Pedoman Pelayanan Humas Fix
Pedoman Pelayanan Humas Fix
Pedoman Pelayanan Humas Fix
MASYARAKAT (HUMAS)
2023
KATA PENGANTAR
Atas asung nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga “Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat
(Humas)” telah selesai disusun. Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas)
ini disusun sebagai acuan umum pengelolaan dan pelaksanaan prosedur kerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Singasana. Pedoman ini berisi uraian mengenai ruang lingkup kerja,
standar ketenagaan dan fasilitas, tata laksana kerja, logistik, keselamatan kerja, dan
pengendalian mutu.
Kami mengharapkan agar pedoman ini dapat menjadi acuan dalam menjalankan
proses kerja dengan mutu yang baik dan dapat memberikan manfaat sebesar–besarnya bagi
civitas hospitalia dan stakeholder terkait. Kami mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyusunan pedoman ini.
NIP. 198107262009021006
p) m) ri nÓ ;¾ k vUp et n/ t b n n/
PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN
ru m ;¾ s kø t/ ú mu m/ d eh r ;¾si\sn¾,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGASANA
b Zé(ÿ¾ t) g l¾À nÓ¡ g n/ , ed ´ Zøÿ tÑ ;¾, k) c m t n/ k)di ri, k vU p et n
n/
Br. Tegal Antugan, Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabana
et el ePÿ n/ ,0361-813495, 8311652, 8311603,
Telp : 0361-813495, 8311652, 8311603
E-mail : rsud.singasana@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR: 445/065/SK/RSUDSN/2023
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SINGASANA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT
HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS);
KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas) di Rumah Sakit
Umum Daerah Niytdah;
KETIGA : Pedoman Kerja Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas)
sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU dipergunakan sebagai
acuan bagi Unit Hubungan Masyarakat (Humas) untuk meningkatkan mutu
dan kualitas kinerja Humas.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila ditemukan
kekurangan dan kekeliruan dikemudian hari, maka akan dilakukan perbaikan
dan perubahan sebagaimana mestinya.
KELIMA : Salinan keputusan disampaikan kepada pihak yang bersangkutan untuk dapat
diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Tabanan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN ii
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pedoman 2
D. Batasan Operasional 3
E. Landasan Hukum 3
A. Denah Ruangan 8
B. Standar Fasilitas 8
BAB V LOGISTIK 17
A. Definisi 17
A. Definisi 18
B. Tujuan 18
D. Batasan Operasional 18
A. Definisi 19
B. Tujuan 19
Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada panyakit, yaitu hanya
menunggu sampai ada yang sakit barulah kemudian yang bersangkutan diberi pengobatan. Setelah
diberi pengobatan dan orang tersebut sembuh, lalu dipulangkan. Ketika orang tersebut kambuh dengan
penyakit yang sama, maka yang bersangkutan akan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini
berlangsung terus, hingga sampai pada akhirnya disadari bahwa untuk memelihara kesehatan
masyarakat diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan
rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta
sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup
pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerjasama yang positif antara petugas
kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang
cara-cara penyembuhan dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau
berpartisipasi secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
pada umumnya.
Reformasi manajemen pelayanan publik telah memasuki babak baru. Pada masa kini, Rumah
Sakit sebagai pelayanan publik dituntut untuk menyediakan adanya pelayanan akuntabilitas publik,
serta perbaikan mutu pelayanan yang dapat terukur kinerjanya. Salah satu indikator mutu pelayanan
publik utama adalah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Akuntabilitas sebuah rumah sakit dapat
diukur melalui “3E dan 3R”, yaitu : Efektivitas Los, Efisiensi BOR, Ekonomis, dan Responsif,
Representatif, dan Responsible. Masyarakat sebagai customer rumah sakit harus dilayani dengan baik.
Masyarakat merupakan customer eksternal bagi sebuah rumah sakit, sedangkan customer internal dari
rumah sakit adalah staf administrasi, dan seluruh SMF / Instalasi / Unit / Bagian / di lingkungan Rumah
Sakit itu sendiri. Customer internal inilah yang pertama kali harus dipuaskan dengan pelayanan yang
ada di rumah sakit, agar timbulah citra yang positif bagi Rumah Sakit tersebut. Unit Humas merupakan
organisasi di rumah sakit yang mempunyai kewajiban utama untuk membangun, serta menciptakan
citra atau image Rumah Sakit yang positif di mata kastemer. Selain itu Unit Humas yang memiliki Sub
Unit PKRS, juga berperan dalam pengelolaan Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS). PKRS
berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang
penyakit dan pencegahannya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien,
keluarga, dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian yang tidak terpisah dari program
pelayanan kesehatan rumah sakit.
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Promosi kesehatan
dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan serta didukung dengan
metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal,
termasuk sumber daya manusia yang professional. Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima)
tingkat pencegahan yang meliputi Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga
mampu meningkatkan kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko tinggi
(high risk) untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi Kesehatan tingkat
kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early diagnosis and prompt
treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif untuk membatasi atau mengurangi kecacatan
(disability limitation), dan Promosi Kesehatan pada Pasien baru sembuh (recovery) dan pemulihan
akibat penyakit (rehabilitation)
Terselenggaranya Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dapat mewujudkan Rumah Sakit yang
berkualitas yang memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit baik nasional maupun internasional.
Integrasi Promosi Kesehatan dalam asuhan Pasien melalui peningkatan komunikasi dan edukasi yang
efektif juga dapat mewujudkan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk menjamin pemenuhan hak setiap orang dalam
memperoleh informasi dan edukasi tentang kesehatan dan untuk menjamin terlaksananya pelayanan
kesehatan yang paripurna di Rumah Sakit diperlukan adanya sebuah pedoman pelayanan. Pedoman
pelayanan ini menjadi pegangan bagi pelaksana humas dan PKRS untuk dapat memberikan layanan
informasi dan komunikasi public serta menjadi bagian dari Health Promoting Hospital secara efektif.
Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Memberikan acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan segala proses di bidang Hubungan
Masyarakat dan penyelenggaraan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Singasana.
2. Tujuan Khusus
1) Menyediakan informasi dan edukasi yang terpercaya bagi pasien dan keluarga pasien sesuai
dengan kebutuhan.
2) Memberdayakan masyarakat rumah sakit dalam melaksanakan PKRS di Rumah Sakit Umum
Daerah Singasana
3) Menciptakan suasana atau lingkungan yang aman, nyaman, kondusif, dan berperilaku hidup
bersih dan sehat bagi seluruh civitas rumah sakit.
4) Menerapkan tempat kerja yang sehat di Rumah Sakit Umum Daerah Singasana.
Batasan Operasional
3. Pendidikan Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan staf rumah sakit
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menunjang produktifitas kerja di
lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.
4. Pendidikan Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan keluarga dalam
peningkatan status kesehatannya secara mandiri melalui kegiatan peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam meningkatkan dan mempertahankan status
kesehatannya sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Pendidikan pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit dalam
menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah sakit sehingga
masyarakat mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik dan benar.
6. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah menciptakan sistem dan lingkungan kerja yang
sehat yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya mendukung produktifitas kerja
dan keselamatan pasien. Kegiatan ini meliputi advokasi kebijakan-kebijakan rumah sakit yang
berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta melakukan
pemberdayaan masyarakat rumah sakit dalam mendukung dan menciptakan lingkungan rumah sakit
yang sehat melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
7. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan pengembangan promosi
kesehatan klinis (Clinical Health Promotion) adalah upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
outcome pelayanan rumah sakit baik pengambilan keputusan maupun upaya perbaikan pelayanan
secara berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui hasil penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan klinis dan mendukung promosi kesehatan berkelanjutan. Peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit ini terkait dengan pencapaian patient safety goals.
Landasan Hukum
1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggung jawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang laindalam upaya memperoleh lingkungan yang
sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan yang setinggi-
tingginya.
f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, meyeluruh dan berkesinambungan.
h. Pasal 62
1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup
sehat.
2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk menghindari atau mengurangi resiko, masalah
dan dampak buruk akibat penyakit.
3) Pemerintah dan pemerintah daerahmenjamin dan menyediakan fasilitas untuk kelangsungan
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
4) Ketentuan berlanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit diatur
dengan peraturan Menteri.
i. Pasal 115
1) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya
j. Pasal 168
1) Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien diperlukan informasi
kesehatan
2) Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi
dan melalui lintas sektor
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2)
diatur oleh Peraturan Pemerintah
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mempersiapkan tenaga Humas dan PKRS yang handal, perlu kiranya melakukan kegiatan
menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu
adanya perencanaan SDM yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi. Adapun kualifikasi
SDM Unit Humas yaitu
1) Kepala Unit Humas bertugas untuk memimpin, mengarahkan, menggerakkan, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan kegiatan K e h u m a s a n d a n Promosi Kesehatan Rumah Sakit serta
Kehumasan. Kualifikasi kepala unit humas yaitu minimal DIII Kesehatan atau lainnya, dan sudah
berpengalaman kerja minimal 1 tahun di bagian yang berhubungan dengan komunikasi, promosi
ataupun masyarakat.
2) Kepala Sub Unit PKRS bertanggung jawab pada kelancaran dan ketersediaan data/informasi publik
untuk kegiatan PKRS, serta bertanggung jawab pada pengendalian mutu PKRS. Koordinator PKRS
adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi pengelolaan/manajemen kegiatan PKRS secara
khusus dan purna waktu. Kualifikasi Kepala Sub Unit PKRS yaitu S1 Kesehatan.
3) Kepala Sub Unit Humas bertanggung jawab pada proses penanganan aduan, penyediaan informasi
terkait layanan rumah sakit, serta kegiatan promosi rumah sakit. Kualifikasi Kepala Sub Unit
Humas yaitu D III Kesehatan atau lainnya
4) Staf Humas bertanggung jawab pada kelancaran kegiatan kehumasan. Kualifikasi staf humas yaitu
minimal D III Kesehatan atau lainnya
5) PIC PKRS bertanggung jawab pada kelancaran kegiatan promosi kesehatan ditiap unit pelayanan.
PIC merupakan tenaga fungsional sebagai edukator untuk pasien dan keluarga pasien baik di unit
gawat darurat, unit rawat inap, dan di unit tindakan maupun unit rawat jalan adalah tenaga
profesional kesehatan yang berhubungan langsung dan dilakukan secara kolaboratif di tiap unit
pelayanan.
B. Distribusi Ketenagaan
Waktu Kerja
Nama Jabatan Pendidikan Jumlah
Kepala Unit Humas D III Kebidanan 1 shift 1
A. Denah Ruangan
Ruangan untuk Unit Humas belum tersedia secara maksimal, untuk ruang pengaduan masih menjadi
satu dengan loket pendaftaran Poliklinik. Penyuluhan di dalam gedung dilaksanakan di tempat yang
memungkinkan melaksanakan penyuluhan kepada pasien dan keluarga seperti di ruang tunggu
pendaftaran rawat jalan dan ruang perawatan pasien rawat inap.
Pintu
Masuk Poliklinik
Kasir
Ruang Tunggu Ruang Tunggu
Humas (Pe
B. Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Unit Humas
1) Intervensi Promosi Kesehatan berfokus pada pasein dan keluaga, Pasien, meliputi:
a. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang faktor risiko penyakit sesuai
kebutuhan Pasien, meliputi status merokok, riwayat konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status
gizi, faktor sosial ekonomi, dan faktor risiko lainnya. Hasil pemberian informasi dan edukasi
oleh profesional pemberi asuhan kepada Pasien dan Keluarga Pasien dicatat dalam formulir
rekam medik.
b. Adanya media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang faktor risiko penyakit sesuai
kebutuhan, meliputi status merokok, riwayat konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status gizi,
faktor sosial ekonomi, dan faktor risiko lainnya.
c. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang diagnosis penyakit, penggunaan
obat-obatan yang didapat Pasien secara efektif dan aman, termasuk potensi efek samping obat,
penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman, potensi interaksi antara obat yang
diresepkan dan obat lainnya termasuk termasuk obat yang tidak diresepkan serta makanan, diet
dan nutrisi, manajemen nyeri, teknik rehabilitasi, cara cuci tangan yang benar, dan sebagainya
sesuai dengan hasil asesmen. Hasil pemberian informasi dan edukasi oleh PPA kepada Pasien
dan Keluarga Pasien dicatat dalam formulir rekam medik.
d. Adanya media KIE tentang diagnosis penyakit, penggunaan obatobatan yang didapat Pasien
secara efektif dan aman, termasuk potensi efek samping obat, penggunaan peralatan medis
secara efektif dan aman, potensi interaksi antara obat yang diresepkan dan obat lainnya
termasuk termasuk obat yang tidak diresepkan serta makanan, diet dan nutrisi, manajemen
nyeri, teknik rehabilitasi, cara cuci tanmgan yang benar, dan sebagainya.
e. Adanya kunjungan rumah dalam rangka Promosi Kesehatan berkelanjutan terhadap kasus-
kasus yang perlu ditindaklanjuti.
f. Adanya surat/formulir rujuk balik ke sumber-sumber di komunitas bagi Pasien pulang untuk
upaya Promosi Kesehatan berkelanjutan yang tercatat dalam rekam medik.
h. Adanya penyampaian informasi populasi Pasien, penyakit, dan faktor risiko yang ditemukan
di Rumah Sakit untuk ditindaklanjuti di komunitas.
j. Adanya program kerjasama Rumah Sakit dengan sumber yang ada di komunitas tersebut
untuk mendukung kebutuhan Pasien dalam Promosi Kesehatan berkelanjutan.
k. Adanya kegiatan pembinaan Promosi Kesehatan kepada sumbersumber, atau fasilitas pelayan
kesehatan yang ada dikomunitas tersebut agar sejalan dengan program kerja PKRS.
m. Adanya pencatatan intervensi Promosi Kesehatan bagi Pasien dan Keluarga Pasien yang
dicatat dalam rekam medik.
n. Adanya program pencegahan penularan penyakit bagi Pasien, termasuk pencegahan infeksi
nosokomial.
a. Adanya program Promosi Kesehatan sebagai tindak lanjut dari asesmen kebutuhan SDM
Rumah Sakit.
c. Adanya program pencegahan penularan penyakit bagi SDM Rumah Sakit, termasuk
pencegahan infeksi nosokomial.
3) Intervensi Promosi Kesehatan bagi Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah
Sakit, meliputi:
a. Adanya akses informasi bagi Pasien, Keluarga Pasien, Pengunjung Rumah Sakit, dan
Masyarakat Sekitar Rumah Sakit. Informasi yang diberikan mencakup jenis pelayanan yang
tersedia, akses dan jadwal pelayanan, serta proses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Akses informasi dapat berupa: 1) website Rumah Sakit yang mencantumkan informasi tentang
jenis pelayanan yang tersedia, akses dan jadwal pelayanan, serta proses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. 2) media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan berupa
media cetak (leaflet, flyer, poster, lembar balik, dan sebagainya), media luar ruang (billboard,
spanduk, dsb), dan media audiovisual.
b. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang kesehatan umum, minimal yang
berkaitan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun, etika batuk, aktivitas fisik, makan sayur
dan buah, bahaya merokok, cek kesehatan secara rutin, dan ASI eksklusif.
c. Adanya media KIE tentang kesehatan umum, minimal yang berkaitan dengan perilaku cuci
tangan pakai sabun, etika batuk, aktivitas fisik, makan sayur dan buah, bahaya merokok, cek
kesehatan secara rutin, dan ASI eksklusif.
d. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang penyakit risiko tinggi, berbiaya
tinggi, dan kasus terbanyak yang ada di Rumah Sakit, seperti hipertensi, penyakit jantung,
stroke, penyakit ginjal, diabetes, kanker, hepatitis, thalasemia, hemofilia, dan sebagainya.
e. Adanya media KIE tentang seluruh penyakit yang ditemukan di Rumah Sakit, media KIE
dapat berupa poster, leaflet, flyer, standing banner, spanduk, lembar balik, video informasi,
dan sebagainya.
f. Adanya program pencegahan penularan penyakit kepada Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
yang terdampak masalah kesehatan.
g. Adanya edukasi tentang Rumah Sakit ramah lingkungan.
d. Adanya laporan hasil monitoring dan evaluasi, meliputi hasil pencapaian standar PKRS. Hasil
monitoring dan evaluasi dilaporkan kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
e. Adanya tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh instalasi/unit PKRS
bersama dengan instalasi/unit terkait.
f. Adanya data Promosi Kesehatan yang dikumpulkan secara rutin meliputi aktivitas Promosi
Kesehatan bagi Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, pengunjung, dan Masyarakat
Sekitar Rumah Sakit serta dapat dipantau setiap saat melalui sistem informasi.
g. Adanya pertemuan rutin antara instalasi/unit PKRS dengan sumber-sumber yang ada di
komunitas untuk mengevaluasi program Promosi Kesehatan berkelanjutan.
h. Adanya penyampaian informasi tentang data populasi Pasien, penyakit, dan faktor risiko yang
ditemukan di RS untuk ditindaklanjuti di komunitas.
j. Adanya diseminasi dan tindak lanjut hasil survei kepuasan terhadap pelayanan/program
Promosi Kesehatan minimal 6 bulan sekali.
a. Adanya hasil peninjauan kebijakan, pedoman, panduan, dan standar prosedur operasional
(SPO) terkait PKRS dengan melibatkan multi profesi/multi disiplin di instalasi/unit pelayanan
terkait yang dilaksanakan minimal 3 (tiga) tahun sekali atau bila diperlukan
c. Adanya diseminasi dan tindaklanjut hasil penelitian tentang PKRS sebagai bagian dari upaya
peningkatan mutu Rumah Sakit
BAB V
LOGISTIK
A. DEFINISI
Logistik adalah segala sesuatu/benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik, baik yang
digunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang.
Logistik untuk kegiatan Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah persediaan
peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk melaksanakan promosi baik promosi layanan, program
unggulan rumah sakit maupun promosi kesehatan.
B. KELOMPOK PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
1. LCD dan layar proyektor.
2. Laptop
3. Materi edukasi berupa poster, atau leaflet, atau banner.
4. Formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi.
5. Alat peraga.
6. Microphone dan Soundsystem
7. ATK (Alat Tulis Kantor)
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu perlindungan bagi
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori
seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat
manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap
pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit
B. Tujuan
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar tercapai pelayanan dan produktifitas
kerja yang optimal dengan tujuan khusus yaitu:
1. Memberikan perlindungan kepada seluruh staf, pasien dan pengunjung.
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan kerja aman.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. DEFINISI
Mutu Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas) Rumah Sakit adalah pelayanan yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan.
B. TUJUAN
Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan Humas maka ditetapkan Standar Mutu Pelayanan
Humas yang merupakan bagian dari standar mutu rumah sakit.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian standar mutu
tahun sebelumnya.
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun
3. Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Kepala Unit Humas dan dilaporkan setiap
6 bulan kepada Direktur.
Indikator mutu yang digunakan adalah prosentase pasien yang dilakukan edukasi oleh tenaga kesehatan.
1. Merupakan kegiatan-kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan yang telah dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahunan berikutnya yang meliputi :
a. Program pengembangan staf/SDM : berupa program diklat
b. Program pengembangan peralatan
c. Program pengembangan ruangan dan fasilitas
d. Program pengembangan sistem
e. Dan lain-lain
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam program kerja
tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun sebelumnya (Rekapitulasi data,
analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan Desember untuk membuat program peningkatan
mutu tahun berikutnya dan revisi standar mutu yang merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal–hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan maka tindak lanjut
perbaikan mutu harus segera dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Kepala Unit Humas.
6. Indikator mutu tentang waktu tanggap terhadap komplain internal.
7. Indikator mutu tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
BAB VIII
PENUTUP
Dengan adanya buku Pedoman ini diharapkan kegiatan Humas dan promosi kesehatan Rumah Sakit
dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan keterlibatan pasien
dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami.
Bagi para anggota Unit Humas diharapkan Buku Pedoman ini dapat membantu memberi gambaran
kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan.
Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan yang berharga bagi
penyempurnaan buku pedoman ini di masa mendatang selalu dinantikan.
Ditetapkan di Tabanan
Pada tanggal 19 Januari 2023