Pedoman Pelayanan Humas Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN UNIT HUBUNGAN

MASYARAKAT (HUMAS)

PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGASANA

2023
KATA PENGANTAR

Atas asung nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga “Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat
(Humas)” telah selesai disusun. Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas)
ini disusun sebagai acuan umum pengelolaan dan pelaksanaan prosedur kerja di Rumah
Sakit Umum Daerah Singasana. Pedoman ini berisi uraian mengenai ruang lingkup kerja,
standar ketenagaan dan fasilitas, tata laksana kerja, logistik, keselamatan kerja, dan
pengendalian mutu.
Kami mengharapkan agar pedoman ini dapat menjadi acuan dalam menjalankan
proses kerja dengan mutu yang baik dan dapat memberikan manfaat sebesar–besarnya bagi
civitas hospitalia dan stakeholder terkait. Kami mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyusunan pedoman ini.

Tabanan, 19 Januari 2023

Direktur RSUD Singasana

dr. I Wayan Doddy Setiawan


Pembina Tk. IV/a

NIP. 198107262009021006
p) m) ri nÓ ;¾ k vUp et n/ t b n n/
PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN
ru m ;¾ s kø t/ ú mu m/ d eh r ;¾si\sn¾,
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGASANA
b Zé(ÿ¾ t) g l¾À nÓ¡ g n/ , ed ´ Zøÿ tÑ ;¾, k) c m t n/ k)di ri, k vU p et n
n/
Br. Tegal Antugan, Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabana
et el ePÿ n/ ,0361-813495, 8311652, 8311603,
Telp : 0361-813495, 8311652, 8311603
E-mail : rsud.singasana@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGASANA

NOMOR: 445/065/SK/RSUDSN/2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN UNIT HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINGASANA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SINGASANA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan tata Kelola kehumasan di bidang


Kesehatan yang professional serta memiliki integritas dalam
memenuhi pelayanan informasi kepada publik;
b. Bahwa dibutuhkan panduan bagi penyelenggaraan kehumasan di
bidang Kesehatan dalam melaksanakan tata Kelola Kehumasan
secara optiomal, efektif efisien, dan akuntable;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomer 4843);
2. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia 4846);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomer 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomer 5038);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomer 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomer 5063);
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomer
Per/12/M.Pan/08/Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Hubungan
Masyarakat di Lingkungan Instansi Pemerintah;
6. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
No.371/Kep/M.Kominfo/8/2007 tentang Kode Etik humas
Pemerintahan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1787 Tahun 2010 tentang
Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomer 673);
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomer 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomer 31 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Infrastuktur Hubungan Masyarakat di Lingkungan Instansi
Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 1144/Menkes/Per/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun
2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Umum Kehumasan Bidang Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Promosi Rumah Sakit (PKRS);
13. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Publik.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SINGASANA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT
HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS);
KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas) di Rumah Sakit
Umum Daerah Niytdah;
KETIGA : Pedoman Kerja Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas)
sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU dipergunakan sebagai
acuan bagi Unit Hubungan Masyarakat (Humas) untuk meningkatkan mutu
dan kualitas kinerja Humas.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila ditemukan
kekurangan dan kekeliruan dikemudian hari, maka akan dilakukan perbaikan
dan perubahan sebagaimana mestinya.
KELIMA : Salinan keputusan disampaikan kepada pihak yang bersangkutan untuk dapat
diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tabanan

Pada tanggal 19 Januari 2023

Direktur RSUD Singasana

Dr. I Wayan Doddy Setiawan


Pembina IV/a
NIP. 198107262009021006

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SINGASANA
NOMOR : 445/065 /SK/RSUDSN/2023
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN UNIT HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN ii

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Pedoman 2

C. Ruang Lingkup Kerja 2

D. Batasan Operasional 3

E. Landasan Hukum 3

BAB II STANDAR KETENAGAAN 6

A. Kualitas Sumber Daya Manusia 6


B. Distribusi Ketenagaan 6

BAB III STANDAR FASILITAS 8

A. Denah Ruangan 8

B. Standar Fasilitas 8

BAB IV TATA LAYANAN 11

A. Sub Unit Humas 11

B. Sub Unit PKRS 12

BAB V LOGISTIK 17

A. Definisi 17

B. Kelompok Peralatan Yang Diperlukan 17

BAB VI KESELAMATAN KERJA 18

A. Definisi 18

B. Tujuan 18

C. Pengendalian K3 Saat Pemberian Edukasi 18

D. Batasan Operasional 18

BAB VII PENGENDALIAN MUTU 19

A. Definisi 19

B. Tujuan 19

C. Kegiatan Pengendalian Mutu 19

D. Kegiatan Peningkatan Mutu 19

BAB VIII PENUTUP 21


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada panyakit, yaitu hanya
menunggu sampai ada yang sakit barulah kemudian yang bersangkutan diberi pengobatan. Setelah
diberi pengobatan dan orang tersebut sembuh, lalu dipulangkan. Ketika orang tersebut kambuh dengan
penyakit yang sama, maka yang bersangkutan akan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini
berlangsung terus, hingga sampai pada akhirnya disadari bahwa untuk memelihara kesehatan
masyarakat diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan
rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang ada serta
sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup
pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerjasama yang positif antara petugas
kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang
cara-cara penyembuhan dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau
berpartisipasi secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
pada umumnya.
Reformasi manajemen pelayanan publik telah memasuki babak baru. Pada masa kini, Rumah
Sakit sebagai pelayanan publik dituntut untuk menyediakan adanya pelayanan akuntabilitas publik,
serta perbaikan mutu pelayanan yang dapat terukur kinerjanya. Salah satu indikator mutu pelayanan
publik utama adalah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Akuntabilitas sebuah rumah sakit dapat
diukur melalui “3E dan 3R”, yaitu : Efektivitas Los, Efisiensi BOR, Ekonomis, dan Responsif,
Representatif, dan Responsible. Masyarakat sebagai customer rumah sakit harus dilayani dengan baik.
Masyarakat merupakan customer eksternal bagi sebuah rumah sakit, sedangkan customer internal dari
rumah sakit adalah staf administrasi, dan seluruh SMF / Instalasi / Unit / Bagian / di lingkungan Rumah
Sakit itu sendiri. Customer internal inilah yang pertama kali harus dipuaskan dengan pelayanan yang
ada di rumah sakit, agar timbulah citra yang positif bagi Rumah Sakit tersebut. Unit Humas merupakan
organisasi di rumah sakit yang mempunyai kewajiban utama untuk membangun, serta menciptakan
citra atau image Rumah Sakit yang positif di mata kastemer. Selain itu Unit Humas yang memiliki Sub
Unit PKRS, juga berperan dalam pengelolaan Promosi Kesehatan rumah sakit (PKRS). PKRS
berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang
penyakit dan pencegahannya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien,
keluarga, dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam berusaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian yang tidak terpisah dari program
pelayanan kesehatan rumah sakit.
Promosi kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam
meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Promosi kesehatan
dilakukan dengan strategi pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan serta didukung dengan
metode dan media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal,
termasuk sumber daya manusia yang professional. Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima)
tingkat pencegahan yang meliputi Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga
mampu meningkatkan kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko tinggi
(high risk) untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi Kesehatan tingkat
kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early diagnosis and prompt
treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif untuk membatasi atau mengurangi kecacatan
(disability limitation), dan Promosi Kesehatan pada Pasien baru sembuh (recovery) dan pemulihan
akibat penyakit (rehabilitation)
Terselenggaranya Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dapat mewujudkan Rumah Sakit yang
berkualitas yang memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit baik nasional maupun internasional.
Integrasi Promosi Kesehatan dalam asuhan Pasien melalui peningkatan komunikasi dan edukasi yang
efektif juga dapat mewujudkan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk menjamin pemenuhan hak setiap orang dalam
memperoleh informasi dan edukasi tentang kesehatan dan untuk menjamin terlaksananya pelayanan
kesehatan yang paripurna di Rumah Sakit diperlukan adanya sebuah pedoman pelayanan. Pedoman
pelayanan ini menjadi pegangan bagi pelaksana humas dan PKRS untuk dapat memberikan layanan
informasi dan komunikasi public serta menjadi bagian dari Health Promoting Hospital secara efektif.
Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Memberikan acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan segala proses di bidang Hubungan
Masyarakat dan penyelenggaraan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Singasana.
2. Tujuan Khusus
1) Menyediakan informasi dan edukasi yang terpercaya bagi pasien dan keluarga pasien sesuai
dengan kebutuhan.
2) Memberdayakan masyarakat rumah sakit dalam melaksanakan PKRS di Rumah Sakit Umum
Daerah Singasana
3) Menciptakan suasana atau lingkungan yang aman, nyaman, kondusif, dan berperilaku hidup
bersih dan sehat bagi seluruh civitas rumah sakit.
4) Menerapkan tempat kerja yang sehat di Rumah Sakit Umum Daerah Singasana.

Ruang Lingkup Kerja


Hubungan masyarakat (Humas) adalah suatu usaha yang direncanakan secara berkesinambungan
dalam rangka menciptakan dan memelihara saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan
public. Humas organisasi di bidang Kesehatan adalah Lembaga humas dan/ praktisi humas yang
melakukan manajemen dalam bidang layanan informasi dan melaksanakan komunikasi public yang
persuasif, efektif, efisien, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkandengan
publik
Peranan humas bagi sebuah rumah sakit sangatlah penting dalam memberikan informasi kepada
masyarakat. Selain sebagai ujung tombak dalam program atau kegiatan yang dilakukan rumah sakit, baik
itu kegiatan yang bersifat institusional maupun kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang mampu
mendekatkan hubungan baik antara rumah sakit dengan masyarakat luas.
Ruang lingkup Unit Humas yaitu
1. Menyediakan, menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan komunikasi public secara akurat,
cepat, tepat, terjangkau serta mudah diperoleh oleh masyarakat
2. Melakukan koordinasi dengan unit-unit internal rumah sakit baik unit pelayanan langsung maupun
tidak langsung, komite rumah sakit, SMF, dan SPI terkait dengan kegiatan kehumasan.
3. Pendidikan civitas hospitalia (pasien dan keluarga, SDM rumah sakit serta masyarakat di sekitar
rumah sakit).
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat.
5. Melaksanakan promosi kesehatan dalam upaya mendukung program nasional melalui pelayanan
kesehatan ibu dan anak , pelayanan tuberculosis, pelayanan HIV/AIDS Penanganan Stunting dan
Keluarga Berencana di Rumah Sakit
6. Melaksanakan promosi kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Singasana dengan Komunitas
kesehatan lain diantaranya komunitas, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tabanan,
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Kabupaten Tabanan Persatuan Penanggulangan Tuberculosis
Indonesia Kabupaten Tabanan, Tim Percepatan Penanggulangan Stunting Kabupaten Tabanan, Tim
Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi Kabupaten Tabanan dan komunitas kesehatan lain
7. Melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit berbasis perilaku dalam mendukung
program pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Prilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)

Batasan Operasional
3. Pendidikan Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan staf rumah sakit
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menunjang produktifitas kerja di
lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.
4. Pendidikan Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan keluarga dalam
peningkatan status kesehatannya secara mandiri melalui kegiatan peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam meningkatkan dan mempertahankan status
kesehatannya sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Pendidikan pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit dalam
menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah sakit sehingga
masyarakat mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik dan benar.
6. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah menciptakan sistem dan lingkungan kerja yang
sehat yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya mendukung produktifitas kerja
dan keselamatan pasien. Kegiatan ini meliputi advokasi kebijakan-kebijakan rumah sakit yang
berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta melakukan
pemberdayaan masyarakat rumah sakit dalam mendukung dan menciptakan lingkungan rumah sakit
yang sehat melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
7. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan pengembangan promosi
kesehatan klinis (Clinical Health Promotion) adalah upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
outcome pelayanan rumah sakit baik pengambilan keputusan maupun upaya perbaikan pelayanan
secara berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui hasil penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan klinis dan mendukung promosi kesehatan berkelanjutan. Peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit ini terkait dengan pencapaian patient safety goals.

Landasan Hukum
1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:
a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang
dan bertanggung jawab.
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang laindalam upaya memperoleh lingkungan yang
sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan yang setinggi-
tingginya.
f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, meyeluruh dan berkesinambungan.
h. Pasal 62
1) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang tercapainya hidup
sehat.
2) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk menghindari atau mengurangi resiko, masalah
dan dampak buruk akibat penyakit.
3) Pemerintah dan pemerintah daerahmenjamin dan menyediakan fasilitas untuk kelangsungan
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
4) Ketentuan berlanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit diatur
dengan peraturan Menteri.
i. Pasal 115
1) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya
j. Pasal 168
1) Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien diperlukan informasi
kesehatan
2) Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi
dan melalui lintas sektor
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2)
diatur oleh Peraturan Pemerintah

2. Undang-undang RI nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


a. Pasal 1
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayana rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
c. Pasal 10, ayat 2
Bangunan Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas ruang , butir m) ruang penyuluhan kesehatan
masyarakat rumah sakit
d. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban; butir a) memberikan informasi yang benar tentang
pelayanan Rumah sakit kepada masyarakat.
e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan stadar profesi danstandar prosedur operasional.
3. Surat Keputusan Menteri kesehatan Nomor 267/MENKES/SK II/2010 tentang Penetapan Road Map
Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak terpisahkan dengan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2010-2014. Salah satu Prioritas Reformasi Kesehatan yang dimaksud adalah
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class Hospital).
4. MENPAN Nomor PER/12/M.PAN/08/Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Hubungan Masyarakat Di
Lingkungan Instansi Pemerintah.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 Tentang Pedoman Umum
Kehumasan Bidang Kesehatan.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mempersiapkan tenaga Humas dan PKRS yang handal, perlu kiranya melakukan kegiatan
menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu
adanya perencanaan SDM yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi. Adapun kualifikasi
SDM Unit Humas yaitu
1) Kepala Unit Humas bertugas untuk memimpin, mengarahkan, menggerakkan, mengkoordinasikan,
dan mengendalikan kegiatan K e h u m a s a n d a n Promosi Kesehatan Rumah Sakit serta
Kehumasan. Kualifikasi kepala unit humas yaitu minimal DIII Kesehatan atau lainnya, dan sudah
berpengalaman kerja minimal 1 tahun di bagian yang berhubungan dengan komunikasi, promosi
ataupun masyarakat.
2) Kepala Sub Unit PKRS bertanggung jawab pada kelancaran dan ketersediaan data/informasi publik
untuk kegiatan PKRS, serta bertanggung jawab pada pengendalian mutu PKRS. Koordinator PKRS
adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi pengelolaan/manajemen kegiatan PKRS secara
khusus dan purna waktu. Kualifikasi Kepala Sub Unit PKRS yaitu S1 Kesehatan.
3) Kepala Sub Unit Humas bertanggung jawab pada proses penanganan aduan, penyediaan informasi
terkait layanan rumah sakit, serta kegiatan promosi rumah sakit. Kualifikasi Kepala Sub Unit
Humas yaitu D III Kesehatan atau lainnya
4) Staf Humas bertanggung jawab pada kelancaran kegiatan kehumasan. Kualifikasi staf humas yaitu
minimal D III Kesehatan atau lainnya
5) PIC PKRS bertanggung jawab pada kelancaran kegiatan promosi kesehatan ditiap unit pelayanan.
PIC merupakan tenaga fungsional sebagai edukator untuk pasien dan keluarga pasien baik di unit
gawat darurat, unit rawat inap, dan di unit tindakan maupun unit rawat jalan adalah tenaga
profesional kesehatan yang berhubungan langsung dan dilakukan secara kolaboratif di tiap unit
pelayanan.

B. Distribusi Ketenagaan

Waktu Kerja
Nama Jabatan Pendidikan Jumlah
Kepala Unit Humas D III Kebidanan 1 shift 1

Kepala Sub Unit PKRS S1 Kedokteran 1 shift 1

Ka.Sub.Humas D III Keperawatan 1 shift 1

Staf Humas S1 1 shift 1

PIC PKRS Minimal DIII Bertugas saat Disesuaikan dengan


Kesehatan/lainnya dilakukan jenis kegiatan yang
kegiatan dilaksanakan
promosi
kesehatan
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Ruangan untuk Unit Humas belum tersedia secara maksimal, untuk ruang pengaduan masih menjadi
satu dengan loket pendaftaran Poliklinik. Penyuluhan di dalam gedung dilaksanakan di tempat yang
memungkinkan melaksanakan penyuluhan kepada pasien dan keluarga seperti di ruang tunggu
pendaftaran rawat jalan dan ruang perawatan pasien rawat inap.
Pintu
Masuk Poliklinik
Kasir
Ruang Tunggu Ruang Tunggu

Ruang Tunggu Ruang Tunggu

PKRS Loket Pendaftaran Poliklinik

Humas (Pe

B. Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Unit Humas

Agar No Nama Alat Jumlah Keterangan


kegiatan
pelayanan 1 Komputer 1 buah
Humas dan
2 Printer 1 buah
PKRS di RSUD
Singasana dapat 3 Buku Register Pengaduan 1 buah
berjalan dengan
4 Buku Pemeriksaan Spesialistik 1 buah
optimal, maka
perlu didukung Buku Register Layanan 1 buah
5
dengan sarana Metakon dan
prasarana yang
memadai Kebersihan & Rumah
Jumlah Keterangan
sehingga Tangga
penyimpanan 1 Galon 1 buah
informasi dan
edukasi kepada ATK Jumlah Keterangan
pasien dapat 1 Steples / Hecter 2 buah
terlaksana
dengan baik 2 Penggaris 1 buah dan
sesuai dengan
harapan seperti sbb:

Fasilitas dan Peralatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


8. Ruang Kerja/ Pengelola Ruangan di Lantai I
9. Peralatan 1. Ruang khusus untuk penyuluhan /
edukasi
2. Laptop
3. LCD Proyektor
4. Layar Proyektor
5. Portable Sound System
6. Alat Peraga Untuk Demonstrasi
7. Alat Permainan Edukasi
8. Leflet
9. Poster
10. Banner
11. Telepon
12. Furniture (meja, kursi, rak lemari,
filling cabinet)
13. Printer
14. Komputer

Fasilitas dan Peralatan Sub Unit Humas


1. Ruang Kerja Ruangan di Lantai I
2. Peralatan 1. Ruang pengaduan
2. Furniture (meja, kursi, rak, lemari)
3. Komputer
4. Tripod
5. Portable sound system
6. Printer
7. Kamera
8. Handphone/tablet
9. TV digital (di masing-masing
ruangan)
10. Banner
11. Kartu nama dokter
12. Leaflet
BAB IV
TATA LAYANAN

A. Sub Unit Humas


Humas (Hubungan Masyarakat) merupakan salah satu fungsi untuk menghubungkan pihak-pihak
berkepentingan dengan organisasi atau perusahaan. Pada dasarnya hubungan itu dikategorikan sebagai
hubungan internal dan hubungan eksternal. Hubungan internal adalah publik yang berada di dalam
lingkungan organisasi perusahaan yang meliputi seluruh staff perusahaan yaitu karyawan, pimpinan, dan
pihak manajemen. Sedangkan Hubungan eksternal adalah publik yang berada di luar lingkungan
organisasi perusahaan yang meliputi instansi-instansi pemerintah, pelanggan, distributor, media atau pers
komunitas dan lain sebagainya. Unit Humas melaksanakan fungsi-fungsi tersebut melalui kegiatan sebagai
berikut:
1. Penanganan Aduan/Komplain
Pengaduan masyarakat adalah informasi/pemberitahuan yang disampaikan oleh masyarakat, baik
perseorangan dan/atau lembaga, keluarga yang berasal dari pegawai di lingkungan RSUD Singasana
dan/atau masyarakat umum yang berisi keluhan dan/atau ketidakpuasan terkait perilaku dan/atau
pelaksanaan tugas dan fungsi RSUD Singasana, baik yang dilakukan pegawai, dan/atau informasi tentang
pelanggaran kode etik atau disiplin pegawai yang dilakukan oleh pegawai RSUD Singasana dan/atau
keluhan kepada RSUD Singasana atas pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan, atau
pengabaian kewajiban oleh pegawai di lingkungan RSUD Singasana.
Bentuk Pengaduan Masyarakat merupakan penyampaian aduan atau informasi dari masyarakat atas
terjadinya dugaan pelanggaran kode etik atau disiplin pegawai dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara yaitu:
1) Pengaduan secara langsung 
Pengaduan secara langsung dilakukan oleh masyarakat dengan cara datang langsung ke meja
pengaduan (helpdesk) dan/atau bertemu langsung dengan pejabat yang berwenang dalam menangani
pengaduan masyarakat. Pengaduan secara langsung dilakukan dengan menyampaikan secara lisan
keluhan atau ketidakpuasan dan/atau informasi adanya dugaan pelanggaran kode etik/disiplin pegawai,
keluhan kepada RSUD Singasana atas pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan, atau
pengabaian kewajiban oleh pegawai di lingkungan RSUD Singasana. Pengaduan ini kemudian dicatat
oleh staff yang menangani pengaduan masyarakat. 
2) Pengaduan secara tidak langsung 
Pengaduan secara tidak langsung dilakukan oleh masyarakat dengan cara tidak langsung
berhadapan atau bertemu dengan pejabat yang berwenang dalam menangani pengaduan masyarakat
atau datang langsung ke meja pengaduan/saluran. Pengaduan secara tidak langsung biasanya dilakukan
melalui media sosial, kotak pengaduan, dan saluran pengaduan online.
Berikut ini merupakan alur penyampaian komplain/aduan di RSUD Singasana yaitu:
a. Komplain yang diterima dari berbagai sumber dicatat oleh petugas ruangan/unit dan selanjutnya
dibuatkan FTKP. Komplain dapat disampaikan secara lisan, tertulis melalui kotak saran dan
secara online melalui kode QR pengaduan yang telah tersedia di masing-masing unit/ ruangan dan
dilakukan pengecekan setiap harinya oleh staf humas.
b. Staf humas mencatat komplain keluhan pelanggan yg diterima baik lisan maupun tertulis.
c. Khusus komplain dalam bentuk lisan, staf Humas terlebih dahulu melakukan klarifikasi keluhan
kepada pelanggan
d. Ka. Unit Humas melakukan penelaahan awal terhadap komplain yang sudah diterima dan dicatat
oleh staf humas
e. Ka. Unit Humas mendistribusikan pengaduan ke bidang terkait untuk dilakukan penelusuran/
pemeriksaan lebih lanjut dan mempertemukan komplain lisan dengan unit/petugas yang
bertanggung jawab terhadap keluhan
f. Unit akar masalah memberikan KIE kepada pelanggan dan melaksanankan koreksi dan
pencegahan
g. Kabid/Kasubid melakukan verifikasi tindakan korelasi dan pencegahan.
h. Bila pelanggan puas maka masalah selesai, bila tidak Kabid melaporkan masalah kepada
Direktur.
i. Direktur menetapkan kebijakan untuk menyelesaikan masalah.
j. Apabila pelanggan bersedia diselesaikan secara internal, Kabid/Kasubid/ unit akar masalah
melaksanakan kebijakan Direktur dan masalah selesai.
k. Apabila pelanggan tidak bersedia, maka masalah akan diselesaikan melalui prosedur hukum.
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Dalam suatu layanan publik, kepuasan pelanggan memiliki porsi tersendiri untuk diperhatikan.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu pondasi bagi instansi/ lembaga/ perusahaan yang harus
diperkokoh. Sebagai instansi yang menyediakan layanan publik di bidang kesehatan, RSUD
Singasana perlu mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dan fasilitas yang
disediakan sebagai salah satu bahan pentepan kebijakan yang perlu diambil serta perbaikan layanan.
Untuk itu unit Humas melakukan pelaksanaan survei kepuasan terhadap pelanggan menggunakan
kuesioner online dan manual dengan metode random sampling.
3. Menyediakan media komunikasi di lingkungan rumah sakit maupun di media sosial milik RSUD
Singasana
4. Melakukan promosi layanan maupun program unggulan rumah sakit di dalam Gedung maupun di luar
Gedung. Petugas Humas menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai pelayanan rumah
sakit melalui brosur, spanduk, maupun sosialisasi pelayanan kesehatan ke Puskesmas.
B. Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

1. Pelaksanaan Assesmen Promosi Kesehatan


1) Assesmen Kebutuhan Promosi Kesehatan Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
a. Adanya hasil identifikasi kebutuhan Promosi Kesehatan yang dilakukan oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) pada saat asesmen awal dan tercatat dalam rekam medik Pasien.
Asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan yang dilakukan, meliputi:
a) Status merokok
b) Riwayat konsumsi alkohol
c) Aktivitas fisik
d) Status nutrisi
e) Status sosial ekonomi
f) Faktor risiko lainnya
b. Adanya hasil asesmen pendukung yang dilakukan oleh PPA untuk mendukung intervensi
pemberian edukasi efektif bagi Pasien dan tertuang dalam rekam medik Pasien. Asesmen
pendukung yang dimaksud meliputi:
a) Keyakinan dan nilai-nilai Pasien dan Keluarga Pasien tentang kondisi kesehatan. 2)
kemampuan literasi (minimal kemampuan membaca).
b) Tingkat pendidikan.
c) Penggunaan bahasa.
d) Hambatan emosional dan motivasi untuk berubah.
e) Keterbatasan fisik dan kognitif.
f) Kesediaan Pasien menerima informasi.
c. Adanya hasil asesmen yang dicatat dalam rekam medik Pasien sebagai dasar dalam
perencanaan program Promosi Kesehatan bagi Pasien dan Keluarga Pasien.
d. Adanya hasil re-asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan berkelanjutan pada saat Pasien akan
pulang. Re-asesmen dilakukan oleh PPA penanggungjawab Pasien. Hasil re-asesmen lanjutan
dapat dijadikan bahan untuk melakukan rujukan bagi Pasien ke sumber-sumber yang ada di
komunitas.
2) Asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan bagi SDM Rumah Sakit, meliputi:
a. Adanya hasil asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan bagi SDM Rumah Sakit, meliputi status
merokok, riwayat konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status gizi, sosial ekonomi, dan faktor
risiko lainnya.
b. Adanya pelaporan hasil asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan bagi SDM Rumah Sakit
kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit sebagai bahan penyusunan program Promosi
Kesehatan.
3) Asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan bagi Pengunjung Rumah Sakit dan Masyarakat Sekitar
Rumah Sakit, meliputi:
a. Adanya pelaporan hasil asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan bagi Pengunjung Rumah
Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit
sebagai bahan penyusunan program Promosi Kesehatan.
b. Adanya data sumber-sumber di komunitas (misalnya Persadia, komunitas jantung sehat,
komunitas Pasien kanker, komunitas ODHA, dan lain-lain), atau fasilitas kesehatan lainya
yang dapat dijadikan mitra dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan berkelanjutan

2. Pelaksanaan Intervensi Promosi Kesehatan

1) Intervensi Promosi Kesehatan berfokus pada pasein dan keluaga, Pasien, meliputi:

a. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang faktor risiko penyakit sesuai
kebutuhan Pasien, meliputi status merokok, riwayat konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status
gizi, faktor sosial ekonomi, dan faktor risiko lainnya. Hasil pemberian informasi dan edukasi
oleh profesional pemberi asuhan kepada Pasien dan Keluarga Pasien dicatat dalam formulir
rekam medik.

b. Adanya media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang faktor risiko penyakit sesuai
kebutuhan, meliputi status merokok, riwayat konsumsi alkohol, aktivitas fisik, status gizi,
faktor sosial ekonomi, dan faktor risiko lainnya.

c. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang diagnosis penyakit, penggunaan
obat-obatan yang didapat Pasien secara efektif dan aman, termasuk potensi efek samping obat,
penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman, potensi interaksi antara obat yang
diresepkan dan obat lainnya termasuk termasuk obat yang tidak diresepkan serta makanan, diet
dan nutrisi, manajemen nyeri, teknik rehabilitasi, cara cuci tangan yang benar, dan sebagainya
sesuai dengan hasil asesmen. Hasil pemberian informasi dan edukasi oleh PPA kepada Pasien
dan Keluarga Pasien dicatat dalam formulir rekam medik.

d. Adanya media KIE tentang diagnosis penyakit, penggunaan obatobatan yang didapat Pasien
secara efektif dan aman, termasuk potensi efek samping obat, penggunaan peralatan medis
secara efektif dan aman, potensi interaksi antara obat yang diresepkan dan obat lainnya
termasuk termasuk obat yang tidak diresepkan serta makanan, diet dan nutrisi, manajemen
nyeri, teknik rehabilitasi, cara cuci tanmgan yang benar, dan sebagainya.

e. Adanya kunjungan rumah dalam rangka Promosi Kesehatan berkelanjutan terhadap kasus-
kasus yang perlu ditindaklanjuti.

f. Adanya surat/formulir rujuk balik ke sumber-sumber di komunitas bagi Pasien pulang untuk
upaya Promosi Kesehatan berkelanjutan yang tercatat dalam rekam medik.

g. Adanya daftar Pasien yang dirujuk ke sumber-sumber di komunitas.

h. Adanya penyampaian informasi populasi Pasien, penyakit, dan faktor risiko yang ditemukan
di Rumah Sakit untuk ditindaklanjuti di komunitas.

i. Adanya program pembinaan dan/atau intervensi bagi sumbersumber di komunitas.

j. Adanya program kerjasama Rumah Sakit dengan sumber yang ada di komunitas tersebut
untuk mendukung kebutuhan Pasien dalam Promosi Kesehatan berkelanjutan.
k. Adanya kegiatan pembinaan Promosi Kesehatan kepada sumbersumber, atau fasilitas pelayan
kesehatan yang ada dikomunitas tersebut agar sejalan dengan program kerja PKRS.

l. Adanya laporan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan/atau intervensi di komunitas.

m. Adanya pencatatan intervensi Promosi Kesehatan bagi Pasien dan Keluarga Pasien yang
dicatat dalam rekam medik.

n. Adanya program pencegahan penularan penyakit bagi Pasien, termasuk pencegahan infeksi
nosokomial.

2) Intervensi Promosi Kesehatan pada SDM Rumah Sakit, meliputi:

a. Adanya program Promosi Kesehatan sebagai tindak lanjut dari asesmen kebutuhan SDM
Rumah Sakit.

b. Terlaksananya program Promosi Kesehatan untuk SDM Rumah Sakit.

c. Adanya program pencegahan penularan penyakit bagi SDM Rumah Sakit, termasuk
pencegahan infeksi nosokomial.

3) Intervensi Promosi Kesehatan bagi Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah
Sakit, meliputi:

a. Adanya akses informasi bagi Pasien, Keluarga Pasien, Pengunjung Rumah Sakit, dan
Masyarakat Sekitar Rumah Sakit. Informasi yang diberikan mencakup jenis pelayanan yang
tersedia, akses dan jadwal pelayanan, serta proses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Akses informasi dapat berupa: 1) website Rumah Sakit yang mencantumkan informasi tentang
jenis pelayanan yang tersedia, akses dan jadwal pelayanan, serta proses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. 2) media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan berupa
media cetak (leaflet, flyer, poster, lembar balik, dan sebagainya), media luar ruang (billboard,
spanduk, dsb), dan media audiovisual.

b. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang kesehatan umum, minimal yang
berkaitan dengan perilaku cuci tangan pakai sabun, etika batuk, aktivitas fisik, makan sayur
dan buah, bahaya merokok, cek kesehatan secara rutin, dan ASI eksklusif.

c. Adanya media KIE tentang kesehatan umum, minimal yang berkaitan dengan perilaku cuci
tangan pakai sabun, etika batuk, aktivitas fisik, makan sayur dan buah, bahaya merokok, cek
kesehatan secara rutin, dan ASI eksklusif.

d. Adanya kegiatan pemberian informasi dan edukasi tentang penyakit risiko tinggi, berbiaya
tinggi, dan kasus terbanyak yang ada di Rumah Sakit, seperti hipertensi, penyakit jantung,
stroke, penyakit ginjal, diabetes, kanker, hepatitis, thalasemia, hemofilia, dan sebagainya.

e. Adanya media KIE tentang seluruh penyakit yang ditemukan di Rumah Sakit, media KIE
dapat berupa poster, leaflet, flyer, standing banner, spanduk, lembar balik, video informasi,
dan sebagainya.

f. Adanya program pencegahan penularan penyakit kepada Masyarakat Sekitar Rumah Sakit
yang terdampak masalah kesehatan.
g. Adanya edukasi tentang Rumah Sakit ramah lingkungan.

3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Promosi Kesehatan

1) Monitoring dan evaluasi terhadap intervensi Promosi Kesehatan, meliputi:

a. Adanya kegiatan monitoring kegiatan Promosi Kesehatan setiap bulan.

b. Adanya kegiatan evaluasi kegiatan Promosi Kesehatan sekurangkurangnya 6 (enam) bulan


sekali.

c. Adanya instrumen monitoring dan evaluasi kegiatan Promosi Kesehatan.

d. Adanya laporan hasil monitoring dan evaluasi, meliputi hasil pencapaian standar PKRS. Hasil
monitoring dan evaluasi dilaporkan kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit.

e. Adanya tindak lanjut hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh instalasi/unit PKRS
bersama dengan instalasi/unit terkait.

f. Adanya data Promosi Kesehatan yang dikumpulkan secara rutin meliputi aktivitas Promosi
Kesehatan bagi Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, pengunjung, dan Masyarakat
Sekitar Rumah Sakit serta dapat dipantau setiap saat melalui sistem informasi.

g. Adanya pertemuan rutin antara instalasi/unit PKRS dengan sumber-sumber yang ada di
komunitas untuk mengevaluasi program Promosi Kesehatan berkelanjutan.

h. Adanya penyampaian informasi tentang data populasi Pasien, penyakit, dan faktor risiko yang
ditemukan di RS untuk ditindaklanjuti di komunitas.

i. Adanya survei kepuasan terhadap pelayanan/program Promosi Kesehatan minimal 6 bulan


sekali.

j. Adanya diseminasi dan tindak lanjut hasil survei kepuasan terhadap pelayanan/program
Promosi Kesehatan minimal 6 bulan sekali.

2) Peninjauan terhadap kebijakan, pedoman/panduan dan standar prosedur oprasional, meliputi:

a. Adanya hasil peninjauan kebijakan, pedoman, panduan, dan standar prosedur operasional
(SPO) terkait PKRS dengan melibatkan multi profesi/multi disiplin di instalasi/unit pelayanan
terkait yang dilaksanakan minimal 3 (tiga) tahun sekali atau bila diperlukan

b. Adanya penelitian tentang PKRS minimal 1 kali dalam 1 tahun.

c. Adanya diseminasi dan tindaklanjut hasil penelitian tentang PKRS sebagai bagian dari upaya
peningkatan mutu Rumah Sakit
BAB V
LOGISTIK

A. DEFINISI
Logistik adalah segala sesuatu/benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik, baik yang
digunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang.
Logistik untuk kegiatan Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah persediaan
peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk melaksanakan promosi baik promosi layanan, program
unggulan rumah sakit maupun promosi kesehatan.
B. KELOMPOK PERALATAN YANG DIBUTUHKAN
1. LCD dan layar proyektor.
2. Laptop
3. Materi edukasi berupa poster, atau leaflet, atau banner.
4. Formulir edukasi pasien dan keluarga terintegrasi.
5. Alat peraga.
6. Microphone dan Soundsystem
7. ATK (Alat Tulis Kantor)

8. ATR (Alat Rumah Tangga)

BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu perlindungan bagi
tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori
seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat
manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan terhadap
pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai
adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit
B. Tujuan
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar tercapai pelayanan dan produktifitas
kerja yang optimal dengan tujuan khusus yaitu:
1. Memberikan perlindungan kepada seluruh staf, pasien dan pengunjung.
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan kerja aman.

C. Pengendalian K3 Pada Saat Pemberian Edukasi


Petugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena petugas berhubungan langsung dengan pasien
terutama saat pemberian pendidikan kesehatan secara tatap muka. Oleh karena itu petugas perlu
memperhatikan upaya pencegahan infeksi tersebut antara lain:
1. Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan.
2. Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien atau keluarga pasien yang diberikan edukasi
memiliki penyakit menular seperti TBC.
3. Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi.
4. Memberikan pendidikan tentang pencegahan infeksi seperti cara cuci tangan, cara batuk efektif,
pengelolaan sampah di ruangan.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. DEFINISI
Mutu Pelayanan Unit Hubungan Masyarakat (Humas) Rumah Sakit adalah pelayanan yang menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan.

B. TUJUAN

1. Terciptanya pelayanan yang menjamin efektifitas pemberian pendidikan kesehatan.


2. Meningkatkan efisiensi pelayanan.
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Tercapainya mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya dalam pemberian pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga maka disusun suatu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan.

C. KEGIATAN PENGENDALIAN MUTU

Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan Humas maka ditetapkan Standar Mutu Pelayanan
Humas yang merupakan bagian dari standar mutu rumah sakit.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian standar mutu
tahun sebelumnya.
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun
3. Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Kepala Unit Humas dan dilaporkan setiap
6 bulan kepada Direktur.
Indikator mutu yang digunakan adalah prosentase pasien yang dilakukan edukasi oleh tenaga kesehatan.

D. KEGIATAN PENINGKATAN MUTU

1. Merupakan kegiatan-kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan yang telah dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahunan berikutnya yang meliputi :
a. Program pengembangan staf/SDM : berupa program diklat
b. Program pengembangan peralatan
c. Program pengembangan ruangan dan fasilitas
d. Program pengembangan sistem
e. Dan lain-lain
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam program kerja
tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun sebelumnya (Rekapitulasi data,
analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan Desember untuk membuat program peningkatan
mutu tahun berikutnya dan revisi standar mutu yang merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal–hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan maka tindak lanjut
perbaikan mutu harus segera dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Kepala Unit Humas.
6. Indikator mutu tentang waktu tanggap terhadap komplain internal.
7. Indikator mutu tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
BAB VIII
PENUTUP

Dengan adanya buku Pedoman ini diharapkan kegiatan Humas dan promosi kesehatan Rumah Sakit
dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan keterlibatan pasien
dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami.
Bagi para anggota Unit Humas diharapkan Buku Pedoman ini dapat membantu memberi gambaran
kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan
yang diharapkan.
Buku ini masih akan terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan yang berharga bagi
penyempurnaan buku pedoman ini di masa mendatang selalu dinantikan.

Ditetapkan di Tabanan
Pada tanggal 19 Januari 2023

Direktur RSUD Singasana

dr. I Wayan Doddy Setiawan


Pembina IV/a
NIP. 198107262009021006

Anda mungkin juga menyukai