RKK Kua Bendo 2023
RKK Kua Bendo 2023
RKK Kua Bendo 2023
DAFTAR ISI
1
2.4.3. Pengendalian Operasi ......................................................................................... 16
2.4.4. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat ......................................... 22
2.5. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi................................................................. 24
2.5.1. Pemantauan dan Evaluasi ................................................................................... 24
2.5.2. Tinjauan Manajemen .......................................................................................... 25
2.5.3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi ................................................... 26
3. TANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN DAN
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI .......................................................................................... 27
3.1. Keselamatan Keteknikan Konstruksi ......................................................................... 27
3.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja............................................................................. 28
3.3. Keselamatan Publik ................................................................................................... 28
3.4. Keselamatan Lingkungan........................................................................................... 29
4. RANCANGAN KONSEPTUAL SMKK .............................................................................. 29
5. BIAYA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI .... 31
2
1. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI (SMKK)
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi yang selanjutnya disebut SMKK
adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka
menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. RK3K adalah dokumen lengkap
rencana penyelenggaraan SMK3 Kontruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan
dengan dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat oleh Penyedia Jasa
dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana Interaksi
antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
Bidang PU.
1.1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) merupakan
bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dalam rangka
menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi. Keselamatan Konstruksi
diartikan segala kegiatan keteknikan untuk mendukung Pekerjaan Konstruksi
dalam mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan
keberlanjutan yang menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
keselamatan publik, harta benda, material, peralatan, konstruksi dan lingkungan.
SMKK ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan di antaranya: Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang undang No. 2
tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi serta mengadopsi ISO 45001:2018 dengan
beberapa penyesuaian.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi,
mengamanatkan pada Pasal 3, bahwa tujuan penyelenggaraan Jasa Konstruksi
diantaranya memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan
hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas.
Selain itu penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada UU tersebut
mengamanahkan untuk mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang menjamin kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
3
2. ELEMEN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
Elemen SMKK meliputi:
4
2.1.2. Organisasi Pengelola SMKK
1. Penyedia Jasa harus membentuk organisasi pengelola Keselamatan
Konstruksi pada setiap Pekerjaan Konstruksi yang terintegrasi dengan
struktur organisasi Penyedia Jasa.
2. Besaran organisasi pengelola SMKK disesuaikan dengan skala Pekerjaan
Konstruksi.
3. Penyedia Jasa wajib menunjuk penanggung jawab pengelola SMKK yang
memiliki kompetensi di bidangnya untuk bertanggung jawab terhadap
pengelolaan administrasi dan operasional Keselamatan Konstruksi.
4. Susunan, tugas, wewenang dan tanggung jawab organisasi pengelola SMKK
ditetapkan secara tertulis oleh manajemen Penyedia Jasa.
2.1.3. Komitmen Keselamatan Konstruksi
Pimpinan Penyedia Jasa harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
kebijakan Keselamatan Konstruksi yang mencakup:
1. komitmen untuk menyediakan kondisi kerja beserta lingkungan yang aman
dan sehat dalam rangka pencegahan kecelakaan konstruksi, kecelakaan
kerja, cedera dan penyakit akibat kerja;
2. komitmen untuk mencegah dan melindungi terhadap ancaman dan/atau
gangguan keamanan dalam berbagai bentuk, dan perlindungan terhadap
keselamatan keteknikan konstruksi, manusia, harta benda, material,
peralatan, masyarakat umum serta lingkungan.
3. menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tujuan Keselamatan
Konstruksi;
4. komitmen untuk mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan dan
peraturan lainnya;
5. komitmen untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko
Keselamatan Konstruksi;
6. komitmen untuk menghentikan pekerjaan oleh setiap personil apabila
melihat perilaku tidak selamat atau kondisi tidak aman dalam melakukan
pekerjaan.
7. komitmen untuk melakukan perbaikan SMKK secara berkesinambungan;
5
8. komitmen untuk konsultasi dan mendorong partisipasi pekerja (perwakilan
pekerja) serta pihak berkepentingan lainnya dalam pelaksanaan
Keselamatan Konstruksi;
Kebijakan Keselamatan Konstruksi harus:
1. disahkan oleh pimpinan Penyedia Jasa dalam bentuk pakta komitmen dan
pimpinan Pelaksana Pekerjaan Konstruksi (Kepala Proyek) dalam bentuk
kebijakan Keselamatan Konstruksi (tertulis, tertanggal dan tertandatangani);
2. dikomunikasikan kepada seluruh pemangku kepentingan, baik para
pemangku kepentingan internal maupun pemangku kepentingan eksternal;
3. tersedia sebagai informasi terdokumentasi;
2.1.4. Konsultasi dan Partisipasi Pekerja
1. Penyedia Jasa harus secara berkesinambungan melakukan konsultasi dengan
pekerja dan/atau perwakilan/serikat pekerja.
2. Konsultasi mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja
dan tindakan perbaikan SMKK.
3. Konsultasi dilakukan dengan:
a. menyediakan mekanisme, waktu, dan sumber daya yang diperlukan
untuk konsultasi;
b. menyediakan informasi SMKK yang valid dan dapat diakses setiap
saat;
c. menghilangkan dan/atau meminimalkan hal-hal yang menghambat
pekerja untuk berpartisipasi;
d. melakukan konsultasi dengan pekerja lain yang berkepentingan terkait
dengan:
1) kebijakan, kebutuhan, program dan kegiatan SMKK;
2) susunan, peran, tanggung jawab dan wewenang organisasi;
3) pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya;
4) tujuan Keselamatan Konstruksi dan perencanaan pencapaian;
5) pengendalian terhadap alihdaya dan pengadaan barang dan jasa;
6) pemantauan dan evaluasi;
7) program audit;
8) perbaikan berkelanjutan;
e. mendorong partisipasi pekerja dalam hal:
6
1) menentukan mekanisme partisipasi pekerja;
2) mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko dan peluang;
3) menentukan tindakan untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi
Risiko Keselamatan Konstruksi;
4) menentukan persyaratan kompetensi, kebutuhan pelatihan, pelaksanaan
pelatihan dan evaluasi pelatihan;
5) menentukan hal-hal yang perlu dikomunikasikan dan bagaimana bentuk
komunikasi yang akan dilakukan:
6) menentukan langkah-langkah pengendalian dan penerapannya secara
berhasil guna efektif;
7) menyelidiki kejadian, ketidaksesuaian dan menentukan tindakan perbaikan
7
b. pengenalan pesaing, kontraktor, subkontraktor, pemasok, mitra dan
Penyedia Jasa baru; teknologi baru; undang-undang baru dan pekerjaan
baru;
c. pengetahuan baru tentang produk dan pengaruhnya terhadap kesehatan
dan keselamatan;
d. dorongan dan kecenderungan utama yang terkait dengan industri atau
sektor yang berdampak pada Penyedia Jasa;
e. hubungan, persepsi, dan nilai pihak eksternal yang berkepentingan;
f. perubahan terkait dengan hal-hal di atas;
2. Isu internal seperti:
a. tata kelola, struktur organisasi, peran dan akuntabilitas;
b. kebijakan, tujuan, dan strategi pencapaiannya;
c. kemampuan dan pemahaman dalam hal sumber daya, pengetahuan, dan
kompetensi (seperti modal, waktu, sumber daya manusia, proses,
sistem, dan teknologi);
d. sistem informasi, arus informasi dan proses pengambilan keputusan
(baik formal maupun informal);
e. pengenalan produk, bahan, layanan, peralatan, perangkat lunak, tempat,
dan peralatan baru;
f. hubungan persepsi dan nilai-nilai pekerja;
g. budaya dalam organisasi;
h. standar, pedoman dan model yang diadopsi oleh Penyedia Jasa;
i. bentuk dan tingkat hubungan kontraktual, termasuk, misalnya, kegiatan
yang dialihdayakan;
j. pengaturan waktu kerja;
k. kondisi kerja; dan
l. perubahan yang terkait dengan hal-hal di atas.
2.2.3. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan dan Harapan Pihak yang Berkepentingan
Penyedia Jasa harus melakukan identifikasi dan penetapan:
1. pihak-pihak berkepentingan lainnya, selain pekerja, yang dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh SMKK;
8
2. kebutuhan dan harapan dari dari para pekerja maupun pihakpihak yang
berkepentingan, termasuk di dalamnya ketentuan peraturan perundang-
undangan dan peraturan lainnya yang terkait;
3. Prosedur identifikasi potensi bahaya, penetapan tingkat risiko dan peluang.
Pihak yang berkepentingan, antara lain:
1. pemerintah (kementerian/lembaga pemerintah pada berbagai tingkatan dan
fungsi, termasuk pemerintah daerah);
2. pemasok, kontraktor dan subkontraktor;
3. perwakilan pekerja;
4. organisasi pekerja (serikat pekerja) dan organisasi pengusaha;
5. pemilik, pemegang saham, klien, pengunjung, komunitas local dan
masyarakat sekitar serta masyarakat umum;
6. pelanggan, layanan medis dan layanan masyarakat lainnya, media massa,
akademisi, asosiasi usaha, asosiasi profesi dan organisasi non-pemerintah
(lembaga swadaya masyarakat/LSM);
7. organisasi yang bergerak di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
profesional di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
2.2.4. Identifikasi Bahaya serta Penilaian Risiko Keselamatan Konstruksi dan Peluang
Keselamatan Kerja
Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. peraturan dan prosedur kerja, faktor sosial (termasuk beban kerja, jam kerja,
pelecehan dan intimidasi), kepemimpinan dan budaya dalam organisasi;
b. kegiatan rutin dan non-rutin, termasuk bahaya yang timbul dari:
1) kondisi prasarana, peralatan, material, zat berbahaya dan kondisi fisik
tempat kerja;
2) desain produk dan layanan, penelitian, pengembangan, pengujian,
produksi, perakitan, pengadaan, pemeliharaan dan pembuangan;
3) faktor manusia;
4) cara pelaksanaan pekerjaan.
c. kejadian yang pernah terjadi pada periode sebelumnya, baik dari internal
maupun eksternal organisasi, termasuk keadaan darurat, dan penyebabnya;
d. potensi keadaan darurat;
e. faktor manusia, termasuk:
9
1) orang yang memiliki akses ke tempat kerja dan/atau kegiatan Pekerjaan
Konstruksi, termasuk pekerja, pengunjung, dan orang lain;
2) orang di sekitar tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan
Pekerjaan Konstruksi;
3) pekerja di lokasi yang tidak berada di bawah kendali langsung
organisasi;
f. isu lainnya, meliputi:
1) desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur
operasi dan organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kebutuhan
dan kemampuan pekerja yang terlibat;
2) situasi yang terjadi di sekitar tempat kerja yang disebabkan oleh
kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang berada di bawah
kendali organisasi;
3) situasi yang tidak di bawah kendali organisasi dan terjadi di sekitar
tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera dan penyakit/kesehatan
yang buruk bagi orang-orang di tempat kerja;
g. perubahan yang terjadi atau perubahan yang diusulkan terkait organisasi,
operasi, proses, kegiatan dan SMKK;
h. perubahan ilmu pengetahuan dan informasi tentang bahaya.
10
1) peluang untuk menyesuaikan pekerjaan, organisasi kerja dan
lingkungan kerja;
2) peluang untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko
Keselamatan Konstruksi;
d. penilaian peluang lain guna peningkatan SMKK.
Metodologi dan kriteria untuk penilaian risiko Keselamatan Konstruksi harus
ditetapkan dengan memperhatikan:
a. ruang lingkup, sifat dan jangka waktu untuk memastikan bahwa yang
dilakukan adalah lebih bersifat proaktif dari pada reaktif dan digunakan
dengan cara yang sistematis.
b. kemungkinan terjadinya risiko dan peluang lain untuk Penyedia Jasa
sebagai akibat terjadinya risiko Keselamatan Konstruksi dan peluang
Keselamatan Konstruksi.
11
5. kebutuhan operasional dan bisnis.
12
1. Identifikasi dan inventarisasi peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya mencakup:
a. identifikasi dan inventarisasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
yang mengatur kesesuaian proses, operasi, standar Alat Pelindung Diri
(APD)/Alat Pelindung Kerja (APK), kegiatan, dan fasilitas; dan
b. pengkajian terhadap perubahan ketentuan peraturan perundangan yang
mempengaruhi proses, operasi, kegiatan dan fasilitas untuk pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi.
2. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya
mencakup kegiatan:
a. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, kepada
seluruh pekerja serta pihak lain yang terkait untuk menjamin pemahaman dan
kepatuhan terhadap peraturan;
b. pembuatan daftar peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
akan diterapkan oleh organisasi dan yang akan disosialisasikan;
c. pendokumentasian dan pemajangan (apabila diperlukan) surat izin, lisensi
dan/atau sertifikat; dan
d. pembuatan daftar tanggal habis masa berlaku dan perpanjangan surat izin,
lisensi dan sertifikat, yang harus:
1) dilakukan kaji ulang terhadap ketepatan dan keterkaitannya secara berkala;
2) dilakukan penyesuaian terhadap perubahan peraturan perundangan dan
peraturan lainnya; dan
3) mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan.
3. evaluasi dan audit atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
peraturan lainnya.
4. penyimpanan dan pemeliharaan proses identifikasi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya beserta perubahan dan
pembaharuannya sebagai informasi terdokumentasi.
5. prosedur pemenuhan peraturan perundangan Keselamatan Konstruksi
13
2.3. Dukungan Keselamatan Konstruksi
2.3.1. Sumber Daya
Penyedia Jasa harus menetapkan dan menyediakan sumber daya (material,
peralatan, biaya) yang dibutuhkan untuk penerapan, pemeliharaan, dan
peningkatan berkesinambungan dari SMKK.
2.3.2. Kompetensi
Penyedia Jasa harus:
1. menentukan kompetensi yang diperlukan pekerja yang mempengaruhi atau dapat
mempengaruhi kinerja Keselamatan Konstruksi;
2. memastikan bahwa pekerja berkompeten (termasuk kemampuan untuk
mengidentifikasi bahaya) berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman;
3. jika memungkinkan untuk diterapkan, mengambil tindakan untuk memperoleh dan
mempertahankan kompetensi yang diperlukan, dan mengevaluasi efektivitas
tindakan yang diambil;
4. menyimpan dan memelihara bukti kompetensi sebagai informasi yang
terdokumentasi.
2.3.3. Kepedulian
Pekerja harus mempunyai kepedulian terhadap:
1. kebijakan dan sasaran Keselamatan Konstruksi;
2. kontribusi pekerja terhadap keberhasilgunaan efektivitas SMKK, termasuk
manfaat peningkatan kinerja Keselamatan Konstruksi;
3. implikasi dan konsekuensi yang terjadi apabila Pekerjaan Konstruksi tidak
memenuhi sesuai dengan persyaratan ketentuan SMKK;
4. kejadian dan hasil investigasi yang terkait dengan pekerja, keselamatan
umum dan lingkungan;
5. bahaya, risiko dan tindakan Keselamatan Konstruksi ditentukan oleh
keteknikan konstruksi, publik, peralatan, material dan lingkungan;
6. kemampuan untuk melindungi diri pekerja dari situasi kerja yang berpotensi
menghadirkan bahaya yang serius terhadap kehidupan atau kesehatan
pekerja; dan pengaturan untuk melindungi pekerja dari konsekuensi yang
tidak semestinya.
Untuk menumbuhkan kepedulian pekerja terhadap Keselamatan Konstruksi,
Penyedia Jasa harus memberikan informasi dan penjelasan kepada pekerja.
14
2.3.4. Komunikasi
1. Penyedia Jasa harus menetapkan, menerapkan dan memelihara komunikasi internal
dan eksternal terkait dengan SMKK dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan lainnya.
2. Komunikasi internal dan eksternal meliputi:
a. substansi yang dikomunikasikan yakni informasi SMKK termasuk
perubahannya;
b. waktu pelaksanaan komunikasi;
c. pihak berkepentingan yang perlu dikomunikasikan terdiri dari:
1) antara Penyedia Jasa dengan seluruh jajarannya;
2) antara Penyedia Jasa dengan pengunjung; dan
3) dengan pihak yang berkepentingan lainnya;
4) cara melakukan komunikasi.
3. Komunikasi internal dilakukan untuk memungkinkan pekerja berkontribusi pada
perbaikan berkesinambungan.
4. Bukti komunikasi harus disimpan dan dipelihara sebagai informasi terdokumentasi.
15
c. pengendalian terhadap perubahan (misalnya pengendalian pada versi
penerbitan);
d. penyimpanan dan disposisi.
16
10. pengamanan lingkungan kerja;
11. inspeksi Keselamatan Konstruksi;
12. manajemen perubahan;
13. pengendalian rantai pasok; dan
14. pengelolaan rekayasa lalu lintas.
Dengan penjelasan sebagai berikut.
17
3. pekerjaan pengangkatan;
4. pekerjaan di ruang tertutup terbatas;
5. pekerjaan menyelam (diving);
6. pekerjaan dingin (cold work);
7. pekerjaan di atas air;
8. pekerjaan pancang;
9. pekerjaan di tempat yang mengeluarkan panas;
10. pekerjaan yang menggunakan bahan peledak;
11. pekerjaan dengan menggunakan radiography (x-ray);
12. pekerjaan bertegangan listrik (electrical work); dan
13. pekerjaan penggalian atau kedalaman (excavation work).
18
2.4.3.6. Pengelolaan Kesehatan Kerja
Pengelolaan kesehatan kerja meliputi:
1. pengelolaan kesehatan kerja dalam rangka mencegah terjadinya sakit dan
penyakit akibat kerja serta menciptakan budaya hidup bersih dan sehat;
2. pemeriksaan awal dan pemantauan berkala kesehatan pekerja yang terpapar
bahaya kesehatan di tempat kerja;
3. pengelolaan dan pengembangan kegiatan kesehatan di tempat kerja yang bersifat
promosi, pencegahan, penyembuhan, dan rehabilitasi;
4. pengelolaan makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan pekerja,
mencegah kasus keracunan, dan memastikan asupan gizi yang memadai untuk
makanan dan minuman yang disediakan oleh Penyedia Jasa; dan
5. penyediaan dan/atau kerja sama pelayanan kesehatan pekerja termasuk dokter
untuk memeriksa kesehatan pekerja.
19
3. penyediaan peralatan yang sesuai dan layak untuk pelaksanaan pemeliharaan dan
perawatan;
4. pengujian kelayakan secara berkala terhadap sarana, prasarana dan peralatan;
dan
5. kebersihan barak pekerja, kantin, dan toilet.
20
f. tenaga kerja.
g. Perubahan tersebut dilakukan terkait dengan:
h. perubahan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait;
i. perubahan ilmu pengetahuan atau informasi tentang risiko Keselamatan
Konstruksi; dan/atau
j. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
k. Perubahan tersebut termasuk peninjauan ulang atas konsekuensi dan tindakan
yang diperlukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan.
21
2.4.4. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat
22
2.4.4.2. Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat
Tanggapan terhadap kondisi darurat meliputi:
1. mengambil tindakan untuk mengendalikan dan memperbaiki kondisi darurat;
2. memperhitungkan konsekuensi dari kondisi darurat tersebut;
3. mengevaluasi, dengan melibatkan partisipasi pekerja dan keterlibatan pihak
berkepentingan yang terkait lainnya;
4. perlu melakukan tindakan korektif untuk menghilangkan penyebab kondisi
darurat dengan:
a. menyelidiki kejadian atau meninjau ketidaksesuaian;
b. menentukan penyebab kejadian atau ketidaksesuaian; dan
c. memperhitungkan kejadian dan ketidaksesuaian yang pernah terjadi, jika
ada.
5. menentukan dan mengimplementasikan tindakan yang diperlukan, termasuk
tindakan korektif, sesuai dengan tingkat pengendalian dan manajemen
perubahan;
6. menilai risiko Keselamatan Konstruksi yang terkait dengan bahaya baru atau
yang berubah, sebelum mengambil tindakan;
7. meninjau keefektifan tindakan-tindakan yang pernah diambil, termasuk tindakan
korektif;
23
Ketenagakerjaan, Komite Keselamatan Konstruksi, dll) dalam waktu
2 x 24 jam untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
24
2.5.1.3. Audit Internal
1. Penyedia Jasa harus melakukan audit internal untuk memberikan informasi apakah
SMKK telah diterapkan sesuai dengan persyaratan, kebijakan dan tujuan Keselamatan
Konstruksi, dan telah ditetapkan serta dipelihara secara efektif.
2. Audit internal wajib dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1
(satu) siklus Pekerjaan Konstruksi. Kegiatan dalam pelaksanaan audit internal, meliputi:
a. merencanakan, menetapkan, menerapkan dan memelihara
program audit, termasuk frekuensi, metode, tanggung
jawab, konsultasi, persyaratan perencanaan dan pelaporan,
serta hasil audit internal sebelumnya;
b. menentukan kriteria dan ruang lingkup audit untuk setiap
kali pelaksanaan audit;
c. memilih dan menetapkan auditor yang kompeten, objektif
dan tidak memihak;
d. memastikan bahwa hasil audit dilaporkan kepada pimpinan
yang berwenang; pekerja, dan perwakilan pekerja (jika ada),
serta pihak terkait lainnya;
e. mengambil tindakan untuk mengatasi ketidaksesuaian guna
meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi;
f. menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti
pelaksanaan program audit dan hasil audit.
25
3) risiko dan peluang;
b. tingkat pencapaian kebijakan dan tujuan Keselamatan Konstruksi;
c. informasi tentang kinerja Keselamatan Konstruksi, termasuk tren dalam:
1) kejadian, ketidaksesuaian, tindakan korektif dan perbaikan berkelanjutan;
2) pemantauan dan hasil pengukuran;
3) hasil evaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dan
peraturan lainnya;
4) hasil audit;
5) konsultasi dan partisipasi pekerja; dan
6) risiko dan peluang;
d. kecukupan sumber daya untuk memelihara SMKK yang efektif;
e. komunikasi dengan pihak yang berkepentingan;
f. peluang untuk peningkatan berkelanjutan.
5. Keluaran kaji ulang manajemen harus mencakup keputusan:
a. kesesuaian berkelanjutan, kecukupan dan efektivitas SMKK dalam pencapaian hasil
yang diharapkan;
b. peluang peningkatan berkelanjutan;
c. kebutuhan untuk perubahan SMKK;
d. sumber daya yang dibutuhkan;
e. tindakan yang diperlukan;
f. peluang untuk meningkatkan integrasi SMKK dengan proses bisnis lainnya; dan
g. implikasi untuk arah strategis bagi Penyedia Jasa.
6. Kaji ulang manajemen harus disimpan sebagai informasi terdokumentasi
sebagai bukti telah dilaksanakannya tinjauan manajemen.
7. Hasil tinjauan manajemen harus dikomunikasikan kepada pekerja, dan
perwakilan pekerja (jika ada).
26
4. mengkomunikasikan hasil peningkatan berkesinambungan yang terkait
kepada para pekerja dan perwakilan pekerja; dan memelihara dan menyimpan
informasi terdokumentasi sebagai bukti peningkatan berkesinambungan.
27
Pemenuhan standar keselamatan keteknikan konstruksi dilaksanakan sesuai atat
cara penjaminan mutu dan pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi. Penjaminan
mutu dan pengendalian mutu Pekerjaan Konstruksi merupakan bagian dari
SMKK yang menjamin terlaksananya keselamatan keteknikan konstruksi guna
mewujudkan proses dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas. Penjaminan mutu
dan pengendalian mutu.
Pekerjaan Konstruksi harus dilaksanakan oleh petugas penjamin mutu dan
pengendali mutu. Untuk menjadi petugas penjamin dan pengendali mutu harus
mengikuti bimbingan teknis SMKK untuk mendapatkan sertifikat kompetensi
atau pelatihan.
28
c. pemahaman pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja di sekitar tempat kegiatan
konstruksi.
29
3) Perancangan Konstruksi, didalamnya memuat:
a. lingkup tanggung jawab perancang, termasuk pernyataan bahwa dalam hal terjadi
revisi desain, tanggung jawab revisi desain dan dampaknya ada pada penyusun
revisi;
b. metode pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi;
c. identifikasi bahaya, mitigasi bahaya, dan penetapan tingkat risiko;
d. daftar standar dan/atau peraturan perundangundangan Keselamatan Konstruksi yang
ditetapkan untuk desain;
e. Biaya Penerapan SMKK; dan
f. rancangan panduan keselamatan pengoperasian dan pemeliharaan konstruksi
bangunan. Rancangan konseptual SMKK disusun oleh:
a. Jasa Konsultansi Konstruksi perancangan
b. Penyedia Jasa Konsultansi Konstruksi pengkajian
c. Penyedia Jasa Konsultansi Kontruksi perencanaan, dan Penyedia Rancangan
konspetual SMKK harus disetujui oleh pengguna jasa untuk dijadikan rujukan dalam
menyusun RKK. Penyedia Jasa juga harus memiliki Ahli K3 Konstruksi.
30
5. BIAYA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
Biaya penerapan SMKK harus dimasukkan pada daftar kuantitas dan harga dengan
besaran biaya sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK.Rincian
Kegiatan K3. Biaya penerapan SMKK paling sedikit mencakup:
1) Penyiapan RKK:
a. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja dan Ijin Kerja
b. Pembuatan Kartu Identitas Kerja (KIP)
2) Sosialisasi, Promosi dan Pelatihan:
a. Pengarahan, Pelatihan dan Simulasi K3
b. Spanduk (Banner) / Poster
c. Papan Informasi K3
3) Alat Pelindung Kerja dan Pelindung Diri:
a. Tali Keselamatan (Life Line)
b. Pembatas Area (Restricted Area)
c. Pelindung Kepala (Safety Helmet)
d. Pelindung Pernapasan dan Mulut (Masker)
e. Sarung tangan (Safety Gloves)
f. Rompi Keselamatan (Safety Vest)
g. Jaket Pelampung (Life Vest)
h. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes)
4) Asuransi dan Perizinan:
a. BPJS Jasa Konstruksi
b. Surat Ijin Kelayakan Alat dan Ijin Operator
5) Personel Keselamatan Konstruksi:
a. Petugas K3
b. Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman)
6) Fasilitas Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan:
a. Peralatan dan Perlengkapan P3K
b. Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskup, Timbangan berat badan, Tensi meter,
dll)
7) Rambu-rambu yang diperlukan:
a. Rambu Petunjuk
b. Rambu Larangan
c. Rambu Peringatan
31
d. Rambu Kewajiban
e. Rambu Informasi
f. Rambu Pekerjaan Sementara Tongkat Pengatur Lalu Lintas
g. Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Lights Stick)
8) Konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi, dan
9) Kegiatan dan peralatan terkait dengan Pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b. Sirine
c. Bendera K3
d. Lampu Darurat (Emergency Lamp)
e. Program Inspeksi dan Audit Internal
f. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden
g. Pemasangan Fasilitas Cuci Tangan dan Air Bersih
h. Pengukur Suhu, Handsanitizer
Penyedia Jasa harus menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berstandart disetiap
aktifitas proyek sesuai kebutuhan atau sesuai arahan Direksi. Penyedia Jasa harus
memelihara peralatan dan perlengkapan alat pelindung diri tersebut dalam keadaaan baik
dan siap dipakai pada saat dibutuhkan.
Pembayaran untuk K3 dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas
pekerjaan. Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah meliputi peralatan
yang digunakan, biaya pengadaan, biaya umum dan keuntungan.
32