SK Indikator Mutu Dan Keselamatan Pasien 2022
SK Indikator Mutu Dan Keselamatan Pasien 2022
SK Indikator Mutu Dan Keselamatan Pasien 2022
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KROYA II
Jalan Temugiring Nomor 1 Gentasari – Kroya
Telp (0282) 5293851 E-mail : uptpuskesmaskroya2@gmail.com
CILACAP
Kode Pos 53282
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KROYA II
NOMOR : / / 16.24
TENTANG
INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS KROYA II
MEMUTUSKAN :
KEENAM :
Indikator Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud
pada diktum KESATU sebagaimana terlampir pada lampiran 4
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ditetapkan di : Kroya
pada tanggal :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KROYA II,
ARMIZA
Lampiran 1 : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS KROYA II
Nomor : ______________________
Tanggal :
NO INDIKATOR TARGET
1. Kepatuhan Kebersihan Tangan 85%
2. Kepatuhan Alat Pelindung Diri (APD) 100%
3. Kepatuhan Identifikasi Pengguna Layanan 100%
4. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB 90%
Semua Kasus Sensitive Obat (SO)
5. Ibu Hamil Yang Mendapatkan Pelayanan ANC 100%
sesuai Standar
6. Kepuasan Pengguna Layanan 76,6%
ARMIZA
PROFIL INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN
PASIEN UPTD PUSKESMAS KROYA II TAHUN 2022
JUDUL
KEPATUHAN KEBERSIHAN TANGAN
INDIKATOR
Dasar 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
Pemikiran Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomir 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07-MENKES-
4641-2021 Tentang Panduan Pelaksanaan
Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, Isolasi dalam
Pencegahan COVID-19
4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan
sesuai dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan (safety)
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai
dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar
dapat menjamin keselamatan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
Operasional menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak
tampak kotor.
2. Kebersihan tangan dilakukan dengan 5 indikasi
(Five moments) menurut WHO dan 5 indikasi sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
3. Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah
menurut WHO.
4. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah penilaian
kepatuhan terhadap petugas yang melakukan
kebersihan tangan sesuai dengan indikasi yang terdiri
dari :
a. Sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum
menyentuh pasien (permukaan tubuh atau
pakaian pasien).
b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah
menyentuh pasien (permukaan tubuh atau
pakaian pasien ).
c. Sebelum melakukan prosedur aseptik contoh:
Pemasangan intra vena kateter (infus), perawatan
luka, pemasangan kateter urin, suctioning,
pemberian suntikan dan lain lain
d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
pasien seperti muntah, darah, nanah, urin, feces,
produksi drain, dan setelah melepas sarung
tangan
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
meliputi: menyentuh tempat tidur pasien, linen
yang terpasang di tempat tidur, alat-alat di sekitar
pasien atau peralatan lain yang digunakan
pasien, kertas/lembar untuk menulis yang ada di
sekitar pasien.
f. Melepas sarung tangan steril
g. Melepas APD
h. Setelah kontak dengan permukaan benda mati
dan objek termasuk peralatan medis
i. Setelah melepaskan sarung tangan steril.
j. Sebelum menangani obat-obatan atau
menyiapkan makanan.
5. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah
semua tenaga medis dan tenaga kesehatan yang
bertugas di ruang pelayanan/perawatan pasien serta
tenaga penunjang yang bekerja sebagai cleaning
service, pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan
tenaga penunjang yang kontak erat dengan pasien /
spesimen.
6. Observer adalah orang yang paham dan memiliki
kompetensi untuk melakukan penilaian kepatuhan
kebersihan tangan dengan metode dan tool yang
telah ditentukan.
7. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit
dalam satu periode pengamatan
8. Peluang adalah indikasi kebersihan tangan dalam 15
menit periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai
(pembilang) indikasi.
Denominator Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya
(penyebut) dilakukan dalam satu periode pengamatan/observasi.
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi :
Seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas
di ruang pelayanan/ perawatan pasien serta tenaga
penunjang yang bekerja sebagai cleaning service,
pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan tenaga penunjang
yang kontak erat dengan pasien/spesimen yang akan di
observasi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data
Tabel
Control chart
Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data Primer
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Data Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Penyajian Data Tabel
Control chart
Run chart
Penanggungjawab Penanggungjawab Mutu
Kriteria Eksklusi:
1. Pasien TB RO
2. Pasien TB pindahan yang tidak dilengkapi
dengan TBC.09 dan hasil pengobatan
pasien TB pindahan dengan TB.10
3. Pasien TB dengan hasil positif pada bulan
ke 5 atau bulan ke 6
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Formulir :
TB.01, TB.03, TB.04, TB.05, TB.06, TB.09 dan TB.10
Instrumen Data sekunder
Pengambilan
Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data
Tabel
Control chart
Run chart
Penanggung Penanggung jawab Program TB
Jawab
2) Kadar Hemoglobin
3) Gluko-Protein urin
i. Tata laksana
j. Temu wicara/ konseling
4. Waktu pemeriksaan 10T mengikuti daftar
pemeriksaan ANC sesuai ketentuan yang berlaku.
Kriteria Eksklusi:
pelaksanaan
lanjut.
i. Sarana dan prasarana.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.
Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses
(usaha, pembangunan, proyek). Sarana digunakan
untuk benda yang bergerak (komputer, mesin) dan
prasarana untuk benda yang tidak bergerak
(gedung).
13. Survei Kepuasan Masyarakat dilakukan dengan
menggunakan indikator dan metodologi survei yang
sudah ditentukan.
Jenis Indikator Output
Satuan Indeks
Pengukuran
Numerator Sesuai dengan PERMEN PAN & RB
(pembilang)
Denominator Sesuai dengan PERMEN PAN & RB
(penyebut)
Target >76.60
Pencapaian
Target >76.60
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pengguna layanan Puskesmas baik UKM
maupun UKP
Kriteria Eksklusi: Tidak ada
Formula Sesuai dengan metodologi survei kepuasan masyarakat
berdasarkan PERMEN PAN & RB
Desain Survei
Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil survei
ARMIZA
Lampiran 2 : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS KROYA II
Nomor : ______________________
Tanggal :
NO INDIKATOR TARGET
Cakupan orang terduga TBC yang 100%
1.
mendapatkan pelayanan TBC
ARMIZA
Lampiran 3 : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS KROYA II
Nomor : ______________________
Tanggal :
JENIS
INDIKATOR TARGET
PELAYANAN
1 Pendaftaran 100%
Tidak ada kesalahan identifikasi pasien
Pelayanan Rekam Kelengkapan pengisian rekam medik 24
2 100%
Medik jam setelah selesai pelayanan
Pelayanan
3 Kesehatan Gigi dan Pemeliharaan dan perawatan alat gigi 100%
Mulut sesuai prosedur
4 Pelayanan KIA KB Layanan KB MKJP 30%
Nomor : ______________________
Tanggal :
X 100%
X 100%
Standar SKP II
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara
lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil
laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Puskesmas secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan
dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa
diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak
memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang
perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang sering
disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih
pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih
dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling
efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan
meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
di Puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja
yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di Ruang Tindakan, serta pemberian
label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area
tersebut,sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
sengaja/kurang hati-hati.
Elemen Penilaian Sasaran III
Standar SKP IV
Standar SKP V
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,
dan fasilitasnya, Puskesmas perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
tersebut harus diterapkan Puskesmas
ARMIZA