SK Skrining Didalam Dan Diluar Klinik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

SATUAN BRIMOB POLDA JAWA BARAT

SEKSI KESEHATAN DAN JASMANI


POLIKLINIK

KEPUTUSAN KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB


NOMOR : SK / PKP-027 / V / KES.9 / 2022

TENTANG
PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR
POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Klinik diperlukan panduan skrining di dalam dan di
luar Klinik yang bermutu tinggi di Poliklinik
Satbrimob Polda Jabar;
b. bahwa untuk maksud sebagaimana disebut pada a
maka perlu ditetapkan kebijakan Panduan Skrining
di Dalam dan di Luar Klinik melalui keputusan
Kepala Poliklinik Satbrimob Polri Daerah Jawa
Barat.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang


Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2014, tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017, tentang Keselamatan
Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / MENKES
/ PER III / 2008, tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996,
tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 tahun 2018, tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/62/2015, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
10. Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Kementerian
Kesehatan R.I., 2017

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI


DAERAH JAWA BARAT TENTANG KEBIJAKAN
SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR POLIKLINIK
SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT.

Kesatu : Pelaksanaan pembuatan panduan skrining Poliklinik


Satbrimob Polri Daerah Jawa Barat harus sesuai dengan
panduan sebagaimana tercantum dalam lampiran surat
keputusan ini;

Kedua : Pelaksanaan dari kebijakan sebagaimana tercantum dalam


dictum Kesatu dipandu oleh prosedur yang jelas dan baku;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini,
akan diperbaiki sesuai ketentuan.

Ditetapkan di : Sumedang

Tanggal : 1 Mei 2022

KEPALA POLIKLINIK SATBRIMOB POLDA JABAR

YUYUN YUNANDAR, S.KM


AIPDA NRP 8204071

\
SATUAN BRIMOB POLDA JAWA BARAT LAMPIRAN SK KEPALA POLIKLINIK
SEKSI KESEHATAN DAN JASMANI SATBRIMOB POLDA JABAR
POLIKLINIK NOMOR : SK/PKP-027/V/KES.9/2022
TANGGAL : 1 MEI 2022

PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR


POLIKLINIK SATBRIMOB POLRI DAERAH JAWA BARAT
I. DEFINISI
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang
sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau
mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25: 974). Menurut Rochjati P (2008),
skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan
adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau
kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat
kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan
kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber
daya rumah sakit. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di klinik, pada saat pasien di
transportasi emergensi atau di sumber rujukan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
bergantung pada informasi yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat
skrining pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi
visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis, psikologis, laboratorium klinis, atau
diagnostik imajing sebelumnya.
Skrining dapat terjadi di tempat pasien, ambulans, atau waktu pasien tiba di rumah
sakit. Keputusan untuk mengobati, mengirim, atau merujuk dibuat setelah ada evaluasi
hasil skrining. Bila klinik mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya maka
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan. Klinik dapat
menentukan tes atau bentuk penyaringan tertentu untuk populasi pasien tertentu sebelum
ditetapkan pasien dapat dilayani. Misalnya, pasien diare aktif harus diperiksa Clostridium
difficile atau pasien tertentu diperiksa Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
methicillin. Tes spesifik tertentu atau evaluasi tertentu dilakukan jika klinik
mengharuskannya, sebelum diputuskan dapat dilayani sebagai rawat jalan atau dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

III. RUANG LINGKUP


Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke klinik, saat
pasien tiba di klinik atau saat pasien sudah di dalam klinik. Pada pasien yang datang
langsung ke klinik, skrining dilakukan oleh petugas/staf klinik yang pertama kontak
dengan pasien. Pada pasien yang tidak datang langsung ke klinik, skrining dapat
dilakukan melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang dilakukan
oleh petugas medis Poliklinik Satbrimob Polri Daerah Jawa Barat.
sumber daya dan misi rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat keputusan yang
tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk. Pasien yang terdaftar
untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah mereka yang kebutuhan dan
kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan sarana prasarana klinik yang
diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi yang didapat melalui proses skrining
penting dalam membuat keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau
harus dirujuk.
Skrining dilakukan pada area :
a. Luar Klinik
b. Pendaftaran
c. Poli Umum dan Poli Gigi
d. Ruang Tindakan / IGD
Skrining dilakukan melalui :
a. Kriteria Triage
b. Evaluasi Visual atau pengamatan
c. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan Laboratorium
Prinsip skrining adalah sebagai berikut :
a. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar klinik pratama.
b. Keputusan pasien dapat berobat rawat jalan adalah bila POLIKLINIK
SATBRIMOB Polri Daerah Jawa Barat mampu menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien.
IV. TATALAKSANA
4.1 Skrining diluar Klinik
Untuk skrining diluar klinik dapat dilakukan dari loket pendaftaran, meja kajian
awal, Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun Poliklinik Umum dan Poliklinik Gigi
melalui interaksi antara petugas yang meliputi petugas pendaftaran, petugas
kesehatan dengan pasien atau keluarga pasien. Skrining dilakukan dengan metode
evaluasi visual untuk menilai kebutuhan pasien. Adapun langkah langkah skrining
diluar Klinik antara lain :
1. Petugas pendaftaran, petugas kesehatan di meja kajian awal mengidentifikasi
kebutuhan pasien sesuai prioritas kegawatan dan prioritas berkebutuhan
khusus seperti sakit berat, usia lanjut, disabilitas/handicap. .
2. Petugas melakukan skrining visual dan mendahulukan pasien dengan sakit
berat, usia lanjut, disabilitas/handicap dan pasien dengan kegawatan untuk
mendapatkan penanganan terlebih dahulu.
3. Petugas meninformasikan jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di Poliklinik
Satbrimob Polda Jabar disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pasien.
4.2 Skrining didalam Klinik
Skrining didalam Klinik merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan melalui kriteria
triase, anamnesis, pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau radiologi diagnostik pasien. Kebutuhan pasien akan
pelayanan preventif dan kuratif di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu
proses admisi sebagai pasien rawat jalan. Hal tersebut terdapat pada proses
assesmen awal pasien yang dilakukan petugas, adapun penjelasan dari pelayanan
preventif dan kuratif adalah sebagai berikut :
4.2.1 Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa
latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah
untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi
diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya
gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4.2.2 Pelayanan Kuratif
Pelayanan Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota
keluarga, kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Dalam
pelaksanaannya skrining di dalam Klinik dilaksanakan melalui tahapan berikut :
1. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang berobat harus diprioritaskan pada saat kedatangan
oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman. Penilaian awal umumnya
tidak lebih dari 2-5 menit. Penilaian awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria
triase kanada, selanjutnya petugas melaksanakan penilaian lanjutan.
2. Skrining dilakukan melalui :
a. Kriteria Triase (SOP Triase)
b. Evaluasi Visual dan Pengamatan (Keadaan Umum Pasien)
c. Pertanyaan (Anamnesa Pasien)
d. Pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik,
e. Psikologik,
f. Hasil laboratorium klinik atau radiologi diagnostik
g. Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan preventif dan
kuratif
3. Dokumentasi dilakukan melalui status rekam medis yang mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan penunjang
Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di area klinik mulai dari petugas medis
hingga non-medis. Hal ini dikarenakan skrining didasarkan pada kondisi pasien saat kontak
pertama kali dimana pasien tidak mungkin langsung kontak dengan tenaga medis melainkan
dengan petugas non-medis di sekitar Klinik. Berikut ini adalah bagan alur skrining di dalam
dan di luar POLIKLINIK SATBRIMOB Polda Jabar :

Bila pada pasien Pendaftaran Rawat


tidak ada Jalan / Unit yang
kegawatdaruratan dituju
Skrining oleh
Pasien tiba di
Petugas
Klinik
Klinik
Bila pada pasien
Instalasi Gawat
ada
Darurat
kegawatdaruratan

4.3 Skrining Non-Medis


Skrining ini dilakukan tenaga-tenaga non-medis yang berkontak langsung dengan
pasien saat tiba di klinik.

1. Petugas Non Medis (Satpam, Parkir, Tata graha, Petugas lain)


a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup POLIKLINIK SATBRIMOB
Polda Jabar, bila melihat ada pasien yang terlihat kegawatan seperti; sesak, nyeri
dada kiri tembus punggung, tidak sadar, nyeri hebat. Maka petugas membantu
pasien dan mengarahkan ke IGD untuk dilakukan Triage di IGD.
c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis menanyakan keluhan
pasien tersebut (sambil melihat apakah ada kegawatan atau tidak pada pasien).
Bila ada kegawatan pasien dibantu dan diarahkan ke IGD dan bila tidak ada
kegawatan dan pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.
Contoh:
Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang
bisa saya bantu? (sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien : Selamat Pagi/Siang/Malam pak… Saya
mau berobat, pendaftaran dimana ya?
Petugas : (bila pasien terlihat sakit) ibu ada
keluhan apa, sepertinya ibu terlihat pucat/ nyeri?
(bila pasien terlihat baik arahkan ke pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri
Petugas : Kalau begitu ibu sebaiknya ke IGD untuk mendapatkan
perawatan yang cepat, mari ibu saya temani. (Bantu pasien hingga sampai ke IGD
agar dapat dilakukan Triage di IGD)
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti;
ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain- lain, maka petugas membantu
pasien agar dapat dibawa ke Ruang Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau
dokter yang bertugas.
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar perawat IGD
dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

2. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi


a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium dan
rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu dan nadi, bila
pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak, demam, nadi
lemah dan lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau
belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka sarankan
pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di
IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.
3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila pasien terlihat
kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan lain-lain, maka tanyakan
keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar
mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.

4. Front Office
a. Melaksanakan skrining secara visual.
b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang jenis-
jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter praktek di Poliklinik Satbrimob
Polda Jabar.
c. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat mata
dicurigai ada kegawatan.
d. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke IGD agar dapat ditindak lanjuti
oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu (Triage).
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat IGD agar
perawat IGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

4.4 Skrining Medis


4.4.1 Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang kontak pertama
kali dengan pasien.
b. Skrining dimulai dengan menanyakan keluhan pasien dan melihat postur serta
kondisi pasien, apakah ada tanda tanda kegawatdaruratan atau tidak.
c. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien dalam kondisi
sehat dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke IGD.
4.4.2 Dokter
a. Skrining medis dilaksanakan oleh dokter yang berkontak pertama dengan
pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-
pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau
mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus- kasus yang
ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau radiologi diagnostik.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau
sebelum pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan
ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.

V. DOKUMENTASI
Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan
dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti
perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta
nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

KEPALA POLIPOLIKLINIK SATBRIMOB


POLDA JABAR

YUYUN YUNANDAR, S.KM


AIPDA NRP 8204071

Anda mungkin juga menyukai