Filsafat Ilmu 1
Filsafat Ilmu 1
Filsafat Ilmu 1
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
AFDALIAH ALIF
Nim : 220020391002
Pendidikan sebagai salah satu komponen kehidupan yang asasi, telah berperan dalam
menghasilkan kemampuan manusia dalam menemukan, mencari dan mengembangkan
ilmu. Bahkan dengan pendidikan, telah jauh mengembangkan peradaban yang melebihi
kapasitas manusia untuk menguasai dunia. Perkembangan ilmu yang demikian puncak,
mendorong manusia untuk menguasainya, dan siapa yang tidak memilikinya maka dia
akan jadi obyek manusia cerdas. Kehidupan demikian rumit untuk dianalisis hanya oleh
satu jalan pemikiran. Adalah ketakaburan yang tidak berdasar, apabila menganggap bahwa
ilmu adalah alpa dan omega dari kebenaran. Banyak sumber kebenaran selain ilmu, yaitu
agama, filsafat, seni, dan lain-lain pengetahuan. Einstein mengatakan: ilmu tanpa agama
adalah buta, agama tanpa ilamu adalah lumpuh”. Dengan demikian, kebenaran sangat
bergantung pada pendekatan yang digunakan dan dasar pengetahuan yang
mendasarinya.
Dengan demikian, jika kita akan menganalisis suatu permasalahan, maka harus
ditetapkan terlebih dahulu sumber dan dasar pemikiran kita, agar orang lain memahami
peta dan paradigma pemikiran yang kita gunakan. Sebagai salah satu kegiatan pendidikan,
yang merupakan aplikasi keilmuan, maka proses pendidikan tidak lagi natural (alami),
tetapi menjadi suatu bidang/lapangan kajian keilmuan, sehingga pendidikan seolah-olah
sudah lepas dari tanggung jawab hakiki orang tua, tetapi lebih banyak pada tanggung
jawab guru di sekolah.
Apabila konteks pendidikan menjadi kajian keilmuan, maka tanggung jawab kita adalah
mendasarkan telaahan dan pengembangan pendidikan berbasis keilmuan. Banyak kegiatan
pendidikan yang belum dianalisis berdasar pada keilmuan, sehingga pendidikan kurang
berkembang sebagaimana harapan. Untuk memahami hakikat ilmu pendidikan, maka kita
harus memahami landasan filosofisnya, yaitu filsafat ilmu pendidikan. Salah satu fakta
empiric dalam proses pendidikan, adalah adanya komunikasi pendidikan antara guru dan
siswa di kelas. Komunikasi yang dibangun merupakan pendekatan dan implementasi dari
berbagai pendekatan keilmuan. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas menjadi penting,
karena merupakan upaya menemukan model dan prosedur baru yang lebih efisien dan
efektif dalam mencapai tujuan pendidikan
B. PEMBAHASAN
FILOSOFI PTK
LANDASAN YURIDIS
KEBIJAKAN PTK
Berbagai permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan kita. diantaranya
adalah: pertama, rendahnya kualitas atau mutu pendidikan. Kedua, adalah belum
adanya pemerataan dalam memperoleh akses di bidang pendidikan. Ketiga, adalah
tidak adanya efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan. Disamping itu persoalan
yang keempat adalah belum adanya demokratisasi pendidikan. Peran serta masyarakat
dalam dunia pendidikan masih sangat terbatas.
Khusus untuk sekolah kejuruan, persoalan yang dirasakan sangat penting
berkaitan dengan ketidakmampuan lulusan dalam memasuki lapangan kerja. Hal itu
disebabkan karena kualitas lulusan yang memang jauh dari kehendak pasar.
Disamping itu juga adanya ketidaksesuaian antara ”supply” lulusan dengan kecilnya
“demand”. Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk
mengantisipasi hal itu adalah Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (dual system).
Sistem ini berusaha mengintegrasikan kepentingan dunia pendidikan dengan dunia
industri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, ketrampilan maupun etos kerja yang
sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke pasaran kerja Melalui
PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang dimiliki lulusan,
dengan tuntutan dunia kerja.
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan
sinkron antara program pendidkan di sekolah dan program penguasaan kerja. Dengan
demikian para siswa SMK dengan program PSG ini akan memiliki tingkat professional
yang sambung dengan dunia kerja yang dibutuhkan.
Sebagaimana gambar diagram di bawah menunjukkan putaran program
pembelajaran siswa yang terjadi di sekolah dan di industri. Di sekolah para siswa
belajar dengan para guru dan pada umumnya dibiayai oleh pemerintah sedangkan di
perusahaan pada umumnya mereka berlatih dengan para instruktur yang ada
diperusahaan dan dibiayai oleh perusahaan
Dalam pengertian tersebut, berarti ada dua pihak yaitu lembaga pendidikan (pelatihan)
di sekolah dan lapangan kerja (industri/perusahaan) yang secara bersama-sama
menyelenggarakan suatu program pendidikan dan pelatihan kejuruan. Kedua belah
pihak secara sungguh berproses di dalamnya dengan sgenap kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Penyelenggaraan PSG secara umum bertujuan untuk menjawab tantangan
industri. Namun menurut (Indra Djati Sidi, 2001) PSG bertujuan, pertama,
menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional, yaitu tenaga kerja
yang memiliki tingkat kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja. Kedua, meningkatkan dan memperkokoh link and match
antara lembaga pendidikan-pelatihan kejuruan dan dunia kerja. Ketiga, meningkatkan
efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesuonal.
Keempat, memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Pendidikan sistem ganda mensyaratkan adanya institusi lain sehingga terdapat
kerjasama dan kesepakatan antara institusi pendidikan dan pelatihan (SMK) dan
institusi lain tersebut (industry/perusahaan atau instansi lain yang yang berhubungan
dengan lapangan kerja) yang memiliki sumber daya untuk mengembangkan keahlian
kejuruan untuk bersam-sama menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keahlian
kejuruan. Institusi lain itulah yang disebut Institusi Pasangan (IP), yaitu institusi yang
mengikatkan diri bekerja sama dengan lembagapendidikan
Demikian perlu disepakati pola atau model pengaturan penyelenggaraan
program, khususnya yang menyangkut tentang kapan dilaksanakannya di SMK dan
kapan di institusi pasangannya. Secara garis besar model atau pola penyelenggaraan
itu dapat brbentuk “day release” atau “block release” atau merupakan kombinasi block
release, berbentuk hour release, atau kombinasi dari ketiganya. (Majelis Pendidikan
Kejuruan Nasional, 1996). Dalam bentuk penyelenggaraan “day release” disepakati
bersama dari 6 hari belajar dalam satu minggu, berapa hari di institusi pasangan dan
berapa hari di sekolah. Sementara dalam penyelenggaraan “block release” disepakati
bersama bulan atau catur wulan yang mana siswa harus berada di institusi pasangan.
Dengan demikian PSG diarahkan untuk menghasilkan tamatan yang memiliki
keahlian profesi tertentu secara standar sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Oleh karena itu segala sesuatu berhubungan dengan perencanaan, penyelenggaraan
dan penilaian pendidikan dan pelatihan harus senantiasa mengacu kepada
pencapaian standar kemampuan professional sesuai dengan tuntutan jabatan
pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapangan kerja. Atas dasar itulah,
setiap program pendidikan dan pelatihan harus mengandung standar profesi yang
secara jelas memuat tentang ukuran kemampuan dan sekaligus menggambarkan
kewenangan untuk melaksanakan tugas profesi tertentu.
Pendidikan Sistem Ganda dan Perubahan Paradigma Pendidikan Di SMK.
Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link
and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan
demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan
kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Ada beberapa
perubahan paradigma dan dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link
and match, (Sidi, 2001) yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan deman driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau
dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan
menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih
berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya,
dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih
dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil
pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan
kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam
pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng
direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan
melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK
diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia
kerja/industri, serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan
lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat
membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau
industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK.
d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar
yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada
pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas.
e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
menganut prinsip multy entry, multy exit
Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools
based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran
ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang
memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip
multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah
memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya
berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka
peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta
didik tersebut ingin masuk sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya,
maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan
mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan dari
pengalaman kerjanya.
f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh
sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan
dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini
akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu,
misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai
bekal untuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu
menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan kemampuan menguji
kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi itu
didapatkan.
Model pertama, pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran marginal dalam
proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya liberal, namun kita dapat
mengatakannya sebagai model berorientasi pasar (Market Oriented Model). Perusahaan-
perusahaan atau industri sebagai pemeran utama berhak menciptakan desain pendidikan
kejuruan yang tidak harus berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan mereka
tidak dapat diusik oleh pemerintah karena yang menjadi sponsor, dana dan lainnya adalah
dari perusahaan.
Konsep pendidikan kejuruan yang berorientasi ke dunia kerja didasarkan atas kebutuhan
tenaga kerja di dunia industri di mana perencanaan ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan
dari dunia pendidikan. Program Kebutuhan pasar kerja dan dunia pendidikan seharusnya
dirancang secara terintegrasi dengan memperhatikan tujuan dan kebutuhan dunia usaha
dan dunia industri.
Industri dapat mengambil peran yang lebih besar, karena selain memanfaatkan secara
langsung hasil pendidikan, industri juga memiliki sumber daya dan sumber dana. Dengan
demikian, industri dapat menyumbangkan sumber dayanya dalam proses pendidikan
misalnya dengan penyediaan teknologi yang canggih dan tentu lebih maju dibandingkan
dengan institusi pendidikan sebagai sarana pelatihan. Pada saat yang sama, industi dapat
menjadi arena yang tepat di mana kompetensi profesi dapat diidentifikasi dan diujikan.
Praktek-praktek yang dapat mempengaruhi pembelajaran berorientasi dunia kerja. Boud &
Solomon menyatakan “The practices which have influenced the development of work-based
learning include the following: (1)work placements and sandwich courses, (2) Independent
studies and negotiated, (3) Access and the accreditation of prior experiental learning, (4)
Generic competencies and capabilities, (5) Labour and learning”.
Salah satu tolak ukur dari keberhasilan suatu proses pendidikan adalah apabila ada
relevansi hasil lulusan dengan pasar tenaga kerja dan bagi institusi pendidikan yang
mempunyai unit produksi seharusnya mengarahkan produknya dengan kebutuhan pasar
dalam hal ini dunia industry dan dunia usaha bahkan masyarakat luas. Bailey, Hughens &
Moore (2004) menyatakan bahwa “ A central argument in favor of work-based learning is
that students acquire various practical skills and that they learn about industries and
careers”. Jadi, alasan utama dari pembelajaran berorientasi dunia kerja adalah peserta didik
dapat memperoleh berbagai keterampilan dan bahkan mereka mmempelajari mengenai
industry dan karier. Karena bagaimanapun institusi pendidikan seharusnya tidak hanya
berpikir bagaimana hasil lulusannya berkualitas namun demikian harus juga memperhatikan
keinginan pasar yang selalu berobah. Jadi, berdasarkan konsep pemasaran alasan
keberadaan social dan ekonomi bagi suatu organisasi termasuk di dalamnya institusi
pendidikan adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersbut sesuai dengan
sasaran organisasi.
b. Model Sekolah
Pada model sekolah pemerintah merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol
pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah dalam hal ini yang menentukan
jenis pendidikan apa yang harus dilaksanakan di sekolah, bagaimana desain silabusnya,
begitu pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus dilaksanakan oleh sekolah tidak
selalu berdasarkan permintaan kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu.
Walaupun model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat
dilaksanakan di sekolah sepenuhnya. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Swedia
serta banyak dunia juga melaksanakan model ini.
C. KESIMPULAN
1. Pendidikan adalah sebuah proses pemartabatan manusia menuju puncak
optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikotomorik yang dimilikinya, dan
pendidikan juga merupakan proses membimbing, melatih, memandu manusia
agar terhindar dari kebodohan dan pembodohan, pendidikan juga dapat dijadikan
sebagai proses elevasi yang dilakukan secara nondiskriminasi, dinamis dan
intensif menuju kedewasaan individu, yang dilakukan secara kontinyu dengan
sifat yang adaptif dan nirlimit atau tiada akhir.
2. Tugas dan fungsi utama pendidikan adalah membangun manusia yang beriman,
cerdas dan kompetitif. Selain itu, fungsi pendidikan harus menanamkan
keyakinan kepeda peserta didik bahwa untuk mencapai kemajuan bangsa yang
lebih baik dimasa yang akan datang haruslah dengan ilmu pengetahuan. Secara
teknis dan kelembagaan, pendidikan berfungsi untuk memfasilitasi proses
pembelajaran bagi peserta didik, sehingga ia mampu mentransmisi pengetahuan
yang diperolehnya dengan baik dan efektif.
3. Tujuan pendidikan adalah untuk mengmbangnkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab
4. Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak,
diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu, oleh karena
itu apbila terjadi kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan, pada
umumnya membutuhkan waktu untuk memperbaikinya. Kenyataan itu menuntut
agar pendidikan dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas-asas pendidikan sbb; landasan
filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, yuridis, dan landasan ilmiyah dan
teknologi. Sedang asas-asasnya adalah; Asas tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hayat dan asas kemandirian dalam belajar
DAFTAR PUSATAKA
Aaltje D.ch Wayong. (2012). Peran LPTK dalam pengembangan pendidikan vokasi di
indonesia, 1907-2066. Diakses 1 Oktober 2022 dari Universitas Negeri Manado