel moderator terhadap
hubungan antara pendidikan kewirausahaan dan dukungan relasi dengan variabel intensi berwirausaha.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling total atau sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel (Sugiyono, 2017: 67), sehingga sampel pada penelitian ini merupakan seluruh populasi
dari siswa SMA sejumlah 32 siswa.
Berikut merupakan ringkasan variabel dari penelitian ini beserta masing-masing definisi
operasionalnya yang disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Variabel Dependen
Variabel Indikator Sumber
Intensi Kesiapan diri untuk menjadi wirausaha. Gelaidan &
Berwirausaha Tujuan profesional untuk menjadi wirausaha. Abdullateef,
(𝒀) Upaya memulai dan menjalankan usaha. 2017; Trivedi,
2016
Tekad menciptakan usaha.
42
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Keseriusan pemikiran dalam memulai usaha.


Tingkat niat untuk memulai usaha.
Pendidikan Metode untuk menghasilkan ideasi bisnis dasar. Puni et al., 2018
Kewirausahaan Kesadaran terhadap karir alternatif sebagai wirausaha.
(𝑿𝟏 ) Kemampuan untuk memahami peluang bisnis di lingkungan.
Dapat memecahkan permasalahan ekonomi dan sosial yang terjadi di
lingkungan.
Dapat mengidentifikasi karakter entrepreneurs.
Pendidikan kewirausahaan menciptakan perasaan mandiri.
Kesadaran akan adanya berbagai bentuk bisnis.
Memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk membangun, mengembangkan, dan mengelola usaha
baru.
Pendidikan kewirausahaan meningkatkan kesadaran saya mengenai
tugas dan hak wirausahawan serta komitmennya kepada stakeholders
atau pemangku kepentingan.
Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pemahaman tentang adanya
berbagai sumber pendana untuk memulai usaha baru.
Dukungan Dukungan dari keluarga Gelaidan &
Relasi (𝑿𝟐 ) Dukungan dari teman Abdullateef,
Dukungan dari guru/fasilitator/mentor 2017; Trivedi,
Dukungan dari orang terdekat. 2016
Efikasi Diri Memulai usaha sendiri merupakan peluang besar untuk sukses. Gelaidan &
(𝑴) Tidak suka bekerja untuk orang lain. Abdullateef,
Bisa menjalankan usaha skala kecil yang sukses. 2017
Lebih menyukai mengoperasikan usaha kecil daripada menjadi manajer
di organisasi yang lebih besar.
Memiliki usaha sendiri akan membantu untuk mendefinisikan visi
perusahaan.
Memiliki usaha sendiri akan membantu untuk mengatasi tantangan.
Memiliki usaha sendiri akan membantu untuk mengembangkan sumber
daya manusia yang bermutu.
Memiliki usaha sendiri akan membantu membangun karyawan yang
inovatif.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji pengaruh pendidikan
kewirausahaan (𝑋1 ) dan dukungan relasi (𝑋2 ) terhadap intensi berwirausaha (𝑌) serta analisis regresi
moderasi untuk menguji efek efikasi diri (𝑀) sebagai variabel moderator terhadap hubungan antara
variabel independen pendidikan kewirausahaan (𝑋1 ) dan dukungan relasi (𝑋2 ) dengan variabel dependen
intensi berwirausaha (𝑌). Analisis regresi linier ini dilakukan menggunakan bantuan tools SPSS version
23 dengan data yang diolah dalam lima persamaan sebagai berikut :
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝜀
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝜀
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽3 𝑀 + 𝛽4 𝑋1 𝑀 + 𝜀
𝑌 = 𝛼 + 𝛽2 𝑋2 + 𝜀
𝑌 = 𝛼 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑀 + 𝛽5 𝑋2 𝑀 + 𝜀

43
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Gambar 1. Model Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peneliti membagi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan bidang bisnis yang
diminati di kemudian hari. Terdapat 7 (22%) responden pria dan 25 (78%) responden wanita. Terkait
minat siswa dalam bisnis sesuai bidangnya terdapat minat siswa berbisnis di bidang kuliner/ fashion
sebesar 62% dan bidang lainnya sebesar 16% (bidang mabel, onlineshop, elektronik, toko alat tulis,
make-up/ MUA) sedangkan sebesar 22% siswa tidak menjawab sehingga dianggap masih belum
menentukan akan berbisnis di bidang apa.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda yang pertama digunakan untuk menguji variabel 𝑋1 dan 𝑋2
terhadap variabel 𝑌 yang ditulis pada table 5 sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Regresi Variabel Pendidikan Kewirausahaan, Dukungan Relasi dan Intensi
Berwirausaha
Variabel Unstandardized Nilai Keterangan
Coefficients Signifikansi
B
Konstanta 0,591 0,919
Pendidikan Kewirausahaan (𝑋1 ) 0,367 0,016 Signifikan
Dukung Relasi (𝑋2 ) 0,567 0,056 Tidak
Signifikan
Maka persamaan analisis ini adalah: 𝑌 = 0,591 + 0,367𝑋1 + 0,567𝑋2 + 𝜀
Berdasarkan hasil olah data pada tabel 2 diketahui nilai signifikansi variabel pendidikan
kewirausahaan (𝑋1 ) lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,016 sedangkan variabel dukungan relasi (𝑋2 ) lebih
besar dari 0,05 yaitu 0,056. Hal ini berarti pendidikan kewirausahaan (𝑋1 ) signifikan berpengaruh
terhadap intensi berwirausaha ( 𝑌 ), sedangkan dukungan relasi ( 𝑋2 ) tidak signifikan berpengaruh
terhadap intensi berwirausaha (𝑌).
Analisis regresi linier berganda berikutnya digunakan untuk menguji variabel 𝑋1 terhadap
variabel 𝑌 dengan menyertakan efikasi diri sebagai pemoderasi yang ditulis sebagai berikut.

44
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Tabel 3. Hasil Regresi Variabel Pendidikan Kewirausahaan dan Intensi Berwirausaha dengan
Menyertakan Efikasi Diri
Variabel Unstandardized Nilai Keterangan
Coefficients Signifikansi
B
Konstanta 25,116
Pendidikan Kewirausahaan (𝑋1 ) -0,345 0,574 Tidak Signifikan
Efikasi Diri (𝑀) -0,337 0,655 Tidak Signifikan
Pendidikan Kewirausahaan*Efikasi 0,019 0,330 Tidak Signifikan
Diri
(𝑋1 ∗ 𝑀)
Sumber: data diolah, 2019.
Maka persamaan analisis ini adalah: 𝑌 = 25,116 − 0,345𝑋1 − 0,337𝑀 + 0,19𝑋1 𝑀 + 𝜀
Berdasarkan tabel 3 diketahui hasil olah data dari uji regresi pendidikan kewirausahaan terhadap
intensi berwirausaha dengan menyertakan efikasi diri sebagai pemoderasi, terlihat bahwa nilai
signifikansi seluruh variabel terhadap variabel 𝑌 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan. Hal
ini berarti bahwa efikasi diri secara konseptual merupakan variabel moderator Homologizer atau
Potensial Moderator (Ghozali, 2016).
Analisis regresi linier berganda berikutnya digunakan untuk menguji variabel 𝑋2 terhadap
variabel 𝑌 dengan menyertakan efikasi diri sebagai pemoderasi yang ditulis sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Regresi Variabel Pendidikan Kewirausahaan dan Intensi Berwirausaha dengan
Menyertakan Efikasi Diri
Variabel Unstandardized Nilai Keterangan
Coefficients Signifikansi
B
Konstanta 11,272
Dukungan Relasi (𝑋2 ) 0,001 1,000 Tidak
Signifikan
Efikasi Diri (𝑀) 0,137 0,880 Tidak
Signifikan
Dukungan Relasi*Efikasi Diri 0,018 0,742 Tidak
(𝑋2 ∗ 𝑀) Signifikan
Sumber: data diolah, 2019.
Maka persamaan analisis ini adalah: 𝑌 = 11,272 + 0,001𝑋2 + 0,137𝑀 + 0,018𝑋2 𝑀 + 𝜀
Berdasarkan tabel 4 diketahui hasil olah data dari uji regresi dukungan relasi terhadap intensi
berwirausaha dengan menyertakan efikasi diri sebagai pemoderasi, terlihat bahwa nilai signifikansi
seluruh variabel terhadap variabel 𝑌 lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan. Hal ini berarti
bahwa efikasi diri secara konseptual merupakan variabel moderator Homologizer atau Potensial
Moderator (Ghozali, 2016).
Koefisien Korelasi (𝑹) dan Koefisien Determinasi (𝑹𝟐 )
Koefisien korelasi (𝑅 ) adalah korelasi antara dua atau lebih variabel independen terhadap

45
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

variabel dependen, dimana nilai 𝑅 berkisar antara 0 sampai 1. Jika mendekati 1 maka hubungan
semakin erat begitu pula sebaliknya (Priyatno, 2014: 155). Koefisien determinasi (𝑅 2) merupakan angka
yang nantinya akan diubah ke wujud persen yang berarti persentase sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Priyatno, 2014: 156).
Berikut merupakan ringkasan hasil analisis koefiesien korelasi dan koefiesien determinasi dari
regresi linier persamaan kedua dan persamaan ketiga.
Tabel 5. Hasil Koefisien Korelasi dan R Square X1, M → Y
𝑋1 → 𝑌 𝑋1 , 𝑀, 𝑋1 ∗ 𝑀 → 𝑌 Keterangan
𝑅 sebelum 𝑅 2 sebelum 𝑅 sesudah 𝑅 2 sesudah
Efikasi diri memoderasi
0,537 0,288 0,667 0,444
Sumber: data diolah, 2019.
Berdasarkan tabel 5 pada persamaan sebelum ditambahkan variabel 𝑀 terdapat nilai 𝑅
sebesar 0,537 kemudian setelah ditambahkan variabel 𝑀, nilai 𝑅 meningkat menjadi 0,667. Hal ini
berarti bahwa variabel 𝑀 dapat memoderasi hubungan variabel 𝑋 dengan variabel 𝑌 menjadi
semakin erat karena nilai 𝑅 meningkat mendekati 1. Terlihat pula pada persamaan sebelum
ditambahkan variabel 𝑀 terdapat nilai 𝑅 2 sebesar 28,8% yang memiliki arti bahwa variabel
pendidikan kewirausahaan (𝑋1 ) memiliki pengaruh kontribusi sebesar 28,8% terhadap variabel intensi
berwirausaha ( 𝑌 ) sedangkan 71,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel
pendidikan kewirausahaan ( 𝑋1 ). Kemudian setelah ditambahkan variabel 𝑀 , nilai 𝑅 2 meningkat
sebesar 15,6% menjadi 44,4%. Hal ini berarti efikasi diri (𝑀) dapat memoderasi hubungan antara
pendidikan kewirausahaan (𝑋1 ) dengan intensi berwirausaha (𝑌).
Berikut merupakan ringkasan hasil analisis koefiesien korelasi dan koefiesien determinasi dari
regresi linier persamaan keempat dan persamaan kelima.
Tabel 6. Hasil Koefisien Korelasi dan R Square X2, M → Y

𝑋2 → 𝑌 𝑋2 , 𝑀, 𝑋2 ∗ 𝑀 → 𝑌 Keterangan
𝑅 sebelum 𝑅 2 sebelum 𝑅 sesudah 𝑅 2 sesudah
Efikasi diri memoderasi
0,484 0,234 0,686 0,471
Sumber: data diolah, 2019.
Berdasarkan tabel 6 pada persamaan sebelum ditambahkan variabel 𝑀 terdapat nilai 𝑅
sebesar 0,484 kemudian setelah ditambahkan variabel 𝑀, nilai 𝑅 meningkat menjadi 0,686. Hal ini
berarti bahwa variabel 𝑀 dapat memoderasi hubungan variabel 𝑋 dengan variabel 𝑌 menjadi
semakin erat karena nilai 𝑅 meningkat mendekati 1. Terlihat pula pada persamaan sebelum
ditambahkan variabel 𝑀 terdapat nilai 𝑅 2 sebesar 23,4% yang memiliki arti bahwa variabel
dukungan relasi ( 𝑋2 ) memiliki pengaruh kontribusi sebesar 23,4% terhadap variabel intensi
berwirausaha (𝑌) dan 76,6% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel dukungan relasi
(𝑋2 ). Kemudian setelah ditambahkan variabel 𝑀, nilai 𝑅 2 meningkat sebesar 23,7% menjadi 47,1%.
Hal ini efikasi diri (𝑀 ) dapat memoderasi hubungan antara dukungan relasi (𝑋2 ) dengan intensi
berwirausaha (𝑌).
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha
46
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kewirausahaan (𝑋1 ) terhadap intensi
berwirausaha (𝑌 ). Maka hipotesis 1 yaitu pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha siswa SMA di Surabaya dapat diterima. Berdasarkan hal ini, pendidikan kewirausahaan
menjadi hal yang penting bagi siswa. Siswa yang menerima pendidikan kewirausahaan akan lebih
terdorong memiliki minat dalam melakukan kegiatan wirausaha. Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Anggraeni & Nurcahya (2016), Gelaidan & Abdullateef (2017), Santi et al. (2017), yang
menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan secara positif mempengaruhi intensi berwirausaha.
Pembelajaran teoritis mengenai pendidikan kewirausahaan tidak hanya membekali siswa
dengan pengetahuan yang memadai dalam penciptaan bisnis dan keterampilan mengenal peluang saja,
tetapi juga dapat menumbuhkan serta meningkatkan minat siswa dalam berwirausaha (Puni, 2018). Hal
ini berarti dengan memiliki kemampuan, pengetahuan maupun keterampilan terkait kewirausahaan yang
memadai dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk terlibat dalam kegiatan berwirausaha. Maka
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas program pendidikan kewirausahaan yang
memaparkan pengetahuan kewirausahaan dan pengembangan kemampuan mengenali peluang di
lingkungan sekitar siswa, maka semakin tinggi kecenderungan siswa dalam mengembangkan niat untuk
terlibat perilaku kewirausahaan (Puni, 2018).
Hal ini didukung pula dengan fakta bahwa mayoritas siswa sepakat setuju dapat mempelajari
metode untuk menghasilkan ideasi bisnis dasar melalui pendidikan kewirausahaan. Metode yang
dimaksud dalam proses pembelajaran ini guna membentuk ideasi bisnis ialah seperti tahapan mengenal
serta melihat adanya peluang dari lingkungan sekitar, menggali kebutuhan atau masalah yang dihadapi,
dengan begitu sebagai pebisnis siswa dapat menyediakan solusi untuk memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan pasar, serta menyangkut pada passion dan skill yang dimiliki siswa agar ideasi
bisnis dapat terus dikembangkan oleh siswa itu sendiri. Metode pembentukan ideasi bisnis yang matang
tentu akan mendorong niat siswa untuk berwirausaha di kemudian hari berangkat dari aneka peluang
yang ditemui siswa setiap saat. Pendidikan kewirausahaan yang diajarkan oleh fasilitator juga sudah
mampu memberi kesadaran dalam diri siswa dan membuka pemikiran siswa akan adanya alternatif karir
yakni menjadi seorang pengusaha dibanding menjadi karyawan biasa saja untuk kelangsungan hidup
mereka, siswa dapat menyejahterakan hidup mereka dan masyarakat sekitar mereka. Pendidikan
kewirausahaan juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami peluang bisnis di lingkungan
mereka yang berbeda-beda. Hal ini membuat siswa mudah beradaptasi mengikuti perkembangan
lingkungan sehingga siswa akan terus tertarik melakukan kegiatan wirausaha. Selain itu, pendidikan
kewirausahaan juga memperkenalkan dan menanamkan karakter entrepreneurship dalam diri siswa
sehingga siswa mampu bertahan dalam naik turunnya keadaan saat menjadi wirausaha.

Pengaruh Dukungan Relasi terhadap Intensi Berwirausaha


Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara dukungan relasi (𝑋2 ) terhadap
variabel intensi berwirausaha (𝑌). Maka hipotesis 2 yaitu dukungan relasi berpengaruh terhadap intensi
berwirausaha siswa SMA di Surabaya ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

47
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Ambad & Damit (2016), Gelaidan & Abdullateef (2017), dan Santi et al. (2017), Sienatra & Padmalia
(2018), tetapi sejalan dengan hasil penelitian Trivedi (2016) yang menemukan dukungan relasi tidak
berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Secara teoritis, dukungan relasi merupakan dukungan
secara emosional maupun modal dari keluarga, sanak saudara dan teman terdekat yang menjadi faktor
pertimbangan dalam mengambil keputusan berwirausaha (Gelaidan & Abdullateef, 2017). Dukungan
relasi juga dapat mempengaruhi adanya peningkatan maupun berkurangnya intensi berwirausaha, jika
dukungan relasi memberikan respon positif setuju terhadap keinginan seseorang untuk menjadi
wirausaha, maka tekanan sosial yang sifatnya mendukung akan lebih kuat, demikian pula sebaliknya
(Trivedi, 2016).
Pada faktanya, hasil penelitian menunjukkan dukungan relasi tidak sepenuhnya berpengaruh
terhadap intensi siswa dalam berwirausaha. Hal ini dapat terjadi tergantung pada jenis dukungan relasi
apakah yang dianggap mendukung sesuai dengan konteks dan situasi objek penelitian. Pada kasus ini,
pembelajaran pendidikan kewirausahaan yang diikuti oleh siswa hanya berupa pelajaran tambahan di
sekolah (ekstrakulikuler) yang sifatnya hanya mempelajari tahap dasar dalam rangkaian pendidikan
kewirausahaan. Hal ini menjadikan munculnya batasan dukungan relasi sebatas persetujuan untuk
menjadi wirausaha di kemudian hari. Pada akhirnya, relasi tersebut dianggap belum memberikan jenis
dukungan yang dimaksud dalam penelitian yaitu dukungan secara emosional dan modal dalam
pembentukan bisnis siswa. Perihal orang tua belum memberikan dukungan modal berupa finansial dan
teman sebaya (teman sekolah maupun orang terdekat seperti sahabat) belum memberi dukungan berupa
modal seperti finansial ataupun keterlibatan dukungan secara langsung dalam ikatan rekan bisnis. Hal
ini dapat terjadi karena pendidikan kewirausahaan yang diberikan masih hanya sebatas ideasi bisnis,
yakni pembentukan mind set sebagai wirausaha serta pengenalan gambaran dunia entrepreneurship saja.
Siswa juga melakukan perencanaan bisnisnya masih secara individu, tidak ada pembentukan kelompok
bisnis yang melibatkan jejaring atau dukungan rekan bisnis sehingga menjadikan dukungan relasi
berupa modal pun belum dibutuhkan pada kondisi ini. Di sisi lain, dukungan relasi dari seorang teman
sekolah atau orang terdekatnya belum tentu memiliki pemahaman yang setara dengan siswa terkait
penting serta manfaat dari berwirausaha. Hal ini dapat terjadi karena pembelajaran pendidikan
kewirausahaan yang bersifat ekstrakulikuler ini hanya diadakan bagi siswa yang tertarik mempelajari
entrepreneurship saja, yang berarti bahwa siswa lain yang tidak ikut dalam pembelajaran ini atau bahkan
bisa saja tidak mengetahui sedikit pun hal mengenai entrepreneurship.
Peran Efikasi Diri Memoderasi Hubungan Antara Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi
Berwirausaha
Penelitian ini secara empiris menemukan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian Gelaidan &
Abdulateef (2017) dimana penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri dapat memoderasi hubungan
antara pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha. Terlihat dari hasil koefisien
determinasi bahwa terdapat peningkatan nilai 𝑅 2 sesudah ditambahkan efikasi diri sebagai variabel
moderator. Hal ini berarti bahwa hipotesis 3 dalam penelitian ini yaitu efikasi diri memoderasi hubungan
antara pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha siswa SMA di Surabaya diterima.

48
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Hasil uji t dari analisis regresi menunjukkan bahwa efikasi diri dikategorikan sebagai variabel
moderator dengan tipe Homologizer atau Potensial Moderator (Ghozali, 2016: 214). Dalam hal ini,
efikasi diri sebagai variabel moderator Homologizer berarti bahwa efikasi diri memoderasi atau
mempengaruhi kekuatan hubungan antarvariabel (terbukti dari meningkatnya nilai 𝑅 dan 𝑅 2), tetapi
tidak berinteraksi pendidikan kewirausahaan (variabel independen) maupun intensi berwirausaha
(variabel dependen).
Secara teoritis, semakin besar persepsi efikasi diri tentang berwirausaha, maka semakin besar
niat melakukan perilaku wirausaha, demikian sebaliknya, jika seseorang merasa tidak berhasil dengan
sumber daya yang dimiliki serta tidak melakukan perilaku yang diperlukan, maka dia tidak akan
membentuk niat untuk memulai bisnis (Trivedi, 2016). Efikasi diri dalam penelitian ini dikatakan hanya
dapat memoderasi sebagai potensial moderator dalam hubungan pendidikan kewirausahaan dengan
intensi berwirausaha. Hal ini dapat terjadi karena masa pembelajaran entrepreneurship siswa SMA yang
ditempuh masih sangat singkat. Masa pembelajaran pendidikan kewirausahaan yang baku biasanya
ditempuh oleh seseorang setidaknya selama 4 semester atau 2 tahun, seperti halnya mahasiswa yang
membutuhkan waktu selama 7 sampai 8 semester untuk memperdalam ilmu pendidikan kewirausahaan.
Rentang waktu pembelajaran yang sangat singkat, yaitu hanya setengah semester, ternyata belum dapat
memperlihatkan efek dari efikasi diri siswa SMA terhadap hubungan pendidikan kewirausahaan
terhadap intensi berwirausaha secara maksimal. Dengan kata lain presepsi efikasi diri siswa tentang
kewirausahaan yang ada saat ini masih belum terbentuk karena keterbatasan waktu untuk menggali
sumber daya yang dimiliki. Hal ini lah yang menjadikan efek moderasi dari efikasi diri dalam hubungan
antara pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha masih kurang sempurna.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri secara konseptual hanya sebagai variabel
moderator yang bersifat Homologizer yang artinya variabel tersebut potensial menjadi variabel
moderator. Hal ini berarti bahwa variabel efikasi diri sangat bisa diteliti ulang di penelitian selanjutnya
sebagai variabel moderator.
Peran Efikasi Diri Memoderasi Hubungan Antara Dukungan Relasi terhadap Intensi
Berwirausaha
Penelitian ini secara empiris menemukan hasil yang tidak sejalan dengan penelitian Gelaidan &
Abdulateef (2017) dimana penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri dapat memoderasi hubungan
antara dukungan relasi terhadap intensi berwirausaha. Terlihat dari hasil koefisien determinasi bahwa
terdapat peningkatan nilai 𝑅 2 sesudah ditambahkan efikasi diri sebagai variabel moderator. Hal ini
berarti bahwa hipotesis 4 dalam penelitian ini yaitu efikasi diri memoderasi hubungan antara dukungan
relasi dengan intensi berwirausaha siswa SMA di Surabaya diterima.
Hasil uji t dari analisis regresi menunjukkan bahwa efikasi diri dikategorikan sebagai variabel
moderator dengan tipe Homologizer atau Potensial Moderator (Ghozali, 2016: 214). Dalam hal ini,
efikasi diri sebagai variabel moderator Homologizer berarti bahwa efikasi diri memoderasi atau
mempengaruhi kekuatan hubungan antarvariabel (terbukti dari meningkatnya nilai 𝑅 dan 𝑅 2), tetapi
tidak berinteraksi dengan dukungan relasi (variabel independen) maupun intensi berwirausaha (variabel

49
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

dependen).
Secara teoritis, tingkat efikasi diri dapat ditingkatkan jika siswa cukup siap mental dan tingkat
dukungan relasi dianggap tinggi. Apabila seseorang mengetahui dan yakin bahwa ia memiliki dukungan
kuat dari relasi seperti orang tua, keluarga, teman dan kerabat mereka serta memiliki akses informasi
bisnis, maka intensi mereka untuk menjelajahi bisnis baru akan cenderung ditingkatkan (Gelaidan &
Abdullateef, 2017). Efikasi diri dalam penelitian ini dikatakan hanya dapat memoderasi sebagai
potensial moderator dalam hubungan dukungan relasi dengan intensi berwirausaha. Hal ini dapat terjadi
karena siswa SMA yang terlibat dalam pembelajaran entrepreneurship ini masih merupakan siswa SMA
kelas X dan XI yang mayoritas masih belum mencapai titik dewasa seseorang atau belum cukup siap
secara mental sehingga siswa tersebut cenderung masih labil dan bahkan belum memiliki keyakinan
yang teguh terhadap dirinya sendiri. Selain itu, dukungan relasi yang diberikan masih belum tepat sesuai
dengan konteks penelitian ini, yaitu siswa belum merasakan adanya dukungan berupa modal dari
relasinya. Hal inilah yang menjadikan efek moderasi dari efikasi diri dalam hubungan antara dukungan
relasi terhadap intensi berwirausaha masih kurang maksimal.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri secara konseptual hanya sebagai variabel
moderator yang bersifat Homologizer yang artinya variabel tersebut potensial menjadi variabel
moderator. Hal ini berarti bahwa variabel efikasi diri sangat bisa diteliti ulang di penelitian selanjutnya
sebagai variabel moderator.

KESIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap
intensi berwirausaha siswa SMA di Surabaya yang artinya semakin tinggi pendidikan kewirausahaan
yang dimiliki siswa, maka semakin besar intensi atau niat siswa untuk terlibat dalam kegiatan
berwirausaha. Sedangkan Dukungan relasi tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMA
di Surabaya yang artinya dukungan relasi tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi intensi atau niat siswa
untuk terlibat dalam kegiatan berwirausaha, hal ini tergantung pada jenis dukungan relasi apakah yang
dianggap mendukung sesuai dengan konteks dan situasi siswa. Selanjutnya, efikasi diri dapat
memoderasi hubungan antara pendidikan kewirausahaan dengan intensi berwirausaha siswa SMA di
Surabaya yang artinya efikasi diri dapat memperkuat hubungan antara pendidikan kewirausahaan
dengan intensi berwirausaha siswa. Dengan memiliki pemahaman dan kemampuan kewirausahaan yang
tinggi, maka efikasi diri siswa menjadi tinggi dan dapat meningkatkan intensi siswa dalam berwirausaha.
Efikasi diri juga dapat memoderasi hubungan antara dukungan relasi dengan intensi berwirausaha siswa
SMA di Surabaya yang artinya efikasi diri dapat memperkuat hubungan antara dukungan relasi dengan
intensi berwirausaha siswa. Dengan memiliki dukungan relasi yang kuat dan tepat, maka efikasi diri
siswa menjadi tinggi dan dapat meningkatkan intensi siswa dalam berwirausaha.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yakni studi ini berfokus hanya pada intensi berwirausaha.
Intensi atau niat bukanlah suatu perilaku aktual, maka perubahan pemikiran dapat saja terjadi pada
responden yang sedang diteliti. Selain itu, siswa pada objek penelitian ini masih merupakan siswa SMA
kelas X dan XI yang mayoritas masih belum dewasa dan memiliki tingkat keyakinan diri yang teguh
50
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

pada dirinya. Data pada penelitian ini juga dikumpulkan hanya dalam satu periode singkat yaitu baru
setengah semester berjalannya program pendidikan kewirausahaan di SMA tersebut, yang menjadikan
tahap pembekalan pendidikan kewirausahaan yang ditempuh sangat singkat yaitu masih mengenai tahap
dasar atau ideasi bisnis yang sedang dan akan terus berjalan kedepannya. Maka dari itu penelitian
mendatang dapat melakukan studi baru dengan menilai intensi atau niat siswa dalam periode yang lebih
lama sehingga dapat melakukan pengamatan yang lebih konsisten terhadap perilaku siswa dan dapat
menemukan seberapa besar pemikiran siswa akan berubah dalam periode yang lebih lama tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. G. L. A., & Purnami, N. M. (2016). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Self Efficacy
dan Locus of Control pada Niat Berwirausaha. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(2), 1160–1188.
Ajzen, I. (1985). From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior. Action Control, 11–39.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 50(2), 179–211. https://doi.org/10.1922/CDH_2120VandenBroucke08
Ambad, S. N. A., & Damit, D. H. D. A. (2016). Determinants of Entrepreneurial Intention Among
Undergraduate Students in Malaysia. Procedia Economics and Finance, 37(16), 108–114.
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(16)30100-9
Anggraeni, D. A. L., & Nurcahya, I. N. (2016). Peran Efikasi Diri dalam Memediasi Pengaruh
Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(4), 2424–
2453.
Gelaidan, H. M., & Abdullateef, A. O. (2017). Entrepreneurial Intentions of Business Students in
Malaysia: The Role of Self-Confidence, Educational and Relation Support. Journal of Small
Business and Enterprise Development, 24(1), 54–67. https://doi.org/10.1108/JSBED-06-2016-
0078
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Semarang:
BPFE Universitas Diponegoro.
Liñán, F., & Chen, Y.-W. (2006). Documents de Treball Testing The Entrepreneurial Intention Model
on a Two-Country Sampel. Departament d’Economia de l’Empresa, 06(7). Retrieved from
http://selene.uab.es/dep-economia-empresa/recerca/Documents.htm
Muhammad, F., Azeem Ahmad, K., Muhammad Shahid, K., Sara Ravan, R., & Bakare Soladoye, A. S.
(2017). Entrepreneurial Intetions:The Role of Familial Factors, Personality Traits and Self Efficacy.
Word Journal of Entrepreneurship, Management and Sustainable Development, 1–27.
https://doi.org/10.1108/MBE-09-2016-0047
Puni, A., Anlesinya, A., & Korsorku, P. D. A. (2018). Entrepreneurial Education, Self-Efficacy and
Intentions in Sub-Saharan Africa. African Journal of Economic and Management Studies, 9(4),
492–511. https://doi.org/10.1108/AJEMS-09-2017-0211
Puspitaningtyas, Z. (2017). Pengaruh Efikasi Diri dan Pengetahuan Manajemen Keuangan Bisnis
Terhadap Intensi Berwirausaha. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 7(02), 141–150.
51
PARSIMONIA VOL 7. NO. 1 AGUSTUS 2020 :37-52 ISSN 2355-5483
E-ISSN 2745-3545

Santi, N., Hamzah, A., & Rahmawati, T. (2017). Pengaruh Efikasi Diri , Norma Subjektif , Sikap
Berperilaku , dan Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha. Jurnal Inspirasi
Bisnis Dan Manajemen, 1(1), 63–74. Retrieved from http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/jibm
Sienatra, K.B & Padmalia, M. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Entrepreneurial pada
Siswa dan Mahasiswa di Surabaya. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia, 12 (1), 32-39
Trivedi, R. (2016). Does University Play Significant Role in Shaping Entrepreneurial Intention? A
Cross-Country Comparative Analysis. Journal of Small Business and Enterprise Development,
23(3), 790–811. https://doi.org/10.1108/JSBED-10-2015-0149
Wirananda, M., Kusuma, A., & Warmika, I. G. K. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa S1 FEB Unud. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(1), 678–705.
Vanessa & Sienatra, K.B. (2020). Effects Of Entrepreneurship Education As An Entrepreneurial
Personality Trait Model Under Entrepreneurial Intention For The Future In Surabaya. Jurnal
Entrepreneur dan Entrepreneurship, 9(1), 29–42

52

Anda mungkin juga menyukai