THE Sistem Hukum Indonesia
THE Sistem Hukum Indonesia
THE Sistem Hukum Indonesia
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Banda Aceh, 28 Desember 2022
Yang Membuat Pernyataan
A. Di Indonesia ketentuan yang berkenaan dengan perkawinan telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warganegara Indonesia. Aturan perkawinan yang
dimaksud adalah dalam bentuk undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (UU Perkawinan) dan peraturan pelaksanaannya dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975. Pertanyaan:
1. Meskipun UU Perkawinan sebagai hukum negara tentang unifikasi hukum di bidang perkawinan,
tetapi di dalam UU Perkawinan masih memuat pluralistis hukum. Buktikan bahwa sistem hukum
agama dan sistem hukum adat terintegrasi dalam UU Perkawinan.
JAWAB:
UU Perkawinan memiliki irisan dan urusan dengan sistem hukum yang hidup (fiqh al-hayâh; leaving law)
dan terawat oleh dan di tengah-tengah masyarakat hukum Indonesia. Termasuk ke dalam sistem hukum
yang hidup dan terawat dalam konteks ilmu dan praktik hukum di Indonesia ialah hukum agama di samping
hukum adat.
Eksistensi dan peran/fungsi hukum agama termasuk untuk tidak mengatakan terutama hukum Agama Islam
(syariat/fikih), mendapat kedudukan/tempat serta jaminan dan perlindungan hukum yang kuat dalam tata
hukum (peraturan perundang-undangan) maupun praktek ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia. Di
antara contoh kasusnya dalam bidang hukum keluarga (family law; al-ahwâl al-syakhshiyyah/ahkâm al-
usrah). Utamanya bidang Perkawinan (munâkahât; marriage), Perkawinan menurut hukum adat tidak
semata-mata berarti suatu ikatan antara seorang pria dengan wanita sebagai suami-istri untuk maksud
mendapatkan keturunan dan membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga
berarti suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat
dalam bidang hukum perkawinan, hal ini terjadi karena adanya ketentuan dalam Pasal 66 UU No. 1 Tahun
1974, yang menentukan bahwa ketentuan hukum produk kolonial dinyatakan tidak berlaku, tetapi hanyalah
terbatas pada ketentuan yang sudah diatur dalam undang-undang ini. Dapat ditafsirkan bahwa, jika suatu
aturan yang terkait dengan perkawinan tidak ada diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974, maka dasar hukum
yang dipergunakan tentunya dikembalikan pada aturan hukum produk kolonial, padahal secara yuridis
normatif aturan hukum tersebut tidak sesuai dengan Pancasila sebagai falsafah Bangsa Indonesia. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa usaha unifikasi hukum dalam bidang perkawinan belum sempurna dan
akibatnya tentu belum dapat menjamin adanya kepastian hukum dalam bidang hukum perkawinan.
B. Asas perkawinan yang berlaku pada hukum perkawinan Indonesia adalah Asas Monogami. Dalam
hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada
Pengadilan di daerah tempat tinggalnya (Pasal 3 UU Perkawinan). Meskipun UUP sebagai hukum negara
mewajibkan izin poligami dari isteri yang dikeluarkan melalui penetapan pengadilan. Namun praktik
poligami tanpa izin isteri ataupun penetapan pengadilan masih eksis seperti keadaan sebelum berlakunya
UUP. Mengapa praktik ini masih terjadi? Silakan dianalisis dengan melihat pada pluralisme hukum
perkawinan di Indonesia.
Jawab:
Orang yang menikahkan pelaku poligami tanpa izin pengadilan agama pada dasarnya belum dapat
dikenakan sanksi pidana menurut Pasal 55 KUHP sebelum pelaku poligami mendapat sanksi pidana
terlebih dahulu. Apabila pelaku poligami telah mendapatkan sanksi pidana, maka orang yang menikahkan
pelaku poligami dapat dikenakan sanksi penyertaan sebagaimana termuat dalam Pasal 55 dan 57 KUHP.
Sanksi hukum orang yang menikahkan pelaku poligami tanpa izin pengadilan agama dalam tinjauan hukum
Islam tidak ada perbedaan tidak ada perbedaan pelaku poligami dan orang yang menikahkan pelaku
poligami mendapat hukuman yang sama antara pelaku langsung dan pelaku tidak langsung, sebab
perbuatan masing-masing pembuat tersebut termasuk jarimah ta’zir dan hukumannya juga hukuman ta’zir.
Secara yuridis formal, poligami di Indonesia diatur dalam Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undangundang No 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) bagi penganut agama Islam. Walaupun
B U KU BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
pada dasarnya asas yang melekat dalam Undang-Undang perkawinan tersebut merupakan asas
monogami. Namun menurut M. Yahya Harahap “asas hukum dalam Undang-undang tersebut tidaklah
berimplikasi pada asas monogami mutlak akan tetapi asas monogami terbuka” Dalam konteks Indonesia,
kemajemukan merupakan suatu kenyataan sosial. Pembentukan dan penerapan hukum pada kondisi plural
ini, secara ideal seharusnya memperhatikan dan menyesuaikan pada kondisi sosial budaya masyarakat
yang majemuk. Di sisi lain, masyarakat yang telah memiliki ikatan yang kuat dengan budaya secara turun
temurun memang memberikan tantangan bagi sistem unifikasi hukum, dikarenakan adanya substansi dan
sistem yang berbeda. Dari perspektif sentralisme hukum sendiri, hukum adalah aturan yang disusun dan
bersumber dari negara serta berlaku seragam bagi semua orang.
C. Presiden Joko Widodo pada 9 Februari 2021 telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID19.
(Sumber:https://setkab.go.id/inilah-perpres-14-2021-tentang-pengadaan-vaksin-danpelaksanaan-
vaksinasi-covid-19/) Namun, Paparan hoaks dan disinformasi di media sosial membuat sejumlah warga
menolak mengikuti program vaksinasi Covid-19.
(Sumber:https://www.kompas.id/baca/kesehatan/2021/03/02/menolak-vaksin-karenapercaya-hoaks)
Pertanyaan :
Silakan dianalisis, bahwa Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19
merupakan tindakan dari campur tangan pemerintah dalam konsep negara kesejahteraan dan telah
berdasarkan asas umum pemerintahan yang baik, yakni :
1. asas manfaat ; dan
jawab
Asas kemanfaatan merupakan asas yang memiiliki kemanfaatan bagi setiap warga negara dan penerapan
asas ini harus diperhatikan kemanfaatannya secara seimbang seperti kepentingan perorangan dengan
satu orang lainnya atau lebih, kepentingan perorangan dengan masyarakat, kepentingan masyarakat dan
masyarakat lainnya, kepentingan pemerintah pada masyarakat, lingkungan serta generasi yang akan
datang.
ketentuan wajib vaksin ini dilakukan dengan pendataan terlebih dahulu, dan untuk setiap orang yang telah
Terdaftar Wajib Melakukan Vaksinasi sebagaimana Dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang
Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) Pasal 13A ayat (2) “setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran
penerima vaksin Covid-19 berdasarkan pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti
vaksinasi Covid-19.” 16 Dan untuk setiap orang yang telah terdaftar penerima vaksinisasi wajib mengikuti
vaksinisasi, apabila tidak mengikuti maka dapat diberikan sanksi administratif sebagaimana Pasal 13A
ayat (4) “Setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima Vaksin COVID 19 yang tidak
mengikuti Vaksinasi COVID- 19 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan sanksi
administratif, berupa: a. Penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial atau bantuan sosial b.
Penundaan atau penghentian layanan administrasi pemerintahan; dan/atau c. Denda. Pemberlakukan
sanksi tersebut akan dilakukan oleh kementrian, lembaga, daerah atau badan sesuai dengan
kewenangannya. Pemberlakuan wajib vaksinasi ini apabila ditinjau dari asas manfaat, vaksin covid-19
bermanfaat antara lain:
a. Untuk melindungi tubuh agar tidak tertular atau terhindar dari gejala sakit berat akibat covid-19
b. Meningkatkan kekebalan atau antibodi tubuh
c. Menurunkan angka kesakitan atau kematian dari covid-19
semua aktivitas atau kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah harus mendasar pada peraturan
perundang-undangan. Sejak dianutnya konsep welfare state, menempatkan pemerintah diberikan
wewenang untuk ikut campur tangan dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan umum setiap warga
negara. Istilah welfare state merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap kesejateraan warganya.
Seperti dalam Encyclopedia Britannica, welfare state diartikan sebagai konsep pemerintahan dimana yang
memegang kunci dan peranan dalam menjaga dan memajukan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga
negaranya adalah negara.11 Unsur welfare state ini telah dimasukan ke dalam Pancasila dan UUD 1945
yang menjadi dasar negara Indonesia pada waktu persiapan rapat setelah kemerdekaan negara Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 Alinea ke IV menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi
segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Pasal 3 ayat (3), yang dimaksud dengan "Asas Kepentingan
Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan
selektif” Dengan demikian ditinjau dari asas kepentingan umum, bahwa program wajib vaksinasi ini
merupakan upaya yang diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk mengurangi serta mengendalikan angka
pertumbuhan penularan covid-19, serta menurunkan angka kematian akibat covid-19. Dimana vaksinasi ini
tidak hanya memberikan perlindungan kepada penerima vaksin namun juga untuk kepentingan masyarakat.
Seperti yang kita ketahui wabah covid-19 tidak hanya berdampak bagi kesehatan setiap orang tetapi juga
mempengaruhi perekonomian suatu negara, penurunan pendapatan perusahaan dan juga masyarakat yang
kehilangan pekerjaan serta berkurangnya pendapatan.
D. Asli KW, berusia 42 tahun pekerjaan swasta, bersama Bopeng dan UD (masing-masing DPO), pada
hari Selasa tanggal 15 November 2022 di rumah Jagung Bakar yang beralamat di Perumahan Pakis Raya
merencanakan akan mengambil barang milik orang lain dengan tujuan untuk dijual dan hasilnya dinikmati
atau dibagi bersama dan sesuai rencana. Pada hari Rabu 16 November 2022 sekira jam 14.00 WIB, Asli
KW dengan mengendarai sepeda motor dengan membonceng Jagung menjemput UD yang sudah
menunggu di jalan Lurus dengan mengendarai sepeda motor juga. Selanjutnya mereka bertiga berangkat
menuju Perumahan Lumut Hijau. Sesampai di jalan Raya Cendol Manis Perumahan Lumut Hijau, Asli KW
melihat keadaan rumah milik Bandar Kaya sedang kosong dan berpura-pura mengetuk pagar dengan
menggunakan kunci motor untuk memastikan jika rumah benar-benar kosong. Setelah lama tidak ada
yang membukakan pintu, lalu Asli KW bersama dengan Jagung Bakar masuk dengan melompati pagar,
sedangkan UD berjaga-jaga di luar mengawasi jika ada orang datang. Setelah berhasil masuk ke halaman
rumah, lalu dengan menggunakan sebuah linggis rakitan yang telah disiapkan oleh Asli KW bersama
Jagung Bakar kemudian berdua mencongkel pintu rumah sampai rusak dan terbuka. Setelah masuk ke
dalam rumah, Asli KW mengambil 2 (dua) buah arloji dari dalam kamar, sedangkan Jagung Bakar berhasil
mengambil 1 (satu) buah Laptop dari dalam kamar dan diletakan di ruang keluarga. Tidak lama kemudian
ada suara orang datang, sehingga Asli KW dan Jagung Bakar langsung lari keluar rumah tersebut. Jagung
Bakar langsung naik ke atas sepeda motor UD dan meninggalkan tempat kejadian, sementara Asli KW
dapat ditangkap oleh warga.
Pertanyaannya :
1. ldentifikasi tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD dan dasar
hukumnya! .
JAWAB
indak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD Merupakan tindak pidana pencurian
. Bentuk pokok dari tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, yaitu bahwa siapapun yang melakukan tindak pidana pencurian, diancam dengan
pidana penjara maksimal lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya enam puluh rupiah. Dikaitkan
dengan Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, apakah rumusan bentuk pokok dari
tindak pidana pencurian dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana merupakan rumusan
mutlak dengan tidak ada perkecualian. Dengan kata lain apakah setiap orang siapapun juga yang
melakukan tindak pidana pencurian seharusnya dilakukan penuntutan dan kalau terbukti
seharusnya dipidana Pasal 363 KUHP ayat 1 dan 2 merupakan dasar pemberian hukuman untuk tindak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
pidana pencurian dengan pemberatan. Namun, pasal tersebut tidak bisa terlepas dari Pasal 362 KUHP
yang menjadi "genus-nya" dan memuat ketentuan hukuman untuk tindak pidana pencurian. Berikut ini isi
pasal 363 KUHP ayat 1 dan 2 serta Pasal 362 KUHP yang mengatur hukuman untuk tindak pidana
pencurian. 1. Pasal 362 KUHP Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. 2.
Pasal 363 KUHP Ayat 1: Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: 1. pencurian ternak; 2.
pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal
karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan ata u bahaya perang; 3.
pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang
dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak; 4. pencurian
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih: 5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan,
atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Ayat 2: Jika pencurian yang
diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun. Unsur-unsur Pasal 362 KUHP & Pasal 363 KUHP Suatu perbuatan
dapat dikatakan sebagai tindak pidana pencurian apabila memenuhi unsur-unsur dari pencurian
sebagaimana yang telah tertuang dalam pasal 362 KUHP. Unsur-unsur itu meliputi: Barangsiapa Mengambil
Barang sebagian atau seluruhnya Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Selain itu,
terdapat satu unsur tambahan yaitu perbuatan tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu. Oleh karena itu, suatu perbuatan yang telah memenuhi unsur-unsur itu patut diduga merupakan
suatu tindak pidana pencurian. Ancaman hukumannya maksimal adalah 5 tahun penjara. Adapun ringkasan
pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan dan ancaman hukuman yang diberikan adalah
sebagai berikut. I. Beberapa perbuatan berikut diancam hukuman maksimal 7 tahun penjara, yakni:
Pencurian ternak Pencurian saat kebakaran, bencana, kecelakaan, huru-hara, dan perang. Pencurian pada
waktu malam di sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya. Pencurian oleh dua orang
atau lebih yang dilakukan bersama-sama. Pencurian dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat
atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. II. Jika pencurian di No.
3 disertai salah satu hal yang tersebut di No. 4 dan 5, ancaman hukuman penjara untuk pelakunya
maksimal 9 tahun. Jika suatu tindak pidana pencurian telah memenuhi semua unsur sebagaimana yang
tertera dalam Pasal 363 KUHP dan dilakukan dengan cara atau keadaan tertentu yang sifatnya lebih berat,
ia bisa disebut sebagai pencurian dengan pemberatan. Ancaman hukuman untuk "pencurian dengan
pemberatan" pun lebih berat daripada untuk tindakan pencurian biasa. Ancaman hukuman bagi pelaku
pencurian dengan pemberatan maksimal 7 tahun atau 9 tahun penjara.
2. Buktikan bahwa dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD
terdapat dua unsur yang memberatkan!
Jawab
dalam tindak pidana yang telah dilakukan oleh Asli KW, Jagung Bakar dan UD terdapat dua unsur yang
memberatkan unsur-unsur dari pencurian sebagaimana yang telah tertuang dalam pasal 362 KUHP. Unsur-
unsur itu meliputi: Barangsiapa, Mengambil Barang, sebagian atau seluruhnya Dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum. Unsur yang memberatkan pidana pada tindak pidana pencurian yang diatur
pada Pasal 363 ayat 1 angka 5 KUHP ialah karena untuk dapat memperoleh jalan masuk ke tempat
kejahatan atau untuk dapat mencapai benda yang akan diambilnya itu, pelaku telah melakukan
pembongkaran, perusakan, pemanjatan atau telah memakai kunci
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
E. Cantik Manis mengajukan cerai gugat terhadap Hitam Pekat di Pengadilan Negeri Medan, dengan
alasan ketentraman rumah tangga antara Cantik Manis dan Hitam Pekat mulai goyah akibat perselisihan
dan pertengkaran yang terus menerus terjadi. Perselisihan dan pertengkaran tersebut disebabkan oleh
perselingkuhan Hitam Pekat dengan wanita idaman lain (WIL), bahkan Hitam Pekat telah menikah dengan
WIL tersebut. Cantik Manis dalam gugatannya mengajukan dua alat bukti tulisan dan dua alat bukti saksi.
Salah satu saksi Cantik Manis (Angin Sepoi) adalah kakak ipar Cantik Manis. Kesaksian Angin Sepoi
menerangkan bahwa ia tidak pernah melihat secara langsung pertengkaran antara Cantik Manis dengan
Hitam Pekat. Angin Sepoi mengetahui pertengkaran tersebut dari cerita Cantik Manis dan beberapa
tetangga dekat Cantik Manis bahwa di antara Cantik Manis dengan Hitam Pekat telah terjadi perselisihan
dan pertengkaran disebabkan Hitam Pekat menjalin hubungan dengan WIL bahkan telah menikah dengan
wanita tersebut, selain itu Angin Sepoi melihat langsung bahwa Cantik Manis dan Hitam Pekat telah pisah
tempat tinggal sejak lebih dari setahun lalu dan sampai sekarang tidak pernah hidup bersama lagi. Hitam
pekat juga mengakui bahwa ia telah menikah dengan WIL. Majelis Hakim berpendapat bahwa keterangan
Angin Sepoi merupakan testimonium de auditu. Tidak digunakan sebagai alat bukti langsung, tetapi
kesaksian de auditu tersebut dikonstruksikan sebagai alat bukti persangkaan dengan pertimbangan yang
objektif dan rasional, maka Majelis Hakim mengabulkan gugatan Cantik Manis. Pertanyaan:
2. Silakan berikan analisis Saudara, mengapa testimonium de auditu tidak memiliki nilai pembuktian?
Jawab
testimonium de auditu tidak memiliki nilai pembuktian Karena pada dasarnya kesaksian yang diperoleh
dari orang lain atau kesaksian testimonium de auditu dalam KUHAP secara tegas menyatakan bahwa
testimonium de auditu tidak termasuk alat bukti yang sah. Testimonium de auditu atau keterangan saksi
yang ia peroleh sebagai hasil dari pendengaran dari orang lain. keterangan tersebut tidak mempunyai nilai
sebagai alat bukti.
kesaksian yang diperoleh dari orang lain atau kesaksian testimonium de auditu KUHAP secara tegas
menyatakan bahwa testimonium de auditu bukanlah alat bukti yang sah, terdapat perkembangan setelah
adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terdapat perluasan makna perluasan saksi, keterangan
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami.
Serta terletak pada sejauh mana relevensi kesaksian yang diberikan terhadap perkara yang sedang
dihadapi, dikaitkan dengan alat-alat bukti lainnya hakim bebas menilai keterangan saksi.
3. Silakan dianalisis bahwa putusan hakim yang mengabulkan gugatan cerai Cantik Manis telah
dipertimbangkan secara objektif dan rasional berdasakan alat bukti persangkaan yang
dikonstruksikan dari kesaksian de auditu tersebut.
Jawab
tetapi kesaksian de auditu dikonstruksi sebagai alat bukti persangkaan dengan pertimbangan yang objektif
dan rasional dan persangkaan itu dapat dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu menyidangkan
ternyata keterangan saksi pihak ketiga tersebut dirasa cukup atau beralasan, keterangan saksi itu
dapat diakui sebagai alat bukti petunjuk, jadi pada dasarnya walaupun kesaksian de auditu
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
dikecualikan dari keterangan saksi, tapi setidaknya dapat menjadi alat bukti petunjuk. Keterangan saksi de
auditu yang dibawa oleh penggugat cukup memenuhi kekuatan pembuktian sempurna artinya bahwa
mereka telah memenuhi unsur kesaksian formil dan materiil, namun dengan melihat keterangan saksi de
auditu dapat dinyatakan bahwa kesaksian yang ia lihat, ia ketahui, dan ia dengar tidaklah sempurna. Para
saksi hanya mendengar keterangan dari penggugat saja mereka tidak menyaksikan peristiwa perselisihan
dan pertengkaran melalui mata dan telinganya secara lagsung. Dengan demikian saksi tersebut dianggap
kurang sempurna memenuhi unsur materiil kesaksian. Walaupun tidak sempurna, namun sulit untuk
mencari seorang saksi yang bisa menyaksikan dan mendengar langsung perselisihan dan pertengkaran
yang terus menerus antara suami dan isteri secara langsung. Oleh karena itu, semua keterangan dari
saksi diserahkan kepada majelis hakim, apakah dianggap sempurna atau lemah.