Perjanjian Perkawinan by Stefanie Hartanto
Perjanjian Perkawinan by Stefanie Hartanto
Perjanjian Perkawinan by Stefanie Hartanto
JILID 1
OLEH
Dr. STEFANIE HARTANTO, S.H., M.Kn.
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERKAWINAN
Definisi Perkawinan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) tidak memberikan definisi Perkawinan,
hanya disebutkan pada Pasal 26 Kitab Undang-undang Hukum Perdata:
Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa perkawinan hanyalah pernyataan perdata dan
tidak ada kaitannya dengan agama yang dianut para pihak, sebagaimana dimuat dalam Pasal
81 KUHPerdata:
“Tidak ada suatu upacara keagamaan boleh dilakukan sebelum kedua belah pihak kepada
pejabat agama mereka membuktikan bahwa perkawinan di hadapan pegawai catatan sipil
telah berlangsung”
Dapat disimpulkan bahwa perkawinan cukup dilakukan di hadapan pegawai catatan sipil (Pasal
76 KUHPerdata).
Pasal 2 ayat 1
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaannya itu”
Sah atau tidaknya suatu perkawinan didasarkan pada agama yang dianut oleh mempelai.
Namun demikian, perkawinan harus dicatat menurut perundangan yang berlaku (Pasal 2 ayat
Syarat-syarat Perkawinan
KUHPerdata membedakan menjadi:
1. Syarat intern/materiil/subyektif, yang dibedakan antara absolut dan relatif (Pasal 27-49)
a. Syarat intern absolut diatur dalam:
- Pasal 27 : monogami
- Pasal 28 : kata sepakat/persetujuan
- Pasal 29 : usia, pria 18 tahun, wanita 15 tahun
- Pasal 34 : perempuan tidak diperkenankan kawin lagi melainkan setelah
lewat waktu 300 hari semenjak perkawinan terakhir bubar
- Pasal 35 : Anak sah belum dewasa (21 tahun), mutlak harus memperoleh
Ijin Kawin dari orang tuanya; jika tidak memperoleh ijin, maka
dapat memohon ijin dari pengadilan (Pasal 42)
- Pasal 39 : Anak luar kawin yang diakui sah harus memperoleh ijin dari
wali/wali pengawas (Pasal 366)
- Pasal 40 : anak tidak sah yang tidak diakui, tidak dapat kawin tanpa ijin
wali/wali pengawas selama ia masih di bawah umur
b. Syarat intern relatif diatur dalam:
- Pasal 30-31 : larangan perkawinan orang yang ada hubungan keluarga
nenek moyang yang sama dan antar ipar
- Pasal 32 : larangan perkawinan antara mereka karena putusan hakim
terbukti melakukan zina
- Pasal 33 : larangan perkawinan karena perkawinan terdahulu harus
menunggu jangka waktu 1 tahun
UU Perkawinan
1. Pasal 6 ayat (1) : atas persetujuan kedua calon mempelai
Pasal 6 ayat (2) : usia 21 tahun dan mendapat ijin orang tua
2. Pasal 7 ayat 1 : pria 19 tahun, wanita 16 tahun, diubah berdasarkan UU No 19
Tahun 2019 tentang Perubahan UU Perkawinan, wanita 19
tahun)
3. Pasal 8 : larangan karena hubungan keluarga dekat
4. Pasal 9 : masih dalam ikatan perkawinan, dengan pengecualian Pasal 3
ayat 2 dan Pasal 4
5. Pasal 10 : larangan perkawinan setelah kedua kalinya dengan orang yang
sama (lihat Pasal 33 ayat 2 KUHPerdata)
6. Pasal 11 : waktu tunggu
Untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun, harus
memperoleh ijin kawin.
Pasal 71 KUHPerdata menyatakan bahwa ijin harus diberikan secara otentik, dalam UU
Perkawinan tidak mengharuskan dengan akta otentik, jadi dapat dengan akta bawah
tangan.
4. Perjanjian Perkawinan
Ketentuan yang berlaku
- Pasal 139-185 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
- Pasal 29-33 UU Perkawinan
- Putusan Mahkamah Konstitusi nomor 69/PUU-XIII/2015 tanggal 27-10-2016
Persatuan bulat yang dimaksudkan adalah segala harta yang dimiliki oleh calon suami dan
calon istri baik sebelum dan setelah menikah, akan menjadi harta mereka berdua secara
bersama-sama yang disebut Harta Campur Bulat.
Namun demikian, menurut Pasal 120 KUHPerdata masih dimungkinkan adanya harta
pribadi masing-masing, yaitu jika harta yang dimiliki berasal dari warisan atau hibah yang
mana pewaris atau pemberi hibah dengan tegas menyatakan bahwa warisan atau harta
hibah tidak termasuk dalam Harta Campur Bulat. Tidak hanya mengenai harta yang dimiliki,
Pasal 121 KUHPerdata menyatakan bahwa Harta Campur Bulat juga termasuk didalamnya
Pasal 36 UU Perkawinan :
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua
belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
Baik KUHPerdata maupun UU Perkawinan mengatur status harta benda yang didapat
setelah perkawinan merupakan harta bersama suami dan istri yang mana dalam hal suami
atau istri hendak melakukan tindakan kepemilikan seperti menjual atau memberikan
jaminan, maka harus mendapatkan persetujuan pasangan. Begitu pula dengan utang dan
kerugian yang timbul setelah perkawinan. Karena harta benda suami dan istri adalah harta
bersama, maka ketika salah satu dari mereka memiliki utang atau kerugian, maka seluruh
harta bersama merupakan jaminan untuk pelunasan kewajiban tersebut, sebagaimana
dikatakan dalam Pasal 1131 KUHPerdata :
“Segala kebendaan di berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan
untuk segala perikatan perseorangan”.
Dengan dibuatnya Perjanjian Kawin, maka asas harta kawin dalam Pasal 119 KUHPerdata
dan Pasal 35 dan Pasal 36 UU Perkawinan dapat diadakan penyimpangan.
Perjanjian Kawin merupakan perjanjian yang dibuat antara (calon) suami dan (calon) isteri
untuk mengatur akibat-akibat dari perkawinan yang mereka rencanakan terhadap harta
masing-masing.
2. Ada persekutuan harta benda menurut hukum tetapi (oleh isteri) dikehendaki adanya
penyimpangan
a. Perjanjian Kawin dengan diperjanjikan Pasal 140 (2) KUHPerdata
b. Perjanjian kawin dengan diperjanjikan Pasal 140 (3) KUHPerdata
Dasar hukum: Surat Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil nomor
472.2/5876/DUKCAPIL tanggal 19-05-2017
Untuk dapat diangkat dan menjalankan jabatan sebagai Notaris Pengganti, harus
memenuhi segala ketentuan sebagaimana yang diatur dalam UUJN.
Contoh:
PERJANJIAN PERKAWINAN
Nomor: 10
Pada hari ini, Rabu, tanggal 01-10-2021 (satu Oktober
Cuti tidak
lebih dari 6 dua ribu dua puluh satu), ---------------------------
bulan
pukul 09.10’ (sembilan lewat sepuluh menit) Waktu ---
Indonesia Barat, ------------------------------------
menghadap kepada saya, RENDY TIMOTHY, Sarjana -------
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris Pengganti -----
di Kabupaten Tangerang berdasarkan surat Majelis ----
Pengawas Daerah Notaris Kabupaten Tangerang ---------
tertanggal 01-07-2021 (satu Juli dua ribu dua puluh -
satu) nomor 01/KET.CUTI-MPDN Kab. Tgr/2021 sebagai --
pengganti dari AMIR SUCIPTO, Sarjana Hukum, ---------
Magister Kenotariatan, dengan dihadiri oleh para ----
saksi yang dikenal oleh saya, Notaris Pengganti, dan-
akan disebut pada bagian akhir akta ini: ------------
PERJANJIAN PERKAWINAN
Nomor: 10
Cuti 6 bulan Pada hari ini, Rabu, tanggal 01-10-2021 (satu Oktober
sampai dengan dua ribu dua puluh satu), ---------------------------
1 tahun
pukul 09.10’ (sembilan lewat sepuluh menit) Waktu ---
Indonesia Barat, ------------------------------------
menghadap kepada saya, RENDY TIMOTHY, Sarjana -------
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris Pengganti -----
PERJANJIAN PERKAWINAN
Nomor: 10
Cuti lebih Pada hari ini, Rabu, tanggal 01-10-2021 (satu Oktober
dari 1 tahun dua ribu dua puluh satu), ---------------------------
pukul 09.10’ (sembilan lewat sepuluh menit) Waktu ---
Indonesia Barat, ------------------------------------
menghadap kepada saya, RENDY TIMOTHY, Sarjana -------
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris Pengganti -----
di Kabupaten Tangerang berdasarkan surat Majelis ----
Pengawas Pusat Notaris tertanggal 01-07-2021 (satu --
Juli dua ribu dua puluh satu) nomor -----------------
01/KET.CUTI-MPP/2021 sebagai pengganti dari AMIR ----
SUCIPTO, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, dengan
dihadiri oleh para saksi yang dikenal oleh saya, ----
Notaris Pengganti, dan akan disebut pada bagian akhir
akta ini: -------------------------------------------
Syarat Sah Perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, terdiri dari:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Kecakapan
Pasal 1330 KUHPerdata mengatur:
Tak Cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah:
1. Orang-orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan
3. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan
pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Dalam hal seseorang belum cakap, maka tidak dapat menghadap Notaris untuk menjadi
penghadap dan menandatangani perjanjian. Dalam hal demikian, maka yang berlaku
adalah Kekuasaan Orang Tua.
Seorang bapak yang menjalankan kekuasaan orang tua bertindak untuk anaknya di bawah
umur:
Jika salah satu dari orang tua meninggal dunia, kekuasaan orang tua berhenti dan dan
orang tua yang hidup terlama, demi undang-undang menjadi wali atas anak-anak di bawah
umur:
PERJANJIAN KAWIN
Nomor: 37
Pada hari ini Senin, tanggal 26-10-2020 (dua puluh --
enam Oktober dua ribu dua puluh), -------------------
pukul 09.00 (sembilan) Bagian Barat Waktu Indonesia,-
menghadap kepada saya, Doktor STEFANIE HARTANTO, ----
Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di ----
Kabupaten Tangerang, dengan dihadiri oleh para saksi-
yang dikenal oleh saya, Notaris, akan disebut pada --
dan ----------------
-----------------------
bagian akhir akta ini: ------------------------------
Disahkan tambahan satu-
kata. -----------------
1. Tuan ARIMBI BUDI ATMADJA, lahir di Jakarta, pada -
tanggal 23-06-1991 (dua puluh tiga Juni seribu ------
sembilan ratus sembilan puluh satu), Warga Negara ---
Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di ----
Jakarta, Jalan Gunung Kintamani nomor 2, Jakarta ----
Barat, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor ----------
3373332306910001, untuk sementara berada di Tangerang
Meterai
Rp 10.000,-
Laurensia Chyntia
Stampel
Notaris
PERJANJIAN KAWIN
Nomor: 10
Pada hari ini, Kamis, tanggal 03-02-2022 (tiga ------
Februari dua ribu dua puluh dua), -------------------
pukul 11.30’ (sebelas lewat tiga puluh menit) Waktu -
Indonesia Barat, ------------------------------------
menghadap kepada saya, AURORA BOREALIS, Sarjana -----
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta ----
Selatan, dengan dihadiri oleh para saksi yang dikenal
oleh saya, Notaris, dan akan disebut pada bagian ----
akhir akta ini: -------------------------------------
1. Tuan ANTO AFFANDY, lahir di Malang, pada tanggal -
02-01-1970 (dua Januari seribu sembilan ratus tujuh -
puluh), Warga Negara Indonesia, wiraswasta, bertempat
tinggal di Tangerang, Jalan Palem Raya nomor 23, Kota
Tangerang, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor ------
3123330201700001, untuk sementara berada di Jakarta -
(selanjutnya disebut "Suami"); ----------------------
2. Nyonya VENESIA ABDULLAH, lahir di Jakarta, pada --
tanggal 15-05-1972 (lima belas Mei seribu sembilan --
ratus tujuh puluh dua), Warga Negara Indonesia, -----
wiraswasta, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan -----
Asobirin, Rukun Tetangga nomor 004, Rukun Warga nomor
010, Kelurahan Padang, Kecamatan Solo, pemegang Kartu
Tanda Penduduk nomor 1116781505720001 ---------------
(selanjutnya disebut "Isteri"). ---------------------
Meterai
Rp 10.000,-
Laurensia Chyntia
Stampel
Notaris
Salah satu Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris-
penghadap lumpuh
kepada para penghadap dan para saksi, maka segera ---
penghadap Tuan B, para saksi dan saya, Notaris, -----
menandatangani akta ini, sedangkan penghadap Tuan C -
membubuhkan sidik jari ibu jari kanan, karena menurut
keterangannya tangan kanannya lumpuh sehingga tidak -
dapat membubuhkan tanda tangan. ---------------------